BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan pengertian belajar menurut (Nasution, 1986: 85) adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf, penambahan ilmu pengetahuan, belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. (Purwanto, 1990: 85) mengatakan bahwa belajar adalah tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman yang telah dilalui, jadi belajar akan membawa perubahan-perubahan pada individu baik fisik maupun psikis, perubahan tersebut akan nampak tidak hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan saja, tetapi juga berkaitan dengan percakapan, keterampilan dan sikapnya. Menurut (Slamet, 1995: 5) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya (Winkel, 1996: 242) mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, 14
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant”. Kemudian (Hamalik, 1983: 45-46) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. (Sumadi Suryabrata, 1993: 83) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah salah satu sumber informasi yang terpenting dalam pengambilan keputusan pendidik, pengukurannya diperoleh dari tes prestasi belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai akademik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai atau diperoleh oleh siswa yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang telah dilalui oleh individu. (Poerwanto, 1986: 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu
hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya (Winkel, 1996: 226) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut (S. Nasution, 1996: 17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi
15
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari sesuatu materi pelajaran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Faktor psikologis (kejiwaan) mempunyai peranan penting dalam pencapaian tingkat prestasi belajar. Hal ini dikarenakan faktor psikologis berhubungan dengan berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran yang disajikan lebih mudah dan efektif (Sardiman, 2001: 3). Berdasarkan pernyataan di atas, maka kondisi psikologis siswa akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar yang diperoleh. 2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar (Slameto, 2008: 2) menyatakan bahwa secara singkat, terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.
16
Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kematangan fisik dan mental, kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan, minat dan motivasi serta faktor karakteristik pribadi. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Faktor Intern a. Kematangan fisik dan mental Pendidikan akan diterima dengan baik jika muatan pendidikan yang diberikan tersebut sesuai dengan tingkat kematangan fisik dan mental seseorang. Jika suatu pendidikan diberikan secara paksa dengan tidak memperhatikan faktor kematangan fisik dan psikis, maka pendidikan tersebut dipastikan tidak akan memperoleh keberhasilan, bahkan mungkin akan memberikan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Kematangan psikis ini juga termasuk kondisi kejiwaan ketika itu, misalnya gelisah, cemas, depresi, stres dan sebagainya. Seorang siswa yang sedang mengalami gangguan kondisi kejiwaan cenderung akan terganggu proses belajarnya dan secara langsung akan berpengaruh negatif pada prestasi belajar yang diperoleh. b.
Kecerdasan atau intelegensi Kecerdasan atau intelegensi adalah kapasitas umum dari seseorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan yang baru, atau keadaan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan (Ngalim Purwanto,1990: 62). Setiap manusia
17
mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi, tentunya akan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dibanding dengan seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. c.
Pengetahuan dan keterampilan Menurut (Ngalim Purwanto, 1990: 3), pengetahuan yang dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya sehari-hari, tingkat kecakapan dan keterampilan yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh dari sesuatu yang telah dikerjakannya. Berkaitan dengan hal ini, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang siswa akan sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa tersebut.
d.
Minat dan motivasi Motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga
yang
memberikan dorongan kepada kegiatan murid (Indra Kusuma, 1973: 176177). Minat adalah ketertarikan pada sesuatu yang mampu melahirkan dan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu guna mendapatkannya. Minat dan motivasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam perolehan prestasi belajar, karena dua hal ini merupakan sumber kekuatan yang akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna meningkatkan prestasi belajarnya.
18
e.
Karakteristik pribadi Manusia merupakan makhluk yang memiliki perbedaan karakteristik satu sama lain. Terdapat manusia yang mempunyai karakteristik yang baik, misalnya bersifat rajin, suka bekerja keras, ulet, disiplin dan sebagainya, di sisi lain, terdapat juga manusia yang memliki karakteristik yang tidak baik, misalnya bersifat malas, lebih suka mengharapkan bantuan orang lain, tidak disiplin, pemarah dan sebagainya. Berkaitan dengan prestasi belajar, maka seorang siswa dengan karakteristik yang rajin, disiplin, ulet dan suka bekerja keras, mereka cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang bagus. Sebaliknya jika seorang siswa mempunyai karakteristik yang malas, lebih suka mengharapkan bantuan orang lain dan tidak disiplin, maka prestasi belajar mereka tentunya akan rendah.
2. Faktor Ekstern Beberapa hal yang termasuk faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu keluarga, guru, sarana dan prasarana pendidikan serta lingkungan sekitar. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Keluarga Keluarga merupakan unit kelompok sosial yang relatif kecil, bersifat permanen dan merupakan penyusun utama terbentuknya masyarakat luas. Keluarga merupakan akar pembentukkan pribadi seseorang, karena pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia di awali dari lingkungan keluarga. Jika dalam sebuah keluarga
19
mempunyai hubungan yang harmonis, maka akan terbentuk anggota keluarga yang mempunyai karakteristik pribadi yang baik. Namun jika sebuah keluarga berjalan secara tidak harmonis, maka karakteristik pribadi anggotanya tidak akan terbentuk secara baik. Sering dijumpai, anak didik yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home) mempunyai prestasi belajar yang jelek. Sebaliknya sering dijumpai pula anak didik yang berasal dari keluarga yang harmonis, yang dicirikan dengan adanya ketauladanan dari orang tua, aplikasi kehidupan beragama yang bagus dan sebagainya, mereka cenderung mempunyai prestasi belajar yang baik. Selain faktor keharmonisan tersebut, faktor ekonomi keluarga juga sering mempunyai keterkaitan dengan perolehan prestasi belajar. Sering kita jumpai siswa yang berasal dari keluarga mampu yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, hal ini karena sarana dan prasarana pendidikan bisa disediakan orang tuanya secara memadai. Sebaliknya sering kita jumpai juga siswa yang berasal dari keluarga yang tidak mampu yang mempunyai prestasi belajar yang jelek, karena kurangnya sarana dan prasarana belajar yang disediakan oleh orang tuanya, bahkan tidak sedikit siswa tersebut yang harus membantu orang tuanya mencari penghasilan ekonomi sehingga waktu belajar mereka terkurangi.
20
b. Guru Guru merupakan salah satu komponen utama dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak sebagai subyek pembelajaran, yang bertugas menjelaskan dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Mengingat tugas ini, maka apapun yang berkaitan dengan guru bisa mempengaruhi tingkat prestasi dan tumbuh kembang anak. Terdapat dua hal utama terkait dengan faktor guru yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa, yaitu : 1) Metode pembelajaran yang diterapkan Metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik merupakan hal yang sangat harus diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap perolehan tingkat prestasi belajar siswa. Jika metode pembelajarannya kurang sesuai, maka tingkat prestasi belajar siswa juga cenderung kurang baik, dan sebaliknya jika metode pembelajarannya sesuai, maka tingkat prestasi belajar siswa juga akan menjadi baik. 2) Aspek ketauladanan Para pendidik terdahulu menyebutkan bahwa guru itu kependekan kata dari “digugu dan ditiru”. Artinya guru merupakan seseorang yang berkedudukan sebagai figur utama bagi para siswa yang akan senantiasa diperhatikan dan ditiru seluruh aspek yang berkaitan dengannya. Mengingat hal ini maka dalam kesehariannya seorang
21
guru hendaknya bisa menjadi suri tauladan bagi yang lain sehingga harus benar-benar menjaga sikapnya secara totalitas baik ketika di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah atau di rumah. Perangai apapun yang dilakukan guru mungkin akan dicontoh dan perhatikan para siswa, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa. c. Sarana dan prasarana pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting yang dibutuhkan bagi keberlangsungan proses balajar mengajar. Contoh sarana dan prasarana pendidikan adalah ruang kelas, papan tulis, kursi dan meja siswa serta guru, perpustakaan, peralatan administrasi kantor dan sebagainya. Proses belajar mengajar tentu tidak akan berjalan atau setidaknya akan mengalami gangguan dan hambatan jika sarana dan prasarana itu tidak terpenuhi. Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan ini, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1) Aspek kualitas Sarana dan prasarana pendidikan harus diadakan atau dibuat dengan mutu atau kulaitas yang bagus, sehingga lebih menunjang pencapaian prestasi belajar siswa. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak berkualitas sering kali menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, bahkan seringkali menjadi sumber bencana bagi peserta didik, seperti kejadian sarana kelas yang
22
roboh dan menimpa peserta didik dan guru yang sedang berada didalamnya. Hal ini terjadi karena sarana kelas ini dibuat dengan kualitas yang rendah. 2) Aspek kuantitas Selain mutu atau kualitas, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan juga harus memperhatikan aspek kuantitas yaitu pemenuhan jumlah dan keberagaman yang sesuai dengan kebutuhan. Terhadap aspek kuantitas, setiap sekolah mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah yang bersangkutan. Jika suatu sekolah mempunyai jumlah siswa yang banyak, maka kebutuhan sarana dan prasarananya tentu akan lebih banyak dan beragam dibanding dengan sekolah lain yang jumlah siswanya lebih sedikit. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dengan jumlah yang sesuai akan berakibat positif pada perolehan prestasi belajar siswa. Masalah yang sering dihadapi terhadap faktor sarana dan prasarana pendidikan adalah masalah kurangnya ketersediaan pendanaan yang cukup atau memadai, sehingga aspek kualitas dan kuantitas sering diabaikan. Demi memenuhi aspek kuantitas, terkadang harus mengorbankan aspek kualitas, dan sebaliknya aspek kuantitas juga sering diabaikan karena harus memenuhi aspek kualitas.
23
3) Lingkungan sekitar Disadari ataupun tidak, lingkungan sekitar merupakan faktor yang juga ikut berpengaruh terhadap tingkat perolehan prestasi belajar siswa, karena lingkungan sekitar merupakan faktor yang ikut membentuk karakter dan pribadi siswa. Jika seorang siswa tinggal di lingkungan yang buruk dengan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kesopanan atau etika, keagamaan, dan tidak berpendidikan, maka siswa tersebut juga akan terdorong memiliki sifat yang sama, dan tentunya hal ini akan berpengaruh negatif pada tingkat prestasi belajarnya. Sebaliknya jika seorang siswa hidup di lingkungan yang baik dengan masyarakat yang agamis, sopan santun dan berpendidikan, maka siswa tersebut cenderung akan terdorong memiliki sifat yang sama dan hal ini akan berpengaruh positif pada tingkat prestasi belajarnya. (Sumadi Suryabrata, 1990: 113) menyatakan bahwa belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi oleh banyak sekali halhal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi : a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang terbagi lagi menjadi faktor nonsosial dan faktor sosial. Faktor nonsosial contohnya kebisingan dan keramaian, keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, ataupun malam), tempat (letaknya, gedungnya), alat-alat yang dipakai untuk belajar atau sarana pendidikan, dan sebagainya. Mengingat faktor
24
nonsosial ini, maka sarana pendidikan diusahakan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi prestasi belajar contohnya kehadiran orang lain ketika sedang berlangsung ujian, percakapan anak lain di samping kelas, dan sebagainya. Faktor sosial ini umumnya mengganggu proses belajar karena menurunkan daya konsentrasi. b) Faktor-faktor
yang
berasal
dari
dalam
diri
individu,
digolongkan menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kecukupan nutrisi atau makanan, kondisi kesehatan tubuh, dan fungsi panca indera. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi perhatian / konsentrasi, pengamatan, tanggapan, ingatan, perasaan dan motivasi.
B. Faktor Psikologi dalam Belajar Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakang. Sasaran atau kajian keilmuan psikologi adalah kondisi kejiwaan manusia, baik sebagai makhluk individu / pribadi maupun sosial (Abu Ahmadi, 2007: 180181).
25
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang dibekali dengan tubuh yang dilengkapi dengan pikiran dan perasaan. Pemberian tersebut menjadikan manusia berkedudukan sebagai makhluk yang berdimensi kt-tubuh-an (fisik), berdimensi ke-jiwa-an (psikis), dan berdimensi spiritual. Ketiga dimensi ini yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya, kadangkala manusia bisa lebih agung derajatnya dari malaikat sekalipun, tetapi sering pula manusia menjadi lebih rendah derajatnya, bahkan lebih buruk dari hewan (Mustamir, 2009: 19). Disadari ataupun tidak, bahwa setiap manusia memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktifitas sehari-harinya. Dengan kata lain, semua aktifitas yang dilakukan oleh manusia senantiasa didasari oleh kondisi internal dalam dirinya. Kondisi internal itulah yang disebut dengan aspek psikologi atau kejiwaan. Manusia bukanlah sebuah mesin yang ketika melangsungkan pekerjaan bersifat datar / monoton, sesuai perintah yang diberikan padanya saja. Manusia senantiasa bersifat dinamis, karena mereka selalu menghadirkan perasaan pada setiap pekerjaan atau aktifitas yang mereka lakukan, sehingga aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan selalu didasari oleh pertimbangan-pertimbangan, harapan-harapan, kepercayaan diri, atau bahkan rasa khawatir (Hamzah B. Uno, 2006: 4). Metode-metode
yang
digunakan
keilmuannya meliputi :
26
dalam
psikologi
dalam
kajian
1) Metode eksperimen Metode ini dimaksudkan untuk menyelidiki suatu gejala dengan perhatian yang khusus, sehingga dapat diperoleh keterangan yang lebih mendalam tentang gejala tersebut. 2) Metode survey Metode ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan keterangan mengenai kelompok tertentu yang ingin diselidiki. Dalam pelaksanaan biasanya menggunakan wawancara, observasi atau angket sebagai alat untuk mengumpulkan keterangan-keterangannya. 3) Metode observasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang diinginkan dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung, dengan menggunakan panca indera secara aktif, terutama indera penglihatan dan pendengaran 4) Metode diagnostik-psikis Metode ini digunakan untuk mengumpulkan keterangan-keterangan empiris mengenai objek-objek penelitian psikologi sosial. 5) Metode sosiometri Metode ini dimaksudkan untuk meneliti intra-group-relations, atau saling hubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok sosial (Abu Ahmadi , 2007: 6). Salah satu cabang dari psikologi yang mengkhususkan bidang atau objek kajiannya pada dunia pendidikan adalah psikologi pendidikan.
27
Psikologi pendidikan dikembangkan dengan tujuan mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan aspek psikologi yang keberadaannya dapat mempengaruhi proses belajar. Selanjutnya psikologi pendidikan juga memberikan solusi bagi permasalahan tersebut, sehingga aspek psikologi tidak berpengaruh negatif pada performansi pendidikan, khusunya perolehan prestasi belajar siswa ( Abu Ahmadi, 2007: 134). Faktor-faktor psikologi yang berhubungan dengan kegiatan belajar antara lain : 1.
Stres Belajar a. Pengertian Stres Belajar Stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar (KBBI, 2002: 335). Stres merupakan gambaran kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang yang dicirikan dengan adanya tekanan emosional akibat pengaruh banyak faktor.. Stres belajar diartikan sebagai beban mental yang dirasakan oleh siswa karena faktor-faktor penyebab tertentu yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar di sekolah. stres pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari faktor eksternal dan faktor internal. Kaitannya dengan stres belajar, faktor eksternal yang mempengaruhi stres adalah suasana ruang kelas / gedung sekolah, ergonomi meja dan kursi belajar, beban belajar, hubungan dengan teman dan guru, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi stres belajar adalah karakter pribadi siswa termasuk unsur motivasi dan pengendalian emosi.
28
Stres merupakan beban mental yang oleh individu bersangkutan akan dikurangi atau dihilangkan dengan melakukan tingkah laku penyesuaian. Jika berhasil individu akan kembali pada keadaan homeostatis namun kalau tidak ia akan tetap stres bahkan dapat bertambah besar sampai ia merasa tidak berdaya dan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Hal ini ditandai dengan reaksi panik yang berkepanjangan dan dapat berakhir pada timbulnya gejala psikoneurosis (gangguan jiwa) (Sarwono, 1992). b. Gejala – gejala Stres Stres mempunyai beberapa gejala, yaitu gejala fisik, psikis dan sosial (Arcole Margantan, 1995: 27). Gejala fisik stres sebagai berikut : 1) Kelelahan dan keluhan rasa sakit pada badan dan pinggang 2) Gangguan tidur 3) Gangguan pencernaan 4) Nafsu makan hilang atau berlebihan 5) Gangguan seksual seperti perubahan siklus haid dan impotensi Pada keadaaan serius dapat terjadi gangguan jantung koroner dan penyakit peredaran darah (Setyawati, 2000: 161). Adapun gejala psikis dan sosial dari stres adalah sebagai berikut : 1) Kehilangan percaya diri Seseorang cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk dalam menilai diri sendiri.
29
2) Sensitif Seseorang mudah tersinggung, marah dan curiga kepada orang lain, yang disertai rasa sedih, murung dan suka menyendiri. 3) Merasa tidak berguna Seseorang menganggap dirinya gagal. 4) Merasa bersalah Rasa bersalah sering digambarkan sebagai hukuman akibat kegagalan. 5) Merasa terbebani Seseorang merasa terbebani dengan apa yang dia kerjakan. 6) Menarik diri dari pergaulan Seseorang tidak suka bergaul meskipun ada kesempatan, dia cenderung suka menyendiri dan malu dengan yang lain (Anies, 2005: 23). Sebuah pandangan interaktif mengatakan bahwa stres ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan dan faktor-faktor dari individunya. Oleh karena itu, dalam memanajemeni stres dapat diusahakan untuk merubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak menjadi pembangkit stres dan merubah faktor-faktor dalam individu agar ambang stres meningkat dan tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai pembangkit stres. Faktor-faktor lingkungan yang bisa menimbulkan stres akibat kerja antara lain kebisingan, getaran, penerangan, hubungan, serta beban aktivitas. Sedangkan faktor-faktor individu
30
yang bisa menimbulkan stres akibat kerja antara lain umur, pendidikan, kondisi kesehatan dan konflik peran (Purnomo, 2004 : 37). c. Sumber- Sumber Stres Menurut (Anies, 2005: 24), stres pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, yaitu lingkungan sebagai faktor eksternal dan karakter maupun persepsi sebagai faktor internal. Beberapa sumber stres antara lain sebagai berikut : 1) Lingkungan Kondisi lingkungan yang buruk berpotensi menyebabkan seseorang mudah
sakit,
mengalami
stres
psikologis
dan
menurunkan
produktivitas. Lingkungan yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik/bising, sirkulasi udara kurang, membuat seseorang mudah menderita stres. 2) Overload Overload dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Overload kuantitatif jika terget kerja / belajar melebihi kemampuan seseorang, akibatnya pekerja mudah lelah dan berada dalam ketegangan yang tinggi. Overload kualitatif bila sutau kegiatan (pekerjaan / belajar) memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. 3) Deprivational stres Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh George Every dan Daniel Girdano, yaitu sesuatu yang tidak lagi menantang bagi seseorang,
31
akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya. 4) Resiko tinggi Sesuatu yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan seseorang, mempunyai potensi menimbulkan stres. d.
Upaya menghadapi stres terdiri dari tiga macam strategi, yaitu : 1) Mengubah lingkungan, jika perlu dengan memanipulasi sedemikian rupa, sehingga nyaman bagi seseorang. 2) Mengubah lingkungan melalui persepsi seseorang, misalnya dengan meyakinkan diri bahwa ancaman itu tidak ada. 3) Meningkatkan daya tahan mental seseorang terhadap stres, misalnya dengan latihan yang dibimbing oleh psikolog, meditasi, relaksasi progresif, hipnosis dan otosugesti (Anies, 2005: 23).
2. Motivasi Belajar a.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa Inggris “motive”, dari akar kata “motion” yang berarti gerakan, sesuatu yang bergerak, gerakan yang dilakukan oleh manusia atau perbuatan. Istilah motivasi menunjuk kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi dan dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi, dan tujuan akhir dari perbuatan tersebut (Ahmad Fauzi, 1999: 45 ). (Nasution 1986: 79) berpendapat bahwa motif adalah segala daya yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
32
adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi seseorang mau atau ingin melakukannya. Sedangkan menurut Filmord Sanford yang dikutip oleh (Usman Effendi 1989: 60), motivasi diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan/dorongan) yang menggerakan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu, atau dengan kata lain
motif itu yang menyebabkan tumbuhnya semacam
kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak dan bertingkah laku. (Wasty Sumanto 1990: 15-16) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga dalam diri/pribadi yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan-dorongan secara sadar dan mendasar seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu pada dasarnya dirangsang oleh adanya bermacam-macam kebutuhan atau keinginan yang hendak dicapai. Mengenai pengertian belajar, (Slamet 1995: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya. Menurut (Muhibbin Syah 1999: 90) bahwa belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahap perubahan seluruh tingkah laku individu dalam suatu lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar juga diartikan sebagai suatu proses usaha perubahan karena reaksi
33
terhadap lingkungan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan secara keseluruhan. Motivasi belajar menurut (Sadirman A.M, 1992: 102) adalah upaya yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi belajar juga diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan dan menjamin serta memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. b. Fungsi Motivasi Belajar Fungsi motivasi belajar menurut (Sadirman A.M, 2001: 73) adalah sebagai berikut : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2) Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini motivasi memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan.
c. Macam – Macam Motivasi Belajar Macam- macam motivasi belajar menurut (Sadirman A.M, 2001: 98) adalah sebagai berikut : 1) Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
34
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. d. Jenis Motivasi Belajar Jenis motivasi belajar menurut (Usman Effendi dan Juhaya S. Praja 1989: 103) yaitu : 1) Motif dasar (motif bawaan) yang tidak perlu dipelajari, misalnya : motif dasar untuk makan, minum, bernafas, perlindungan diri, beristirahat, bergerak dan mengembangkan keturunan. 2) Motif sosial (motif yang dipelajari) misalnya : motif untuk dikenal, memperoleh penghargaan, berkelompok, dan memperoleh status sosial. 3) Motif objektif yaitu motif yang timbul dan ditujukan untuk bereaksi dengan lingkungan secara efektif. Imam Syafi’i (2009: 84) menggolongkan jenis-jenis motif dengan istilah yang berbeda, yaitu : 1) Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive) Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya. 2) Motif-motif darurat (Emergency Motive) Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
35
3) Motif-motif obyektif (Objective Motive) Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan. e. Ciri –Ciri Orang Yang Mempunyai Motivasi (Hamzah 2006: 23) menyebutkan bahwa ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi dalam dirinya adalah sebagai berikut : 1) Tekun mengahadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan 3) Mempunyai dan memajukan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih sering bekerja secara mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah atau soal-soal. Jika seorang siswa memiliki ciri-ciri di atas, maka kegiatan belajar dapat diikutinya dengan baik. Siswa tersebut cenderung tekun dalam mengerjakan tugas sekolah, ulet dalam mengerjakan dan memecahkan berbagai masalah dan hambatannya secara mandiri. Siswa tersebut juga tidak akan terjebak kepada rutinitas yang tidak efektif, dapat mempertahankan pendapatnya serta memiliki pandangan yang rasional
36
dengan permasalahan hidup atau apapun yang dihadapinya (Sadirman, 1984: 7). f. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Tabraru Rusyan (1984: 284) menyatakan bahwa manusia dalam setiap kegiatannya tidak pernah terlepas dari segi-segi psikologi sebagai alat bantunya, dalam hal ini segi psikologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan setiap kegiatannya adalah motivasi. Sebagai alat bantu, motivasi mempunyai kemampuan untuk menggerakan manusia untuk melakukan suatu aktifitas dalam berinteraksi dengan sesama dan dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, dalam hal memberikan motivasi kepada manusia, perlu diketahui beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap timbulnya motivasi, antara lain : 1) Kebutuhan fisiologis, mencakup kebutuhan akan udara, makan, minum, seks, dan lain-lain. 2) Kebutuhan akan cinta kasih dan kebutuhan untuk memiliki (love and belongings). 3) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengartikan sesuatu. 4) Kebutuhan akan perasaan aman. 5) Kebutuhan akan penghargaan. 6) Kebutuhan untuk bertingkah laku tanpa hambatan-hambatan dari luar, untuk menjadi diri sendiri. Uraian di atas mengandung pengertian bahwa motivasi mempunyai tingkatan-tingkatan,
dan
setiap
37
tingkatan
motivasi
hanya
dapat
dibangkitkan apabila telah terpenuhi tingkat sebelumnya. Misalnya seorang siswa mempunyai keinginan untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, maka untuk mendapatkannya harus memenuhi tingkatan sebelumnya lebih dulu, yaitu terpenuhinya makanan yang bergizi, sarana belajar yang memadai dan tersedianya kesempatan dan waktu yang cukup untuk belajar (Omah Komalasari, 2003: 29). (Anne Ahira 2009: 12) menyebutkan, terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: 1) motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. 2) motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi kondisi psikologis orang yang bersangkutan.
g. Prinsip Motivasi Belajar Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar. Oleh karena itu perlu di pahami prinsip-prinsip motivasi belajar, meliputi : 1) Memuji lebih baik daripada mencela. Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain. 2) Memenuhi kebutuhan psikologi Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
38
3) Keserasian antara motivasi 4) Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran 5) Menumbuhkan perilaku yang lebih baik 6) Mampu mempengaruhi lingkungan 7) Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata Peningkatan dan pemberian motivasi
belajar dalam
proses
pendidikan di sekolah memerlukan keterlibatan pihak-pihak berikut : 1) Siswa Siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat. 2) Guru Guru bertanggung jawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam menggiatkan adalah: mengemukakan pertanyaan, memberi ganjaran, memberi hadiah, dan memberi hukuman/sanksi. Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya, sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.
39
3) Orang tua atau keluarga dan lingkungan Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain. Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motifmotif tertentu bagi proses pembelajaran anak. h.
Problematika Motivasi Belajar Beberapa problematika motivasi belajar yang perlu di antisipasi dalam sebuah lembaga pendidikan kita adalah : 1) Kurangnya Memadukan motif-motif kuat yang sudah ada Misalnya motif untuk menjadi sarjana tidak dipadukan dengan motif untuk menonjolkan diri yang kebetulan ada pada diri siswa agar berhasil dalam belajar. 2) Tidak adanya kejelasan tujuan yang hendak dicapai Semakin jelas tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya, setidak-tidaknya semakin efektif dalam berbuat. Oleh karena itu sangat ideal apabila guru merumuskan dengan jelas tujuan belajar. 3) Tidak adanya rumusan tujuan sementara Suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang jauh dapat dipenggalpenggal hingga didapat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek.
40
4) Kurangnya merangsang pencapaian kegiatan Semakin dekat tujuan, semakin kuat motif untuk mencapainya. “Kedekatan tujuan” dapat dilakukan dengan membuat tujuan sementara, sebab mencapai tujuan sementara menyadarkan siswa dalam usaha mencapainya. 5) Tidak adanya situasi persaingan Pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha untuk menonjolkan diri atau keinginan untuk dihargai oleh siswa lain. Kecenderungan ini dapat dimanfaatkan dan disalurkan oleh guru dengan menciptakan suasana persaingan yang sehat sehingga para siswa akan terpacu untuk melakukan sesuatu yang positif. 6) Kurangnya menumbuhkan persaingan dengan diri sendiri. Siswa diberi tugas yang berbeda sehingga siswa itu sendiri yang akan melihat tugas mana yang paling baik hasilnya. Dengan demikian para siswa akan berlomba untuk mengerjakan tugas dengan hasil yang paling baik. 7) Kurang maksimalnya laporan hasil yang dicapai Apabila telah selesai melakukan pekerjaan siswa, maka beritahukan hasilnya sehingga siswa semakin giat mencapainya lagi dengan lebih baik. Inilah keuntungan yang utama bila hasil pekerjaan diberitahukan pada setiap orang.
41
8) Tidak adanya contoh yang positif dari pendidik Guru yang mengharapkan sesuatu dari siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintainya itu terpancang dalam diri guru. Dengan demikian siswa menilai guru tersebut bekerja baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar dalam diri siswa. Lebih jelasnya, seorang guru harus mempunyai strategi pendekatan yang mampu mempengaruhi siswa dalam belajar. i. Strategi Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan bahwa tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini terdapat delapan strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu : 1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan kegiatan belajar mengajar, seorang guru seharusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapainya kepada para siswa. Semakin jelas tujuannya maka semakin besar pula motivasi siswa dalam belajar. 2) Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
42
3) Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4) Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5) Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. 7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik 8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok 9) Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.
Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
43
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih manyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut (Slameto, 2010: 180). Menurut Hilgard sebagaimana dikutip oleh (Slameto 2010: 57), minat dirumuskan sebagai berikut : ”interest is persiting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” atau minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terusmenerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian bersifat sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat belajar dipengaruhi oleh hal-hal berikut : 1) Perhatian Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Perhatian itu sendiri merupakan pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu.
44
2) Perasaan Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subjektif, yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf. 3) Motif Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Nana Sudjana, 1987: 28).
b.
Pengaruh Minat Terhadap Belajar Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar karena ia merasa tidak mendapat kepuasan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010: 57). Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang apling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya minat pada olahragabalap mobil diarahkan oleh membangkitkan minat siswa pada materi percepatan gerak yang ada pada pelajaran fisika. Dapat pula diarahkan untuk menarik minat siswa pada mata pelajaran produktif SMK yaitu teknik mesin, dan lain-lain (Slameto, 2010: 180). (Slameto 2010: 181), menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan
45
memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang telah lalu, serta menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa mendatang. Hal ini dapat juga di capai dengan menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Misalnya, guru ingin menarik minat siswa pada materi pelajaran tentang gaya berat, maka guru tersebut dapat menghubungkannya dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.
4) Sikap Siswa a. Pengertian Sikap Beberapa pengertian sikap dari para ahli sebagai berikut : 1) Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat oleh manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (Syaifudin Azwar , 2000: 6). 2) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Sukidjo Notoadmojo, 1997: 130). 3) Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai pandangan atau perasaan terhadap obyek tadi (Heri Purwanto, 1998: 62). 4) Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara
46
subjektif dan unik pada diri setiap individu (Thomas & Znaniecki, 1920 dalam A Wawan, 2010: 27). b. Struktur Sikap Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang, yaitu : 1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu. Berisi kepercayaan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. 2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, merupakan aspek yang berakar paling dalam, sebagai komponen yang paling bertahan terhadap pengaruh hal lain yang mungkin dapat mengubah sikap seseorang. 3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau berekasi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Saifudin Azwar 2000: 23).
c. Tingkatan Sikap Menurut (Soekdjo Notoatmojo, 1996: 132), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1)
Menerima, artinya bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Merespon,
yaitu memberikan jawaban
apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
47
atau
3) Menghargai, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya. Sikap
dapat
bersifat
positif
dan
negatif.
Sikap
positif
kecenderungannya adalah bertindak mendekati, menyenangi, dan mengaharapkan kecenderungannya
obyek
tertentu.
adalah
Sedangkan
bertindak
sikap
manjauhi,
negatif
menghindari,
membenci dan tidak menyukai obyek tertentu (Heri Purwanto, 1998: 63).
d. Ciri _ Ciri Sikap Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998: 63) sebagaimana dikutip oleh A.Wawan (2010: 34), meliputi : 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan manusia. 2) Sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan tertentu. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mempunyai hubungan tertentu dengan suatu objek. 4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu atau kumpulan dari hal-hal tersebut. 5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi, perasaan dan sifat alamaiah manusia.
48
e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut (Muchlas, 2005: 84) sikap dipengaruhi oleh hal-hal berikut : 1) Pengalaman pribadi 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting. 3) Pengaruh kebudayaan. 4) Pengaruh media massa. 5) Pengaruh lembaga pendidikan dan lembaga agama. 6) Faktor emosional.
5) Kepribadian Siswa a. Pengertian Kepribadian Siswa Kepribadian diartikan sebagai keterampilan sosial atau kesan yang paling menonjol yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap orang lain. Definisi yang lain dari kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya. Berkaitan dengan kegiatan belajar di sekolah, kepribadian siswa menunjukkan bagaimana pengorganisasian sistem psikofisik dalam diri siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya (Dede Rahmat Hidayat, 2009: 37).
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa Menurut (Dede Rahmat Hidayat, 2009: 39), kepribadian pada dasarnya akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan fisik
49
dan mental. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kerpibadian tersebut meliputi : 1) Faktor fisik, antara lain : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang, dan gangguan organik (kecelakaan atau sakit). 2) Faktor lingkungan sosial budaya, antara lain : krisis politik, ekonomi, keamanan yang menyebabkan cemas, stres dan masalah sosial. 3) Faktor diri sendiri, antara lain : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan), proses identifikasi atau imitasi (meniru).
c.
Karakteristik Kepribadian Kunci kepribadian yang sehat adalah penyesuaian diri (adjusment). Hurlock (1986) sebagaimana dikutip oleh (Dede Rahmat Hidayat, 2009: 41), menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian yang sehat adalah : 1) Mampu menilai diri secara realistik atau apa adanya. 2) Mampu menilai situasi secara realistik atau menerima kondisi secara realistik. 3) Mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara realistik dan memberikan reaksi terhadapnya secara rasional. 4) Bertanggung jawab dan mempunyai keyakinan diri untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. 5) Mandiri dalam berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 6) Dapat mengontrol emosi diri, dapat mengatasi frustasi dan stres secara positif. 7) Berorientasi pada tujuan. 8) Berorientasi keluar, memiliki kepedulian atau empati terhadap orang lain dan lingkungannya. 9) Penerimaan sosial, bersahabat dengan orang lain dan memiliki kegiatan sosial. 10) Memiliki falsafah hidup yang berasal dari norma agama. 11) Dapat merasakan kebahagiaan.
50
6) Interaksi Sosial Siswa Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorang, antar kelompok-kelompok manusia maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial yang berkembang saat ini, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorang secara fisik tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup hanya akan terbentuk jika orang perorang atau kelompok-kelompok melakukan melakukan kerja sama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan sebagainya (Suprihatina dkk, 2007: 29). Menurut (Abu Ahmadi, 2007: 4), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Pengertian ini menunjukkan bahwa manusia berkedudukan sebagai objek maupun subjek, artinya pergaulan hidup hanya bisa terjadi apabila ada take and give dari masing-masing anggota masyarakat. Jadi jelas bahwa individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dan selalu berinteraksi antara yang satu dengan yang lain (Abu Ahmadi, 2007: 4) Sebagai makhluk sosial, manusia tidaklah dapat lepas satu kalipun dari lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan-kecakapannya,
serta
ciri-ciri
51
kegiatannya,
baru
menjadi
kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan psychophysik tersebut berhubungan dengan lingkungannya. Tegasnya individu memerlukan interaksi sosial dengan lingkungannya, tanpa interaksi ini individu bukanlah individu lagi (Abu Ahmadi, 2007: 4). Dalam kegiatan belajar di sekolah, terdapat tiga persoalan pokok, yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output). Inti dari ketiga
persoalan tersebut terletak pada persoalan proses. Artinya, meskipun kualitas masukan atau input-nya rendah, tetapi menghasilkan keluaran (output) yang berkualitas karena prosesnya bagus. Input itu sendiri adalah sasaran belajar atau peserta didik, output adalah lulusan peserta didik, sedangkan proses adalah kegiatan pembelajaran, termasuk semua hal yang berkaitan, meliputi guru atau tenaga pendidik, sarana pembelajaran, dan metode pembelajaran. Termasuk unsur proses juga adalah interaksi hubungan timbal balik antara objek dan subjek belajar. Di sekolah, para siswa senantiasa berada pada lingkungan belajar dengan kondisi yang berbeda-beda. Mereka senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar, terutama dengan teman / siswa lain, dewan guru, karyawan dan pengelola sekolah. Interaksi ini akan berlangsung secara terusmenerus selama siswa tersebut menempuh pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Interaksi tersebut selanjutnya akan membentuk hubungan belajar di sekolah, yang keberadaannya menjadi sangat berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar (Irkham Y, 2009: 19).
52
Lingkungan hidup tersusun dari berbagai komponen, baik berupa makhluk hidup maupun benda tak hidup. Kesemua komponen tersebut mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu sama lain. Demikian halnya di sekolah, di dalamnya terdiri dari berbagai komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi dan saling tergantung. Guru tidak akan dapat mengajar jika tidak ada siswa, dan sebaliknya kegiatan belajar tidak dapat berjalan jika tidak ada guru. Oleh karena itu, disadari ataupun tidak, semua komponen yang berada di sekolah pasti melakukan interaksi atau hubungan sosial satu sama lain guna memenuhi kebutuhan belajar mereka. Model Triadich Renzulli-Monks menuntut system pendidikan, keluarga dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi kondisi berprestasi rendah (underachiever) pada soerang anak didik. Berdasarkan teori ini, prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial siswa tersebut terhadap keluarga, lingkungan dan sekolah (Abu Ahmadi, 2007: 4). Sekolah merupakan sebuah kelompok sosial formal yang terdiri dari berbagai komponen atau anggota, yang masing-masing telah ditetapkan tugas dan wewenangnya secara teratur. Sekolah juga dikategorikan sebagai kelompok sosial sekunder, yang berisikan anggota-anggota dalam jumlah yang banyak serta mempunyai karakteristik yang beragam. Sebagai sebuah kelompok
sosial,
maka
secara
53
otomatis
antar
anggotanya
akan
melangsungkan interaksi sosial satu sama lain. Interaksi tersebut berlangsung dua arah atau timbal balik. Keberhasilan masing-masing anggota di dalamnya sangat tergantung pada bagaimana dia berinteraksi sosial dengan anggota yang lainnya (Soekidjo Notoatmodjo, 1996: 128). Siswa sebagai individu tidak terlepas dari interaksi sosial masyarakat yang akan memberi kontribusi terhadap perkembangan mental dan pengetahuannya. Interaksi sosial siswa ada kaitannya dengan proses belajar yang dijalani. Interaksi sosial siswa ini berhubungan erat dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Interaksi sosial yang bersifat harmonis yang dengan ketiga komponen tersebut akan sangat mendukung keberlangsungan proses belajar para siswa, sehingga mereka dapat meraih prestasi belajar secara maksimal. Sebaliknya jika interaksi sosial tersebut bersifat kurang atau tidak harmonis, maka akan mengganggu proses belajar para siswa, sehingga dimungkinkan mempunyai tingkat prestasi yang rendah. Menurut (Abu Ahmadi 2007: 138), kemampuan peserta didik dalam berinteraksi sosial dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : (1) Karakteristik kepribadian yang mencakup cara mengatasi stres belajar, motivasi belajar, strategi kerja, adanya harapan-harapan serta kehausan akan ilmu dan pengetahuan. (2) Kondisi-kondisi lingkungan yang mencakup iklim keluarga dan sekolah, stmulasi lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, termasuk bagaimana interaksi sosial yang terjadi di lingkungan tersebut.
54
Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat diambil sebuah indikasi atau dugaan kuat bahwa : 1) Antara variabel stres belajar dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna. 2) Antara variabel motivasi belajar dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna. 3) Antara variabel minat belajar dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna. 4) Antara variabel sikap dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna. 5) Antara variabel kepribadian dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna. 6) Antara variabel interaksi sosial dengan prestasi siswa, terdapat hubungan yang bermakna.
55