4
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Bahasa Indonesia 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Yunanto (2004: 55) menyebutkan bahwa bahasa Indonesia merupakan materi belajar yang melibatkan anak dalam ketrampilan-ketrampilan serta mengenai ejaan, kosa kata, dan tata bahasa. Ketrampilan yang dimaksud yaitu ketrampilan mendengar, membaca, dan menulis apa saja, baik fiksi maupun ilmiah, dan budaya. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Komunikasi ini dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Puskur: 2007) Pembelajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan kecerdasan verbal/linguistik. English (2005: 24) menerangkan bahwa kecerdasan bahasa merupakan kemampuan untuk menggunakan inti operasional bahasa dengan jelas. Sedangkan aspek-aspek utamanya adalah komunikasi melalui membaca, menulis, mendengar, dan berbicara berdasarkan kunci kemampuan literasi. Aspek-aspek tersebut sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia. Dari beberapa definisi di atas, pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang memberikan materi belajar mengenai ejaan, kosa kata, dan tata bahasa, serta ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulis melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara berdasarkan kunci kemampuan literasi.
2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Pengajaran bahasa Indonesia di SD meliputi beberapa ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
4
5
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis. Pada akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurangkurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra (Puskur: 2007)
2.1.3 Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Puskur: 2007)
2.2 Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) 2.2.1
Pengertian Widodo (2009) menjelaskan bahwa model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
6
kelas menjadi meriah dan menyenangkan. Hal itu dikarenakan setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak ‘Hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai. Model Course Review Horay (CRH) juga diringkas sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran. Siswa juga terbantu untuk mengingat konsep dengan mudah dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka (Pratiwi: 2011) Dalam penelitian ini, Course Review Horay (CRH) merupakan sebuah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan mewajibkan adanya yel-yel atau teriak ‘Hore!’ apabila siswa berhasil menjawab dengan benar pertanyaan dari guru.
2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Widodo (2009) menuliskan langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab. 4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masingmasing siswa. 5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (V) dan salah diisi tanda silang (x). 6. Siswa yang sudah mendapat tanda V vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak Horay … atau yel-yel lainnya. 7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah Horay yang diperoleh. 8. Kesimpulan. 9. Penutup.
7
Selain yang telah disebutkan di atas, Khristina, et al. (-) juga meringkas langkah-langkah pembelajaran Course Review Horay sebagai berikut: 1. informasi kompetensi 2. sajian materi 3. tanya jawab untuk pemantapan 4. siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak 5. guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya 6. pemberian reward 7. penyimpulan dan evaluasi 8. refleksi. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa memperhatikan guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 3. Guru mengadakan tanya jawab 4. Siswa bertanya jawab dan mengemukakan pendapat 5. Untuk menguji pemahaman, siswa dalam kelompok kecil disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa 6. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (V) dan salah diisi tanda silang (x) 7. Siswa dalam kelompok yang mendapat tanda V meneriakkan ‘Hore!’ atau yelyel lainnya 8. Pemberian reward pada kelompok siswa dengan jumlah ‘Hore!’ terbanyak 9. Kesimpulan 10. Penutup
8
2.3 Hasil Belajar Terdapat beberapa definisi hasil belajar berdasarkan beberapa ahli. Hamalik (2001:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan, Dimyati dan Mudjiono (2009) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Demikian juga pengertian hasil belajar menurut Anni (2006: 5) yakni perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sudjana (2011: 22) mengemukakan hasil belajar juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes. Tes tersebut merupakan tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011: 55) Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
2.4 Keaktifan Siswa 2.4.1 Pengertian Boeree (2008: 62) menyatakan bahwa pemaknaan aktif menempatkan anak didik dalam kerangka kerja suatu masalah yang sebenarnya. Usman (2011) pun mengungkapkan keaktifan yakni interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Dalam kegiatan fisik meliputi aktivitas lisan meliputi bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi. Aktifitas mendengarkan meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan. Aktifitas gerak seperti senam, atletik, menari, melukis dan aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat. Keaktifan merupakan salah satu prinsip belajar yang relatif berlaku umum dan dapat dipakai dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru serta selalu tampak dalam setiap proses belajar. Keaktifan meliputi kegiatan fisik
9
yang mudah diamati maupun psikis yang susah diamati. Membaca, mendengar, menulis, serta berlatih ketrampilan-ketrampilan merupakan kegiatan fisik yang mudah diamati (Dimyati & Mudjiono, 2009: 42; 45) Dalam penelitian ini keaktifan adalah keterlibatan siswa yang teramati di dalam mengikuti pelajaran termasuk adanya interaksi dengan guru dan siswa dengan siswa serta kesanggupan berbuat dan berpikir untuk mengkonstruksi pengetahuan yang ditandai dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
2.4.2
Indikator Keaktifan Usman (2011) berpendapat bahwa tingkat keaktifan siswa dapat terlihat
melalui sebelas indikator, yaitu: 1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 2. Kerjasamanya dalam kelompok 3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli 4. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal 5. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok 6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat 7. Memberi gagasan yang cemerlang 8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang 9. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain 10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok 11. Saling membantu dan menyelesaikan masalah Sedangkan Sudjana (2011) menyatakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari: a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya d. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru e. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
10
f. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis g. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya Dalam penelitian ini, peneliti mengambil indikator keaktifan siswa seperti berikut: 1. Siswa mengemukakan pendapat 2. Siswa menjawab pertanyaan guru 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya 4. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru 5. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 6. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis 7. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dari Davis Dwi Cahyo Nugroho dan Lika Pratiwi. Nugroho (2011) melakukan
penelitian
tindakan
kelas,
dengan
judul
Penerapan
model
pembelajaran course review horay untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas VC SDN Bandungrejosari 1 Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada pembelajaran IPA siswa Kelas VC SDN Bandungrejosari 1 Kota Malang dengan Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model dan Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dapat dilaksanakan sesuai dengan langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH). Keaktifan siswa pada pembelajaran dengan penerapan model CRH meningkat dari 84,27 pada awal siklus I menjadi 96,46 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari ratarata 57.8 dan ketuntasan kelas 30% sebelum tindakan menjadi rata-rata 76,63 dan ketuntasan kelas mencapai 76,25% pada akhir siklus II.
11
Demikian juga dengan Pratiwi (2011) yang melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan model course review horay (CRH) untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Merjosari 1 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model CRH pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Merjosari 1 Malang dengan kompetensi dasar Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang ada di lingkungan sekitar kita serta sifat-sifatnya dapat dilaksanakan sesuai dengan langkah model CRH. Keaktifan siswa pada pembelajaran dengan penerapan model CRH 66,87 pada awal siklus I menjadi 84,97 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 58,78 dan ketuntasan kelas 43,75% sebelum tindakan menjadi rata-rata 79,7 dan ketuntasan kelas mencapai 68,75% pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan model CRH dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2.6 Kerangka Pikir Kondisi siswa dengan keaktifan rendah dan hasil belajar yang belum maksimal disebabkan belum digunakannya model pembelajaran yang inovatif secara maksimal oleh guru. Selain itu, guru cenderung menjelaskan materi di depan kelas dan siswa hanya mendengarkan. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung sehingga interaksi antara guru dan siswa tidak muncul. Penggunaan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) akan meningkatkan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini disebabkan model pembelajaran ini memiliki kelebihan yakni membuat pembelajaran tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. Hal ini akan berpengaruh pada keaktifan siswa dan hasil belajar yang meningkat.
12
Secara sistematis kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut. Guru belum menggunakan model Course Review Horay
Kondisi Awal
Keaktifan siswa rendah Hasil belajar belum maksimal
Guru menggunakan model Course Review Horay
Tindakan
Keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat
Kondisi Akhir
Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir
2.7 Hipotesis Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN Pledokan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012/2013.