BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus diartikan sebagai “perhatian, kesukaan,
Umum
Bahasa Indonesia
kecenderungan hati kepada
atau
keinginan”. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar. W.S. Winkel (dalam Hidayah, 2006:10) menyatakan bahwa, “minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu maka siswa tersebut harus menyenangi mata pelajaran tersebut, kemudian siswa akan memperhatikan materi yang diberikan. Kartini Kartono (1990:111) menjelaskan bahwa perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan
5
6
pembatasan kesadaran terhadap satu obyek. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan senang dan suasana hati, dan ditentukan oleh kemauan. Perhatian dianggap sebagai akibat dari kemampuan psikis yang disebut minat. Hal-hal yang berhubungan dengan minat dan perhatian dalam praktek pendidikan dan pembelajaran adalah; (Ahmad, 2003:153-154) 1. Dalam belajar diusahakan anak didik dapat memusatkan jiwanya kepada materi pelajaran yang sedang dipelajari. 2. Menghindari segala sesuatu yang mungkin dapat mengganggu perhatian anak, misalnya: sikap guru yang tidak tenang, suasana di kelas dan di luar kelas, temparatur dan sebagainya. 3. Bahan pelajaran yang meningkat secara bertahap sesuai dengan kemauan anak akan menarik perhatian. Apa yang menarik orang dewasa belum tentu menarik perhatian anak, maka: (a) tidak memaksakan sesuatu yang menjadi perhatian guru, padahal bagi anak belum tentu hal itu menarik perhatiannya, (b) menghargai anak dengan semestinya, termasuk menghargai apa yang menjadi perhatian anak didik, (c) membimbing perhatian anak, tidak hanya sekedar menuruti saja apa yang menjadi perhatian anak didik. 4. Hal-hal yang menjadi kebutuhan atau kehidupan akan menarik perhatian anak didik, maka diusahakan bahan-bahan atau materi pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak dan dibawa dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehidupan anak didik.
7
5. Menoton dalam mengunakan metode pengajaran atau media pembelajaran kurang baik, sehingga harus diupayakan menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi. 6. Menghubungkan materi pelajaran yang disajikan dengan pengetahuanpengetahuan yang telah dimiliki, serta dengan bahan atau materi pelajaran lain. 7. Memberikan kesempatan atau waktu secukupnya kepada anak didik untuk melakukan penyesuaian diri. 8. Mengusahakan supaya anak didik tidak menjadi lelah dalam melakukan sesuatu sehingga membuat mereka jenuh dengan pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa minat maupun perhatian sangat erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan. Adapun hubungan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, minat dan perhatian anak didik dalam proses belajar
mengajar sangat banyak dipegaruhi oleh metode serta media
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Minat seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Akan tetapi lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat) merupakan faktor yang dapat menstimulus semua potensi anak pada masa sekolah dan hal itu sangat mempengaruhi perkembangan minat anak didik. Menurut Gardner, bahwa kemampuan jamak anak akan berkembang sejak masa usia dini dan diperkirakan sampai usia sekitar enam belas tahun.
8
Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI, 1989). Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis. Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi, dan evaluasi. Teori belajar lain dikemukakan oleh Gagne yang menetapkan proses belajar melalui analisis yang cermat dalam suatu kontribusi pengajaran. Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif, dan Psikomotor. (dalam Iskandarwassid, dkk. 2009:4-5). Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:9), berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan linkungannya. (Slameto, 2010:2) Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. (Djamarah, 2008:13) Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak
9
menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Slameto, 2010: 3-5): 1.
Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadimya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
10
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya. Tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena tidak ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Dengan
demikian,
bahwa
minat
belajar
peserta
didik
adalah
kecenderungan dan fokus perhatian mereka terhadap materi pelajaran yang merupakan implikasi dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang berminat dalam kegiatan pembelajaran akan cenderung menekuni pelajaran yang diterimanya dan didukung oleh peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
11
2.2 Indikator Minat Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah .Alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan. Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah. a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. b. Perhatian dalam Belajar Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap salah satu pelajaran, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran
12
tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orng lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya. (Imran, 1996:88) d. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat merupakan fenomena psikis yang tidak dapat dipaksakan, namun hal ini dapat ditumbuhkan. Minat seseorang terhadap sesuatu dapat dipengaruhi
13
oleh beberapa faktor baik faktor eksternal maupun faktor internal. Demikian juga halnya dengan siswa, dan untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut: 1.Faktor Eksternal a.Faktor guru Guru sebagai pelaksana pendidikan melalui pelajaran di sekolah sangat besar pengaruhnya didalam menentukan minat belajar siswa, sebab gurulah yang pertama kali menanamkan konsep ilmu pengetahuan kepada siswa. Pada sistem pengajaran klasikal tidak semua siswa memperhatikan pelajaran yang diajarkan. Disinilah peranan guru untuk membangkitkan minat belajar siswa yang antara lain melalui penerapan berbagai metode, penjelasan tentang fungsi materi yang diajarkan dan sebagainya. Siswa yang kurang memperhatikan kepadanya diupayakan pendekatan (approach) individual sebab dengan cara ini siswa tersebut merasa diperhatikan. Guru dikatakan seorang pendidik sebab didalamnya ia tidak hanya mengajar seseorang agar menjadi tahu beberapa hal tetapi juga melatih berbagai keterampilan terutama sikap mental anak didik. Untuk mendidik ini maka seorang guru harus sebagai pemberi contoh yang dapat diikuti anak didik. Sebab mendidik sikap mental seseorang siswa tidak cukup hanya mengajarkan sesuatu pengetahian melainkan bagaimana pengetahuan itu dididikan oleh guru melalui contoh perilaku yang baik. Seorang guru bukan saja sebagai pendidik akan tetapi sebagai pembimbing dalam artian menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
14
Dalam hal ini membantu memecahkan plobeme-plobema yang dihadapi siswa baik perkembangan phisik ataupun mental. Pekerjaan propesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak dalam landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi keselamatan orang banyak. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peranan dari seseorang guru. Peranan guru ini akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dala interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru dan staf lainnya. Menurut Sardiman (2009:143-146) mengemukakan beberapa peranan guru sebagai berikut : 1. Informator Sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. 2. Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. 3. Motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. 4. Pengarah Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
15
5. Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. 6. Transmiter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. 7. Fasilitator Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan
siswa,
sehingga
interaksi
belajar-mengajar
akan
berlangsung secara efektif. 8. Mediator Guru sebagai mediator akan diartikab sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. 9. Evaluator Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. b. Faktor orang tua Disamping guru, maka orang tua juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa melalui fasilitas belajar dan memberikan harapan-harapan akan masa depan
16
yang lebih cerah kepada anaknya, sehingga anak tersebut akan lebih bergairah untuk belajar. c. Faktor lingkungan. Terlepas dari semua faktor yang telah disebutkan diatas maka faktor sekitar atau lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan dan kegiatannya dalam belajar, sebab disini anak didik menghadapi berbagai pola tingkah kehidupan masyarakat. Dengan melihat kejadian yang ada dalam masyarakat maka anak didik dapat menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan penilaiannya itu si anak didik akan berusaha untuk mencapainya, dan hal ini akan membuatnya lebih giat belajar. 2. Faktor Internal Suatu hal yang harus diakui bahwa setiap siswa mempunyai perbedaan dalam berbagai hal termasuk minat belajarnya. Perbedaan minat belajar siswa disebabkan oleh : a. Pengetahuan dasar Minat belajar siswa akan dipengaruhi oleh pengetahuan dasar yang mereka miliki. Mereka akan berminat pada pelajaran tertentu apabila dirasa pelajaran itu dirasakan mudah untuk mempelajarinya atau mereka kurang mendapat hambatan atau masalah. b. Kemauan Suatu pekerjaan akan berhasil apabila orang yang mengerjakan mempunyai kemauan, sehingga dengan sengaja dia melakukannya. Kemauan yang dimaksud adalah kemauan untuk belajar. Apabila seorang siswa tidak
17
mempunyai kemauan untuk belajar maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar. Tidak adanya kemauan menghambat siswa untuk belajar. c. Perhatian Apabila ada kemauan untuk sesuatu maka kemungkinan besar perhatian ditujukan pada hal itu. Perhatian adalah wujud dari kemauan yang diwujudkan melalui berbagai aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Faktor perhatian siswa terhadap mata pelajaran sangat menentukan keberhasilannya, sebab apabila mereka memperhatikan maka pasti mereka dengan mudah menguasai apa yang diajarkan. Oleh sebab itulah peranan guru yang sangat dipentingkan didalam menumbuhkan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. d. Kesempatan Apabila menginginkan apa yang disajikan itu dapat dimengerti oleh siswa maka hendaknya diberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengembangkan dirinya, berikanlah kesempatan kepada siswa agar dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini dominasi guru lebih diperkecil agar siswa lebih banyak berpartisipasi aktif didalam kegiatan belajar. Dari semua faktor yang telah diuraikan diatas, maka sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar, penulis lebih menitikberatkan pada faktor yang berasal dari diri siswa dan faktor guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar. Guru yang menguasai materi yang diajarkan dan juga menguasai berbagai macam metode pengajaran belum dapat dikatakan mampu mengajar kalau tidak mempunyai kepribadian yang menarik bagi siswa.
18
Dalam proses belajar mengajar yang diharapkan adalah perubahan dalam diri siswa yang diwujudkan dengan hasil belajar yang diperoleh. Minat merupakan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Whiterington (1985) : Minat sebagai suatu tujuan pendidikan. Oleh karena yang terdidik dapat ditandai dari adanya minat yang luas serta bernilai maka jelaslah sudah bahwa mengembangkan
minat
semacam
itu
merupakan
tujuan
yang
penting.
Jadi minat bukan hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan tetapi juga merupakan suatu tujuan didalam pendidikan. Dalam usaha untuk membangkitkan minat belajar siswa, maka Sardiman (2009 : 95) mengemukakan beberapa cara sebagai berikut : a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapat hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar siswa pertama-tama harus dibangkitkan kebutuhan. Siswa yang tidak mengetahui tentang fungsi materi yang diajarkan akan berlaku apatis dalam kegiatan belajar mengajar. Memberitahukan tentang kegunaan materi yang diajarkan akan membuat siswa untuk mengetahui materi yang disajikan. Selanjutnya dalam hal belajar kita tidak dapat memisahkan dengan situasi pada masa lampau. Oleh karena itu perlu memperhatikan materi yang dipelajari pada hari-hari sebelumnya sehingga kegiatan tersebut merupakan rangkaian
19
(sequence) yang berkelanjutan. Selain diberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh hasil belajar yang baik. dengan demikian mereka akan berbuat sesuatu, karena setiap anak berpikir sepanjang ia berbuat. Sebelumnya telah di kemukakan bahwa minat belajar memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut Nasution (1988-84) mengemukakan bahwa belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat, dan keinginan. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar hanya mungkin apabila minat, keinginan dan untuk apa sesuatu kita pelajari. Hal ini memang banyak kenyataan bahwa siswa yang belajar tanpa minat atau belajar karna terpaksa hanya akan menempuh ujian hasilmya adalah angka-angka semata dan mata pelajaran itu tidak ada manfaat bagi mereka. Belajar demikian adalah suatu kesia-siaan, karena tidak akan membuahkan hasil ataupun tidak terintegrasinya suatu ilmu pengetahuan kepada yang bersangkutan.