BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teori 1.
Hakikat Kebugaran Jasmani Mochamad Sajoto (1988: 43) mengemukakan bahwa kebugaran jasmani
adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan mengeluarkan energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu di perlukan. Mochamad Ichsan (1988: 51) mengemukakan kebugaran jasmani sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab, tanpa memiliki rasa lelah dan penuh semangat untuk menikmati penggunaan waktu luang dan menghadapi kemungkinan berbagai bahaya di masa depan. Kebugaran jasmani menurut Arma Abdoelah dan Agus Manadji (1994: 146), adalah kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan pada waktu luang dan dapat menghadapi keadaan darurat bila datang. Kebugaran fisik atau jasmani (physical fitness), yakni kemampuan seseorang
untuk
melakukan
kerja
sehari-hari
secara
efisien
tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih dapat menikmati waktu luang (Djoko Pekik Irianto, 2004: 2).
Kebugaran jasmani sebuah tuntutan dalam hidup agar kita sehat dan mampu menghasilkan sesuatu secara produktif. Sebagai bagian dari program pendidikan jasmani di sekolah, pembinaan kebugaran jasmani sangat strategis, karena mendukung kapasitas belajar bagi siswa dan menggiyatkan partisipasi siswa secara menyeluruh (Rusli Lutan, 2002: 1). Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang relatif cukup lama, yang dilakukan secara cukup efisien, tanpa menimbulkan suatu kelelahan yang berarti (Nurhasan, 2005: 2). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat yang dimaksud kebugaran jasmani dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan hasil yang maksimal dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas pada waktu luang. 2.
Pengelompokan Kebugaran Jasmani Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 3) kebugaran Jasmani digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu. a. Kebugaran statis adalah keadan seseorang yang bebas dari penyakit dan cacat atau disebut sehat. b. Kebugaran dinamis adalah kemampuan seseorang bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan, berlari, melompat, mengangkat. c. Kebugaran motorik adalah kemamuan seseorang bekerja secara efisien yang menuntut keterampilan khusus. Contoh: seseorang pemain sepak
bola dituntut berlari cepat sambil menggiring bola, seorang pemain voli harus dapat melompat sambil memutar badan untuk melakukan smash, dan lain-lain. 3.
Komponen Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani
mempunyai
beberapa komponen. Komponen
kebugaran menurut Muchamad Ichsan (1988: 55) dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut: a. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, terdiri atas: 1) Daya tahan 2) Kekuatan otot 3) Keseimbangan pertumbuhan tubuh 4) Kelentukan 5) Daya tahan kardiovaskuler b. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, terdiri dari: 1) Kelincahan 2) Kecepatan 3) Ketebalan otot 4) Bentuk tubuh Menurut Muchamad Sajoto (1988: 46-56) kebugaran jasmani dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan 1) Daya tahan kardiorespirasi 2) Kekuatan otot 3) Keseimbangan berat badan 4) Kelentukan b. Kebugaran yang berhubungan dengan ketrampilan gerak: 1) Koordinasi 2) Kecepatan 3) Kelincahan (agilitas) 4) Daya ledak 5) Keseimbangan Komponen kebugaran jasmani menurut Depdiknas (2000: 53) yaitu: a. Komponen kebugaran Jasmani yang berhubungan dengan kesehatan: 1) Daya tahan jantung 2) Daya tahan otot
3) Kekuatan otot 4) Tenaga ledak otot 5) Kelentukan b. Komponen kebugaraan jasmani yang berhubungan dengan ketermpilan: 1) Kecepatan 2) Ketangkasan 3) Keseimbangan 4) Kecepatan reaksi 5) Koordinasi 6) Komposisi tubuh Menurut Wahjoedi (2000: 58) komponen kebugaran jasmani yang baik berhubungan dengan kesehatan maupun keterampilan: a. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan: 1) Daya tahan jantung 2) Kekuatan otot 3) Kelentukan 4) Komposisi tubuh b. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan: 1) Kecepatan 2) Kecepatan reaksi 3) Daya ledak 4) Kelincahan 5) Ketepatan 6) Koordinasi Terdapat lima komponen kebugaran menurut Len Cravits (2001: 5), diantaranya yaitu: a. b. c. d. e.
Daya tahan kardiorespirasi/kondisi aerobik Kekuatan otot Daya tahan otot Kelenturan Komposisi tubuh Menurut Rusli Lutan (2001: 2), kebugaran jasmani mempunyai dua aspek
atau komponen yaitu: a. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan: 1) Kekuatan otot 2) Daya tahan otot 3) Daya tahan aerobik 4) Fleksibilitas
b. Kebugaran yang berkaitan dengan performa: 1) Koordinasi 2) Agilitas 3) Kecepatan gerak 4) Power 5) Keseimbangan Menurut Brian J Sharkey (2003: 166) komponen kebugaran jasmani terdiri dari: a. b. c. d. e. f. g. h.
Tenaga Daya tahan Freksibilitas Kecepatan Kekuatan Ketangkasan Keseimbangan Koordinasi Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4), komponen kebugaran yang ber
hubungan dengan kesehatan memiliki 4 komponen dasar, meliputi: a. b. c. d.
Daya tahan paru-jantung Kekuatan dan daya tahan otot Kelentukan Komposisi tubuh Nurhasan (2005: 3) mengelompokkan kebugaran jasmani menjadi dua
macam, yaitu: a. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan 1) Kekuatan 2) Daya tahan otot 3) Daya tahan kardiovaskuler 4) Kelentukan 5) Komposisi tubuh b. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan 1) Kecepatan 2) Power atau daya 3) Kelincahan 4) Keseimbangan 5) Koordinasi 6) Kecepatan reaksi
Berdasarkan dari beberapa pendapat mengenai komponen kebugaran jasmani di atas, maka peneliti menggunakan komponen kebugaran jasmani yang meliputi:. a. Daya tahan kardiorespirasi Menurut Mochamad Sajoto (1988: 44) daya tahan kardiorespirasi adalah keadan dimana jantung mampu bekerja dengan mengatasi beban berat selama waktu tertentu. Depdiknas (2000: 53) daya tahan kardiorespirasi atau yang sering disebut sebagai daya tahan jantung adalah kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan fungsional parujantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan kerja jantung dan paru-paru dalam mensuplai oksigen untuk tetap dapat menjalani kerja fisik dalam waktu tertentu.
b. Kekuatan otot Menurut Mochamad Sajoto (1988: 45) kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakuka kerja, dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot sehari-hari secara efisien seperti mengangkat, menjinjing, dan lainlain. Depdiknas (2000: 55) kekuatan otot adalah kekuatan kontraksi maksimal otot atau kelompok otot yang dapat dikeluarkan terhadap
tahanan tertentu. Pada kontraksi otot memendek atau besarnya pemendekan tergantung beban yang harus ditahan. Len Cravit (2001: 6) kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal, untuk mengangkut beban. Otot-otot yang kuat dapat melindungi persendian yang dikelilingi dan mengurangi kemungkinan terjadi cedera karena aktivitas fisik. Menurut Rusli Lutan (2001: 6) kekuatan otot merupakan kemampuan untuk melakukan tugas gerak dengan usaha maksimum. Dengan kata lain kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengerahkan daya maksimal terhadap objek diluar tubuh. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) Kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk melakukan sebuah aktivitas atau pekerjaan secara maksimal. c. Daya tahan otot Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relatif cukup lama, dengan beban tertentu. Depdiknas (2000: 54) daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk menjalani kontraksi dengan beban submaksimal secara berulang atau mempertahankan kontraksi otot dalam periode
waktu
tertentu. Len Crevit (2001: 6) daya tahan otot adalah kemampuan dari otot-otot kerangka badan untuk menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal) dalam jangka waktu tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini.
Rusli Lutan (2001: 7) daya tahan otot merupakan kemampuan untuk melakukan tugas gerak selama periode waktu tertentu. Ada pula yang mengatakan
bahwa
daya
tahan
otot
adalah
kemampuan
untuk
menggerakkan daya terhadap objek diluar tubuh selama beberapa kali. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan kekuatan maksimal selama periode waktu tertentu. d. Fleksibilitas Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) kekuatan atau flekxibility adalah keefektifan seseorang dalam menyesuaikan dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otototot, ligamen-ligamen disekitar persendian. Depdiknas (2000: 55) kelentukan menyatakan kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang membentuk sendi) otot, tendo, ligamen disekitar sendi. Len Cravit (2001: 7) kelenturan adalah daerah gerak otot-otot dan persendian
tubuh.
Menurut
Sukadiyanto
(2002:
119)
flesibilitas
mengandung pengertian yaitu luas gerak suatu persendian atau beberapa persendian. Menurut Brian J. Sharkey (2003: 165) freksibilitas adalah jangkauan gerakan yang dapat dilakukan tangan dan kaki. e. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya (Mochamad Sajoto, 1988: 58). Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65)kecepatan merupakan kemampuan gerakan berkesinambungan dalam
bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas yang sejenis dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya. f.
Power Power merupakan kemampuan untuk menggerahkan upaya eksplosif (mendadak) semaksimal mungkin. Istilah power sering juga disebut dalam istilah daya ledak, hal ini disebabkan oleh pelaksanaan tugas dengan kekuatan disertai dengan kecepatan (Rusli Lutan, 2002: 70). Menurut Nurhasan (2005: 3), power adalah gabungan antara kecepatan dan kekuatan. Berdasarkan pengertian di atas dapat diasumsikan bahwa daya tahan
kardiorespirasi sama pentingnya dengan beberapa istilah lain seperti, daya tahan paru-jantung, kebugaran kardiorespirasi, kebugaran kardiovaskuler. Berdasarkan defenisi di atas dapat diasumsikan bahwa daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen kebugaran yang paling penting dan paling esensial dibanding komponen kebugaran yang lainnya. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) daya tahan umum atau cardiorespiratory
endurance
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Depdiknas (2000: 53) menyebutkan bahwa daya jantung-paru merupakan kemampuan untuk terus menerus dengan tetap menjalani kerja fisik yang mencakup sejumlah besar otot dalam waktu tertentu, hal ini merupakan kemampuan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan untuk menyesuaikan diri terhadap efek
seluruh badan kerja fisik. Istilah daya tahan jantung ini sering juga disebut daya tahan kardiorespirasi, kapasitas aerobik, maximal aerobic power dan sebagainya. Daya tahan jantung ini merupakan faktor utama dalam kesegaran jasmani. menurut Depdiknas (2000: 54) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan jantung-paru: a. Keturunan (genetik), dari penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan bahwa kemampuan Vo2 max 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang hanya dapat diubah dengan latihan. Faktor genetik yang berperan dapat membedakan kapasitas jantung, paru, sel darah merah dan hemoglobin juga persentase show twitch fiber. b. Umur, mulai anak-anak sampai sekitar umur 20 tahun, daya tahan jantung (kardiovaskuler) meningkat, mencapai maksimal umur 20-30 tahun dan kemudian terbanding terbalik dengan umur, sehingga pada orang yang berumur 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimilikinya pada umur 17 tahun. Hal inidisebabkan oleh penurunan fal organ transport dan penggunaan O2 yang menjadi akibat bertambahnya umur. Tetapi curamnya penurunan dapat berkurang bila melakukan olahraga aerobik. c. Jenis kelamin, sampai dengan umur puberitas tidak terdapat perbedan daya tahan jantung (kardiovaskuler) laki-laki dan wanita, setelah umur tersebut nilai pada wanita lebih rendah 15-25% dari pada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedan maximal muscular powder yang berhubungan dengan permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru-paru dan sebagainya.
d. Aktifitas fisik, istirahat di tempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan jantung (kardiovaskuler). Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat memperlihatkan peningkatan daya tahan jantung (kardiovaskuler). Macam aktifitas fisik akan mempengaruhi nilai daya tahan kardiovaskuler yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang melakukan gymnastic dan main anggar. Pada penderita obesitas aktivitas fisik yang terarah juga meningkatkan kesegaran jasmani di samping terjadi penurunan berat badan. 4.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani, Menurut
Rusli Lutan (2001: 73-75), yaitu: intensitas, kekhususan, frekuensi, dan kekhasan perorangan, dan motivasi berlatih. a. Intensitas Untuk meningkatkan kebugaran jasmani, seseorang harus melakukan tugas kerja yang lebih berat dari kebiasaannya. Hal ini dapat dilakukan baik dengan menempuh jumlah beban kerjanya atau mempersingkat waktu pelaksanaannya. Penanganan beban yang selalu meningkat, melebihi beban yang telah diatasi disebut prinsip beban lebih (over load). b. Kekhususan Peningkatan dalam berbagai aspek kebugaran jasmani adalah bersifat spesifik, sesuai dengan jenis latihan yang ditujukan terhadap kelompok otot yang terlibat. Latihan kekuatan misalnya, tentu tidak akan banyak berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan aerobik. Jadi, setiap jenis latihan ke arah pembinaan unsur kebugaran yang lebih khusus. Koordinasi
tidak meningkat, bila dilatih dengan latihan melompat berulang kali dengan bertumpu pada kedua kaki. Karena pembinaan kebugaran yang dimaksud bersifat menyeluruh, maka programnya juga harus pada semua komponen kebugaran jasmani. c. Frekuensi latihan Tidak ada cara lain yang dapat mengganti latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, Seberapa sering seseorang berlatih, hal itu mempengaruhi perkembangan kebugaran jasmaninya. Latihan yang teratur, kadang-kadang berlatih, dan kadang-kadang diselingi dengan masa istirahat yang lama juga sama buruknya dengan tidak berlatih. Persoalan ini disebut ketidaksinambungan latihan, suatu kelemahan dalam pembinaan. Otot-otot yang dilatih secara teratur dengan frekuensi yang cukup akan mengalami perkembangan. Serabut ototnya semakin bertambah tebal, dan itu otot menjadi semakin besar. Keadaan ini disebut hipertropi. Sebagai kebalikannya adalah suatu keadaan, yaitu otot menjadi semakin kecil ukurannya. Bila seseorang jarang atau kemudian lama istirahat dan tidak berlatih, maka otot itu berkurang ukuran besarnya. Ini yang disebut atropi. d. Bersifat perorangan Setiap orang mengalami peningkatan
kebugaran jasmaninya dengan
tempo peningkatan yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti: usia, bentuk tubuh, keadaan gizi, berat badan, status kesehatan, dan kuat lemahnya mativasi. Dalam kriteria tempo peningkatan kebugaran jasmani seseorang tidak ada kriterianya. Setiap anak akan
bereaksi berbeda terhadap tugas gerak yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani. Faktor lingkungan sekitar dan faktor keturunan juga berpengaruh. e. Motivasi berlatih Anak-anak begitu senang bermain semasa kecil, ketika usianya meningkat kegairahan berkurang. Persoalan penting yang berkaitan dengan kesiapan untuk berlatih, selain sikap positif terhadap aktivitas jasmani, juga dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Faktor yang mempengaruhi partisipasi anak dalam kegiatan jasmani khususnya pada orang dewasa antara lain: a. Keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang pantas dipandang b. Keinginan untuk memperoleh banyak relasi atau hubungan sosial c. Keinginan untuk menunjukkan kamampuan Untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi berlatih pada anak, guru pendidikan jasmani perlu memberikan variasi kegiatan yang menarik perhatian anak sehingga anak tidak mudah bosan. Kegiatan berlatih kadang juga perlu dilakukan diluar sekolah maka dorongan dari orang tua baik dukungan material maupun spiritual juga ikut berperan penting. Menurut Djoko pekik Irianto (2004: 7) hal-hal yang menunjang kebugaran jasmani meliputi tiga upaya bugar yaitu: makan, istirahat, dan olahraga. Dari ketiga upaya hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: i.
Makan Untuk dapat mempertahankan hidup secara layak setiap manusia memerlukan makan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas, yakni
memenuhi syarat makan sehat berimbang, cukup energi, dan nutrisi meliputi: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Kebutuhan energi untuk kerja sehari-hari diperoleh dari makanan sumber energi dengan proporsi karbohidrat 60%, lemak 25%, dan protein 15%. Untuk mendapatkan kebugaran yang prima selain memperhatikan makan sehat berimbang juga dituntut meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat seperti: merokok, minum alkohol, dan makan berlebihan yang tidak teratur.
ii.
Istirahat Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan, dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia, untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
iii.
Berolahraga Banyak cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan kebugaran, misalnya dengan melakukan masase, mandi uap (seuna, steam), berendam di pancaran air hangat (whirpool), dan berlatih olahraga. Berolahraga adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran sebab olahraga mempunyai multi manfaat, antara lain manfaat fisik (meningkatkan komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan
terhadap stres, lebih mampu berkonsentrasi), manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana berinteraksi). Keberhasilan mencapai kebugaran menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 16-21) sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi: tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan, dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FIT (Frekuensi, Intensity, and Time)
1. Frekuensi Adalah banyaknya unit latihan per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu, sebaiknya dilakukan berselang, misal: Senin-Rabu-Jum’at, sedangkan hari lain digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan tenaga). 2. Intensity Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut intensitas. Besarnya intensitas latihan tergantung pada jenis dan tujuan latihan. 3. Time Adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali latihan. Untuk meningkatkan kebugaran paru-jantung dan penurunan berat badan diperlukan waktu berlatih 20-60 menit. 5.
Hakikat Siswa SMP Sukintaka (1992: 45), anak tingkat SLTP kira-kira berumur antara 13
sampai 15 tahun, mempunyai karakteristik:
Jasmani: 1. Laki-laki ataupun putri ada pertumbuhan memanjang. 2. Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik. 3. Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi yang kurang baik sering diperhatikan. 4. Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi tak terbatas. 5. Mudah lelah, tetapi tidak dihiraukan. 6. Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. 7. Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih baik dari putri. 8. Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi baik. Psikis atau mental: 1. Banyak mengeluarkan energi untuk fantasinya. 2. Ingin menentukan pandangan hidupnya. 3. Mudah gelisah karena keadaan yang remeh. Sosial: 1. Ingin tetap diakui oleh kelompoknya. 2. Mengetahui moral dan etik dari kebudayaan. 3. Persekawanan yang tetap makin berkembang. Keterampilan gerak telah siap untuk diarahkan kepada permainan besar atau olahraga prestasi. Untuk keperluan fantasi dan imajinasinya, kecepatan tubuh, serta kematangan jenisnya, banyak dibutuhkan energi dalam jumlah besar, maka terjadilah kemerosotan jasmani maupun psikis. Keadaan anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan terjadi kemurungan dan fantasi yang
berlebihan. Keadaan ini menyebabkan rasa tidak mampu, enggan bergerak, dan mengelak terhadap pelajaran pendidikan jasmani. Menurut Sukintaka (2001: 54-55) ciri-ciri kemampuan motorik dan fisik peserta didik SMP umur 12-15 tahun adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas rekreasi a. Aktivitas pada waktu luang berkembang secara luas. b. Menguasai sejumlah permainan masyarakat c. Pengembangan keterampilan aktivitas untuk kerja. 2. Aquatis a. b. c. d. e. f. g.
Mampu berenang sekurang-kurangnya berjarak 50 meter. Terampil melakukan olahraga air seperti kano dan perahu. Mampu mengerjakan dua macam loncat indah. Mampu mengapung pada air yang dalam. Mampu menyelam dalam waktu lama. Daya tahan terbentuk karena mampu berenang dalam waktu lama. Mengembangkan bentuk gerak dan kecepan dalam macam-macam.
3. Permainan dan olahraga a. Meningkatkan waktu reaksi, kekuatan, daya tahan dan kecepatan. b. Mengembangkan ketrampilan dasar dan mampu mengintegrasikan dalam situasi bermain. c. Mampu untuk rileks. 4. Aktivitas ritmik a. b. c. d.
Menguasai pertambahan sensitivitas irama pada aktivitas. Pengembangan sikap yang lebih baik. Pengembangan keindahan bentuk badan dan kontrol. Terampil dalam macam-macam tari, seperti tari masyarakat dan tradisional.
5. Aktivitas pengembangan a. Mengembangkan dan mengatur bentuk badan yang baik. b. Memperlihatkan perbaikan dalam faktor kebugaran. 6.
Tes terhadap diri sendiri a. Mengembangkan kekuatan lengan dan tungkai. b. Mengembangkan perbaikan koordinasi.
c. Mengembangkan kelincahan, daya tahan, dan kelentukan hingga baik. d. Makin baik dalam penampilan keterampilan bentuk sikap dasar. e. Makin baik dalam lari dan lempar
6. Hakikat Ekstrakurikuler a. Pengertian ekstrakurikuler Ekstrakurikuler
adalah
kegiatan
yang
diselenggarakan
untuk
memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan (Depdiknas, 2003: 16). Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, diluar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah. b. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler Tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah menumbuhkembangkan pribadi peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya dan sekitarnya, serta menumbuhkan sikap sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif dibawah tanggung jawab sekolah.
c. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kegiatan ekstrakurikuler olahraga antara lain: a. Pembinaan prestasi siswa. b. Mendukung pembinaan olahraga siswa. c. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah. d. Menambah tingginya fisik dan psikologis siswa.
7.
Hakikat Sepakbola a. Pengertian sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh dua regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain. Tujuan permainan ini dimainkan adalah untuk memasukkan bola kegawang lawan sebanyak-banyaknya dan berusaha mempertahankan
gawang
sendiri
dari
serangan
lawan.
Adapun
karakteristik yang menjadi ciri khas permainan ini adalah memainkan bola dengan menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali lengan. Menurut Muhajir (2006: 1`) bahwa Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola kegawang lawan dengan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola, didalam memainkan bola setiap pemain dibolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali lengan,
hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan lengan. Selanjutnya Soedjono (1979: 103), menambahkan bahwa sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing oleh sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang. Sepakbola hampir seluruhnya menggunakan kemahiran kaki, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota tubuh manapun. Tujuan dari masing-masing regu adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dengan pengertian pula berusaha sekuat tenaga agar gawangnya terhindar dari kebobolan penyerang lawan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sepakbola adalah permainan antara dua (2) regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang dan dimainkan dengan kaki, kecuali penjaga gawang, boleh menggunakan tangan dan lengan. b. Teknik Dasar Permainan Sepakbola Menurut Sucipto, dkk (2000: 17) teknik dasar dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut. (1) Menendang (kicking) Bertujuan untk mengumpan, menembak ke gawang dan menyapu untuk menggagalkan serangan lawan. Beberapa macam tendangan, yaitu menendang dengan menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki dan punggung kaki bagian dalam. (2) Menghentikan (stoping) Bertujuan untuk mengontrol bola. Beberapa macamnya yaitu menghentikan bola debgan kaki bagian dalam, menghentikan bola dengan telapak kaki, menghentikan bola dengan menghentikan bola dengan paha dan menghentikan bola
dengan dada. (3) Menggiring (dribbling) Bertujuan untuk mendekati jarak kesasaran untuk melewati lawan, dan menghambat permainan. Beberapa macamnya, yaitu menggiring bola dengan kaki bagian luar, kaki bagian dalam dan dengan punggung kaki. (4) Menyundul (heading) Bertujuan untuk mengumpan, mencetak gol dan mematahkan serangan lawan. Beberapa macam, yaitu menyundul bola sambil berdiri dan sambil melompat. (5) Merampas (tackling) Bertujuan untuk merebut bola dari lawan. Merampas bola bisa dilakukan dengan sambil berdiri dan sambil meluncur. (6) Lempar ke dalam (throw-in) Lemparan kedalam dapat dilakukan dengan awalan ataupun tanpa awalan. (7) Menjaga gawang (kiper) Menjaga gawang merupakan pertahanan terakhir dalam permainan sepakbola. Teknik menjaga gawang meliputi menangkap bola, melempar bola, menendang bola. Sedangkan pembagian teknik dasar bermain sepakbola menurut Soekatamsi (1998: 2.4-2.5) terdiri dari dua macam yaitu: a. Teknik gerakan tanpa bola yang meliputi: a. Melompat dan meloncat b. Bertumpu tanpa bola / gerakan tipu c. Lari dan mengubah arah d. Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang. b. Teknik gerakan dengan bola yang meliputi: a. Mengenal bola b. Menendang bola c. Menerima / mengontrol bola d. Menyundul bola e. Gerak tipu dengan bola f. Merebut bola g. Menggiring bola h. Merampas dan merebut bola i. Teknik-teknik khusus penjaga gawang
Dalam pelaksanaan, kedua teknik dasar tersebut selalu terjadi dan dilakukan dalam permainan. Teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola harus mampu dikombinasikan di dalam situasi permainan menurut kebutuhan. c.
Hakikat pemain sepakbola Permainan sepakbola dimainkan oleh sebelas pemain setiap timnya. Menurut Jonhn Devaney (1986: 22), pemain sepakbola dibedakan menjadi empat kelompok dasar, yaitu: penjaga gawang, pemain belakang, gelandang, dan pemain depan. Penjaga gawang harus bertangan cekatan, pemain belakang harus kuat dan gesit, gelandang harus tetap dan cerdik dalam mengoper bola, sementara pemain depan merupakan penendang andalan dalam kesebelasan sepakbola. 1. Pemain Depan Didalam permainan sepakbola, seorang penyerang atau pemain depan dituntut untuk dapat memasukkan bola ke gawang lawan karena seorang
pemain
depan
atau
penyeranglah
yang
mempunyai
kesempatan yang paling banyak untuk melakukan tembakkan. Dengan itu, seorang penyerang atau pemain depan dituntut memiliki tendangan yang keras dan terarah kearah gawang. Posisi pemain depan (penyerang) dibagi menjadi beberapa posisi, yaitu: penyerang tengah dan penyerang sayap.
Menurut Jonhn Devaney (1986: 25) pemain depan mempunyai kesempatan dalam mencetak gol. Dua pemain depan luar yang disebut sayap kanan dan sayap kiri, selalu berusaha menggirig bola secepat
mungkin menuju gawang lawan. Pemain depan dalam yaitu striker, berjaga-jaga di dekat mulut gawang seperti halnya pivotmen dalam permainan bola basket. Sebagai penendang bola yang paling keras dan yang paling tepat, striker memperoleh operan bola dari pemain sayap dua sampai enam meter. 2. Pemain Tengah Didalam permainan sepakbola pemain tengah sangat dibutuhkan untuk membantu penyerang atau pemain depan untuk mencetak gol karena pemain tengah atau gelandang adalah otak bagi kesebelasan sepak bola, seperti halnya kaki bagi pemainnya. Bila mana anda tidak menggunakan otak, maka kaki anda tidak ada gunanya dalam permainan sepak bola. Dan juga seorang pemain tengah atau gelandang dituntut memiliki akurasi tendangan baik, baik tendangan keras maupun tendangan yang pelan tetapi mengarah ke gawang. Sedangkan posisi gelandang yang memiliki tugas hampir sama dengan posisi pemain depan adalah posisi gelandang menyerang, mereka menempati posisi dibagian depan dari lapangan tengah, dekat dengan pemain depan. Pemain yang berkarakter hampir sama dengan penyerang ini lebih sering memberikan umpan kepada penyerang. Sedangkan menurut Jonhn Devaney (1986:25) gelandang sering disebut sebagai “otak” atau “pengatur siasat” dalam kesebelasan sepakbola. Mereka mengoper bola dengan cepat ke daerah lawan, dengan cara menendangnya ketengah lapangan. Seperti halnya pemain bek ekstra, mereka selalu mencari kesempatan untuk dapat
memberikan bola pada pemainnya sendiri yang bebas. Satu gelandang berfungsi sebagai penyerang yang kuat, sementara dua gelandang lainnya sebagai penghela yang tangguh dan setiap saat dapat mundur dan membantu pertahanan. Mereka lebih sering berlari ke sana ke mari dibandingkan dengan pemain lainnya, oleh karena itu harus mempunyai stamina yang lebih kuat. 3. Pemain Belakang Pemain belakang atau pemain bek merupakan pemain yang berada di belakang penyerang dan gelandang. Pemain belakang bertugas sebagai pertahanan dari serangan lawan. Akan tetapi selain bertugas sebagai pertahanan gawang, seorang pemain belakang juga dituntut untuk dapat membantu dalam penyerangan supaya kesebelasannya bisa mencetak gol ke gawang lawan. Menurut Jonhn Devaney (1986: 43-44) keempat pemain belakang yaitu bek kanan, bek kiri, stopper, dan sweeper. Sebagai pemain yang seringkali berada di dekat garis samping lapangan, bek kanan dan bek kiri merupakan pemain belakang yang tercepat larinya karena mereka berusaha menempel kedua pemain sayap lawan. Stopper bermain di bagian tengah lapangan dan ia harus merupakan penyondol bola yang cekatan untuk mengembalikan tembakan bola yang tinggi dan juga menghadapi gempuran penyerangan tengah lawan. Di belakang ketiga pemain belakang tersebut di atas, tetapi di depan kiper adalah sweeper. Sweeper memberikan instruksi-instruksi pada ketiga pemain belakang
lainnya dan menyingkirkan setiap bola atau lawan yang mendekati mereka. Menurut Jonhn Devaney (1986: 24) dua pemain belakang di bagian belakang, disebut bek kanan dan bek kiri. Merekan menjaga bek kanan dan bek kiri pihak lawan. Salah satu dari dua pemain belakang tengah adalah “stopper”. Ia menjaga striker lawan. Striker mempunyai kesempatan terbanyak dalam mencetak gol, oleh karena itu stopper harus dapat bergerak cepat dan merupakan peloncat yang baik agar dapat menghentikan lambungan bola tinggi untuk diberikan pada striker sendiri. Pemain belakang tengah yang lain yaitu “sweeper”. Ia bermain di belakang pemain belakang yang lain dan “menyapu” segala sesuatu yang melewati mereka baik bola ataupun penyerang lawan. Sweeper harus cerdik dan dapat melihat situasi serta meneriakkan instruksi-instruksi pada pemain belakang lainnya.
B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah: a. Penelitian yang dilakukan oleh Supartono (2002) dengan judul ”Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Putra dengan Putri Kelas Atas Sekolah Dasar Negeri Bale Catur 1, Gamping, Sleman, DIY” adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa putra dengan
putri kelas atas Sekolah Dasar Bale Catur 1, Gamping, Sleman, DIY. Populasi penelitian adalah siswa SD kelas atas di SD Negeri Bale Catur 1, Gamping, Sleman, Yogyakarta yang berjumlah 90 siswa yang terdiri dari atas 40 siswa putra dan 50 siswa putri. Istrumen yang digunakan untuk menentukan kebugaran jasmani menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) umur 10-12 tahun aturan yang untuk menolak dan menerima hipotesis dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kebugaran jasmani adalah ada perbedaan yang signifikan antara siswa putra dengan putri, dengan t hit= 7,727, t tabel 1,996 sehingga t hit= t tabel, dan p= 0,000 maka ada perbedaan yang signifikan. b. Penelitian yang dilakukan oleh Dhiah Prawati dengan judul ”Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bulutangkis dengan Bola Voli di SMP N 2 Banguntapan Bantul”. Penelitian ini merupakan penelitian populasi menggunakan metode survai dengan teknik tes dan pengukuran. Instrumen yang digunakan adalah lari 2,4 km dari Kenneth Cooper. Jumlah populasi penelitian ini adalah 55 siswa. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan analisis statistik uji-t. Keputusan menerima atau menolak hipotesis pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung = 3,197 dan p = 0,002 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dengan bola voli di SMP N 2 Banguntapan Bantul dan tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler
bulutangkis
lebih
baik
dari
siswa
yang
mengikuti
ekstrakurikuler bola voli. C. Kerangka Berpikir Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan suatu aktivitas sehari-hari dengan hasil yang maksimal dalam waktu tertentu tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas pada waktu luang dan masih dapat menghadapi kemungkinan berbagai bahaya di masa depan. Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan latihan yang benar. Kebugaran jasmani antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbedabeda, termasuk kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Sanden dan di SMP Negeri 1 Pundong juga berbeda. Perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa satu dengan siswa lain yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing siswanya. Kegiatan ektrakurikuler olahraga merupakan kegiatan yang betujuan untuk mengisi waktu luang yang biasanya digunakan untuk bermain, maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat mengembangkan bakat dalam bidang olahraga. Ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Sanden dan di SMP Negeri 1 Pundong banyak diminati siswa karena olahraga tersebut merupakan olahraga yang beregu dan sudah memasyarakat saat ini. Ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Sanden dilaksanakan satu kali dalam seminggu sedangkan di SMP
Negeri 1 Pundong dilaksanakan satu kali dalam seminggu. Materi yang diajarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Sanden dan di SMP Negeri 1 Pundong adalah teknik dasar yan meliputi: passing (mengoper), stoping (menghentikan), dribbling (menggiring), dan kicking (menendang). Hal ini bisa mengakibatkan adanya perbedaan kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Sanden dan di SMP Negeri 1 pundong. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan diskripsi teori penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas peneliti dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut ada perbedaan yang signifikan tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Sanden yang bertempat tinggal di dataran rendah dengan siswa SMP N 1 Pundong yang bertempat tinggal di dataran tinggi. Tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Pundong yang bertempat tinggal di dataran tinggi lebih baik dibanding tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Sanden yang bertempat tinggal di dataran rendah.