BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Pengertian RPP RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan (satu hari) (Kemendikbud, 2014:214). RPP dikembangkan dari silabus dengan memperhatikan buku peserta didik dan buku guru yang sudah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Menyusun atau mengembangkan RPP adalah langkah perencanaan yang harus dilakukan oleh setiap guru. RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014). b. Prinsip Penyusunan RPP Menurut
Kemendikbud,
(2014:214)
prinsip-prinsip
dalam
menyusun RPP mencakup hal-hal sebagai berikut (1) Setiap RPP harus memuat secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD 9
10
dari KI-4). (2) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik misalnya kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. (3) Mendorong anak untuk berpartisipasi secara aktif. (4) Menggunakan prinsip berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. (5) Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung. (6) Memberi umpan balik dan tindak lanjut untuk keperluan penguatan, pengayaan dan remedial. (7) Menekankan adanya keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. (8) Mengakomodasi pembelajaran tematikterpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. (9) Menekankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara integratif, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Komponen RPP terdiri atas: (a) identitas satuan pendidikan, (b) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; (c) kelas/semester; (d) materi pembelajaran; (e) alokasi waktu yang keperluan
untuk
pencapaian
KD
dan
ditentukan sesuai dengan beban
belajar
dengan
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; (f) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (h) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
11
prosedur yang relevan; (i) metode pembelajaran, yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; (j) media dan sumber pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran; (k) langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan (l) penilaian hasil pembelajaran memuat soal, kunci jawaban, pedoman skoring/rubrik. Komponenkomponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu
: SDN 4 Karangrejo : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) : VI / II : Tata Surya : 6 x 35 (3 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI) B. Kompetensi Dasar 1. KD pada KI-1 2. KD pada KI-2 3. KD pada KI-3 4. KD pada KI-3 C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) 1. Indikator KD pada KI-1 2. Indikator KD pada KI-2 3. Indikator KD pada KI-3 4. Indikator KD pada KI-4 D. Deskripsi Materi Pembelajaran (dapat berupa rincian, uraian, atau penjelasan materi pembelajaran) E. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama: (. . . JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti**)
12
1) Mengamati 2) Menanya 3) Mengumpulkan informasi 4) Menalar 5) Mengomunikasikan c. Kegiatan Penutup 2. Pertemuan Kedua: (. . . JP) a. Kegiatan Pendahuluan b. Kegiatan Inti**) 1) Mengamati 2) Menanya 3) Mengumpulkan informasi 4) Menalar 5) Mengomunikasikan c. Kegiatan Penutup 3. Pertemuan seterusnya. F. Penilaian 1. Teknik penilaian 2. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Pertemuan seterusnya G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat 2. Bahan Sumber Belajar Keterangan: *) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur.
13
**) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus muncul seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung cakupan muatan pembelajaran. c. Langkah-langkah Penyusunan RPP Tahapan pengembangan RPP pembelajaran tematik: 1) Memilah dan memilih Kompetensi Dasar Mata pelajaran pada Silabus yang dapat dipadukan dalam tema tertentu untuk satu hari. 2) Memilah dan memilih kegiatan-kegiatan di dalam silabus yang sesuai dengan KD 3) Kegiatan dalam silabus yang disiapkan untuk 3 atau 4 minggu (tergantung dengan tema/subtema) perlu dipilah menjadi kegiatan untuk satu minggu, kemudian dipilah dan dipilih lagi untuk kegiatan satu hari. 4) Dalam memilah dan memilih kegiatan dari silabus, guru perlu memperhatikan keterkaitan antara berbagai kegiatan dari beberapa mata pelajaran yang akan diintegrasikan sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan alur. 5) Menentukan Indikator pencapaian kompetensi berdasarkan kegiatan di silabus yang sudah dipilih. 6) Di dalam menyusun RPP, selain menggunakan silabus, guru bisa menggunakan buku teks pelajaran dan buku guru serta hasil analisis KD dengan tema yang telah dilakukan. 7) Di dalam menyusun RPP, guru harus memperhatikan alokasi waktu untuk setiap kegiatan dan kedalaman kompetensi yang diharapkan. 8) Apabila kompetensi yang akan diberikan dalam suatu tema memerlukan kemampuan prasyarat yang belum pernah diajarkan, guru perlu mengajarkan kompetensi prasyarat terlebih dahulu (Kemendikbud, 2014:216).
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu, proses pembelajaran musik yang tepat di ekstrakurikuler band sangat dibutuhkan dalam kegiatan berkesenian untuk menghasilkan sebuah karya musik (lagu)
14
melalui aransemen yang pada akhirnya lagu tersebut terkesan baru dan siswa mampu untuk membawakan musik dengan baik. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran. Motah (2007) menyatakan bahwa “Learning is defined as actions under the guidance of the teacher aiming at bringing some relatively permanent change in the way students think, feel act” (Belajar didefinisikan sebagai tindakan di bawah bimbingan guru yang bertujuan membawa beberapa perubahan yang relatif permanen dalam cara siswa berpikir, merasa bertindak). Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Menurut pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
15
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapi tujuan pembelajaran (Hamalik, 2008:55). Oleh karena itu, di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen, yaitu: tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik, dan adanya pendidik. a. Guru Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Usman, 2008:5). b. Siswa Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 4, bahwa siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan
diri
melalui
proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. c. Tujuan Pembelajaran Hamalik (2008:76) menyatakan tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Komponen tujuan sangat berkaitan erat dengan hasil yang diharapkan. Tujuan pendidikan
16
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu (a) Tujuan Pendidikan Nasional, (b) Tujuan
Institusional/Lembaga,
(c)
Tujuan
Kurikuler,
(d)
Tujuan
Instruksional atau Tujuan Pembelajaran. d. Materi Bahan ajar materi pembelajaran atau adalah segala hal yang digunakan oleh para guru atau para siswa untuk memudahkan proses pembelajaran. Bahan ajar bisa berupa kaset, video, CD-Room, kamus, buku bacaan, buku kerja, atau fotokopi latihan soal. Bahan juga bisa berupa koran, paket makanan, foto, perbincangan langsung dengan mendatangkan penutur asli, instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru, tugas tertulis atau kartu atau juga diskusi antar siswa. Materi pembelajaran (instructional materials) dalam konteks Indonesia kini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SK), dan Kompetensi Dasar (KD). Materi pembelajaran secara garis besar terdiri
dari
pengetahuan
(fakta,
konsep,
prinsip,
dan
prosedur),
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Sudrajat, 2008:1). e. Metode Rahman, Khalil, et al. (2011:2) menyatakan bahwa “Teaching methods are patterns of teacher behavior that occur either simultaneously or in sequence in a verified way. Choosing specific teaching methods that best achieves course objectives is one of the most important decisions a teacher faces. Knowing what methods are available and what objectives
17
each method is best suited for, help teachers make thi sdecision more easily. (Metode pembelajaran adalah pola perilaku guru yang terjadi baik secara simultan maupun secara berurutan dengan cara diverifikasi. Memilih metode pengajaran khusus yang terbaik mencapai tujuan kursus adalah salah satu keputusan yang paling penting yang dihadapi seorang guru. pengetahuan metode apa yang tersedia dan apa tujuan dari setiap metode yang paling cocok untuk membantu guru membuat keputusan yang lebih mudah). Metode pembelajaran merupakan cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metodemetode tersebut antara lain ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Sanjaya (2008:147) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. f. Media Adekola (2010: 1) menyatakan bahwa ”Instructional media are important elements of teaching and learning activities”. (Media pembelajaran adalah elemen penting dari kegiatan belajar mengajar). Media pembelajaran adalah media yangdigunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Suwardi (2007:76) media
18
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran. g. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran bersifat komperhensif yang didalamnya meliputi penilaian dan pengukuran. Evaluasi pada hakekatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran, dapat juga didasarkan kepada hasil pengamatan yang pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai. Dineen (2012) menyatakan bahwa “Assessment is closely linked to teaching and learning and it is important that assessment be fair, valid, and reliable, promotes deep learning, transparent and moderated(Penilaian berhubungan erat dengan mengajar dan belajar dan penting bahwa penilaian adil, valid, dan dapat diandalkan, mempromosikan belajar yang mendalam, transparan dan dikelola). Jinfa Cai (209: 3) menyatakan bahwa “An evaluation is defined as formative of the primary goal is to provide information for program improvement” (Evaluasi didefinisikan sebagai formatif tujuan utama adalah untuk memberikan informasi untuk perbaikan program). Hamalik (2008: 159) Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat haisl belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
19
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Permendikbud 104, 2014:4). Berdasarkan fungsinya penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi: 1) Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan 2) Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir
suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik. Kompetensi Dasar (KD) yang akan dinilai pada penelitian ini adalah KD mata pelajaran IPA pada Kompetensi Inti Pengetahuan (KI3) dan Keterampilan (KI4). Akan dilaksanakan secara tertulis dan lesan untuk pengetahuan, unjuk kerja atau praktik untuk keterampilan.
20
3. Metode Pembelajaran Hamdani (2011: 80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Selain itu, menurut Nasution (dalam Asmani, 2010: 19) metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Metodhos berasal dari kata “meta” dan “bodos”. Meta berarti melalui, sedangkan bodos berarti jalan. Sehingga metode dapat diartikan sebagai jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur. Menurut Soetopo (2005: 152) metode mengajar adalah cara yang digunakan
guru
dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran
dan
mendinamiskan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Abimanyu (2008: 2-5) metode adalah cara/jalan untuk menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Kata pembelajaran berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Metode diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu, jadi “metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan” (Suyatno, 2009: 26). Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara melakukan pembelajaran, atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik, pengajar) untuk membelajarkan siswa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau kompetensi yang diinginkan. Menurut Djamarah (2006:85) menyatakan bahwa pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting perlu diperhatikan karena metode adalah
21
salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sagala (2006:68) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuat karena adanya kebutuhan untuk menyakinkan 1) adanya alasan untuk belajar, 2) siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar dan tujuan yang akan dicapai. Dalam pembelajaran guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik, dan umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pre tes, proses dan post tes (Mulyana, 2005:100). Pemilihan dan penentuan metode dalam pembelajaran harus memiliki: a. Nilai strategi dan metode Didalam proses pembelajaran sering terjadi interaksi edukatif antara anak didik dan guru. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilikan metode yang kurang tepat. Oleh karena itu metode adalah salah satu cara yang memilliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategis dari metode adalah dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran. b. Efektivitas penggunaan metode Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadikan kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan.
22
c. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pembelajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujaun guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didk dikelas Keberhasilan pembelajaran IPA diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dan dipengaruhi beberapa faktor antara lain: faktor guru, faktor materi pelajaran, faktor lingkungan, faktor metode pengajaran, dan faktor lainnya termasuk siswa itu sendiri. Keberhasilan tersebut dapat diamati dari beberapa sisi banyaknya soal yang mampu dikerjakan dengan betul, maka tingginya pemahaman dan penguasaan siswa dalam suatu pelajaran dan makin banyak soal yang mampu dikerjakan dengan benar diharapkan makin tinggi tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses pelajaran IPA, maka dengan metode pembelajaran yang sesuai siswa akan bersemangat dan suasana kelas akan lebih hidup, sehingga prestasi yang akan dicapai memuaskan. 4. Model Pembelajaran Mind Mapping Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila berhasil mencapai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan simpulan seorang peneliti yang menyatakan “Indikator dari suatu pembelajaran yang efektif adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan kemampuan menjawab soal, memecahkan
23
permasalahan
yang
relevan
dengan
pembelajaran,
dan
kemampuan
penyelesaian tugas-tugas dengan baik dan tepat waktu” (Kurniawan, 2011: 72). Penguasaan siswa terhadap materi maupun konsep pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode mengajar guru. Guru yang baik biasanya kreatif dalam menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dan optimal dalam proses pembelajaran. Salah satu metode yang berupaya untuk melibatkan siswa secara tepat dan mengoptimalkan proses pembelajaran adalah metode mind mapping (peta konsep). Ozgul Keles (2012: 94) menyatakan bahwa “Elementary level science and technology program was developed based on constructivist approach. For students to achieve the objectives set by the program, student-centered teaching methods and techniques should be employed.
Because of this
teachers utilize various instructional strategies to be effective in assisting students‟ learning. One of the visual techniques that are used with the stated objectives is mind mapping”. (Ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat SD dikembangkan berdasarkan pendekatan konstruktivis. Agar siswa mencapai tujuan yang ditetapkan, metode dan teknik pengajaran yang berpusat pada siswa harus digunakan. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Salah teknik visual yang digunakan dengan tujuan yang dinyatakan yang disebut dengan pemetaan pikiran). Pada penggunaan metode mind mapping (peta konsep) siswa dilatih untuk membuat kaitan dari suatu konsep yang sudah dimiliki dengan konsepkonsep yang baru dengan menggunakan gambar dan warna sehingga
24
memudahkan untuk mengingat. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Nesbit & Adesope (2006) “Mind maps help students learn information by forcing them to organize it and add images and color to. These maps have been shown to lower extrinsic cognitive load because students are creating a two-dimensional space to tie in ideas and concepts that relate together” yang artinya “Peta pikiran membantu siswa belajar informasi dengan mendorong mereka untuk mengatur dan
menambahkan gambar
dan warna
pada pembuatan peta
tersebut. Peta-peta ini banyak digunakan untuk mengurangi beban kognitif ekstrinsik karena siswa menciptakan ruang dua dimensi untuk mengikat ide dan konsep yang berhubungan bersama-sama” (Jones, Ruff, Snyder, Petrich, Koonce, 2012: 2). Mind mapping adalah suatu peta pikiran dengan menggunakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Penggunaan mind mapping dengan cara menuliskan tema utama sebagai titik sentral atau tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema
turunan.
Adanya
keterkaitan
antara
cabang-cabang
pemikiran
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
25
Michael Gelb dalam Buzan (2007:179-181) menyatakan Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan dan pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia. Pembuatan Mind Mapping didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belahan otak kita. Menurut Porter & Hernacki (2008:152-159) menyatakan bahwa Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind Mapping juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak. Jones, et. al. (2012) menyatakan bahwa “Mind mapping activities require students to actively engage in their learning, often by connecting their prior knowledge to new information. When creating a mind map, a student frequently interacts with a textbook, notes from class, an instructor, classmate, or study group. (Kegiatan pemetaan pikiran mengharuskan siswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran mereka, sering dengan menghubungkan pengetahuan mereka sebelum informasi baru. Ketika membuat peta pikiran, siswa sering berinteraksi dengan buku teks, catatan dari kelas, instruktur, teman sekelas, atau kelompok studi). Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan
26
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiapsaat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi prosesdan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar. Menurut Warseno dan Kumorojati (2011: 81) mind map (peta konsep) bisa dikatakan sesuai dengan kerja alami otak karena pembuatannya menggunakan prinsip-prinsip manajemen otak (brain management), yang meliputi:
27
a. Menggunakan Kedua Belahan Otak Pencatatan dengan metode mind map (peta konsep) tidak hanya menggunakan belahan otak kiri, tetapi juga otak kanan. Hal ini terbukti dari adanya penambahan simbol-simbol atau gambar yang disukai. Selain simbol atau gambar, ada juga penggunaan warna-warna pada bagian cabang mind map (peta konsep) yang berguna untuk menjelaskan adanya makna tertentu. b. Mempelajari Bagaimana Belajar yang Baik Metode mind mapping (peta konsep) dalam kegiatan pembelajaran memberikan cara belajar yang baik dengan membuat kaitan dari berbagai macam konsep yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, sehingga konsep yang akan dipelajari lebih mudah dipahami. c. Menggunakan Otak Secara Alami Perlu diketahui bahwa bahasa alami otak adalah gambar. Sebuah gambar bisa mempunyai seribu arti dan dapat mendorong seseorang untuk berimajinasi serta memunculkan ide maupun gagasan. Dalam hal ini proses pencatatan dengan metode mind map (peta konsep) banyak menggunakan gambar, warna, simbol, dan bentuk visualisasi lainnya, yang kesemuanya merupakan bahasa alami otak. Dengan demikian, penggunaan metode mind map (peta konsep) akan memudahkan otak dalam memahami informasi dan mengingatnya lebih lama. Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau
28
simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan. Menurut Tony Buzan (2009:6), indikator Mind Mapping sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Merencanakan, Berkomunikasi, Menjadi lebih kreatif, Menyelesaikan masalah, Memusatkan perhatian, Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, Mengingat dengan lebih baik Belajar lebih cepat dan efisien, Melatih “gambar keseluruhan”.
Untuk membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tony Buzan (2009: 17) mengungkapkan bahwa ada tujuh langkah yang perlu dilakukan dalam membuat Peta pikiran: a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan mendatar, b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar melambangkan seribu makan dan dapat mengaktifkan daya kreatifitas otak, c. Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup, d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua. e. Buatlah garis hubung yang melengkung, f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis, g. Gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata.
5. Keaktifan Belajar Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa di kelas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 24 – 25), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau
29
hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Sriyono (2003:75),”Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani. ” Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti saat mendengarkan penjelasan guru, diskusi, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Menurut Sagala (2006:124-134), keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain: a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan. c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali. d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA sangat penting, karena dalam IPA banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Untuk menarik keterlibatan siswa
30
dalam pembelajaran guru harus membangun hubungan baik yaitu dengan menjalinan rasa simpati dan saling pengertian. Membina hubungan baik bisa mempermudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu. Keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru Kerjasamanya dalam kelompok Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat Memberi gagasan yang cemerlang Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain Memanfaatkan potensi anggota kelompok Saling membantu dan menyelesaikan masalah (Aries, 2009: 4).
Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam. Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik (2005: 172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu: a. Visual activeties (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu fakta, menghubungkan sutu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya. d. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya. e. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya. f. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. g. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
31
h. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berpikir kritis. Menurut Gagne dan Brings (dalam Martinis 2007: 84) faktorfaktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu: a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari). d. Memberi petunjuk siswa cara mempelajarinya e. Memunculkan aktifitas, partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. f. Memberi umpan balik (feed back). g. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur. h. Menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir pembelajaran.
6. Prestasi Belajar Setiap kegiatan belajar diharapkan ada perubahan pada diri pembelajar. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari belum terampil menjadi terampil. Perubahan ini merupakan bentuk hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman belajar siswa. Perubahan sebagai hasil belajar dapat bertahan relatif lama. Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar yang dapat mengukur tingkat hasil belajar. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang sudah ditetapkan
32
(Olivia, 2011:73). Prestasi belajar dapat meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), keterampilan (Psikomotorik). Salah satu tes yang dapat digunakan untuk melihat prestasi belajar siswa adalah tes prestasi belajar. Hal senada disampaikan oleh Akbar (2006:168) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu kemampuan intelektual dan kepribadian siswa (Anita Lie, 2008:68). Kemampuan intelektual meliputi kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. Kepribadian siswa tercermin pada sikap siswa atau bagian dari diri manusia yang hakiki dan sangat unik karena memiliki kecenderungan untuk merespon sesuatu. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa guru melaksanakan tes prestasi belajar siswa. Tes prestasi belajar dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif, maupun intelektual siswa. Namun dalam hal ini hanya dibatasi dalam kawasan kognitif dengan penekanan pada bentuk tes tertulis. Menurut Azwar (2013:9) tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan formal di kelas, tes prestasi belajar
33
dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas, dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Masih menurut Azwar (2013) fungsi tes prestasi belajar bermaacammacam. Sebagai contoh tes formatif berfungsi untuk melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajara. Dalam hal ini hasil ts prestasi merupakan umpan balik (feedback) kemajuan belajar dan karena itu biasanya tes diselenggarakan di tengah jangka suatu program yang sedang berjalan. Tes sumatif berfungsi untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir suatu program dan hasilnya digunakan untuk menentukan kelulusan siswa dalam program tersebut. Prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar menurut Azwar (2013:1822) antara lain: a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representasit dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program pembelajaran. c. Tes prestasi belajar harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik. Dengan demikian untuk mengukur kemampuan prestasi belajar siswa dalam hal ini pada aspek kognitif dapat menggunakan tes prestasi belajar. Tes
34
prestasi belajar yang dilaksanakan adalah tes formatif untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar pada siswa.
B. Penelitian Yang Relevan Gunadi (2011) dalalm penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas XA SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
hasil
pembelajaran
menulis
aksara
jawa
dengan
menggunakan metode mind mapping terbukti dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa menulis dengan aksara Jawa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari keaktifan 59,3% menjadi 90%; konsentrasi semula hanya 62,5% menjadi 100%; motivasi 56,2% menjadi 93%. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan siswa menulis dengan aksara Jawa tercermin dari perolehan nilai rata-rata siklus pertama 68,2; siklus kedua 77,2; siklus ketiga 80. Peningkatan dari siklus 1 dengan siklus 2 adalah 9, sklus 2 dengan siklus 3 adalah 1,8. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan mulai dari sklus 1 sampai siklus sebesar 10,8. Chintami
Lupitasari
(2012)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Melalui Metode Mind Map Dalam Pembelajaran Remedial Bagi Anak Tunarungu Kelas IV di SD N Gejayan Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar IPA dari sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Hal itu ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus I dan siklus II.
35
Budi Arifin (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan metode mind map dalam pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam untuk meningkatkan motivasi beljar peserta didik kelas IV di MI Wahid Hasyim Sleman Tahun
Pelajaran
2012/2013”.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
(1) Pembelajaran dengan menggunakan metode mind map dilaksanakan dengan pembelajaran yang menyenangkan dan difokuskan terhadap kreativitas peserta didik. Peserta didik dibiarkan menuangkan idea yang ada dalam pikiran mereka ke dalam gambar-gambar menarik dan mudah diingat. (2) Berdasarkan observasi motivasi pembelajaran IPA dengan penerapan metode mind map dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas IV. Pada siklus I persentase motivasi sebesar 54% dengan kategori sedang, pencapaian rata-rata 53 dan SD 8. Siklus II rata-rata persentase motivasi sebesar 100% dengan kategori tinggi, pencapaian rata-rata 64 dan SD 5. Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar Mind Mapp”, Mind Mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran (Tony Buzan: 2009; 4). Bobby De Porter, Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan Citra Visual dan grafis lainya untuk membentuk kesan antara otak kiri dan otak kanan yang ikut terlibat sehingga mempermudah memasukkan informasi ke dalam otak. Dari pemaparan diatas dapat kesimpulan bahwa metode Mind Mapping adalah suatu teknik mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang terdapat didalam diri seseorang (Bobby De Porter, Mike Hernacki: 2003; 153).
36
Mind mapping (peta pikiran) adalah suatu cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif (Suyatno, 2009:99). Selain itu, mind mapping adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif (Sulistiyaningsih, 2010). Menurut Indriyani (2010) mind mapping merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan dengan menggambarkan hal-hal yang bersifat umum kemudian baru ke halhal yang bersifat khusus dalam sebuah peta. Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Menurut Suyatno (2009:99) menjelaskan bahwa manfaat peta pikiran (mind mapping), yaitu a) memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, b) memungkin kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui
ke mana kita akan pergi
dan dimana kita berada,
c) mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, d) mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, dan f) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, serta direnungkan dan ingat.
37
C. Kerangka Pikir Pada permulaan sebelum memakai implementasi metode mind mapping siswa kelas VI di SD N 4 Karangrejo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan prestasi belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan pembelajaran masih terpusat pada guru, siswa belum mengoptimalkan pembelajaran, dan siswa belum aktif mengikuti pelajaran dari guru. Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut: Perencanaan penyusunan RPP
Pelaksanaan metode mind mapping
Keaktifan Siswa
Hasil Dan Tindak Lanjut
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
K E N D A L A
Prestasi Belajar Siswa Rendah - Pembelajaran masih berpusat pada guru - Siswa belum mengoptimalkan pembelajaran guru - Siswa belum aktif menerima pelajaran dari guru