Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA NOVEL SORDAM KARYA SUHUNAN SITUMORANG DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Wahidah Nasution1, Sarwiji Suwandi2, dan Muhammad Rohmadi3
Abstrak This aims of this research are : (1) Describe and tell the stucture of novel Sordam by Suhunan Situmorang; (2) describe and tell the characters of the main characters in the novel Sordam by Suhunan Situmorang; (3) describe and tell the relevance of the study of novel Sordam by Suhunan Situmorang with learning Indonesian in Senior High School. The conclusions of this research, namely: (1) the structure of the text consists of the characterization study with showing method that can be analyzed through dialogue and the character’s behavior. The second characterization study that is viewpoint technique using the third person who know everything; (2) the main character in the novel Sordam that is Paltibonar with ambitious character, tough, and has a high sense of social. The mother’s character is stubborn. Diandra’s character is obedient to their parents and less patient. Mary’s character is independent; (3) the relevance of study of novel Sordam with learning Indonesian in Senior High School is this novel, its contents suitable with senior high school students as well as the values that contained are taken as a lesson. Key words: Character, Psychology of literature, Indonesian study
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 3 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 75
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… karena sejauh tinjauan kepustakaan yang telah
PENDAHULUAN Novel dan cerpen merupakan karya sastra
ditelusuri belum ada penelitian yang membahas
yang di dalamnya termaktub kumpulan prilaku
hal ini. Adapun penelitian yang memiliki
manusia atau tokoh. Realita psikologis adalah
kesamaan dengan penelitian ini yaitu penelitian
salah satu realita yang paling sering muncul
psikologi sastra diantaranya adalah penelitian
dalam cerita rekaan. Kehadiran suatu fenomena
Rosyid Dodiyanto, Nur Alfin Hidayati, Donny
kejiwaan tertentu yang dialami tokoh utama
Syofyan, Anita Kurnia Rachman, dan Intan Sari
ketika bereaksi pada lingkungan dan juga pada
Dewi. Rosyid Dodiyanto membahas pertahanan
dirinya merupakan bentuk realita psikologis yang
ego
muncul. Kejiwaan tokoh memiliki kaitan erat
menggunakan teori Sigmund Freud. Pusat fokus
dengan motivasi yang mengakibatkan tokoh
analisis terletak pada tokoh utama. Nur Alfin
melakukan tindakan. Kenney mengungkapkan
Hidayati meneliti novel Hafalan Shalat Delisa
bahwa motivasi secara umum menyangkut
karya Tere Liye. Ia menjadikan teori Abraham
dorongan sifat manusia yang mendasar seperti
Maslow sebagai pembedah psikologi tokoh.
perasaan cinta, lapar, tamak, dan sebagainya
Donny
(Minderop, 2005: 3).
pengarang Edgar Allan Poe melalui kumpulan
Pendekatan
psikologi
utama
Syofyan
Jade
Sperry
menganalisis
dengan
psikologi
digunakan
cerpennya. Penelitian ini menemukan bagaimana
untuk mengkaji novel berjudul Sordam karya
hasrat inses pengarang diungkap melalui peng-
Suhunan
diciptakan
kajian psikoanalisis. Anita Kurnia Rachman
pengarang dengan tokoh dan karakter yang
mengulas ketidaksadaran hasrat tersembunyi
melekat.
diciptakan
pengarang yang memunculkan sastra. Kumpulan
pengarang dengan keadaan jiwa tertentu ketika
cerpen Sukardi dianalisis untuk mengungkap-kan
menghadapi masalah. Selain itu, novel Sordam
hubungan sastra dengan psikoanalisis. Intan Sari
sarat akan keadaan jiwa tokoh yang mengalami
Dewi dalam penelitiannya mengungkapkan tiga
masalah dengan dirinya sendiri.
struktur kepribadian Sigmund Freud dianalisis
Situmorang.
Dalam
hal
sastra
tokoh
Novel
ini
tokoh
Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia,
melalui konflik yang dihadapi tokoh. Konflik
novel dibahas panjang lebar mengenai unsur
tersebut ditimbulkan oleh tekanan diri maupun
intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Hal ini
dari luar dirinya berupa latar belakang sosial.
muncul pada satandar kompetensi 7 berisi
Dengan demikian penelitian ini terfokus
kompeten-si membaca. Siswa dituntut untuk
pada: (1) bagaimana struktur novel Sordam?; (2)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/
bagaimana karak-ter tokoh utama dalam novel
novel
Sordam?; dan (3) Bagaimana relevansi peng-
terjemahan.
Kompetensi
dasar
menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
kajian
Indonesia/terjemahan menuntut siswa
Indonesia di SMA?
dapat
menemukan karakter tokoh dalam novel. Kajian
sastra
dengan
pembelajaran
bahasa
Novel merupakan salah satu jenis prosa dengan
dengan isi yang lebih luas di banding cerpen
menggunakan teori Sigmund Freud dilakukan
sebagai bentuk prosa lain. Novel dimaknai oleh
ISSN 2338-0306
psikologi
novel
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 76
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Nurgiyantoro (2005: 10) berupa karya prosa fiksi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang
dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra ialah
namun juga tidak terlalu pendek. Pengertian
model
tidak terlalu panjang diartikan bahwa panjangnya
menetapkan bahwa karya sastra memiliki posisi
novel hingga ratusan halaman dan tanpa aturan.
yang dominan memusatkan penelitian pada aspek
Pengertian
kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra,
tidak
dimaksudkan
terlalu
karena
pendek
pengarang
juga cerita
aspek
penelitian
kejiwaan
interdisipliner
pengarang
dengan
dan
psikologi
menyampaikan beberapa konflik dan tokoh
pembaca. Aspek-aspek kemanusiaan merupakan
dengan pemaparan secara mendalam.
objek utama psikologi sastra. Unsur-unsur
Uraian
di
sebagai
kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra
pemaknaan novel yaitu salah satu jenis sastra
dianalisis untuk mengetahui aspek psikologi
berbentuk prosa panjang yang terkandung di
watak yang timbul dalam karya sastra tersebut.
dalamnya
atas
imajinasi
dapat
diacu
untuk
Pembelajaran sastra di Indonesia pada
menceritakan tokoh secara luar biasa sehingga
hakikatnya mengenalkan kepada siswa dan
menimbulkan
me-nyebabkan
mahasiswa nilai-nilai yang terkandung dalam
perubahan nasib terhadap para pelakunya. Dalam
sastra dan mengajak mereka ikut menghayati
novel terkandung unsur intrinsik berupa tema,
pengalaman-pengalaman yang ada dalam karya
alur, tokoh, latar dan sudut pandang.
sastra (Purba, 2009: 91). Hal ini dapat dilakukan
konflik
pengarang
dan
Perwatakan berkaitan erat dengan psikologi
dengan
apresiasi
terhadap
karya
sastra.
diri. Hal ini pula yang dikaji secara mendalam
Kemudian Purba melanjutkan bahwa dengan
dengan
pembelajaran
menggunakan pendekatan psikologi
sastra
(mahasiswa
metode yang dapat digunakan yaitu, telling and
mengembang terhadap nilai indrawi, akali,
showing, sudut pandang (point of view), dan gaya
afektif, keagamaan dan sosial yang terdapat
bahasa.
dalam karya sastra.
psikologi sastra adalah kajian sastra yang
siswa)
mereka
sastra. Dalam menjelaskan perwatakan ada tiga
Endraswara (2008: 96) mendefenisikan
dan
kepekaan
meningkat
dan
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
deskriptif
Karya tidak dapat dipisahakan dari proses
pendekatan
kejiwaan yang terjadi. Kejiwaan yang tergambar
penelitian ini berupa teks sastra yang berasal dari
pada tokoh dipengaruhi oleh pengarang dan
novel Sordam karya Suhunan Situmorang,
dapat mempengaruhi pembaca. Hal yang hampir
diterbitkan oleh Pena Biru Jakarta pada tahun
serupa juga disampaikan Minderop (2010: 54)
2010. Teknik pengumpulan data menggunakan
bahwa psikologi sastra adalah telaah karya sastra
strategi content analysis (analisis isi). Kegiatan
yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas
yang dilakukan adalah membaca, mencermati,
kejiwaaan.
menafsirkan dan menganalisis novel Sordam.
kejiwaan
ini
dapat
psikologi
dengan
penelitian
memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Aktivitas
kualitatif
merupakan
sastra.
menggunakan Data
dilakukan secara sadar maupun tidak.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 77
dalam
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Teknik analisis data yakni menggunakan analisis
hati kakakmu. Jangan sampai kesal karena
model interaktif.
ulahmu.” Marihot, abangnya nomor dua, berkata
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
begini: “Jangan karena ulahmu keharmonisan
Hasil Penelitian
rumah tangga kami terganggu. Kau harus tahu
Struktur Novel
diri. Orang tua kita miskin. Kerjakan yang bisa
Kajian
psikologi
dilepaskan
dari
sastra
struktur
tidak
dapat
pembangunnya.
Pengkajian psikologi sastra yang hanya terpusat pada
aspek
psikologi
dikhawatirkan
kau kerjakan tanpa harus menunggu perintah kakakmu.” (Suhunan Situmorang: 42-43) Pada
hasil
analisis,
dialog
pertama
akan
memaparkan karakter tokoh Paltibonar melalui
menjadi telaah psikologi saja. Oleh sebab itu,
dialog-dialog yang disampaikan Marihot dan
penelitian psikologi sastra harus didahului oleh
Bismar. Kedua tokoh yang berdialog tersebut
teori-teori sastra yang akan menganalisis teks
adalah saudara kandung Palti. Mereka menilai
sastra berisi watak tokoh.
Palti berdasarkan efek perbuatan Palti yang
Karakterisasi telaah fiksi melalui metode telling
dipaparkan
dalam
memiliki sifat malas. Ia dianggap tidak mau
menggambarkan watak Palti dan Mary. Palti
membantu pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh
yang sejak kecil sering bermain dan jarang
kakak iparnya. Marihot berpendapat hampir
membantu orang tua menunjukkan bahwa Palti
sama bahwa Palti adalah seorang adik yang
pemalas. Mari dituturkan pula oleh pengaraang
malas, ia tidak peka terhadap kerepotan kakak
sebagai wanita dengan pendirian yang teguh.
iparnya. Palti dianggap pula oleh Marihot
Keputusan
sebagai orang yang egois dan tidak tahu tata
menikah
pengarang
mereka rasakan. Bismar menilai bahwa Palti
dengan
Palti
adalah
keputusan mutlak yang tidak dapat diubah oleh
krama.
Perbuatannya
yang
menghabiskan
siapapun termasuk keluarganya.
makanan dianggap egois dan tidak beretika.
Metode showing muncul dalam novel atau
Paltibonar memiliki watak sosial yang
cerita modern dengan memanfaatkan dialog dan
tinggi. Karakter ini diungkapkan pengarang
tingkah laku untuk memahami watak suatu
melalui tingkah laku Palti membantu Rainim.
tokoh. Watak tokoh Paltibonar dimunculkan dalam
dialog
yang
sosial yang tinggi. ia pria yang memiliki karakter
pembangkang, pemalas, dan tidak memiliki tata
peka terhadap sesama. Wujud karakter tersebut
krama. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
muncul saat ia merasa iba terhadap Nai Rainim
Namun, kendati telah belajar keras menerima
salah seorang warga kampung yang gila dan
realitas
menghabiskan sisa hidupnya dengan dipasung.
yang
sebagai
getir,
melupakan kata-kata
masih
seorang
Sejak kecil Palti telah memiliki rasa
sulit
baginya
sambutan dari kedua
Sudut
pandang
dalam
novel
Sordam
abangnya setiba ia tiba di Jakarta. “Walau
menggunakan sudut pandang “orang ketiga serba
kedudukanmu adik kandung, janganlah berlagak
tahu”.
kayak tuan yang harus dilayani,” kata Bismar,
Pengarang mengacu pada semua karakter
abang sulungnya. “Pandai-pandailah meng-ambil
dan memosisikannya sebagai orang ketiga.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 78
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Penggunaan kata “ia” adalah bukti bahwa
Kedua saudaranya yang tinggal di kota
pengarang di posisi orang ketiga. Pengarang
metropolitan diharapkan dapat membantunya
bertindak sebagai orang yang mengamati apa
untuk masuk ke salah satu universitas di Jakarta.
yang dilakukan tokoh.
Keinginannya untuk bersekolah ternyata tidak
Karakter Tokoh-tokoh Utama dalam Novel
didukung
saudaranya
sehingga
terjadi
Novel Sordam karya Suhunan Situmorang
kontradiktif antara keinginan dan kenyataan.
memiliki empat tokoh penting yaitu Paltibonar,
Keinginan kuat yang tidak terpenuhi membuat
ibu, Diandra, dan Mary. Setiap karakter memiliki
Palti memendam amarah yang semula telah ada
watak berbeda yang saling mem-pengaruhi satu
sejak ia tiba di Jakarta.
sama lain. Konflik yang muncul disikapi dengan kepribadian yang dimiliki setiap tokoh.
Keinginan yang tidak tercapai menghasilkan rasa
tidak
senang
dalam
diri
Paltibonar.
Paltibonar yang dipanggil akrab Palti adalah
Tercapainya hidup layak melalui gelar sarjana
tokoh utama. Palti digambarkan pengarang
merupakan perkiraan Palti yang ia harapkan
sebagai anak desa yang berusaha memperbaiki
berjalan baik. Ego yang tidak didapatkan dengan
tingkat sosialnya di Jakarta. Ia terlahir dari
mudah tidak membuat id yang dimiliki Palti
keluarga Batak yang memiliki sikap gigih untuk
berkuasa. Palti memilih untuk berusaha sendiri
mengejar mimpi sukses.
dengan menjadi penjual koran.
Sejak dari Sumatera, Palti bertekad untuk
Ketertarikan Paltibonar terhadap perempuan
melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Keinginan
etnis Jawa menjadi konflik selanjutnya. Keluarga
Palti untuk bersekolah merupakan wujud motif
Paltibonar dan Diandra tidak ingin memiliki
ekonomi. Ia ingin memperbaiki status sosial. Hal
menantu yang berasal dari etnis lain. Sikap itu
ini terbukti melalui kutipan di bawah ini.
terpapar pada kutipan berikut.
Paltibonar tak peduli. Tekadnya dari Kisaran
Paltibonar mengangguk, walau bukan hanya
harus kuliah agar bisa jadi sarjana, supaya bisa
keberatan ibu kekasihnya saja yang menjemba
memiliki pekerjaan yang menghasilkan banyak
pikirannya. Juga seorang perempuna tua yang
uang; yang akan merubah status dari yang hina-
juga amat disayanginya, yang tak jua siap
dina menjadi dipuja, juga untuk menyenang-
bermenantukan perempuan yang bukan berasal
nyenangkan sang bunda. Segala upaya perlulah
dari etnisnya. Yang selalu beralasan tak bisa
dilakukan, jualan koran dijalanan kebetulan
bercakap-cakap dan adat mereka begitu berbeda.
paling mudah dikerjakan, kendati melelahkan.
O, bahasa. O, adat budaya, Alangkah pentingnya
Seperak demi seperak ia kumpul upahnya. Tak
bagi manusia. (Suhunan situmorang: 125)
lupa ia doktrin dirinya agar tak mudah menyerah
Krech memaparkan bahwa rasa cinta yang
dan keletihan bukan hal penting yang perlu
dihalang-halangi akan mempertebal perasaan
dikeluhkan. Dan gengsi, bukan hal yang dapat
mereka yang bercinta (Minderop: 45). Begitu
meruntuhkan harga diri. Keduanya beda. Gengsi
juga pasangan Palti dan Diandra yang semakin
dan harga diri, tak sama.
ditolak, mereka semakin berusaha untuk diterima
(Suhunan Situmorang: 47)
ISSN 2338-0306
oleh keluarga masing-masing.
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 79
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Kegigihan mempertahankan cinta akhirnya terhenti ketika Diandra tidak mampu menolak dijodohkan dengan seorang Perwira. Rasa sedih yang
mendalam
terganti
dengan
kembali muncul karena tidak dapat menikahi Diandra. Keputusan Palti menikahi Mary tanpa
perasaan
menanyakan pendapat ibunya menjadi hal yang
jengkel. Ia merasa telah dikelirukan perasaan
harus dipilihnya. Rasa tanggung jawab terhadap
yang kelewat yakin dengan cinta kekasihnya. Ia
apa yang telah diperbuatnya mendominasi super
pun bersumpah akan menghadapi kepergian
ego. Ia menikahi Mary yang juga tidak mendapat
kekasihnya dengan nalar, dengan akal sehat,
restu dari kedua orang tuanya. Pernikahan
akan tegar, dan segera mencari wanita pengganti.
mereka di Singapura tanpa dihadiri siapa pun.
Patah hati? O, tak sampai. Itu cermin kelemahan
Saat usia pernikahannya memasuki usia
dan hanya terjadi dalam kisah fiksi. Kan kucari
ketiga, Palti kembali bertemu dengan Diandra.
wanita
Perseling-kuhan tidak dapat dielakkan. Teks
pengganti,
akan
bercinta
sebanyak
mungkin. Takkan kupedulikan lagi tangis ibuku.
berikut
Aku akan hidup bebas, merdeka, tak diikat adat,
Paltibonar.
tak dikurung norma-norma yang hanya mengada-
Dorongan rindu mengajak kelana ke tempat yang
ada. (Suhunan Situmorang: 236-237)
lebih jauh; dan lift hotel itu pun melesatkan
Penyangkalan terhadap rasa sedih yang
menggambarkan
perseling-kuhan
tubuh mereka ke lantai delapan.
dialaminya mengakibat-kan reaksi emosional.
Maka, pada lepas senja hari kamis itu, tubuh
Pengkhianatan
Diandra
suami milik perempuan lain dengan bebas
merupakan kesedihan terdalam bagi Palti. Ia
menggumuli tubuh istri milik lelaki lain,
berusaha melupakan Diandra dan menjalin
membuat kamar hotel tak lagi hening. Ada
hubungan dengan beberapa wanita. Paltibonar
percakapan yang terpotong; ada tetesan air mata;
lunglai di ruang toilet
ada kepasrahan untuk menyerahkan. (Suhunan
yang
dilakukan
yang mewah itu.
Persendian tulang-tulangnya seperti berpatahan seketika. Pikirannya berkecamuk dahsyat. Wajah ibunya,
Mary,
berdesakan
janin itu,
memenuhi
Diandra,
benaknya.
seperti
Situmorang: 340-341) Tindakan yang dilakukan Palti terhadap Diandra
merupakan
wujud
penguasaan
id
Buminya
terhadap ego dan super ego. Tokoh Palti yang
mendadak gulita. “Akhirnya hanya seperti ini,”
tidak mampu mengendalikan impuls-impuls id
desisnya. Ternyata, ibu anakku memang bukan
dan mendorong ego kepada hal-hal yang bersifat
Diandra.” (Suhunan Situmorang: 297)
amoral mengakibatkan kesadaran dirinya hilang.
Kabar yang mengejutkan dari Mary tidak
Perselingkuhan Palti akhirnya diketahui
memberikan rasa bahagia dalam diri Palti. Rasa
Mary. Penjelasan dusta yang dilakukan Palti
bersalah terhadap ibunya dan rasa cinta yang
tidak mampu menyelamatkan pernikahannya.
belum terhapus membuat ia frustasi. Ketakutan
Mary memutuskan berpisah dan meninggalkan
menyakiti perasaan ibunya menolak memiliki
Palti.
menantu berkebangsaan asing serta rasa sedih
Kegagalan yang ia alami sulit diterimanya sebagai kesala-hannya sendiri. Ia kemudian
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 80
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… menyalahkan hubungannya
ibunya
yang
dengan
tidak
Diandra.
merestui Tindakan
melimpahkan kesalahan pada orang lain cepat disadarinya.
Ia
tahu
bahwa
tindakan
menyalahkan orang lain bukan tindakan yang
Pakpahan, Sihotang, atau Situmorang? Pilihlah sesuka hatimu.” (Suhunan Situmorang: 183) Pada akhirnya sikap ibu melunak. Ketakutan baru yang lain pun muncul. Ia khawatir jika anak lelakinya tidak mau berumah tangga lagi.
bijak. Tindakan ini muncul karena tokoh ini
Diandra adalah perempuan yang dicintai
memiliki rasa cinta pada ibunya. Ia melindungi
Paltibonar. Perbedaan kultur budaya membuat
ibunya dengan berusaha mematuhi keinginannya
keduanya
walau pada akhirnya ia tidak mampu menuruti
karakter perempuan cerdas. Ia sangat mencintai
keinginan tersebut.
Palti. Sejak awal ia telah menyadari bahwa
Ibu merupakan tokoh utama selanjutnya. Ia wanita desa yang berpikiran sederhana dan pekerja
keras.
Ia
merupakan orang
tidak bersatu.
Diandra
memiliki
hubungannya dengan palti tidak mendapat restu. Diandra tumbuh di keluarga terpandang. Ia
yang
memiliki pribadi yang sederhana dan patuh pada
berpengaruh dalam hidup Palti. Karakter tokoh
perintah orang tua. Sikapanya itu ditonjolkan
ibu sensitif. Terlihat pada data di bawah ini.
dengan menolak beberapa keinginan Paltibonar
“Tapi aku tak mau mendapat istri seperti
yang dapat menyakiti orang tuanya.
dirimu.” Paltibonar mengucapkannya dengan
Semakin lama, pikiran Diandra berubah.
mimik menggoda. Kening bundanya sontak
Asmara yang tidak direstui orang tua membuat
mengerut. ”Tentu saja. Mana mungkin lagi kau
Diandra ingin kawin lari dengan Paltibonar. Ia
mau beristrikan perempuan sekolot aku ini.
tidak mempertimbangkan adat yang berlaku.
Selain tidak berpendidikan dan hanya mengerti
Keinginan dimiliki oleh kekasihnya disampaikan
pekerjaan tani, tidak pula cantik.” (Suhunan
melalui dialog di bawah ini.
Situmorang: 181)
Diandra menatapnya, “Bawa saja aku pergi ke
Keinginan tokoh ibu terhadap Paltibonar
mana pun kamu ingin membawaku. Usia kita
yaitu menikah dengan gadis yang berasal dari
lebih dari cukup untuk mengambil keputusan,”
suku Batak.
bukanlah
ucapnya seraya mengelus-elus pipi Paltibonar.
permintaan yang mudah untuk dikabulkan karena
“Apakah kita mau berpisah hanya karena
Paltibonar telah menjalin hubungan dengan gadis
perbedaan asal usul dan budaya?” (Suhunan
lain. Permohonan Paltibonar agar menerima
Situmorang: 120)
gadis
Permintaan tersebut
pilihannya
dari
Paltibonar menjadi penghalang terhadap id
ibunya. Pada situasi demikian sikap yang
dan ego Diandra. Ia menolak untuk menikahi
menonjol dari ibu adalah keras kepala.
Diandra
“Tapi, kalau memang tak ada boru Naibaho yang
Kesenangan yang tidak terwujud memunculkan
lengket di hatimu, carilah gadis keturunan
rasa benci. Akhirnya ia memutuskan untuk
Samosir ini,” lanjut ibunya. “Di Jakarta, banyak
menikah dengan Prasasto dan meninggalkan Palti
juga kan orang Samosir? Boru Silalahi, Sinaga,
yang menurutnya tidak tegas.
Limbong,
Sagala,
ISSN 2338-0306
mendapat
tentangan
Pandiangan,
dengan
cara
tidak
terhormat.
Nainggolan
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 81
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Mary seorang wanita Inggris. Perbedaan
Perwatakan melalui metode telling and
budaya menjadi daya tarik bagi Paltibonar. Mary
showing merupakan perwatakan yang digunakan
dikenal
pengarang
Paltibonar
sebagai
perempuan
dalam
menggambarkan
karakter
berpendirian keras dan mandiri. Kendati belum
tokoh. Metode telling menunjukkan bahwa tokoh
setahun menikah, ia cukup paham karakter
memiliki sifat malas, pembangkang, dan rasa
istrinya, hingga tidak ingin mengadu argumentasi
sosial yang tinggi Penggunaan metode showing
yang ujung-ujungnya menciptakan ketegangan.
ini sebagai analisis karakter dapat ditinjau
Ia
yang
melalui dialog dan tingkah laku. Karakterisasi
berpendirian kukuh terhadap apa pun yang sudah
tokoh melalui dialog mencakup apa yang
diputuskan, termasuk menikahinya beberapa
dikatakan penutur, jati diri penutur, lokasi dan
bulan lalu. Selain komitmennya yang tinggi
situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju,
terhadap pekerjaan, hampir dalam semua hal ia
kualitas mental dan para tokoh, nada suara,
hindari ketergantungan, pada dan dari siapa pun,
penekanan, dialek, dan kosa kata para tokoh
termasuk
sedangkan tokoh melalui tingkah laku mencakup
tahu,
Mary
pada
adalah
suami
perempuan
sendiri.
(Suhunan
Situmorang: 320)
ekspresi wajah, dan motivasi yang melandasi
Relevansi Pengkajian Novel Sordam dengan
tindakan tokoh (Minderop, 2011: 4). Sudut pandang dalam novel Sordam adalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia Analisis watak merupakan bagian dari
orang ketiga serba tahu. Sudut pandang persona
unsur-unsur intrinsik. Siswa dituntut untuk
ketiga tidak selalu menggunakan kata ganti orang
mampu menganalisis sastra berdasarkan unsur
ketiga di dalam sebuah cerita tetapi dapat pula
intrinsiknya.
pada
muncul dialog yang menggunakan kata ganti
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA.
engkau dan aku. Kemunculan bentuk yang
Standar kompetensi membaca mengharuskan
berbeda ini disebabkan keinginan pengarang
siswa
untuk memperlihatkan bagaimana tokoh “dia”
Kompetensi
memahami
itu
berbagai
tertera
hikayat,
novel
Indonesia/terjemahan dan kompetensi dasarnya
sedang
mengungkapkan
adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
2011:
98).
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
menyebutnya sebagai sudut pandang campuran.
Setiap novel memiliki nilai positif dan negatif yang terkandung di dalamnya. Novel
dirinya
(Minderop,
pakar
terkadang
Beberapa
Karakter Tokoh-tokoh Utama dalam Novel Karakter
berasal
dari
bahasa
Inggris
Sordam juga memiliki hal yang demikian. Nilai
characterization yang berarti pemeranan atau
positif dapat menjadi pedoman untuk diterapkan
pelukisan
dalam kehidupan sehari-hari dan nilai negatif
mengungkapkan
dapat menjadi pelajaran untuk menjauhkan diri
keinginan, emosi dan prinsip moral dari individu
dari prilaku menyimpang.
yang terdapat dalam cerita. Setiap karakter
Pembahasan
memiliki
Struktur Novel
terkadang karakter itu sendiri tidak menyadari
watak.
Stanton bahwa
motivasi
dalam
(2007:
karakter
bertindak
33) adalah
yang
mengapa ia bereaksi demikian. Telaah karakter
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 82
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… melalui psikologi sastra adalah salah satu cara
setelah
untuk mendalami watak tokoh.
Increadibly. Psikologi sastra dapat dilakukan
Tokoh
Palti
karakter
Extremely
Loud
and
yang
kepada pengarang, pembaca, dan tokoh dalam
kompleks antara lain pembangkang, pemalas,
novel. Temuan Wenying Xu yaitu penerapan
tidak tahu tata krama, ambisius, memiliki rasa
teori psikoanalisis Lacan sebagai pembedah
sosial tinggi, tidak setia, dan tegas. Ibu berwatak
otologi Bich Minh Nguyenn’s,. Lacan adalah
keras kepala, sensitif dan rendah diri. Karakter
murid Freud yang mengubah beberapa teorinya
demikian
memiliki
seperti oedipus dan ketidaksadaran ego. Ding
pendidikan rendah dan sejak berumah tangga ia
Yang Kong Xiangguo menganalisis psikologi
menjadi tulang punggung keluarga. Ia selalu
pembaca
menginginkan yang terbaik bagi keluarganya
Jacques Lacan. Penelitian Thi Huong Giang Buil
sehingga terlihat sebagai sosok keras kepala.
mendapatkan
Tokoh lain adalah Diandra, ia anak tunggal
mengalami trauma dalam dirinya dan dikaji
keturunan Jawa. Karakter yang tampak dari
dengan pendekan psikoanalisis Freud. Penelitian
tokoh ini adalah karakter patuh pada orang tua
berbeda oleh Majed S. Al Lehaibi yaitu meneliti
dan kurang sabar. Karakter Mary yaitu mandiri,
konflik yang muncul pada novel modern
dan teguh pendirian. Ia menghindari berbagai
Amerika bertema budaya.
tindakan yang menyusahkan orang di sekitarnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Relevansi Pengkajian Novel Sordam dengan
Simpulan
muncul
memiliki
membaca
karena
ibu
dengan
menerapkan
bahwa
psikoanalisis
tokoh
Jay
Gatsby
Berdasarkan ulasan pada hasil dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Pengungkapan karakter tokoh dalam novel
pembahasan
dalam
penelitian
ini
dapat
telah mengungkapkan pula nilai-nilai yang
disimpulkan sebagai berikut. (1) Struktur novel
terkandung dalam novel. Hidayatullah (2010: 25)
terdiri atas telaah perwatakan dengan metode
menuturkan bahwa pendidikan tidak cukup
showing yang dapat dianalisis melalui dialog
dengan
membaca,
serta tingkah laku tokoh dan sudut pandang yang
menulis dan berhitung, kemudian lulus ujian, dan
digunakan adalah orang ketiga serba tahu. (2)
mendapat pekerjaan yang baik. Sekolah harus
tokoh
mampu mendidik peserta didik apa yang benar
Paltibonar dengan karakter ambisius, tegar, dan
dan salah. Guru perlu mendampingi siswa
memiliki rasa sosial yang tinggi, Ibu dengan
memahami novel. Isi yang terkandung dalam
karakter keras kepala, Diandra dengan karakter
novel harus dicermati. Tindakan negatif yang
patuh pada orang tua dan kurang sabar, Mary
dilakukan tokoh harus disadari bahwa hal itu
dengan karakter mandiri. (3) Relevansi kajian
tidak layak ditiru.
novel Sordam dengan pembelajaran bahasa
mengajar
peserta
didik
utama
dalam
novel
Sordam
yaitu
Pembahasan di atas menun-jukkan bahwa
Indonesia di SMA adalah novel ini isinya cocok
penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian
dengan siswa SMA serta nilai-nilai yang
sebe-lumnya. Penelitian yang dilakukan Anke
terkandung di dalamnya dapat diambil sebagai
Geertsma menemukan aspek psikologi pembaca
pelajaran
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 83
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… 3. Pembaca novel Sordam diharapkan mampu
Saran Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.
nilai negatif yang terkandung dalam novel. 4. Pembaca hasil penelitian ini diharapkan
1. Guru diharapkan dapat menggunakan novel Sordam sebagai bahan bacaan siswa. 2. Sekolah
mengambil nilai-nilai positif dan mencermati
diharapkan
menjadikan
mampu menguak berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk membedah karya-
novel
Sordam sebagai alternatif bacaan khususnya
karya
sastra
sebagai
wujud
kepedulian
terhadap apresiasi sastra.
di jenjang SMA dan Perguruan Tinggi.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 84
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Daftar Pustaka Al-Lehaibi, Majed S. 2013. “Conflict: A Culture Theme in the Modern American Novel”. Journal. English Language and Literature Study. Vol 3 No. 2. May 2013. pp. 93-106 Bui, Thi Huong Giang. 2013. “Jay Gatsby’s Trauma and Phsichological Loss”. Journal. English Language and Literature Study. Vol. 3 No. 1. January 2013. pp. 42-46 Dewi, Intan Sari. 2011. “Pengaruh Lingkungan Sosial Ekonomi pada Kejiwaan Tokoh dalam Novel Dhomair Thaihah Karya Fatimah Mustafah Analisis Psikologi Sastra”. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Dodiyanto, Rosyid. 2011. “Konflik Internal dan MekanismePertahanan Ego Tokoh Jade Sperry dalam Breathof Scandal: Tinjauan Psikoanalisis Freud. Jurnal. Sulawesi Tenggara: Kandai Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress Geertsma, Anke. 2010. “Redefining Trauma Post 9/11: Freud’s Talking Cure and Foer’s Extremely Loud and Incredibly Close”. Journal: Emerging Voices in American Studies. Issue 4. November 2010. pp. 91-108 Hidayati, Nur Alfin. 2012. “Analisis Psikologi Sastra dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye”. Tesis Tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka Minderop, Albertine. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Obor _______. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Obor Nurgiyantoro, Burhan. 1995.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Purba, Antilan. 2009. Sastra dan Manusia. Medan: USU Press Rachman, Anita Kurnia. 2011.”Kepribadian Tokoh Utama Anak dalam Novel Anak Pink Cupcake Bersahabat itu Menyenangkan Karya Ramya Hayasrestha Sukardi”. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Situmorang, Suhunan. 2010. Sordam Sebuah Novel. Jakarta: Pena Biru Syofyan, Donny S.S. 2012. “Hasrat Inses Edgar Allan Poe dalam Cerpen-cerpen Pilihannya: Psikoanalisis Freud”. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Xiangguo, Ding Yang Kong. 2010. “Tragedy of the Self-splitting-A Psichological reading of Toni Morrison’ The Bluest Eye”. Journal: Frontiers of Literary Study, Vol. 4. Issue 2. June 2010. pp. 298-320
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 85
Wahidah Nasution, Sarwiji Suwandi, dan Muhammad Rohmadi, Kajian Psikologi… Xu, Wenying. 2011. “A Psychoanalytical Approach to Bich Minh Nguyen’s Stealing Buddha’s
Dinner”.
Journal:
Asian
American
Literature:
Discourses
&
Pedagogies, Vol. 2. January 2011. pp. 8-21
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 86