BAB II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional 1. Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional menjelaskan komposisi perdagangan antara beberapa negara serta pengaruhnya terhadap struktur ekonomi. Menurut Tambunan (2001:196) perdagangan internasional dibagi menjadi dua jenis yaitu perdagangan barang dan perdagangan jasa. Perdagangan juga dapat didefinisikan sebagai proses tukar-menukar atau barang dan jasa yang didasarkan sukarela dari masing-masing pihak. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992), teori perdagangan internasional memiliki konsep dasar yang mengatakan bahwa setiap negara mempunyai keunggulan komparatif absolut dan relative dalam menghasilkan suatu komoditas dibandingkan negara lain. Perdagangan internasional secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup ekspor dan impor, baik berupa barang dan jasa yang dilakukan antar negara atas pertimbangan tertentu (keuntungan) dan dilakukan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun juga. Ekspor merupakan kegiatan menjual barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lain, sedangkan impor yaitu memasukkan barang dan jasa yang dihasilkan dari luar suatu negara ke negara
tersebut (Limin dkk, 2011). Ekspor dan impor memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Klasik 1.
Keunggulan Absolut oleh Adam Smith Menurut Tambunan (2001:21), dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa
suatu negara akan melakukan spesialisasi dan ekspor terhadap suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut. Teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja didalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing. 2.
Teori Keunggulan Komparatif Menurut Tambunan (2001:25), teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan
David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang bila dihasilkan sendiri menggunakan ongkos yang besar. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang, makin mahal barang tersebut.
3. Teori Proporsi Faktor Produksi dari Heekscher-Ohlin (H-O) Menurut Lindert (2003) mengatakan teori ini dianggap lebih modern, karena menyatakan adanya perbedaan relative faktor pemberian dan intensitas penggunaan faktor produksi sebagai penyebab perdagangan internasional. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah: 1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara. 2. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity. Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
2.1.2 Konsep Ekspor Soi, et all (20130 menyatakan perdagangan memberikan peluang baru untuk pertumbuhan bagi negara-negara berkembang. Setiap negara pasti akan melakukan perdagangan antar negara untuk memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan masyarakatnya salah satunya adalah kegiatan ekspor. Menurut Priadi (2000) Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas ke luar negeri. Pengertian ekspor menurut Tandjung (2011:269) merupakan pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeaan dan dilakukan oleh seorang eksportir. Dalam suatu open economy, setiap negara melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Ekspor merupakan strategi fundamental dalam memastikan perusahaan untuk kelangsungan hidup dan perusahaan akan mencapai kompetitif keuntugan di pasar internasional dengan pengaruh positif pada kinerja ekspor saat ini dan masa depan (Navarro et all, 2009). Menurut Collins (Hamdy Hady , 2001) pengertian ekspor dapat dibagi menjadi 3 sebagai berikut: 1. Suatu barang yang diproduksi dan dijual dipasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang dapat dilihat (Visible Export)
2. Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik didalam negeri (kunjungan wisatawan mancanegara) maupun di luar negeri sebagai (perbankan dan asuransi) yang keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (Invisible Eksport). 3. Model yang ditempatkan di luar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk asset fisik dan deposito bank disebut ekspor modal. Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk mengeluarkan barangbarang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang dapat diekspor tersebut haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjual belikan dalam pasaran luar negeri. Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang sedemikian
yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2006)
2.1.3 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi, kegiatan tersebut dinyatakan fungsi produksi yang menunjukkan jumlah output yang dihasilkan dari jumlah input menggunakan teknologi. Sugiyanto (2002) dalam jurnal Ningsih (2015) Sumber daya atau input dikelompokkan menjadi sumber daya manusia termasuk tenaga kerja dan kemampuan manajerial, modal/investasi, tanah atau sumber daya alam. Menurut Sugiarto dkk (2002: 202) Secara matematika fungsi produksi 𝑄 = 𝐹 (𝐾, 𝐿, 𝑋, 𝐸) Dimana :
Q
= Output
K, L, X,E
= Input (modal, tenaga kerja, tanah, bahan baku, keahlian)
Faktor produksi menurut Mankiw (2006: 46) merupakan suatu input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam suatu proses produksi, bahan bakudan tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Bahan baku dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat diolah menjadi suatu barang jadi atau setengah jadi, sedangkan tenaga kerja sendiri merupakan waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Menurut jenisnya, faktor-faktor produksi dibedakan
menjadi empat yaitu faktor produksi sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya manusia (tenaga kerja), dan sumber daya pengusaha. 1.
Sumber daya alam Faktor produksi sumber daya alam mencakup memanfaatan hasil-hasil alam yang
digunakan untuk proses produksi. Hasil-hasil alam tersebut dapat berupa tanah, tumbuhan, hewan, bahan tambang dan lain sebagainya. 2. Sumber daya modal Dalam bidang ekonomi, modal dapat diartikan sebagai barang atau hasil produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Dalam suatu proses produksi, modal dapat berupa peralatan dan bahan-bahan untuk proses produksi. 3. Sumber daya manusia Semua kegiatan baik jasmani maupun rohani yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam proses produksi dapat dikategorikan sebagai sumber daya manusia. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menurut tingkatan kualitasnya, yaitu: Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan tertentu dalam bidangnya masing-masing. 4. Sumber daya pengusaha Sumber daya pengusaha adalah kemampuan pengusaha dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan faktor-faktor produksi agar dapat digunakan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini mengacu pada bagaimana pengusaha mampu memanage perusahaannya.
Nilai produksi adalah hasil dari volume produksi dari suatu usaha perbulan yang dikalikan dengan harga jual barang pebulan. Volume produksi di sini yaitu jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi oleh suatu usaha. Sedangkan pengertian nilai produksi yaitu kuantitas barang yang dikalikan dengan harga jual produk-produk tersebut dalam periode tertentu (Moiseeva, 2009:193).
2.1.4 Konsep Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2003:59) tenaga kerja adalah dalam usia kerja berumur 1564 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja adalah individu yang menawarkan keterampilan dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan dan individu tersebut memperoleh upah dengan keterampilan yang diperolehnya. Menurut Sukirno (2000:5) tenaga kerja dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1) Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan. 2) Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian yang didapat dari pelatihan dan pengalaman kerja 3) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu.
Menurut Simanjuntak (1990:69) tenaga kerja mengandung dua pengertian yaitu : 1. Tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Hal ini mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. 2. Tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan barang dan jasa. Usaha kerja tersebut jika mampu bekerja berarti mampu melakukan yang mempunyai nilai ekonomis dengan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (2010:7) tenaga kerja dibagi menjadi 4 bagian yaitu : 1. Tenaga kerja tetap dibayar adalah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan atau usaha dengan mendapat balas jasa berupa gaji dan lainnya (lembur, hadiah, bonus dan lain-lain) dalam bentuk uang maupun barang. 2. Tenaga tetap tidak dibayar adalah tenaga kerja pemilik atau tenaga kerja keluarga biasanya aktif dalam kegiatan perusahaan, tetapi tidak mendapat balas jasa. Bagi pekerja tidak dibayar yang kurang dari 1/3 (sepertiga) jam kerja biasa berlaku (dalam satu minggu di perusahaan /usaha tidak termasuk sebagai pekerja). 3. Tenaga kerja produksi adalah tenaga kerja yang langsung bekerja atau berhubungan dalam proses produksi. Misal :tenaga kerja yang langsung
mengawasi proses produksi, mengoperasikan mesin, mencatat bahan baku yang digunakan dan barang yang dihasilkan. 4. Tenaga kerja lainnya adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja ini biasanya sebagai tenaga kerja pendukung perusahaan, seperti manager (bukan produksi), kepala personalia, sekretaris, tukang ketik, penjaga malam, sopir perusahaan dan lain-lain.
2.1.5 Konsep Modal Modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan, modal merupakan faktor produksi yang penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi. Menurut Riyanto (2001:61) modal kerja digolongkan menjadi dua sebagai berikut a) Modal Kerja Permanen (Permanen Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan menjadi : 1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya 2. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarkan luas produksi normal 3. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan dan modal kerja ini dibedakan menjadi : a. Modal Kerja Musiman (Seasonad Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musiman. b. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya
berubah-ubah
disebabkan
karena
fluktuasi
konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Imergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi yang mendadak). Dalam ilmu ekonomi modal adalah tiap hasil produk yang digunakan untuk menghasilkan produk selanjutnya. Dari pengertian tersebut modal tidak identik dengan uang akan tetapi segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang. Sumber daya modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Menurut Sifatnya a. Modal lancar yaitu modal yang hanya dapat digunakan satu kali dalam proses produksi seperti bahan baku dan bahan mentah.
b. Modal tetap yaitu modal yang digunakan lebih dari satu kali dalam proses produksi seperti mesin-mesin dan peralatan. 2. Menurut Fungsinya a. Modal individu yaitu modal yang digunakan oleh individu sebagai sumber pendapatan sekalipun pemiliknya tidak ikut dalam proses produksi seperti pemilik taxi. b. Modal masyarakat yaitu modal yang digunakan oleh masyarakat dalam mengahasilkan barang seperti kendaraan umum. 3. Menurut Bentuknya a. Modal Abstrak yaitu modal yang tidak berbentuk fisik (tidak berwujud) tapi sangat menentukan hasil produksi seperti keahlian seseorang. b. Modal Kongkrit yaitu modal yang wujud fisiknya dapat dilihat (berwujud) seperti mesin-mesin.
2.1.6 Konsep Bahan Baku Sumber daya alam memiliki peranan penting manfaatnya secara ekonomis dan cadangan-cadangan sumber daya alam mungkin bertambah dengan adanya penemuan baru dan mungkin berkurang karena dalam melakukan kegiatan ekonomi. Volume kegiatan ekonomi atau besarnya aliran ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya dengan faktor lainnya tetap tidak berubah, akan meningkatkan kapasitas produksi satu perekonomian yang akhirnya akan memperbesar aliran ekonomi. Sumber daya alam dibedakan menjadi 3 yaitu (Nehen, 2012: 5)
1. Sumber daya yang tidak terbarukan yang mempunyai volume fisik yang tetap dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Contoh dari sumber daya alam jenis ini adalah kandungan metal di bumi, minyak bumi, batu bara dan tambang 2. Sumber daya alam terbarukan merupakan prosesalami maupun atas bantuan manusia. Contohnya sumber daya air, angin, cuaca dan lainnya. Aliran sumber daya ini terus menerus ada dan dapat diperbarui. 3. Sumber daya alam gabungan dibedakan menjadi sumber daya biologis seperti hasil panen, padang rumput, marga satwa, perikanan, kehutanan dan sumber daya tanah. Sumber daya alam ini mempunyai sifat terbarukan. Menurut Mulyadi (1986: 118) dalam Nugraha (2012) mengatakan bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, pembelian import atau dari pengelolaan sendiri. Adapun jenis-jenis bahan baku terdiri dari (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1982:185) dalam Nugraha (2012) : 1. Bahan baku langsung (direct material) Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
2. Bahan baku tak langsung Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Misalnya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi maka kayu merupakan bahan baku langsung, sedangkan paku dan plamit merupakan bahan baku tak langsung.
2.1.7 Hubungan Tenaga Kerja dengan Produksi Setiap perusahaan dalam melaksanakan proses produksi tidak dapat hanya mengandalkan pemanfaatan fasilitas dengan teknologi modern, karena sistem produksi membutuhkan jasa tenaga kerja untuk memperlancar proses produksi yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Mankiw (2000:46) semakin banyak tenaga kerja maka semakin banyak pula output yang diproduksi. Peningkatan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan output yang diproduksi yang juga akan meningkatkan nilai produksi. Jadi jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap nilai produksi. Dalam Yuniartini (2013) bahwa Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap Produksi Industri kerajinan ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Hal ini berarti bahwa Produksi kerajinan kayu akan semakin meningkat dengan bertambahnya tenaga kerja.
2.1.8 Hubungan Tenaga Kerja dengan Ekspor Menurut (Nopirin,2010:19) Teori klasik tentang perdagangan internasional menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam comparative advantage itu karena adanya perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksinya sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu, syarat timbulnya perdagangan antar negara yaitu perbedaan fungsi produksi di antara dua negara tersebut. Jumlah tenaga kerja dalam suatu proses produksi dapat mempengaruhi ekspor maupun impor dalam perdagangan internasional. Jadi dengan meningkatnya ekspor baik barang maupun jasa tentu akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, seiring dengan peningkatan permintan output. Menurut Permata Sari (2015) Tenaga kerja berpengaruh terhadap tingkat ekspor. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai ekspor kerajinan Bali di pasar Internasional karena jumlah tenaga kerja semakin banyak akan meningkatkan produksi dan secara tidak langsung ekspor akan meningkat. Nantinya akan menunjang kelancaran dalam memenuhi permintaan konsumen dan pengelolaan produksi. Jadi jumlah tenaga kerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap ekspor
2.1.9 Hubungan Modal dengan Produksi Menurut Sukirno (2009), modal dapat diartikan sebagai pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang yang tersedia dalam perekonomian. Modal juga dapat diartikan pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan lagi atau yang sudah rusak Menurut Risma M Arsha (2013) bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat modal suatu perusahaan, maka tingkat penggunaan faktor produksi pun akan semakin banyak misalnya penggunaan mesin dan peralatan-peralatan produksi
2.1.10 Hubungan Modal dengan Ekspor Menurut Gitman (2001:643) modal adalah jumlah harta lancar dari investasi yang dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam kegiatan bisnis, yang juga menentukan pentingnya suatu usaha. Selain hal-hal yang telah disebutkan, tujuan negara untuk ekspor juga turut menentukan jumlah, maupun jenis barang yang diinginkan oleh suatu negara. Negara-negara maju seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan negara-negara maju lainnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat karena pertumbuhan ekonominya bersandar pada aktifitas perdagangan internasional
terutama ekspor. Menurut Nico (2009:84) mengenai hubungan modal dengan ekspor menyatakan bahwa ada hubungan positif antara modal dengan ekspor pada perusahaan. Suatu usaha tanpa adanya modal sebagai salah satu
faktor produksinya tidak akan berjalan,
semakin banyak jumlah produk yang di ekspor maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan.
Menurut Permata Sari (2015) modal menunjukkan hubungan antara modal penggunaan peralatan produksi dengan penjualan ke luar negeri. Faktor modal mempengaruhi tinggi rendahnya permintaan nilai ekspor. Setiap perusahaan dalam operasionalnya
membutuhkan
peralatan-peralatan
produksi
karena
modal
berpengaruh terhadap perusahaan untuk mencapai tujuannya. Modal yang tinggi sangat mendukung operasional perusahaan dan berimbas pada peningkatan ekspor.
2.1.11 Hubungan Bahan Baku dengan Produksi Suatu industri yang memproduksi suatu barang atau produk akan selalu membutuhkan bahan baku dalam proses produksinya. Bahan baku merupakan bahan dasar yang dipergunakan untuk memproduksi suatu barang. Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Menurut Mutiara (2010) bahan baku mempunyai pengaruh tinggi terhadap produksi, karena apabila bahan baku sulit didapatkan maka produsen akan menghentikan atau menunda proses produksi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari pengelolaan sendiri.
Menurut Prianata (2014) bahwa secara parsial bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi furniture di Kota Denpasar. Dalam industri furniture diperlukan penyesuaian dalam menentukan nilai produksi furniture dengan jumlah pengeluaran yang digunakan untuk pembelian bahan baku sehingga adanya keseimbangan antara pemasukan dari penjualan produksi dan pengeluaran dalam biaya pembelian bahan baku.
2.1.12 Hubungan Bahan Baku dengan Ekspor Dalam Naibahao (2013) mengatakan persediaan bahan baku yang cukup dapat memperlancar proses produksi serta barang jadi yang dihasilkan harus dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka perusahaan kehilangan kesempatan merebut pangsa pasar dan perusahaan tidak dapat mensuplay barang yang cukup banyak. Nilai bahan baku dalam penelitian ini, memiliki pengaruh signifikan terhadap ekspor. Ini dikarenakan penggunaan bahan baku erat kaitannya terhadap kualitas bahan baku terlebih untuk produk ekspor. Kualitas produk berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen untuk mengimbangi harapan konsumen. Bahwa kualitas bahan baku adalah tingkat keunggulan produk yang diharapkan, keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Untuk memenuhi keinginan ekspor (konsumen luar negeri) kualitas bahan baku yang tercermin melalui biaya bahan baku yang digunakan sangatlah mempengaruhi kuantitas ekspor.
Ketersediaan bahan baku berpengaruh terhadap ekspor karena apabila di suatu negara bahan baku melimpah, maka akan cenderung mengekspor kepada negara yang bahan bakunya lebih sedikit karena bahan baku tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan produksinya. Selain itu, bila di suatu negara bahan baku yang digunakan cenderung langka dan bernilai tinggi maka suatu negara akan lebih cenderung mengimpor suatu produk dikarenakan biaya memproduksi produk sendiri jauh lebih mahal dibandingkan dengan mengimpor (Nopirin, 2010). Menurut (Hamdy, 2001:39) menyatakan bahwa setiap negara akan mengekspor barang yang diproduksinya menggunakan faktor produksi yang persediaannya melimpah dan murah secara intensif serta mengimpor barang yang produksinya menggunakan faktor produksi yang persediaanya langka dan mahal secara intensif.
2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang kebenarannya akan diuji. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian terdahulu serta teori dan konsep yang telah ditemukakan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Tenaga Kerja, Modal dan Bahan Baku berpengaruh signifikan dan positif terhadap produksi kerajinan kayu di Kecamatan Ubud 2. Tenaga Kerja, Modal, Bahan Baku dan Produksi berpengaruh signifikan terhadap ekspor kerajinan kayu di Kecamatan Ubud 3. Tenaga Kerja, Modal dan Bahan Baku secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap ekspor melalui produksi kerajinan kayu di Kecamatan Ubud.