4
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Itulah sebabnya, proses pembelajaran memang tidak harus dilaksanakan ibarat dengan kacamata kuda, artinya dilaksanakan tanpa melihat kiri-kanan atau hanya melihat satu disiplin ilmu tanpa mengaitkannya dengan kehiduoan dalam arti luas. Justru dalam pelaksanaannya para guru seharusnya berusaha mengaitkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dengan mata pelajaran atau bahan dasar lain yang kontekstual dalam kehidupan masyarakat. Tanpa mengaitkan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, maka proses pembelajarannya akan menjadi hambar dan kurang bermakna bagi bekal kehidupan anak dalam masyarakat (Jurnal Model Pembelajaran Terpadu. www.dikdasmen.depdiknas.go.id . 2003 ). Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2007. “Pembelajaran Kontekstual”. www.diknas.go.id. ) Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)? apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain? sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti? sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa? apakah
4
5
saya berhenti dan meringkas? apakah saya perlu berdiskusi dengan para siswa lain untuk proses informasi lebih lanjut? dan sebagainya. Tidak ada yang susah dalam pembelajaran sastra di sekolah. Yang susah adalah karena sebagai guru kita tidak membuatnya menjadi mudah. Berbagai keluhan sementara guru-guru bahasa dan (khususnya) sastra Indonesia adalah betapa susahnya dalam membelajarkan sastra kepada siswa. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah susah itu karena kemauan guru untuk membelajarkan sastra sangat kurang atau karena kemampuan guru itu sendiri yang sangat minim.? (Asmin, 2007. ”Guru Sebagai Model Pembelajaran”. www.wordpress.com ). Pembelajaran bahasa Indonesia yang diupayakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia belum menunjukkan sebagai suatu proses pembentukan pola hidup siswa. Proses pembelajarannya masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari pada kebutuhan siswa. Persoalan di atas sangat sulit dipecahkan dengan segera, membiarkan persoalan tersebut berlarut-larut tanpa ada penyelesaikan merupakan tindakan tidak bijaksana. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, salah satu cara bisa dilakukan adalah mengkaji secara mendalam persoalan tersebut berdasarkan rujukan filosofis atau teori yang valid dan penelitian. Sehingga di sekolah menengah atas pada umumnya dan khususnya di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten diharapkan
ada pemabaharuan pembelajaran
dengan model yang inovatif. Bertolak dari pemikiran di atas, penelitian memberikan alternatif pengembangan
model pembelajaran berbasis mencari informasi. Model
pembelajaran berbasis mencari informasi diyakini dapat memberi peluang para
5
6
siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri (Zaini,dkk;2005:51). Hakekatnya model pembelajaran berbasis mencari informasi disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh
pengalaman secara mental. Meskipun model pembelajaran
berbasis mencari informasi mengutamakan peran aktif siswa, bukan berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai perancang, fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran. Secara
umum,
penelitian
dan
pengembangan
ini
bertujuan
menghasilkan suatu model pembelajaran bagi pembentukan pola hidup siswa dalam mata pelajaran “Bahasa Indonesia “di sekolah menengah atas secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian dan pengembangan ini– yaitu (1) Menghasilkan suatau model pembelajaran yang cocok bagi pembentukan pola hidup siswa dalam mata pelajaran “Bahasa Indonesia “ dilihat dari kesesuaian desainnya dengan kaidah-kaidah pembelajaran dan keterlaksanaan atau kelayakan implementasinya oleh guru dengan sarana pendukung yang tersedia dan (2) mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran berbasis
mencari informasi informasi dalam mata pelajaran
“Bahasa Indonesia “dilihat dari pemahaman pola hidup
dengan indikator
(a)menunjukkan kesadaran sendiri,(b) mendemontrasikan kerja mandiri, (c) menggunakan pendekatan yang obyektif dalam memecahkan masalah,(d) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (e) menerapkan pola kerja dalam kegiatan kelompok.. Tataran teoritis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan bermanfaat mengembangkan prinsip-prinsip mengenai penerapan model pembelajaran berbasis informasi dalam mata pelajaran “Bahasa Indonesia “, terutama berkaitan dengan pembentukan kemandirian siswa. Hal ini semakin 6
7
Urgen bagi keperluan kajian teoritis manakala dikaitkan dengan masih minimnya bahan referensi
yang membahas tentang penerapan model
pembelajaran bagi pembentukan pola hidup dalam implementasi pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Apresiasi Sastra Indonesia Karya sastra ditinjau dari ragamnya, ada karya sastra fiksi dan nonfiksi. Karya sastra fiksi misalnya puisi, hikayat, fabel, mite, cerita pendek, novel, dan sebagainya. Adapun karya sastra nonfiksi misalnya esai, biografi, autobiografi, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan pengajaran sastra di SMU, ditegaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan Kurikulum SMA 2004 terdapat pokok bahasan pengantar teori kesusastraan, apresiasi sastra, dan mengarang cerita rekaan. Khusus dalam hubungannya dengan apresiasi sastra merupakan suatu kajian karya sastra yang berupa tanggapan atau penilaian dan penghargaan pada karya sastra. Apresiasi mengandung arti tanggapan atau pemahaman yang sensitif terhadap sesuatu. Dengan demikian, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai upaya untuk mempelajari, memahami, menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya sastra secara kognitif. Sensitif di sini mengacu pada aspek afektif, yaitu kemampuan kepekaan seseorang dalam menanggapi dan mengapresiasi suatu karya sastra, terutama mengenai unsur-unsurnya. Mengajarkan sebuah karya sastra tidak sama dengan mengajarkan mata pelajaran yang lain pada umumnya, misalnya Biologi, Fisika, Matematika, dan sebagainya, yang sering hanya memindahkan suatu ilmu kepada siswa. Dalam pengajaran karya sastra, seseorang guru sastra harus memiliki pengetahuan yang luas di bidang sastra dan yang paling penting suka mengapresiasi karya sastra, sehingga dalam mengajar tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan sebatas yang ada dalam buku pegangan, namun juga dapat mendorong dan 7
8
mengaktifkan siswa untuk berkreasi serta membantu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui media karya sastra. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa yaitu pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Ada batasan lain yang menyatakan bahwa sastra adalah inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk keindahan. 3. Konsep Pengembangan dan Tujuan Teoritik Mencari informasi sebagai metode pembelajaran diwali oleh isu/ masalah yang memerlukan suatu pemecahan .Secara berkelompok siswa mencari informasi, kemudian mereka menyimpulkan informasi yang tersedia untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini adalah diskusi kelompok kecil, curah pendapat, dan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis mencari informasi ini dapat dipakai para guru untuk
menghidupkan materi pelajaranan yang dianggap
kurang menarik oleh siswa/siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran berbasis mencari informasi dirancang untuk membantu pelaksanaan pembagian tanggung jawab ketika siswa /siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005). Model pembelajaran berbasis mencari informasi dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab para siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (Controling)
dan penciptaan, kerja dalam
kelompok dan berbagai pengetahuan, serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Surtikanti dan Sutama, 2007). Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dipakai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah mengadopsi pendapat Zaini (2004:51). Tahapan pembelajarannya seperti disampaikan berikut ini. 8
9
a. langkah 1, input substantif, yaitu guru memperkenalkan prosedur informasi sebagai metode pembelajaran. Pada langkah ini guru mengajukan berbagai tantangan yang merangsang. Setiap kelas harus memecahkan problem dengan cara menyimpulkan informasi yang tersedia. Di sini guru sekaligus mengarahkan kelas untuk pembuatan kelompok dan mencari informasi dari buku, majalah, maupun internet. b. langkah 2, analogi langsung, yaitu guru mengajukan pengandaian perencanaan tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan. Siswa secara individu atau kelompok diminta mendeskripsikan bagaimana melakukan investigasi problem. c. langkah 3, analogi personal, yaitu guru memberikan tugas kepada setiap siswa
untuk
membuat
pengandaian
diri
beserta
alasan-alasannya,
penyelesaian problem yang sedang dibahas. d. langkah 4, membandingkan analogi, yaitu pada tahap ini siswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan butir-butir yang sama antara penyelesaian problem hasil kerja kelompok dengan individu.dalam membahas hasil pekerjaan siswa digunakan pendekatan curah pendapat. e. langkah 5, penyelesaian problem, yaitu dalam penyelesaian problem. Guru mengarahkan anggota kelompok pada penyelesaian tugas yang besifat individu, kemudian disenteseskan sehingga akhir tugas akan terbentuk hasil kesimpulan investigasi yang siap disajikan di depan kelas. f. langkah 6 :eksplorasi, yaitu guru memberikan waktu secara bergantian untuk siap kelompok memaparkan hasil investigasi problem di depan kelas. Tugas kelompok lain ketika satu kelompok presentasi adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Siswa diminta menjelajah terhadap materi yang baru dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri, komentar maupun kritik tertulis dijadikan masukan balik.
9
10
g. langkah 7 :memunculkan balik, yaitu Pemunculan objek dari investigasi problem yang di bahas , dilakukan evaluasi dalam bentuk diskusi atau curah pendapat.Diskusi evaluasi dimulai mendiskusikan kekurangan dalam internal kelompok, kemudian berlanjut pada diskusi evaluasi seluruh kelas. Model
pembelajaran
berbasis
mencari
informasi
yang
dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini berupa pencarian informasi balik dari buku teks, majalah maupun internet. Langkah-langkah pencarian informasi sebagai metode pembelajaran dapat diilustrasikan dalam gambar 1
Orientasi umum
Mencari informasi
Perencanaan mengatasi
Penyelesaian problem
Umpan balik
masalah
Pembentukan Pola hidup Siswa
Gambar 1:
kesadaran diri, kerja mandiri Objektif dalam pemecahan masalah Kebiasaan hidup sehat, kerja sama
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi
b. Tinjauan Teoritik Pola hidup merupakan level teratas ranah afektif, mengaplikasikan sikap dan sifat yang memuat prinsip menghargai diri sendiri, orang lain dan pekerjaan (Zaini , dkk;2002:91). Menghargai diri sendiri dimaksudkan memahami, mengelola dan memanfaatkan serta selalu 10
berusaha
11
meningkatkan kemampuannya. Menghargai orang lain dimaksudkan emosi, pikiran, sifat, dan sikap orang lain terutama yang menyangkut kehidupan, kemudian mengembangkan hubungan saling menguntungkan . Menghargai pekerjaan dimaksudkan merasa senang dan bangga akan pekerjaan serta melaksanakan tugas dengan sepenuh dan setulus hati (Tampubolon, 2001:152) Indikator dari pembentukan pola hidup, yaitu (1)menunjukkan kesadaran diri, (2) mendemontrasikan kerja mandiri, (3) menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan masalah, (4) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (5) menerapkan pada kerja sama dalam kegiatan kelompok (Zaini, dkk; 2002:91). c. Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi Hakikat Model pembelajaran berbasis mencari informasi adalah proses sosial yang dididalamnya siswa belajar melalui pengalaman fisik maupun secara mental (Zaini, dkk;2005:51) .Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa dengan objek pembelajaran .Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa , dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun sendiri informasi yang diperolehnya. Model pembelajaran berbasis mencari informasi memungkinkan siswa leluasa dalam mengembangkan potensinya. Siswa dapat berlatih memadukan konsep yang diperoleh dari penjelasan guru dengan penerapannya. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. Siswa dapat membuat alternatif untuk mengatasi topik /objek yang dibahas. Siswa dapat membuat keputusan berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan niali-nilai yang ada. siswa dapat
merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah.. 11
12
Model pembelajaran berbasis mencari informasi, memberikan keragaman sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam pengembangan KTSP , yakni berpusat pada peserta didik sebagai pembangun pengetahuan.Artinya upaya untuk memandirikan siswa dalam belajar, berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan, dan penilaian diri untuk suatu refleksi akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri. Semua ini baru akan diperoleh melalui pengalaman langsung secara efektif. Penerapan
model
pembelajaran
berbasis mencari
informasi
mengacu panduan, yang disampaikan Zaini,dkk (2004). Penerapan model ini terdiri dari dua dimensi, yaitu penerapan model dalam dimensi desain model pembelajaran yang dilakukan dalam persiapan pembelajaran dan penerapan model dalam dimensi implementasi model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya berkaitan karena antara desain dengan implementasi model merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Secara garis besar, ada dua kegiatan dalam membuat desain pembelajaran,
pertama,
mengembangkan
segenap
aspek-aspek
pembelajaran, berupa rancangan kegiatan pembelajaran yang memuat rumusan tujuan, uraian materi, prosedur pembelajaran, dan teknik penilaian hasil pembelajaran, kedua, menyiapkan seperangkat media dan sarana pendukung bagi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Implementasi model pembelajaran merupakan bentuk realisasi dari persiapan pembelajaran yang telah dibuat guru.
Dalam konteks
pembelajaran yang mengimplementasikan model mencari informasi terhadap tujuh langkah yang perlu dilakukan dalam merealisasikan desain model yang telah dibuat. 12
13
4. Metode Pengembangan dan Implementasi Model Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2005:164) menyebutkan penelitian dan pengembangan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan penelitian ini tidak sekedar menemukan profil implementasi model pembelajaran . namun lebih dari itu yaitu mengembangkan model pembelajaran yang efektif adaptable sesuai kondisi dan kebutuhan nyata. Subjek penelitian ini adalah guru pengampu dan siswa kelas XI yang mengambil mata pelajaran bahasa Indonesia, di SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini bukan penelitian populasi, tetapi menggunakan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan (1) memilih secara acak pada saat survai awal sebanyak dua kelas dari empat kelas yang ada masing-masing kelas banyaknya siswa 40 siswa, (2) menentukan satu kelas dari dua kelas menjadi subjek penelitian survai awal, sebagai lokasi uji coba terbatas, dan (3) membagi dua kelompok, kelas yang digunakan dalam survai awal yaitu kelas control (kelas yang tidak dijadikan uji coba model) dan kelas eksperimen (kelas yang dijadikan uji coba model) sebagai subjek pada tahap validasi. Alat pengumpulan data yang dipakai, yaitu observasi kelas, dan penilaian prestasi akademik. Alat dipakai untuk keperluan survai awal, yaitu untuk mengungkap pendapat guru dan siswa tentang pembelajaran berbasis 13
14
mencari informasi. Panduan observasi kelas dipakai untuk keperluan uji coba model maupun validasi model. Panduan observasi ini memuat aspek-aspek performan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model mencari informasi. Pedoman penilaian presatsi akademik dibuat dan dikembangkan peneliti berdasarkan indikator pemahaman materi dan sistematika tugas pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Analisis kualitatif dipakai untuk menganalisis hasil pengamatan kelas pada uji coba model maupun validasi model. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan guru. Siswa (das sein) dengan kegiatan –kegiatan yang seharusnya dilakukan guru. Siswa (das solen) pada saat implementasi model. Seperti telah disampaikan pada bagian model pembelajaran berbasis portopolio terdapat tujuh langkah. Guna pengembangan model ini, dalam implementasi pembelajarandikelas ditempuh langkah-langkah sesuai pendapat Borg dan Gall (Sukmadinata, 2005:169) langkah-langkah tersebut adalah a. penelitian dan pengembangan data (Rearchand information collecting); tahap ini melakukan pengukuran kebutuhan, studi literature survai awal. b. Perencanaan (planning); Menyusun rencana penelitian, meliputi tujuan yang hendak dicapai , langkah-langkah penelitian , dan analisis data. c. Pengembangan draf produk (develop preminary from of product); tahap ini melakukan, pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi. d. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing) Pada saat uji coba diadakan pengamatan kelas terhadap aktivitas guru dan siswa. e. merevisi hasil uji coba awal (main product revision) f. Uji coba lapangan (main field testing) selama uji coba diadakan pengamatan dan pengukuran terhadap kemampuan kreativitas siswa.
14
15
g. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional prodct revision); h. Uji pelaksaanaan lapangan (operasional field testing) tahap ini biasa disebut uji validasi, dan pada pelaksanaannya diadakan pengamatan maupun pengukuran kemampuan kreativitas siswa i. Penyempurnaan model akhir didasarkan masukan dari data uji validasi. j. Diseminasi and implemantion tahap akhir penelitian dan pengembangan, melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan penerbitan dalam jurnal pendidikan. Survai awal
Perencanaan Pengembangan Draf
Uji Coba Validasi
Revisi Produk Akhir
Uji Coba Awal
Revisi Hasil Uji Coba Awal
Revisi Hasil Uji Coba Lapangan
Uji Coba Lapangan
Diseminasi Implementasi
Gambar 2. Tahapan Implementasi Model Menurut Sutama, dkk (2007:62-65), menyebutkan bahwa model pembelajaran bagi pengembangan berfikir kreatif siswa merupakan hasil pengembangan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini memiliki dua bagian, yaitu desain model dan implementasi model. Desain model lebih menekankan pada perancangan terhadap berbagai aspek dan labgkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dosen dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan implementasi model lebih menekankan pada realisasi berbagai 15
16
aspek dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang dalam desainnya. a. Desain model pembelajaran kooperatif tipe group investigation Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui pengembangan desain model pembelajaran ini adalah pengembangan kemampuan berfikir kreatif siswa, berkenan dengan aspek-aspek kelancaran, keluwesan, orisinil, dan elaborasi. Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan program pembelajaran sebagaimana yang tertera dalam silabus dengan strategi penyajian materi pembelajaran “pembentukan konsep”. Kegiatan pembelajaran sebagai bentuk implementasi model dalam konteks kelas memiliki langkah-langkah pembelajaran; (a) Informasi subtantif,
(b)
analogi
langsung,
yang
disertai
dengan
kegiatan
membandingkan dan menjelaskan berbagai perbedaan, (c) analogi personal, (d) eksplorasi, dan (e) memunculkan analogi baru. Evaluasi hasil belajar dikembangkan berdasarkan atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, yaitu ingin mengetahui tingkat perkembangan kemampuan berfikir kreatif siswa. Oleh karena itu, prosedur dan teknik evaluasinya perlu mengacu dan tak boleh lepas dari aspek-aspek kemampuan berfikir, yaitu kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan kolaborasi. b. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation Tahap kegiatan pembelajaran merupakan implementasi dari model pembelajaran. Tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut, tahap pertama sebagai tahap penyajian materi merupakan tahap esensial bagi keberhasilan siswa dalam memperoleh materi baru. Oleh karena itu, agar siswa bisa optimal dalam mengikuti tahap ini, terutama apabila dikaitkan dengan pengembangan kemampuan berpikir kreatif maka diperlukan adanya penggunaan strategi penyampaian materi yang cocok untuk tujuan tersebut.
16
17
Salah satunya adalah menggunakan strategi atau pendekatan “pembentukan konsep dari Taba”. Tahap kedua merupakan gabungan dari tahap analogi langsung, perbandingan analogi, dan penjelasan berbagai perbedaan. Tahap ini diawali dengan meminta siswa membuat analogi langsung atas materi yang sedang dibahas melalui media bagan ”baris-kolom”. Setelah itu diikuti dengan melakukan pembandingan terhadap analogi-analogi dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan dan kaitan antara aspekaspek yang ada dalam obyek atau kegiatan yang dipakai sebagai analogi langsung.
Sedangkan
kegiatan
penjelas
perbedaan
bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh kejelasan tentang perbedaan-perbedaan yang ada dalam obyek atau kegiatan yang dianalogikan dengan materi dengan sedang dibahas. Untuk mencapai tujuan tersebut, dosen perlu memberi dorongan dan memfasilitasi siswa untuk kegiatan tersebut. Tahap ketiga sebagai tahap pengajuan analogi personal. Dalam tahap ini, siswa diminta mengajukan pengandaian diri seumpama ia (siswa) sebagai sesuatu obyek atau kegiatan sesuai materi yang sedang dibahas. Krena itu dalam tahap ini, siswa tidak boleh dibatasi kesempatannya untuk berekspresi dan mengemukakan gagasannya. Peran serta aktif dosen sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Tahap keempat disebut sebagai tahap eksplorasi kembali terhadap materi yang sedang dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri. Siswa diminta menguraikan atau menjelaskan kembali terhadap materi yang sedang dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri. Untuk itu, agar siswa mampu melakukan tugas tersebut maka dosen perlu memfasilitasi siswanya dengan teknik curah pendapat dan hasil pekerjaan siswa didiskusikan dengan teman-temannya. 17
18
Tahap kelima disebut sebagai tahap pengajuan analogi langsung (yang lainnya) terhadap materi yang sedang dibahas. Siswa diharapkan bisa mengajukan analogi langsung yang telah dikuasainya dan mampu menjelaskan persamaan atau perbedaannya. Disini, yang dipentingkan adalah argumentasi, mengapa suatu obyek atau kegiatan tertentu dianalogikan dengan materi yang sedang dibahas. 5. Indikator Kinerja Secara umum kinerja penelitian dan pengembangan ini, diperolehnya periodik model. pembelajaran bagi peningkatan pemahaman konsep ini berupa desain dan implementasi model pembelajaran berbasis portropolio. Indikator kinerjannya dapat diamati / diukur dari aspek aktivitas guru dan siswa dalam unjuk kerja di kelas serta prestasi akademik siswa. Prediksi perkembangan indikator kinerja penelitian dan pengembangan ini dapat diilustrasikan pada tabel 1. Tabel 1. Prediksi Perkembangan Indikator Kinerja Penelitian No 1 2 3 4
Penelitian Awal Pertengahan Aktivitas Guru Tidak tersedia data Sedang Aktivitas siswa Tidak tersedia data 0,55*) Pola hidup siswa Tidak tersedia data 0,50*) Prestasi akademik siswa 0,25**) 0,60**) Aspek
Akhir Baik 0,60*) 0,60*) 0,75**)
Keterangan: *) Presentase banyaknya siswa dengan aktivitas baik **) Presentase banyaknya siswa dengan nilai ≥ 60.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Sutama, dkk (2007), menyimpulkan bahwa model pembelajaran matematika yang dilakukan di SMA N 1 dan SMA Al Islam 1 Surakarta sudah mendukung usaha peningkatan mutu hasil belajar. Berdasarkan temuan penelitian, diajukan saran (10 guru matematika hendaknya memperhatikan pentingnya
pemahaman
terhadap
keterkaitan 18
komponen-komponen
dalam
19
pembelajaran, (2) pihak sekolah dan guru hendaknya meningkatkan kerjasama dan menciptakan iklim hubungan yang kondusif yang dapat mendukung pelaksanaan tugas pengajaran. Hasil penelitian tersebut pada mata pelajaran matematika, sedangkan penulis mata pelajaran bahasa Indonesia. Jadi, penelitian ini layak dilaksanakan.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi merupakan model pembelajaran yang saat ini dikembangkan di beberapa sekolah unggulan, karena di sekolah unggulan telah disediakan fasilitas yang memadai, seperti fasilitas internet, televisi, radio, majalah, koran, dan sebagainya. Hal ini yang mendorong kompetensi belajar siswa untuk lebih kreatif, mandiri, dan mampu mencari berbagai informasi yang terkait dengan bahan ajar.
Guru
Pembelajaran berbasis mencari informasi
Hasil belajar
Proses
Siswa
Gambar 3 Kerangka berpikir pembelajaran berbasis mencari informasi
19