BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani menurut Wahjoedi (2001:58) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dengan cadangan energi yang tersisa ia masih mampu menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal darurat yang tidak terduga sebelumnya. Lebih lanjut dikatakan, dalam kehidupan sehari-hari kesegaran jasmani akan menggambarkan kehidupan seseorang secara harmonis, penuh semangat dan kreatif. Dengan kata lain, orang yang bugar adalah orang yang berpandangan sehat, cerah terhadap kehidupannya baik untuk masa kini maupun masa depan, menjaga harga diri dan memiliki pergaulan dengan sesama manusia. Dalam buku TKJI untuk anak umur 10-12 tahun (2010:1) dijelaskan bahwa kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien. Menurut Engkos Kosasih (1985:10) pengertian kesegaran jasmani sebagai berikut: Kesegaran jasmani ialah kemampuan fungsional dari seseorang dalam menghadapi pekerjaannya, jadi orang yang “fit” akan mampu melakukan pekerjaannya berulang kali tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk mengatasikesukaran yang tidak terduga sebelumnya. Sedangkan menurut Nurhasan (2005:1), kesegaran jasmani merupakan bagian dari total fitness. Total fitness itu mencangkup berbagai komponen yaitu: 7
anatomical fitness, physiological fitness dan psychological fitness. Santoso Giriwijoyo (2007: 23) mengemukakan bahwa kesegaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/ atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang
berlebihan dan telah pulih
sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya. Menurut Karpocvich di dalam Casady, Mabes, dan Alley yang dikutip Sudarno (1992: 9) menyatakan bahwa kesegaran jasmani merupakan ekspresi kuantitatif dari kondisi fisik seseorang. Kesegaran jasmani dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang utnuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskulas dimana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama. Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu memenuhi tuntutan fisik tertentu. Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak (Sadoso Sumosardjuno,1992:19). Sedangkan ahli-ahli pendidikan jasmani menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang utnuk melakukan sesuatu kerja tertentu dengan hasil baik/ memuaskan tanpa kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani bercirikan semua bagian tubuh dapat berfungsi secara efisien saat tubuh menyesuaikan diri dengan tututan sekitar. Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah 8
keadaan seseorang dimana
seseorang tersebut mampu menyelesaikan tugas hariannya dengan baik tanpa suatu kelelahan yang berarti. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani yang baik dicapai dengan latihan yang benar. Namun demikian kesegaran jasmani mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga tercapai kesegaran yang baik. Menurut Perry Howard (1997: 37-38) faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin, somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau istirahat, dan kegiatan jasmaniah. Penjelasan secara singkat sebagai berikut: a. Umur Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan yang sendiri. Kesegaran jasmani dapat ditingkatkan pada hampir semua usia. b. Jenis kelamin Masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda. Secara hukum dasar wanita memiliki potensi tingkat kesegaran jasmani yang lebih tinggi dari pria. Dalam keadaan normal mereka mampu menahan perubahan suhu yang jauh lebih besar. Kaum laki-laki cenderung memiliki potensi dalam kesegaran jasmani, dalam arti bahwa potensi mereka untuk tenaga dan kecepatan lebih tinggi. c. Somatotipe atau bentuk tubuh Kesegaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan bentuk badan apapun sesuai dengan potensinya. 9
d. Keadaan kesehatan Kesegaran jasmani tidak dapat dipertahankan jika kesehatan badan tidak baik atau sakit. e. Gizi Makanan sangat perlu, jika hendak mencapai dan mempertahankan kesegaran jasmani dan kesehatan badan. Makanan yang seimbang (12% protein, 50% karbohidrat, 38 % lemak) akan mengisi kebutuhan gizi tubuh. f. Berat badan Berat badan ideal dan berlebihan atau kurang akan dapat melakukan perkerjaan dengan mudah dan efesien. g. Tidur dan istirahat Tubuh membutuhkan istirahat untuk membangun kembali otot-otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan di dalam merangsang pertumbuhan otot. Istirahat yang cukup perlu bagi badan dan pikiran dengan makanan dan udara. h. Kegiatan jasmaniah atau fisik. Kegiatan jasmaniah atau fisik yang dilakukan sesuai dengan prinsip latihan, takaran latihan, dan metode latihan yang benar akan membuat hasil yang baik. Kegiatan jasmani mencegah timbulnya gejala atrofi karena badan yang tidak diberi kegiatan. Atrofi didefinisikan sebagai hilang atau mengecilnya bentuk otot karena musnahnya serabut otot. Pada dasarnya dapat terjadi baik secara fisiologi maupun patologi. Secara fisiologi, atrofi otot terjadi pada otot-otot yang terdapat pada anggota gerak yang lama tidak digunakan seperti pada keadaan anggota gerak yang dibungkus dengan gips. 10
Atrofi ini sering disebut disus atrofi. Sebaliknya, secara patologi atrofi otot dibagi menjadi 3, yaitu: atrofi neurogenik, atrofi miogenik, dan atrofi artogenik. Atrofi neurogenik timbul akibat adanya lesi pada komponen motorneuron atau akson (Sidharta, 2008). 3. Komponen Kesegaran Jasmani. Menurut Rusli Lutan (2002: 63), kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan mengandung empat unsur pokok: a. Kekuatan otot Ketika kita melihat seseorang mampu mengangkat sebuah beban yang cukup berat, maka kita berkesimpulan orang itu memiliki kekuatan yang cukup besar. Tampak ia mengerahkan tenaganya semaksimal mungkin, dan otot-ototnya tegang atau berkontraksi untuk mengatasi beban itu. Berdasarkan paparan singkat itu, ada sebuah definisi yang mengatakan, kekuatan otot adalah kemampuan tubuh utnuk mengerahkan daya maksimal terhadap objek di luar tubuh. Dalam pengertian lain, kekkuatan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal. b. Daya tahan otot Menurut Depdikbud (1997) Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berurutan atau berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi daya tahan otot merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot. Daya tahan otot mirip dengan kekuatan otot, jika dilihat dari kegiatan yang dilaksanakan. Cuma berbeda dengan penekannya. Kekuatan otot berkembang bila beban 11
yang diatasi semakin meningkat, atau bertambah berat melebihi beban yang pernah diatasi. Daya tahan terbentuk melalui beban yang relatif lebih ringan. Namun, pelaksanaan
tugasnya dilakukan berulang kali dalam satu
kesempatan. Sebagai contoh, bila kita berikan tugas kepada anak utnuk melakukan permainan lompat tali, maka tugas itu pada dasarnya membutuhkan kekuatan otot-otot kaki dan tungkainya. Namun, kegiatan lompat tali yang dilakukan berulang
kali
dengan
penuh
kegembiraan
itu,
lebih
menekankan
pengembangan daya tahan. Perbedaan kedua hal itu semakin jelas, bila tugas yang akan dilakukan oleh anak melibatkan berat badannya. Sebuah tugas berupa mengankat tubuh ke atas hingga dagu mencapai palang (gerakan mengangkat badan), pada dasarnya memerlukan kekuatan otot-otot lengan dan tangan. Berapa kali anak dapat melakukan ulangan gerakan itu, dipengaruhi oleh berat badannya. Anak yang terlalu berat badannya, biasanya akan mengalami kesulitan. c. Daya tahan aerobik Kegiatan berlari kesana kemari secara berkelanjutan, tanpa henti, seperti sering dilakukan oleh anak-anak, tentu memerlukan daya tahan. Keadaan ini disebut daya tahan aerobik. Daya tahan ini disebut juga daya tahan peredaran darah – pernafasan, karena berkaitan langsung dengan kemampuan jantung, paru-paru, dan sistem peredaran darah. Karena itu, daya tahan aerobik dapat juga disebut kemampuan melaksanakan tugas fisik selama waktu yang cukup lama dalam jumlah ulangan tugas yang cukup banyak. 12
d. Fleksibilitas Tubuh anak masih lentur, persendiannya masih elastis. Karena itu seberapa luas ruang gerak pada sebuah persendian menunjukan fleksibilitas. Fleksibilitas merupakan gambaran dari luas sempitnya ruang gerak pada berbagai persendian yang ada dalam tubuh kita. Fleksibilitas ini tentu mempengaruhi
kemampuan
kita
untuk
bergerak.
Namun
demikian,
fleksibilitas itu dapat dilatih, sehingga semakin meningkat. Menurut Rusli Lutan (2002:69) kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa mengandung unsur-unsur: 1. Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan pelaksanaan tugas gerak yang terpisah-pisah yang didukung oleh beberapa sumber penginderaan sehingga
menjadi
gerak
yang
efisien.
Koordinasi
itu
memerlukan
keharmonisan, irama, dan urutan gerak dari beberapa anggota tubuh. 2. Kecepatan gerak Kecepatan
kemampuan
seseorang
dalam
melakukan
gerakan
berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Ketika seseorang anak mampu menempuh satu jarak dengan berlari misalnya, dalam waktu singkat, kita lalu berkesimpulan anak itu memiliki kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mengetahui kecepatan kita perlu menetapkan kapan tugas gerak dimulai dan kapan
13
berakhir. Selang waktu antara mulai dan berakhir, kita sebut waktu gerak. Hal inilah yang menggambarkan kecepatan seseorang. 3. Daya Ledak / Power Menurut Abdulkadir Ateng (1992:67), daya ledak adalah kemampuan untuk melepaskan kekuatan otot secara maksimal dalam waktu sesingkatsingkatnya. Power adalah kemampuan utnuk mengerahkan usaha maksimal secepat mungkin. Karena itu, istilah power sering juga disebut dalam istilah daya ledak, hal ini disebabkan oleh pelaksanaan tugas dengan kekuatan, disertai dengan kecepatan. 4. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan utnuk mempertahankan keseimbangan dalam kaitannya dengan daya gravitasi. Ini adalah kemampuan utnuk mengalihkan posisi tubuh jika berada dalam beberapa posisi. Keseimbangan dibagi menjadi keseimbangan dinamis dan keseimbangan statis. Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam posisi yang tetap. Berdiri dengan satu kaki, sementara mata terpejam, tergolong keseimbangan statis. Keseimbangan
dinamis
adalah
kemampuan
utnuk
mempertahankan
keseimbangan sambil badan dalam keadaan bergerak. Dalam kenyataannya, semua aktivitas jasmani melibatkan kedua jenis keseimbangan tersebut,karena keseimbangan merupakan aspek dari semua gerak.
14
Menurut Mochamad Sajoto (1980: 46-56) kesegaran jasmani dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Kesegaran yang berhubungan dengan kesegaran atau kesehatan: a) Daya tahan kardiorespirasi b) Kekuatan otot c) Keseimbangan berat badan d) Kelentukan 2) Kesegaran yang berhubungan dengan keterampilan gerak: a) Koordinasi b) Kecepatan c) Kelincahan d) Daya ledak e) Keseimbangan Komponen kesegaran jasmani menurut Nurhasan (2005: 5-6) yaitu: 1) Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan: a) Daya tahan (aerobic endurance). b) Kekuatan otot (muscular strength) c) Daya tahan otot (muscular endurance). d) Kelentukan (flexibility) e) Komposisi tubuh (body composition) 2) Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan: a) Kelincahan. b) Keseimbangan. c) Koordinasi. d) Daya kecepatan. e) Reaksi. 3) Pengukuran Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia melakukan pekerjaan dan bergerak. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidak sama, sesuai dengan gerak atau pekerjaan yang dilakukan. Kesegaran Jasmani yang dibutuhkan oleh karyawan berbeda dengan anggota TNI, berbeda pula dengan, penarik becak, dengan pelajar, dan sebagainya. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang anak berbeda dengan yang dibutuhkan orang dewasa, bahkan kadar kebutuhan kesegaran jasmani itu sangat individual. 15
Kesegaran jasmani yang baik dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Sebenarnya banyak jenis latihan-latihan yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani. Untuk mengetahui dan menilai tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan melaksanakan pengukuran. Pengukuran kesegaran jasmani dilakukan dengan tes kesegaran jasmani. Untuk rnelaksanakan tes diperlukan adanya alat atau instrumen. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) merupakan, salah satu bentuk instrumen untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani. Dalam lokakarya kesegaran jasmani tahun 1984 TKJI telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu intrumen yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Dasar pertimbangannya adalah bahwa instrumen ini seluruhnya disusun dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi ke dalam 4 kelompok umur, yaitu : kelompok umur 6 – 9 tahun, 10 -12 tahun, 13 -15 tahun, dan 16-19 tahun. Dalam penelitian ini, kelompok umur yang akan di tes adalah kelompok umur 10-12 tahun sesuai rata-rata umur siswa kelas V. Tes kesegaran jasmani untuk anak umur 10-12 tahun putra dan putri terdiri dari : 1. Lari 40 meter 2. Gantung siku tekuk 3. Baring duduk, 30 detik 4. Loncat tegak 5. Lari 600 meter 16
Dari uraian di atas, tes pengukuran kesegaran jasmani untuk anak sekolah dasar usia 10-12 tahun di bagi dalam beberapa jenis pengukuran yaitu : Lari 40 meter (untuk mengukur kecepatan), gantung siku tekuk (untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu), baring duduk 30 detik (untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut), loncat tegak (untuk mengukur daya ledak dan tenaga eksplosif) dan lari 600 meter (untuk mengukur kekuatan dan daya tahan jantung, pernafasan dan paru). 4. Tingkat Kesegaran Jasmani Tingkat kesegaran jasmani dan fungsi kognitif secara implisit, Zervas dan Stambulova (dalam Auweele, 1999: 71) mengatakan tidak ada satu penelitian yang menunjukkan bahwa latihan jasmani menghambat fungsi kognitif misalkan intensitas latihan pada tingkatan rendah atau menengah. Bahkan sebaliknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan yang ringan dan menengah memfasilitasi fungsi kognitif. Memfasilitasi atau menghambatnya aktivitas jasmani terhadap penampilan berpikir tergantung pada tingkat kesegaran jasmani sipelaku. Namun demikian, seseorang yang tingkat kesegaran jasmaninya tinggi, bila melakukan latihan jasmani dan mencapai titik pelaksanaan tugas gerak yang tidak lagi dilakukan dengan baik, menunjukkan penurunan penampilan fungsi berpikir atau kognitifnya. Penampilan olahraga dan fungsi kognitif merupakan dua dimensi yang berbeda tetapi sesungguhnya satu kesatuan yang utuh. Dua dimensi itu, yaitu: jasmani dan mental (pikiran) melumat menjadi satu kesatuan. John Syer dalam penelitian Bambang Abduljabar (2002:62) menyebutnya sebagai upaya ”tune in” 17
berasal dari kata kerja ”to attune” yang bermakna menjadikan sadar atau ”atensi terfokus” pada tugas gerak yang harus ditampilkan tubuh. Kata ini juga bermakna menyelaraskan pikiran sesuai dengan tuntutan gerak atau pikiran yang disesuaikan dengan kebutuhan gerak tubuh. Gelombang pikiran yang dicocokkan dengan tuntutan gerak tubuh. Keselarasan gelombang ini mengantarkan individu mampu ”berkonsentrasi” dan ”sadar” terhadap kondisi dan suasana sekitar dirinya ketika gerak diekspresikan. Aktivitas jasmani berpengaruh langsung terhadap otak, dan pengaruh langsung ini kemudian secara tidak langsung menjadi media pengaruh latihan terhadap fungsi kognitif. Secara khusus, bukti menunjukkan aktivitas jasmani mempengaruhi aliran darah ke otak, terjadi neurotransmitter, efisiensi syaraf dan struktur otak, dan perubahan ini berhubungan dengan kesehatan mental yang lebih baik dan meningkatkan fungsi kognitif. Pendapat ini menunjukkan bahwa aktivitas jasmani yang dilakukan berpengaruh tidak langsung pada fungsi kognitif melalui peristiwa neurotransmitter, efisiensi sistem syaraf dan struktur otak. Jadi individu yang melakukan latihan jasmani atau olahraga bisa menyebabkan fungsi otak menjadi lebih baik. Dari segi fisiologis peran otak dalam proses berpikir dalam hubungan dengan kegitan motorik ditunjukkan oleh adanya peristiwa neurotransmitter pada bagian otak cerebellum. Peristiwa ini akan lebih sering terjadi apabila intensitas kegiatan motorik meningkat, dan pada saat yang sama mengakibatkan semakin lancarnya aliran darah yang menuju ke otak, sehingga otak akan lebih segar dan fungsi untuk berpikir akan senantiasa terpelihara. 18
Keterampilan gerak dan fungsi kognitif saling terkait dan kadang berada dalam kajian perkembangan perseptual gerak (perceptual motor development). Ahli psikologi menggunakan istilah sebagai keterampilan koordinasi yang melibatkan tingkat kognisi pnting. Sebagai contoh: seorang pengemudi kendaraan roda empat, menggunakan penglihatannya, kaki, dan tangannya agar kendaraan berada dalam jalur yang semestinya. Proses kognitif lebih mengacu pada bagaimana otak mendapatkan informasi dan bagaimana mempersepsi, mengolah, dan menggunakan informasi untuk menggeneralisasikan pola-pola perilaku. Proses kognitif berperan penting dalam berbagai jenis belajar termasuk belajar motorik. 5. Karakteristik Siswa Kelas Atas Karakteristik siswa sekolah dasar kelas IV dan V, Menurut Trisnowati dan Moekarto (2006: 8.27-8.55), karakteristik anak sekolah dasar kelas IV dan V seperti : a. Mudah terpengaruh dan mudah tersinggung. b. Hidup dalam khayalan masih pekat sehingga terkesan pembual. c. Senang menggoda dan menyakiti teman. d. Mempunyai kemauan yang kuat. e. Kurang hati-hati, senang membuat gaduh dan senang cari pembenaran (rasionalisasi). f. Menginginkan kebebasan walaupun tetap dalam perlindungan orang dewasa. g. Lebih senang permainan beregu dari pada permainan yang bersifat perorangan. 19
h. Suka membandingkan dirinya dengan teman-temannya (keberhasilan, kegagalan, dan prestasi) i. Senang pada bunyi-bunyian dan irama. j. Senang meniru orang yang dipujanya. k. Senang aktifitas yang bersifat lomba atau pertandingan. l. Sangat kritis pada tindakan orang dewasa. m. Rasa social dan perasaannya sesuai dengan pertumbuhan phisiknya. n. Reaktif terhadap komentar dan kata-kata serta mudah terpancing. o. Mereka akan bekerja keras apabila dapat dorongan dari orang dewasa. p. Kerjasama meningkat terutama pada siswa putra. q. Mulai menyadari dirinya secara phisik dan perbedaan sex mulai kelihatan. r. Kemampuan membaca lebih baik, menghargai waktu, sehingga senang apabila segala sesuatu tepat waktu. B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang disusun adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan Ichsan Santosa (2001) yang berjudul “Survey tingkat kesegaran jasmani siwa kelas atas SD Negeri Lebeng sentolo kabupaten Kulonprogo”. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dari pengukuran. Instrumen yang digunakan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) umur 10-12 tahun dari pusat kesegaran jasmani dan rekreasi. Populasi yang digunakan untuk penelitian adalah siswa kelas 4,5 dan6 sebanyak 74 siswa. 20
Analisis data menggunakan norma kesegaran jasmani dari TKJI Puskesjasrek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani SD Negeri Lebeng kelas atas umur 10-12 tahun siswa kelas 4 terdapat 0% dala, klasifikasi baik sekali (BS), 4% dalam klasifikasi baik (B), 8% dalam klasifikasi sedang (S), 64% dalam klasifikasi kurang (K),dan 24% dalam klasifikasi kurang sekali (KS). Siswa kelas 5 terdapat 0% dalam klasifikasi baik sekali (BS), 0% dalam klasifikasi baik (B), 42,31% dalam klasifikasi sedang (S), 50% dalam klasifikasi kurang (K), dan 7,69% dalam klasisikasi kurang sekali (KS).Siswa kelas6 terdapat 0% dalam klasifikasi baik sekali (BS), 4,53% dalam klasifikasi baik (B), 39,13% dalam klasifikasi sedang (S), 52,17 dalam klasifikasi kurang (K), dan 4,35% dalam klasifikasi kurang sekali (KS). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Marwanto (2000) dalam penelitian yang berjudul “Tingkat kesegaran jasmani siswa SD di Kecamatan Sayegan”. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan pengukuran. Instrumen yang digunakan adalah tes kesegaran jasmani dari Sarjono dkk. Populasi yang digunakan untuk penelitian adalah siswa-siswa kelas 5 dan 6 SD di Kecamatan Sayegan. Besarnya sampel adalah 119 siswa dan teknik pengambilan sampel dengan multi stage random sampling. Hasil analisis penelitian tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah dasar di kecamatan Sayegan adalah 0,84% dalam kategori baik sekali (BS), 11,77% dalam kategori baik (B), 16,8% dalam kategori sedang (S), 70,59% dalam kategori kurang (K), 75,34% dalam kategori kurang sekali (KS). 21
C. Kerangka Berpikir Kesegaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan tanpa suatu kelelahan yang berarti, yang dapat diperoleh dengan pola hidup sehat dan olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup. Siswa Sekolah Dasar yang membutuhkan tubuh yang sehat dan bugar untuk dapat menjalankan proses belajar dengan baik. Alat yang digunakan adalah rangkaian tes kesegaran jasmani atau nilai raport penjasorkes. Alasan mengguanakan rangkaian tes kesegaran jasmani adalah karena untuk mengukur kesegaran jasmani siswa. Tujuan utamanya adalah mengukur derajat sehat dinamis seseorang. Kemudian alasan yang kedua adalah rangkaian tes kesegaran jasmani merupakan tes yang sudah berstandar internasional, dan alasan yang ketiga adalah karena dalam rangkaian tes kesegaran jasmani tidak hanya mengukur kesegaran aerobiknya saja tetapi juga mengukur kekuatan otot, fleksibilitas, dan daya tahan otot meskipun tidak terhitung secara terperinci.
22