PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR M. Fakhrur Saifudin PGSD FKIP UAD
[email protected] Abstrak Berbagai masalah muncul tentang posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau penggamit mata pelajaran lain di sekolah dasar. Sejalan dengan itu, kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI dirumuskan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses-proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik yang dikemas berbasis teks, telah menjadikan bahasa Indonesia menjadi materi penghela pada subtema lain. Fungsi pemartabatan bahasa Indonesia yang terkutip dalam rekomendasi hasil Kongres Bahasa X, yaitu penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah ilmu pengetahuan. Ranah ini menjadi dasar dalam memantapkan kognitif, afekftif, dan psikomotorik siswa dalam pengembangan karakter bahasa Indonesia. Keywords: Pemartabatan bahasa Indonesia, pembelajaran, dan kurikulum 2013 sangat penting. Penting yang dimaksud,
A. Pendahuluan Pembelajaran
bahasa
Indonesia
bahwa kedudukan bahasa Indonesia menjadi
menjadi penghela dalam pembelejaran di
bahasa
kurikulum
pembelajaran.
2013.Kedudukan
bahasa
Indonesia bukan hanya sebagai bahasa persatuan
masalah muncul tentang
pendidikan
pengantar atau penggamit mata pelajaran lain
khususnya pendidikan dasar di Indonesia.
di sekolah dasar. Masalah yang pertama,
Merujuk pada kurikulum 2013, pembelajaran
penggunaan bahasa Indonesia hanya sebagai
tematik integratif berbasis teks yang tertuang
formalitas
pada
menjadikan
digunakan sebatas komunikasi belaka, belum
pembelajaran bahasa Indonesia menjadi
sampai pada taraf bahasa Indonesia sebagai
kurikulum
sebagai
proses
posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa
dalam
juga
Berbagai
dalam
bahasa
pengantar
tetapi
pengantar
dunia
2013
saja.
Artinya
bahasa
hanya
komunikasi
ilmiah.
Akibatnya
adalah
pembelajaran lain yang bahkan digunakan
penggunaan
bahasa
Indonesia
belum
juga sebagai pengantar pelajaran bahasa
menyentuh pada ranah kognitif. Kedua,
Indonesia.
belum maksimalnya penggunaan bahasa
Empat keterampilan berbahasa yaitu
Indonesia secara baik dan benar terimplikasi
mendengarkan, berbicara, membaca dan
dalam
menulis
kehidupan
siswa,
dan
ketiga
menjadi
pilar
utama
dalam
tercapainya karakter kompetensi kemampuan
pembelajaran bahasa Indonesia.Kurikulum
berbahasa
yang
yaitu
membaca,
menulis,
mengakomodasi
bahasa
Indonesia
berbicara, dan menyimak belum sampai pada
selama ini dirasa hanya sebagai pelengkap
tahap reproduksi bahasa.
dan
Merujuk pernyataan Maryanto (2013, dalam
laman
kemdikbud.go.id)
simbolisasi
pada
pendidikan
di
Indonesia. Tetapi jika dilihat dari komponen
bahasa
dan isi materi kurikulum, bahasa Indonesia
Indonesia di era kurikulum KTSP dirasakan
menjadi dasar penting dalam menghela mata
seperti
pelajaran lainnya.
dinisbikan.
pembagiannya
bahasa
Artinya,
dalam
Indonesia
belum
mampu menjadi bahasa favorit bagi para guru
dan
pemangku
kebijakan
untuk
B. Integrasi
Pemartabatan
Bahasa
Indonesia
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Kurikulum 2013 yang telah bergulir,
“buku” (baca:literasi). Terbukti dalam KTSP
terutama pada pembelajaran sekolah dasar,
peran dan fungsi bahasa Indonesia belum
kedudukan bahasa Indonesia menjadi sangat
diakomodasi. Penggunaan bahasa Indonesia
signifikan. Hal ini karena penggunaan
hanya sebagai pengantar belaka.Bahkan,
bahasa Indonesia menjadi pengantar pada
sekolah-sekolah
mementingkan
mata pelajaran lain. Pendekatakan saintifik
dibandingkan
juga berperan penting dalam mewujudkan
bahasa Indonesia.Para pendidik terutama di
bahasa Indonesia sebagai bahasa dominan.
tingkat dasar, merasa lebih elegan ketika
Sesuai
mengajarkan
kemampuan
Inggris
lebih
bahasa
asing
dengan
hasil
konggres
bahasa
dan
menggunakan
bahasa
Indonesia X bahwa hasil rumusan yang
daripada
menggunakan
bahasa
pertama, memantapkan penggunaan fungsi
Indonesia.Bahkan beberapa buku ajar lebih
bahasa
dalam
bidang
percaya diri menggunakan bahasa asing.
penerjemahan
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa
internasional dalam rangka pengejawantahan
bahasa asing (:Inggris) merupakan bahasa
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua,
universal, tetapi tidak selayaknyalah bahasa
pendampingan dalam diskusi, penelitian, dan
asing menjadi dominasi pada pembelajaran-
implementasi
baik
penerbitan
nasional
kurikulum
2013
dan
maupun
sebagai
manifestasi Indonesia.
fungsi Ketiga,
dan
bahasa
Rekomendasi kedelapan, pemerintah
Standardisasi
perlu menyiapkan formasi dan menempatkan
peran
Badan
Nasional Pendidikan (BSNP) perlu bekerja
tenaga
fungsional
penyunting
dan
sama dalam upaya meningkatkan mutu
penerjemah bahasa di lembaga pemerintahan
pemakaian dalam buku materi pembelajaran.
dan swasta. Rekomendasi kesembilan, untuk
pemerintah
mempromosikan jati diri dan kedaulatan
perlu menyosialisasikan pembakuan bahasa
NKRI dalam rangka misi perdamaian dunia,
Indonesia untuk kepentingan pembelajaran
pemerintah perlu memperkuat fungsi Pusat
bahasa
untuk
Layanan Bahasa (National Language Center)
memperkukuh jati diri bangsa Indonesia.
yang berada di bawah tanggung jawab Badan
Tidak dipungkiri, kelemahan pada tenaga
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Selanjutnya,
Indonesia
keempat,
dalam
rangka
Rekomendasi ke-10, yaitu kualitas dan
pendidik/guru dalam memahami pembakuan bahasa
Indonesia
memutakhirkan penggunaan
terlepas
dari
pengetahuan dan
pembakuan
belum
kuantitas kerjasama dengan berbagai pihak
tentang
luar
negeri
untuk
menginternasionalkan
bahasa
bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan
Indonesia. Kelima, pembelajaran bahasa
dan
Indonesia perlu dioptimalkan sebagai media
komunitas
pendidikan karakter untuk menaikkan harkat
internasional, dengan dukungan sumber daya
dan
Indonesia.
yang maksimal.
Rekomendasi keenam, pemerintah perlu
Kemudian
martabat
bahasa
dikembangkan, ASEAN
baik
di
tingkat
maupun
dunia
rekomendasi
ke-11,
tentang
pemerintah perlu melakukan "diplomasi
bahasa dan sastra kedaerahan sebagai suatu
total" untuk menginternasionalkan bahasa
kesatuan bangsa dan bahasa Indonesia dalam
Indonesia
rangka
Kesatuan
komponen bangsa. Rekomendasi ke-12,
Republik Indonesia. Lebih lanjut, Ketujuh,
Presiden/Wakil Presiden dan pejabat negara
pemerintah perlu menerapkan Uji Kemahiran
perlu
Berbahasa
untuk
Undang-Undang (UU) RI Nomor 24 Tahun
menyeleksi dan mempromosikan pegawai,
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
baik di lingkungan pemerintah maupun
Negara,
swasta, guna memperkuat jati diri dan
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010
kedaulatan NKRI, serta memberlakukan
tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
UKBI sebagai "paspor bahasa" bagi tenaga
pidato Resmi Presiden dan/atau Wapres serta
kerja asing di Indonesia.
Pejabat Negara lainnya.Rekomendasi ke-13,
mewadahi,
memfasilitasi
memperkukuh
Indonesia
studi
Negara
(UKBI)
dengan
melaksanakan
serta
Lagu
melibatkan
secara
seluruh
konsekuen
Kebangsaan
dan
perlu ada sanksi tegas bagi pihak yang
melanggar Pasal 36 dan Pasal 38 UU Nomor
dan kebutuhan faktual daerah dan pada jalur
24
pendidikan nonformal atau informal melalui
Tahun
2009
sehubungan
dengan
kewajiban menggunakan bahasa Indonesia
pembelajaran bahasa berbasis komunitas.
untuk nama dan media informasi yang merupakan pelayanan umum.
Badan
Selanjutnya rekomendasi yang ke-14, menggiatkan
Selanjutnya, rekomendasi ke-20, yaitu
sosialisasi
Pengembangan
dan
Pembinaan
Bahasa perlu meningkatkan pengawasan
kebijakan
penggunaan bahasa untuk menciptakan tertib
penggunaan bahasa dan pemanfaatan sastra
berbahasa secara proporsional.Rekomendasi
untuk mendukung berbagai bentuk industri
ke-21, mengimplementasikan kebijakan yang
kreatif.Rekomendasi
mendukung eksistensi karya sastra, termasuk
ke-15,
lebih
meningkatkan kerjasama dengan komunitas-
produksi
komunitas sastra dalam membuat model
menyentuh
pengembangan
kelokalannya untuk mengukuhkan jati diri
industri
kreatif
berbasis
tradisi lisan, program penulisan kreatif, dan
penggunaan
dan
harus
dukungan
terus
dana
dan
digalakkan
dengan
kemauan
politik
pemerintah agar karya sastra bisa dinikmati
dan
sastra
sesuai
ke-17,
yaitu
pendukungnya dan masyarakat dunia pada
perlindungan bahasa-bahasa daerah dari
umumnya.Rekomendasi ke-23, memberikan
ancaman kepunahan perlu dipayungi dengan
apresiasi dalam bentuk penghargaan kepada
produk hukum di tingkat pemerintah daerah
sastrawan
secara menyeluruh. Rekomendasi ke-18,
menjamin keberlangsungan daya kreativitas
Badan
Pembinaan
sastrawan sehingga sastra dan sastrawan
Bahasa perlu meningkatkan perencanaan dan
Indonesia dapat sejajar dengan sastra dan
penetapan korpus bahasa daerah untuk
sastrawan
kepentingan pemerkayaan dan peningkatan
lembaga-lembaga pemerintah terkait perlu
daya ungkap bahasa Indonesia sebagai
bekerja sama mengadakan lomba-lomba atau
bahasa penjaga kemajemukan Indonesia dan
festival
pilar penting NKRI.Rekomendasi ke-19,
tradisional, untuk memperkenalkan sastra
memperkuat peran bahasa daerah pada jalur
Indonesia di luar negeri yang dilakukan
pendidikan
secara rutin dan terjadwal, selain mendukung
bahasa
Indonesia.Rekomendasi
Pengembangan
formal
informasi
budaya
dalam
pembelajaran
teknologi
identitas
yang
Rekomendasi ke-22, Penggalian karya sastra
Rekomendasi ke-16, mengoptimalkan
reproduksinya,
bangsa Indonesia.
penerbitan buku sastra yang dapat diapresiasi siswa dan peminat sastra lainnya.
dan
dan
melalui
penyediaan
kurikulum yang berorientasi pada kondisi
dengan
harapan
untuk
meningkatkan
dunia.
Rekomendasi
kesastraan,
festival-festival
masyarakat
khususnya
kesastraan
dan
ke-24,
sastra
tingkat
internasional yang sudah ada.Rekomendasi
bahasa Indonesia menjadi penggamit dalam
ke-25, peran media massa sebagai sarana
pembelajaran
pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia di
adalah kurikulum berbasis kompetensi yang
kancah internasional.
dirancang untuk mengantisipasikebutuhan
Selain itu, rekomendasi yang ke-26,
kompetensi
lainnya.
Abad
Kurikulum
21.
Pada
2013
abad
ini,
yaitu literasi pada anak, khususnya sastra
sebagaimana dapat kita bersama saksikan,
anak, perlu ditingkatkan agar nilai-nilai
kemampuankreativitas dan komunikasi akan
karakter yang terdapat dalam sastra anak
menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu,
dipahami oleh anak. Rekomendasi ke-27,
rumusan kompetensi sikap,pengetahuan, dan
Badan
keterampilan
Pengembangan
dan
Pembinaan
yang
dipergunakan
Bahasa memperkuat unit yang bertanggung
Kurikulum
jawab terhadap sertifikasi pengajar dan
pentingnyakreativitas dan komunikasi.
2013
dalam
mengedepankan
penyelenggara BIPA,dan rekomendasi ke-
Sejalan dengan itu, kompetensi yang
28, Badan Pengembangan dan Pembinaan
diharapkan dari seorang lulusan SD/MI
Bahasa berkoordinasi dengan para pakar
dirumuskanmemiliki kemampuan pikir dan
pengajaran BIPA dan praktisi pengajar BIPA
tindak yang produktif dan kreatif dalam
mengembangkan kurikulum, bahan ajar, dan
ranah
silabus
tersebut diperjelas dalam kompetensi inti
yang
standar,
termasuk
bagi
abstrak
dan
konkret.Kemampuan
Komunitas ASEAN (Kongres Bahasa X
yang
tahun 2013).
menyajikanpengetahuan dalam bahasa yang
C. Bahasa Indonesia sebagai Penghela
jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang
salah
adalah
Mata Pelajaran lain pada Kurikulum
estetis,
2013 di Sekolah Dasar
mencerminkan perilaku anak sehat, beriman,
Berbicara mengenai konteks kurikulum 2013
dengan
kelebihannya, beberapa
hal
segala kita
kelemahan
akan
yang
berakhlak
atau
satunya
dalamtindakan
mulia.
yang
Kompetensi
dan
tersebutdirancang untuk dicapai melalui
dimunculkan
proses pembelajaran berbasis penemuan
memungkinkan
(discovery
learning)
melaluikegiatan-
penggunaan pembelajaran bahasa Indonesia
kegiatan berbentuk tugas (project based
dalam mata pelajaran di sekolah dasar.
learning) yang mencakup proses-proses
Kurikulum 2013 berbasis teks, menjadikan
mengamati,menanya, mencoba, menalar, dan
bahasa Indonesia sangat berperan penting
mengkomunikasikan (Buku Siswa Kelas IV,
dalam implementasi pembelajaran. Dengan
2013).
menggunakan
beberapa
strategi/teknik
Merujuk pada pernyataan sebelumnya,
pembelajaran, dimungkinkan penggunaan
bahasa Indonesia bukan hanya sebagai mata
pelajaran
yang
harus
siswa,
minimal yang harus diraih siswa untuk
melainkan penegasan pada implementasi
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
bahasa Indonesia secara logis, sistematis,
pada umumnya dan tujuan pembelajaran
dan ilmiah. Penggunaan teks-teks sebagai
pada khususnya. Selama ini pembelajaran
bahan ajar menegaskan bahwa penguasaan
bahasa Indonesia hanya bersifat formalitas
bahasa Indonesia menjadi sangat penting.
dan belum mampu menyentuh siswa pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik
ranah afektif. Hal ini karena pembelajaran
yang
bahasa Indonesia hanya sebatas penguasan
dikemas
ditempuh
berbasis
teks,
telah
menjadikan bahasa Indonesia menjadi materi
kemampuan-kemampuan
penghela
teoretis. Ranah afektif siswa masih perlu
pada
subtema
lain.
Fungsi
bersifat
pemartabatan bahasa Indonesia yang terkutip
ditingkatkan
dalam rekomendasi hasil Kongres Bahasa X,
Indonesia dalam tataran aplikasi. Sebagai
yaitu penggunaan bahasa Indonesia dalam
contoh, penggunaan kesantunan berbahasa
ranah ilmu pengetahuan. Ranah ini menjadi
dalam bertutur kepada guru. Seringkali
dasar dalam memantapkan kognitif dan
kesantunan berbahasa ini diabaikan, tidak
afekftif siswa dalam pengembangan bahasa
dapat dipungkiri bahwa prinsip kesantunan
Indonesia.
berbahasa
Membahas tentang ranah kognitif, dalam
kegiatan
PBM
siswa
mampu
dalam
yang
penggunaan
belum
tertanam
bahasa
dalam
penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan.
memahami dan menelaah ilmu pengetahuan
Merujuk pada Chaer dan Agustina
melalui sebuah pengantar bahasa yang
(2010:10)
relevan dengan disiplin ilmu siswa sekolah
sederhana merujuk pada tiga kaidah agar
dasar, dimana bahasa pengantar adalah
tuturan kita terdengar santun oleh lawan
bahasa
bicara.
Indonesia.
Indonesia
sebagai
Kedudukan bahasa
bahasa nasional
(1)
kesantunan
formalitas
berbahasa
secara
(formality),
(2)
ketidaktegasan (hesitancy), dan (3) kesamaan
menyatakan bahwa setiap kegiatan yang
dan
kesekawanan
bersifat melibatkan negara dan pemartabatan
camaraderie). Jadi, tuturan itu dianggap
negara melalui bahasa diatur oleh undang-
santun jika terkesan tidak memaksa atau
undang termasuk dalam penyelenggaraan
angkuh, tuturan tersebut memberi pilihan
pendidikan.
tindakan kepada lawan tutur, dan lawan tutur
Kurikulum 2013 sekolah dasar dengan
menjadi senang.
mengusung semangat tematik integratif,
Berkaitan
memudahkan kompetensi
guru inti
dan
dalam
memenuhi
kompetensi
dasar
(equality
dengan
dan
kesantunan
berbahasa, pada kurikulum 2013 Sekolah Dasar sudah dicantumkan kompetensi inti
(KI)
yang
mengakomodasi
religiusitas,
adalah
siswanya.
Tetapi
juga
dapat
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Jika
diasumsikan menawari mitra tutur untuk
dikaji lebih mendalam, pemartabatan bahasa
mengajak ke belakang. Hal inilah yang
Indonesia melalui keasantunan berbahasa
menjadikan peran mata pelajaran bahasa
dapat diakomodasi pada kompetensi inti
Indonesia
sikap. Pada KI 2 yang menyatakan“Memiliki
Seharusnya tuturan tersebut “Pak, mohon
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
izin ke belakang”.
menjadi
sangat
penting.
santun, peduli, percaya diri, dan cinta tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga,
D. Pencapaian
teman, tetangga, dan guru” (Kurikulum
Berbahasa
2013).
Bahasa.
Berdasarkan KI tersebut, pemartabatan bahasa
Indonesia
sebenarnya
sudah
Karakter
Kompetensi
Melalui
Reproduksi
tentang
pencapaian
Mengulas
kompetensi berbahasa, maka kita perlu
terintergrasi dalam kompetensi inti yang
mengkaji
memuat
kepedulian,
indikator dalam standar kompetensi yang
percaya diri, dalam berinteraksi dengan
telah ditentukan. Pencapaian kemampuan
keluarga, teman, tetangga, dan guru. Siswa
berbahasa tidak hanya pada kemampuan
sebagai subjek didik, dalam pengembangan
siswa dalam memahami pelajaran bahasa
kesantunan berbahasa lebih menekan pada
Indonesia tetapi lebih pada bagaimana siswa
aspek
mampu mereproduksi keterampilan tersebut
unsur
kesantunan,
komunikasi
informal,
dimana
komunikasi tersebut hanya lazim dilakukan
bagaimana
pencapaian
setiap
dalam dunia nyata. Wujud reproduksi tersebut yaitu siswa
pada saat di luar pembelajaran. Akhirnya, ketika guru memberikan sebuah contoh
mampu menggunakan bahasa
komunikasi
akan
dalam hal perilaku jujur, disiplin, tanggung
kesulitan dan timbul tuturan yang tidak
jawab, santun, peduli, percaya diri, dan cinta
santun.
tanah
formal,
Misalnya,
maka
seorang
siswa
siswa
yang
air
dalam
Indonesia
berinteraksi
teman,
dengan
hendak izin buang air ke toilet tuturan yang
keluarga,
muncul “Pak, mau ke belakang.”Sekilas
guru.Perwujudan ini meliputi kemampuan
pesan/tuturan tersebut biasa saja.Tetapi jika
siswa dalam menyimak, berbicara, membaca
dikaji dalam prinsip kesantunan, tuturan
dan
tersebut belum dapat dikatakan santun.Hal
pembentukan karakter berbahasa siswa.
menulis.Hal
tetangga,
ini
dan
sebagai
dasar
ini dikarenakan formalitas dalam tataran
Kemampuan menulis misalnya, siswa
bahasa masih mengandung ambiguitas. Yang
distimuli untuk mengungkapkan perasaan,
dimaksudkan “Pak, mau ke belakang”, itu
pengalaman,
dan
gagasan
dengan
menggunakan
bahasa
baku.
Contoh
sederhana ini, mampu membiasakan diri siswa untuk membetuk karakter disiplin dalam bentuk penggunaan bahasa sesuai kaidah.Tentunya
pembelajaran
bahasa
Indonesia yang dimaksud telah dikemas
Daftar Acuan Chaer, abdul dan leonie agustina. 2010. Sosiolinguistik: pengenalan awal. Jakarta: Balai Pustaka. KEMENDIKBUD. 2013. “Indahnya Kebersamaan”. Buku siswa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
dalam bentuk tematik integrative berbasis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SD Kurikulum 2013. KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
teks.
E. Penutup Pembelajaran
bahasa
Indonesia
pada
kurikulum 2013 lebih menekankan pada bagaimana
siswa
dalam
menerapkan
penggunaan bahasa Indonesia lebih pada aspek afektif dan implementasi. Hal ini berguna
untuk
membentuk
karakter
berbahasa dan upaya dalam memartabatkan bahasa Indonesia.
Undang-Undang (UU) RI Nomor 24 tahun 2009 Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2010 www.kemdikbud.go.id. Diakses 10/10/2014