BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Tenis Meja Menurut Bandi Utama, dkk (2004: 5) permainan tenis meja adalah suatu permainan dengan menggunakan fasilitas meja dan perlengkapannya serta raket dan bola sebagai alatnya. Sedangkan menurut Depdiknas (2003: 3) yang dimaksud dengan tenis meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bet. Menurut Larry Hodges (2007: 25) tenis meja adalah sebuah permainan putaran. Sedangkan menurut Muhajir (2006: 26) tenis meja merupakan cabang olahraga yang dimainkan di dalam gedung (indoor game) oleh dua atau empat pemain. Menurut Chairuddin Hutasuhud (1988: 4) tenis meja adalah suatu jenis olah raga yang dimainkan di atas meja di mana bola dibolak-balikkan segera dengan memakai pukulan. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa permainan tenis meja adalah suatu permainan yang dilakukan dalam gedung dengan menggunakan meja sebagai tempat untuk memantulkan bola yang berputar dipukul dengan menggunakan raket diawali dengan pukulan pembuka (servis) harus mampu menyebrangkan bola dan mengembalikan bola ke daerah lawan setelah bola itu memantul di daerah permainan sendiri. Angka diperoleh apabila lawan tidak dapat mengembalikan dengan baik. 9
2. Peralatan Tenis Meja Untuk melakukan olahraga tenis meja ada beberapa alat yang harus disiapkan, yaitu meja beserta net, bola, dan bet. Adapun penjelasan tentang peraturan peralatan dalam tenis meja sebagai berikut: a. Meja
Gambar 1. Meja Tenis Meja Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja 1) Meja berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm, lebar 152,5 cm, dan tinggi 76 cm. 2) Jaring (net) termasuk tali pengantungnya dengan panjang 183 cm, dan tinggi 15,25 cm. b. Bola
Gambar 2. Bola Tenis Meja Sumber: http://lakecentral.colinhoernig.com/products/view/90
10
Bola tenis meja berbentuk bulat berongga, dengan diameter 40 mm. Berat bola standar untuk bermain tenis meja adalah 2,7 gr. Bahan bola terbuat dari bahan celluloid ataupun bahan plastik serupa dan berwarna putih atau orange, dan kasat/tidak licin mengkilap. c. Bet
Gambar 3. Bet Tenis Meja Sumber: http://www.forumkami.net/sports/261968-peralatan-olah-raga-tenismeja.html Ukuran bet tidak ditentukan besar kecilnya, akan tetapi bet harus datar (flat) dan kaku (rigid). Sisi bet yang digunakan untuk memukul bola harus dilapisi dengan karet dengan total ketebalan termasuk lem tidak lebih dari 2 mm. 3. Macam-macam Teknik Tenis Meja Menurut Akhmad Damiri dan Nurlan Kusnaedi (1991: 59-109) dalam bermain tenis meja terdapat beberapa teknik pukulan, antara lain: Push, Block, Chop, Service, Flat hit, Counter hitting, Topspin, Drop shot, Choped Smash, Drive, Flick. Menurut Indiarti, dkk (1980: 45) dikutip pada (http://www. scribd.com/doc/38010338/tenis-meja) mengelompokkan jenis pukulan tenis meja yaitu teknik pukulan yang paling dasar di antaranya: push, block, chop, service, flat hit, topspin, drive, loop. 11
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa teknik pukulan dalam tenis meja, yaitu: servis, drive, topspin, chop, flat, smash, dan flick. 4. Hakikat Servis a. Pengertian Servis Menurut Akhmad Damiri dan Nurlan Kusnaedi (1991: 59-109) servis adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantul di meja lawan. Soetomo (1985: 553) servis adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan dengan tiap bagian alat pemukul memulai bagian atas net. Menurut
Hartawan
dikutip
pada
(https://wanumb04.
wordpress.com/tenis-meja-2/servis/) servis adalah pukulan pertama yang dilakukan pemain untuk memulai permainan tenis meja. Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian servis adalah pukulan pertama yang dilakukan oleh pemain untuk memulai permainan dengan cara memantulkan di daerah meja server kemudian melewati atas net dan memantul di meja lawan. b. Macam-macam Putaran Servis Dalam permainan tenis meja spin sangatlah penting. Seorang pemain harus melakukan spin pada setiap pukulannya. Pemain penyerang menggunakan topspin untuk mengontrol serangannya, sedangkan pemain
12
bertahan menggunakan backspin untuk mengontrol pertahanannya. Tanpa spin, pemain akan menjadi tidak menarik. Menurut Larry Hodges (2007: 25-27) terdapat tiga tipe dasar spin, yaitu topspin, backspin, dan sidespin.
Gambar 4. Arah Bola Spin Sumber: Larry Hodges (2007: 25) 1) Topspin Topspin merupakan putaran bola yang mengarah ke atas. Topspin dilakukan dengan memukul di belakang bola, saat perkenaan bet dengan bola hanya dengan gesekan dan gerakan ayunan mengarah ke atas. 2) Backspin Backspin atau juga disebut dengan chop ini pukulan yang mengandung putaran bola ke arah bawah. Cara melakukan backspin dengan memukul belakan bola dengan menggesek ke arah bawah. 3) Sidespin Sidespin adalah gerakan putaran bola ke arah samping. Sidespin dilakukan dengan cara memukul belakang bola dengan arah gesekan ke samping. 13
5. Cara Memegang Bet Teknik memegang bet ada beberapa cara, menurut Larry Hodges (2007: 14), cara memegang bet ada tiga, yaitu: (1) Shakehands Grip, (2) Penhold Grips, dan (3) Seemiller Grips. 1) Shakehands Grip
Gambar 5. Shakehands Grips Sumber: Larry Hodges (2007: 16). Shakehands grips merupakan cara memegang bet yang paling multiguna, paling terkenal, dan paling disarankan. Berikut ini cara memegang bet dengan shakehand grips: a) Dengan bidang bet yang tegak lurus dengan lantai, peganglah bet seakan-akan sedang bersalaman. b) Bidang bet bersandar pada lekuk antara ibu jari dan jari telunjuk. c) Ibu jari bersandar pada sisi forehand dari bet, kuku ibu jari tegak lurus dengan permukaan bet. d) Jari telunjuk bersandar pada sisi backhand dari bet. e) Tiga jari lain berada di sekeliling pegangan bet.
14
Saat melakukan pukulan backhand, ibu jari memberikan penahan yang kuat pada bet. Saat melakukan pukulan forehand, jari telunjuk memberi penahan. Dengan dua penahan, membuat bet terkontrol dengan baik. 2) Penhold Grips
Gambar 6. Penhold Grips Sumber: Larry Hodges (2007: 18) Penhold Grips merupakan satu sisi bet digunakan untuk semua pukulan, sisi yang lain mungkin mempunyai kesempatan untuk memukul bola. Cara memegang bet dengan Penhold Grips, antara lain: a) Pegang bet mengarah ke bawah dengan pegangan mengarah ke atas. Pegang bet tepat di mana pegangan menyatu dengan bidang bet dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Cara ini sama dengan cara memeganng pena. b) Pada sisi belakang, ketiga jari lain dapat ditekuk (Penhold Grips gaya Cina), atau ketiga jari diluruskan ke arah bawah dan dirapatkan (Penhold Grips gaya Korea).
15
3) Seemiller Grips
Gambar 7. Seemiller Grips Sumber: Larry Hodges (2007: 20) Seemiller grips merupakan versi lain dari shakehand grips, akan tetapi beberapa pelatih menganggap seemiller grips memiliki mutu yang paling rendah, karena dengan pegangan seperti itu atlet tidak dapat melakukan pukulan forehand dan backhand dengan baik. Seperti halnya penhold grips, cara seemiller grips juga hanya menggunakan satu sisi bet untuk memukul bola. Kebanyakan seemiller grips menggunakan spon inverted pada satu sisi, dan satu sisinya menggunakan antispin. Berikut ini cara untuk memegang bet dengan gaya seemiller grips, yaitu: (1) Pegang bet dengan pegangan shakehand grips, (2) Putar bagian atas bet menjadi 90 derajat ke arah tubuh atlet, (3) Lekukan jari telunjuk di sepanjang sisi bet. Dengan menggunakan satu sisi bet untuk memukul (kecuali bila atlet membalikan bet), permukaan bet biasanya menghadap ke arah lawan. Jadi, ibu jari akan mengarah ke lawan bertanding.
16
6. Teknik Servis Forehand Topspin Menurut Larry Hodges (2007: 45-47) tahap teknik servis forehand topspin ada empat tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan backswing, tahap pelaksanaan forward swing, dan tahap akhir. Adapun penjelasan dari ke-empat tahap tersebut sebagai berikut: a. Tahap Persiapan
Gambar 8. Tahap Persiapan Sumber: Larry Hodges (2007: 45) 1) Bet kira-kira tegak lurus dengan lantai 2) Pergelangan tangan bebas dan agak dimiringkan ke arah bawah 3) Tangan tidak kaku. b. Tahap Pelaksanaan Backswing
Gambar 9. Tahap Pelaksanaan Backswing Sumber: Larry Hodges (2007: 46) 1) Tarik bet kebelakang kira-kira satu kaki jaraknya lantai 17
2) Lemparkan bola ke atas kira-kira 16cm. c. Tahap Pelaksanaan Forward Swing
Gambar 10. Tahap Pelaksanaan Forward Swing Sumber: Larry Hodges (2007: 46) 1) Bet digerakkan ke depan 2) Serempet bagian belakang bola ke arah atas untuk menimbulkan topsin yang kuat 3) Pukul bagian belakang bola dengan sangat mendatar agar bola dapat bergerak lebih cepat. d. Tahap Akhir
Gambar 11. Tahap Akhir Sumber: Larry Hodges (2007: 47) 18
1) Ikuti gerakan bet secara alami 2) Bagian akhir gerakan sedikit ke atas untuk topspin yang lebih cepat 3) Bagian akhir gerakan lurus ke depan untuk bola yang cepat. 7. Penilaian a. Pengertian Penilaian Asmawi Zainul dan Noehi Nasution (2001: 20) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Hopkins dan Antes berpendapat bahwa penilaian adalah pemeriksaan secara terus-menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi guru, siswa, program pendidikan, dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa serta efektivitas program (Depdiknas, 2005: 6). Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Menurut Akhmat Sudrajat
(http://maritosukses.blogspot.com/
2012/02/pengertian-
penilaian.html) penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Berdasarkan kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
19
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. b. Tujuan Penilaian Adapun beberapa tujuan dari penilaian menurut Depdiknas, (2005: 6) adalah sebagai berikut: 1) Mengukur pengetahuan dan kesiapan yang telah dimiliki atlet sebelumnya. 2) Mendorong pengarahan diri sendiri dan kolaborasi. 3) Memberikan diagnosa umpan balik untuk pelatih dan atlet. 4) Memantau perkembangan 5) Memeriksa pemahaman dan mendorong metakognisi. 6) Mendemonstrasikan pemahaman dan kecakapan. c. Jenis Penilaian 1) Pengertian penilaian tes Menurut Nana Sudjana (1989: 6) “Pengertian tes sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan) dan dalam bentuk tertulis (tes tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Menurut Riduwan (2006: 37) tes sebagai pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu. Menurut Rusli Lutan (2000: 21) tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau objek.
20
Penulis menyimpulkan pengertian tes adalah alat atau instrumen yang berupa pertanyaan/latihan untuk mengukur atau untuk memperoleh data/informasi tentang keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. 2) Pengertian penilaian non tes Menurut Hasyim (1997: 8) dikutip pada (http://andinurdiansah. blogspot.com/2010/09/instrumen-non-tes.html) ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Teknik tes merupakan
cara
untuk
memperoleh
informasi
melalui
serangkaian pertanyaan dan penugasan yang memerlukan jawaban, dapat berupa soal atautugas. Sedangkan teknik non-tes merupakan suatu cara untuk memperoleh data/informasi melalui pedoman observasi. Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat, yaitu: (a) validitas, (b) reliabilitas, (c) objektifitas, (d) praktikabilitas, dan (e) ekonomis. a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula. b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh apapun.
21
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut. d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain. e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak membuang waktu. 3) Langkah-langkah mengembangkan penilaian non tes: (a) Merumuskan tujuan, (b) Merumuskan kegiatan, (c) Menyusun langkah-langkah, (d) Menyusun kisi-kisi, (e) Menyusun panduan observasi, dan (f) menyusun alat penilaian 8. Karakteristik Atlet Tenis Meja Pemula Perkembangan motorik fase 6-12 tahun, di tandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Pada usia 6 tahun otak telah mencapai 90% dari ukuran otak orang dewasa. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus maupun kasar. Pada usia ini terjadi peningkatan empat kemampuan motorik kasar, yaitu: kelenturan, keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan ( Haywood dan Getchell, 2005) . Seorang pemain yang baik latihan sejak usia dini. Pada usia dini seorang anak lebih mudah terbentuk dalam hal keterampilannya. Bila dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, usia untuk mulai
22
berlatih olah raga bisa dimulai sejak umur 6 tahun, dan terutama pada akhir masa kanak-kanak yaitu umur 12 tahun (6-12 tahun), karena pada masa ini merupakan masa perkembangan keterampilan gerak dasar, umur 6-12 tahun adalah umur pemula, pada usia anak tersebut sangat baik untuk memulai berolahraga (M Furqan H, 2002: 5). Penulis menyimpulkan bahwa pada usia 6 tahun anak sudah mengalami perkembangan motorik kasar dan halus, sehingga sangat ideal untuk mengembangkan ketrampilan. Pada usia 6-12 tahun adalah masa ketrampilan gerak dasar, maka dalam pertandingan usia tersebut dimasukan dalam kategori pemula. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Latif Noor tahun 2010 yang berjudul “Tes Unjuk Kerja Teknik Tembakan Hukuman Cabang Olahraga Bola basket”. Adapun hasil penelitian adalah Kualitas dari tes unjuk kerja yang telah dibuat adalah cukup valid dan reliabel, diperoleh hasil validitas sebesar 0,710 dan reliabilitas sebesar 0,999 di mana validitas diperoleh dari hasil korelasi antara data judge dengan jumlah tembakan terbaik, dan reliabilitas dengan menghitung reliabilitas antar rater, maka dapat disimpulkan bahwa tes unjuk kerja teknik tembakan hukuman ini bisa digunakan sebagai sebuah standar tes pengukuran teknik tembakan hukuman.
23
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teori di atas, maka teknik servis forehand topspin terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap persiapan dengan kaki kiri sedikit berada di depan dengan tangan kanan pegang bet sedikit tertutup serta tangan kiri pegang bola. Kemudian dilanjutkan gerakan tahap awalan dengan memutar pingang ke arah kanan diikuti perpindahan berat badan bertumpu ke kaki kanan serta bet sedikit tertutup mengikuti gerak badan ke belakang, selanjutnya tangan kanan melempar bola ke atas setinggi 16 cm, selanjutnya dilakukan tahap perkenaan dengan memutar pingang bersama dengan mengayunkan bet ke depan atas, saat impact dengan bola gesek bagian atas bola. Setelah perkenaan dengan bola, ayunan mengikuti gerakan bet secara alami dan titik berat tubuh bergeser di kaki kiri. Dalam pengembangan instrumen penilaian teknik servis forehand topspin tenis meja ada 3 langkah, yaitu: (a) Rancangan Draf Instrumen Penialian, (b) Validasi Ahli (experts judgement) dengan rancangan draf instrumen, dan (c) Melakukan uji coba lapangan skala kecil untuk menguji Reliabilitas antar rater. D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana mengembangkan instrumen teknik servis forehand topspin yang valid dan reliabel? 2. Bagaimana kemampuan teknik servis forehand topspin atlet pemula tenis meja di DIY?
24