BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat jauh dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat sejauh–jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus dilakukan secara baik dan harmonis tidak diputus putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya. Tim Bina Karya Guru (2004: 27) menyatakan bahwa lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan. Biasanya lompat jauh gaya jongkok digunakan oleh pelompat pemula. Ada 3 macam gaya dalam lompat jauh gaya jongkok yakni: gaya jongkok (gaya tuck), gaya berjalan di udara (walking in the air), dan gaya menggantung (gaya hang). Lompat jauh adalah gerakan untuk menjangkau suatu jarak tertentu dengan sekali lompatan. Lompat jauh terdiri atas awalan, tumpuan, lompatan, melayang, dan mendarat.
2. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok Menurut Djumidar (2001: 12-40) lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu. Formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat gravitasi. Kecepatan lari awalan serta besarnya sudut
5
tolakan merupakan komponen yang menetukan tercapainya suatu jarak. Teknik lompat jauh dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu ancang-ancang, menumpu, melayang, mendarat. Sedangkan gaya dalam lompat jauh ada tiga yaitu gaya jongkok, gaya menggantung, dan gaya jalan di udara. Gerak lompat jauh merupakan perpaduan dari unsur latihan: kecepatan (speed), kekuatan (Strenght), kelentukan (flexibility), daya tahan (Endurance), ketepatan (acuration) yang dikoordinasikan menjadi suatu gerakan yang baik dan sempurna sehingga menghasilkan suatu prestasi yang sangat didambakan. Para peneliti membuktikan bahwa suatu prestasi lompat jauh tergantung pada kecepatan dari pada awalan atau ancang-ancang. Namun demikian seseorang yang memiliki sprint yang baik belum tentu seorang pelompat. Oleh karenanya disamping memiliki kemampuan sprint yang baik harus didukung juga dengan kemampuan dari tolakan kaki atau tumpuan. Untuk lebih jelasnya teknik dalam lompat jauh akan diuraikan sebagai berikut. a.
Awalan Menurut Tim Bina Guru (2004: 31) untuk menghasilkan lompatan yang
baik harus diperhatikan cara awalannya, melakukan teknik awalan yang baik akan menghasilkan lompatan yang baik pula. Tujuan melakukan awalan yakni untuk mendapatkan kecepatan berlari sewaktu akan melompat dan untuk mendapatkan hasil lompatan yang optimal. Menurut Djumidar (2001: 12.41) tujuan ancang-ancang yang setinggitingginya agar dorongan masa ke depan lebih besar. Jarak ancang-ancang sangat tergantung dari kematangan dan kemampuan atas kecepatannya. Seorang dapat
6
melakukan ancang-ancang dengan seketika langsung tempo tinggi dan ada juga yang memiliki kecepatan setelah melalui suatu gerakan ancang-ancang kecil dengan tempo lamban kemudian meningkat menjadi suatu kecepatan yang tinggi. Untuk meningkatkan kemampuan kecepatan ancang-ancang perlu adanya suatu program latihan yang baik dan pengulangan yang tercatat baik. Kecepatan maupun ketepatan waktu menumpu untuk siswa sekolah pemberian jarak untuk melakukan ancang-ancang sebaiknya dilakukan jarak yang pendek seperti kemampuannya sendiri dimulai
dari 5 langkah, 7 langkah, 9 langkah dan
seterusnya sambil memperhatikan kaki tumpu. Awalan pada lompat jauh bertujuan untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi-tingginya sebelum mencapai balok tolakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dadang Haryana dan Giri Verianti (2010: 20) yang menyatakan bahwa panjang awalan lompat jauh tidak kurang dari 45 meter. Untuk memperoleh hasil lompatan yang maksimal setiap melakukan awalan harus selalu bertumpu pada balok. Awalan lompat jauh menurut Dadang Haryana dan Giri Verianti (2010: 21) terdiri dari : 1) Berdiri di tengah lintasan dengan jarak yang sudah ditentukan, memusatkan perhatian, setelah siap kemudian melangkah. 2) Mulai berlari cepat dengan irama yang tetap menuju balok lompat. 3) Setelah kurang lebih 4 langkah dari balok lompat, berkonsentrasi pada tumpuan dengan tidak mengurangi kecepatan.
7
Awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melompat. Awalan dilakukan dengan lari secepat-cepatnya pada sebuah lintasan. Pelari tidak diperkenankan mengubah kecepatan dan langkah saat akan menolak pada papan tumpuan. b.
Tumpuan Menumpu merupakan suatu gerakan yang sangat penting yang dapat
menentukan hasil lompatan. Menurut Djumidar (2001: 12.41-12.42) gerakan tumpuan adalah : 1) Badan sewaktu menumpu jangan terlalu condong seperti halnya waktu melakukan lari/ancang-ancang atau sebaliknya menengadah. 2) Tumpuan harus kuat, cepat dan aktif sambil menjaga keseimbangan badan agar tidak oleng atau goyang. 3) Kecepatan gerak maju kedepan tidak terhambat dengan adanya tumpuan walaupun ada pengaruhnya namun diupayakan tidak banyak. 4) Berat badan berada sedikit di depan titik tumpu, gerakan kaki menapak dari tumit ke ujung kaki, dengan tempo yang sangat cepat. 5) Gerakan ayunan lengan sangat membantu menambah ketinggalan disamping menjaga keseimbangan badan. 6) Pandangan penuh ke muka mengikuti arah gerak dari suatu lompatan.
Menolak pada balok lompat hendaknya dilakukan dengan tumpuan kaki paling kuat. Perhatikan saat menolak, ujung kaki jangan sampai melebihi batas balok lompat. Menurut pendapat Dadang Haryono dan Giri Verianti (2010: 20) tumpuan yang tidak tepat pada balok lompat akan merugikan pelompat. Ketepatan tumpuan dapat dicapai dengan perencanaan jumlah langkah yang tepat. Selanjutnya menggunakan tanda-tanda (Check Mark) untuk mengatur ketepatan langkah. Tolakan harus menggunakan kaki terkuat supaya tercapai tinggi lompatan yang cukup tanpa mengubah kecepatan. Kaki ayun digerakkan secara aktif agar
8
membantu menaikkan badan dan menjaga keseimbangan berat badan sedikit di depan titik tumpuan. Gerakan tangan membantu menambah ketinggian pandangan mata yang naik kedepan sebagai kemudi. Berdasarkan pendapat dari Tim Bina Guru (2004: 26) tolakan lompat jauh dilakukan dengan satu kaki yang paling kuat, dengan menghindari tolakan yang salah, yaitu kaki melewati papan tolakan sedangkan tolakan yang benar adalah posisi kaki saat menolak berada sebelum papan tolakan atau diatas papan tolakan. Tahap menolak pada papan tolakan perlu untuk diperhatikan. Menurut Tim Bina Guru (2004: 32) untuk menghindari kesalahan tolakan yang akan menyebabkan tidak sahnya hasil lompatan, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: 1) Hentakkan kaki pada saat bertolak harus terjadi pada sol kaki dengan tumit menyentuh tanah. 2) Pinggang agak ke depan dengan kaki penolak sedikit bengkok. 3) Melakukan tolakan dengan kuat dan cepat pada salah satu kaki penolak untuk memperoleh tolakan yang sebesar-besarnya. 4) Pelompat dinyatakan salah melakukan tolakan apabila pada saat penolakan kaki melewati papan tolakan. c.
Melayang di Udara Gerakan melayang di udara adalah gerakan yang dilakukan dalam
olahraga lompat jauh setelah melakukan gerakan tumpuan dan tolakan. Menurut pendapat Djumidar (2001: 12.42) pada saat meninggalkan balok tumpuan diupayakan keseimbangannya terjaga, dengan bantuan kedua tangan mengayun
9
sedemikian rupa sehingga bergerak di udara dalam suatu garis membentuk lengkungan. Gerak tubuh saat melayang menurut Tim Bina Guru (2004: 32) adalah menjaga keseimbangan badan agar tetap siap melakukan pendaratan. Gerakan awalan yang benar dan tolakan yang kuat akan membawa badan melayang di udara lebih lama. Dadang Haryana dan Giri Verianti (2010: 20-21) menyatakan bahwa sikap badan melayang di udara yaitu sikap menolakkan kaki pada balok tumpuan, badan terangkat melayang di udara bersamaan dengan ayunan kedua lengan kedepan. Tinggi dan jauhnya hasil lompatan tergantung pada besarnya kekuatan tolakan dan pelompat harus meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya dan secepatcepatnya. Menurut Djumidar (2001: 12.42) ada beberapa macam gaya yang umum digunakan dalam cabang lompat jauh yaitu: 1) Gaya jongkok atau Tuck (Kauer) adalah sikap badan di udara kedua tungkai jongkok, kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. 2) Gaya berjalan di udara atau Lauf (Walking/ Running in the air) adalah gerak dan sikap badan di udara menyerupai dengan orang yang sedang berjalan. c) Gaya menggantung/melenting atau Schnapper/Hang adalah gerak dan sikap badan di udara menyerupai dengan orang yang sedang menggantung atau melenting ke belakang. d.
Mendarat Yang harus diperhatikan waktu mendarat dalam lompat jauh gaya jongkok
adalah kedua kaki mendarat secara bersamaan diikuti dengan dorongan pinggul ke
10
depan sehingga badan tidak ada kecenderungan jatuh kebelakang yang mengakibatkan kerugian bagi si pelompat (Djumidar, 2001: 12.42-12.43). Menurut Tim Bina Guru (2004: 27) pendaratan merupakan tahap yang penting untuk diperhatikan. Pada saat melakukan pendaratan semua gerakan harus dikoordinasikan agar mencapai hasil yang maksimal yaitu gerakan kaki, kepala, lengan, tangan pada saat badan melayang turun, dan tumit menyentuh pasir. Pada saat tumit menyentuh pasir, badan digerakkan ke depan untuk menghindari pendaratan pinggul. Pendaratan dengan pinggul dapat dihindari jika kedua tungkai kaki rileks dan kedua tungkai dalam posisi menggantung rata dan sejajar. Menurut pendapat Dadang Haryana dan Giri Verianti
(2010: 21) saat
mendarat pada lompat jauh gaya jongkok, berat badan dipindahkan ke depan untuk menghindarkan pendaratan yang merugikan. Kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir. Titik berat badan akan melampaui titik pendaratan kaki di pasir. Sendi lutut harus siap menekuk pada saat yang tepat. Gerakan ini memerlukan timing (waktu) yang tepat. 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Lompat Jauh Keberhasilan untuk melompat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Djumidar (2001: 12.40) menyatakan bahwa unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak,
kecepatan,
kekuatan,
kelincahan,
kelentukan,
koordinasi,
dan
keseimbangan. Persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu faktor
11
kondisi fisik yang meliputi kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan. Berdasarkan dua pendapat di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai kemampuan lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian kemampuan lompat jauh antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan dan koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan.
4. Metode Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan keterampilan gerak anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan sesama teman dan menyalurkan bakatnya. Dengan mengetahui manfaat bermain, diharapkan guru dapat melahirkan ide mengenai cara mengemas kegiatan bermain untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar pada anak. Apabila anak memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh si anak akan menjadi sehat dan bugar. Otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Anak dapat menyalurkan energi yang berlebihan melalui aktifitas bermain. Dalam melakukan kegiatan ini bermain aktifitas anak tidak dibatasi dengan aturan-aturan
12
yang sangat mengikat. Agar kegiatan bermain memberi sumbangan yang positif bagi perkembangan ketrampilan gerak dasar anak, guru dapat merancang kegiatan bermain yang menarik dan menyenangkan. Penguasaan keterampilan gerak dasar dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Hal ini dapat kita amati, misalnya pada saat lari anak kurang semangat kemudian anak membuat baling-baling dari kertas lalu dibawa lari, apabila jalan baling-baling tidak mau berputar tetapi apabila dibawa lari balingbaling akan berputar pada saat baling-baling berputar anak senang dan anak akan melakukan gerakan lari dengan senang hati. Bermain memiliki makna yang menggembirakan. Kegiatannya dapat membangkitkan daya tarik dan menyenangkan anak, yang ditandai dengan enam aspek yaitu sebagai berikut (Nur Sidik Kurniawan, 2007): a. b. c. d. e.
Menempatkan diri pada situasi, gerakan dan irama tertentu. Kegemaran berlomba/berkompetensi/bersaing secara sehat. Menarik dan menyenangkan dalam kegiatan tersebut. Kegembiraan dan kepuasan dalam menggunakan alat. Kegembiraan dan kepuasan dengan memperlihatkan ketangkasan yang dikuasainya. f. Menguji ketangkasan yang masih tersembunyi. Bermain bagi anak selain merupakan alat belajar tetapi merupakan
kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak terutama pada saat usia sekolah dasar. Adapun manfaat bermain meliputi (Nur Sidik Kurniawan, 2007): a. Anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, baik pada perkembangan fisik (melatih keterampilan gerak dasar), perkembangan psikososial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi),serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan). b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi. c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.
13
d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mental. e. Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya ke dalam aktifitas yang menyenangkan. f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin. g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal yang baru dalam kehidupannya. h. Melalui bermain anak-anak dapat belajar bekerja sama, saling berbagi, belajar menolong dirinya dan orang lain serta menghargai waktu. i. Bermain dapat mengembangkan ketrampilan gerak. j. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.
Pada usia sekolah dasar, pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga diarahkan pada peningkatan kemampuan multilateral, artinya peningkatan seluruh komponen ketrampilan gerak anak harus seoptimal mungkin, sesuai dengan tumbuh kembang anak usia sekolah dasar. Guru memberikan pengalaman pada aktifitas fisiknya, terutama pada anak seusianya dengan metode pembelajaran bermain, menarik dan menyenangkan. Metode pembelajaran bermain, menarik dan menyenangkan ini berarti bangkitnya minat. Adanya keterlibatan penuh, terciptanya makna pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan. Upayaupaya guru pendidikan jasmani dan olahraga menjadikan proses pembelajaran menarik dan menyenangkan, hal tersebut dikarenakan antara lain (Dadang Haryana dan Giri Verianti 2010: 56): a. b.
c. d.
Memperhatikan perbedaan/heterogenitas setiap individu siswa dalam kelas terutama dari segi tingkat ketrampilan. Menghindari pemaksaan terhadap siswa untuk mengikuti permainan tim terutama yang sifatnya kompetitif dengan mengabaikan perbedaan tingkat ketrampilan setiap siswa. Mampu menyusun rencana kegiatan yang dapat menyerap semua siswa untuk berpartisipasi aktif selama kegiatan berlangsung. Mampu memilih gaya-gaya pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
14
e. f.
Mampu mengkondisikan suasana pembelajaran yang secara potensial, mengembangkan aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor. Mampu menyajikan berbagai variasi berbagai kegiatan fisik, agar setisp siswa memiliki kesempatan untuk memilih program yang dimintai dan disajikan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Dalam
pelaksanaan
metode
pembelajaran
bermain,
menarik
dan
menyenangkan ini menggunakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh.
5. Permainan Sudamanda Kapal Permainan Sudamanda Kapal adalah permainan tradisional yang biasa dilakukan oleh siswa pada saat istirahat. Adapun bentuk pelaksanannya adalah dengan cara meloncat-loncat yang dilakukan dengan menolakkan satu kaki atau dua kaki untuk melompati kotak yang dibatasi garis, dari kotak yang satu ke kotak yang lain. Cara pelaksanaan permainan Sudamanda Kapal adalah (Atmiyatun, 2011): 1. Sikap Awal Berdiri kira-kira 1-2 langkah di belakang garis kotak pertama, badan agak membungkuk kemudian ancang-ancang. 2. Gerakan a) Gerakan Berangkat Dari ancang-ancang dilanjutkan dengan gerakan menolakkan satu kaki. Mendarat dengan satu kaki pada kotak kesatu, dua, tiga, pada kotak empat dan lima kedua kaki mendarat secara bersama-sama masing-masing kotak satu kaki, kemudian kedua kaki menolak bersama-sama mendarat pada kotak keenam dengan satu kaki, lalu tolakan kemudian mendarat masingmasing kaki pada kotak tujuh dan delapan, tolakan secara bersama-sama mendarat pada kotak sembilan kedua kaki rapat. b) Gerakan Pulang Dari ancang-ancang dilanjutkan dengan dua kaki pada kotak ketujuh dan delapan. Tolakan kedua kaki secara bersama-sama mendarat dengan satu kaki pada kotak keenam kemudian tolakan dengan satu kaki mendarat pada kotak empat dan lima. Tolakan secara bersama-sama mendarat pada kotak ketiga dengan satu kaki, kemudian menolak dengan satu kaki, pada kotak kedua dan kesatu lalu tolakan mendarat kedua kaki rapat.
15
c) Gerakan Berangkat Bintang Satu Dari ancang-ancang dilanjutkan dengan gerakan menolakkan satu kaki melewati kotak yang diberi tanda bintang (kardus), mendarat dengan satu kaki pada kotak kesatu, dua, tiga, pada kotak empat dan lima kedua kaki, kemudian kedua kaki menolak bersama-sama mendarat pada kotak keenam dengan satu kaki, lalu tolakkan kemudian mendarat masing-masing kaki pada kotak tujuh dan delapan, tolakan secara bersama-sama mendarat pada kotak Sembilan kedua kaki rapat. d) Gerakan Pulang Bintang Satu Dari ancang-ancang dilanjutkan dengan gerakan menolak dengan dua kaki. Mendarat dengan dua kaki pada kotak tujuh dan delapan. Tolakan kedua kaki secara bersama-sama mendarat dengan satu kaki pada kotak keenam kemudian tolakan dengan satu kaki mendarat pada kotak empat dan lima. Tolakan secara bersama-sama mendarat pada kotak ketiga dengan satu kaki, kemudian menolak dengan satu kaki mendarat pada kotak kedua, lalu menolak melewati kotak yang diberi tanda bintang (kardus), mendarat kedua kaki rapat. 3. Pendaratan Pendaratan dilakukan dengan pantulan yang berkesinambungan antar kotak satu sampai Sembilan. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan permainan Sudamanda Kapal dapat dilihat pada gambar berikut :
9 8
7 6
5
4 3 2 1
Gambar 1. Lapangan Permainan Sudamanda Kapal.
16
Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas IV SD Negeri Ngendrokilo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang, diadakan Permainan Sudamanda Kapal yang dilakukan selama 12 kali latihan dalam 6 minggu tiap satu minggu masing-masing 2 kali latihan, ukuran lapangan masingmasing kotak 50 cm2.
6. Karakteristik Siswa Kelas IV Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru. Agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga kebutuhan peserta didik. Menurut Nur Sidik Kurniawan (2007: 42) karakteristik anak Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: a.
Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bermain. Karakteristik ini menurut guru sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan pelajaran yang bermuatan permainan model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.
b.
Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam sedangkan anak sekolah dasar dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk waktu yang lama dirasakan anak sebagai siksaan.
17
c.
Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar bertanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif).
Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk belajar dan bekerja dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas secara kelompok. d.
Karakteristik
anak
sekolah
dasar
adalah
senang
merasakan
atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan cognitive, anak sekolah dasar memasuki tahap operasional konkret. Bagi anak sekolah dasar, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang guru perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa.
18
Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Pada masa anak seusia kelas IV SD pertumbuhan cenderung relatif lambat. Walaupun pertumbuhan itu lambat, tetapi mempunyai waktu belajar cepat dan keadaan ini dapat dipertimbangkan pula sebagai konsolidasi pertumbuhan yang ditandai dengan kesempurnaan dan kestabilan terhadap ketrampilan dan kemampuan yang telah ada dibandingkan yang baru dipelajari. Pada masa tersebut juga terjadi perubahan dimana anak yang pada mulanya bergerak dari kondisi lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Pengaturan besarbesaran diperlukan untuk pengembangan tugas-tugas pada umur itu. Ada ketiga dorongan yang dimaksud adalah (Wardani, 2001:1.3): 1. Dorongan dari lingkungan rumah ke kelompok sejawat 2. Dorongan dari realisasi kerja dan suasana bermain yang masing-masing memerlukan tambahan keterampilan neuromuskuler. 3. Dorongan ke dalam konsep dunia dewasa yang mana memerlukan peningkatan ketrampilan dan seni berlogika serta berkomunikasi. Menurut Wardani (2001:1.3) sifat-sifat anak pada masa kelas IV adalah : a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret : hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis. b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai
19
mulai menonjolnya faktor-faktor. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri. d. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional : mereka membuat peraturan sendiri. Konseps FITT adalah frekuensi, intensitas, waktu dan dan tipe latihan yang tepat dengan takaran/dosis yang tepat pula sesuai dengan usia dan karakter siswa yang melakukan latihan (Djoko Pekik Irianto, 2005: 85). Konsep FITT (Frekuensi, Intensity, Time and Type) dalam melakukan sudamanda kapal: 1. Frequency adalah waktu yang dibutuhkan untuk latihan dalam jangka waktu satu hari, satu minggu, dan satu bulan. Hasil latihan sudamanda akan optimal apabila dilakukan 2 kali setiap minggu dengan selang teratur dalam pembelajaran. 2. Intensity atau intensitas adalah ukuran kualitas latihan. Intensitas bermain sudamanda diukur dengan kenaikan detak jantung. Besarnya intensitas disesuaikan dengan tujuan bermain sudamanda tersebut, misalnya untuk melatih kekuatan otot kaki untuk kecepatan berlari pada intensitas 65% sampai dengan 75% detak jantung maksimal siswa, sedangkan untuk meningkatkan daya tahan paru jantung (bernafas) pada intensitas 75% sampai dengan 85% detak jantung maksimal siswa. Hal ini akan berpengaruh pada kecepatan berlari siswa, karena awalan lari yang digunakan adalah sprint sehingga tidak membutuhkan Oksigen saat pelaksanaannya (anaerob). Akan
20
tetapi untuk menentukan intensitas bermain sudamanda siswa harus memperhatikan kemampuan fisik siswa, karena intensitas yang terlalu berat/tinggi akan mengakibatkan hal yang kurang baik pada siswa tersebut. 3. Time atau lama latihan adalah waktu yang dibutuhkan untuk siswa untuk berlatih atau melakukan sudamanda tersebut dalam setiap latihannya, karena setiap berlatih membutuhkan waktu yang tepat, agar siswa tidak terlalu lama ataupun terlalu singkat saat berlatih sudamanda agar tujuan dari latihan tersebut bisa terlaksana. Pembelajaran sudamanda dalam penelitian ini dilakukan selama 30 menit sampai 60 menit dalam tiap latihannya. 4. Type atau jenis latihan. Jenis latihan sudamanda dalam pembelajaran jasmani perlu memperhatikan dasar gerak latihan kebugaran, seperti dikemukakan Burke (1994: 3) yang meliputi Move, Lift and Stertch (MOL1S) atau bergerak, mengangkat dan mengulur. Agar tujuan yang diinginkan dari sudamanda tersebut bisa tercapai. Latihan fisik yang mengutamakan FITT maka tujuan yang diharapkan bisa tercapai, karena di dalam FITT sudah tercantum tentang frekuensi, intensitas, waktu dan dan tipe latihan yang tepat dengan takaran/dosis yang tepat pula sesuai dengan usia dan karakter siswa yang melakukan latihan tersebut.
B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian tentang pengaruh pembelajaran dengan metode permainan dan latihan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SD Negeri Giriwarno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun 2011,
21
diteliti oleh Atmiyatun (2011) dengan judul Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Permainan Sudamanda Kapal. Sampel yang digunakan berjumlah 26 siswa. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran loncat dengan metode bermain dapat meningkatkan hasil lompat jauh gaya jongkok. 2. Penelitian juga pada siswa kelas IV SD Negeri Selomoyo Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun 2011 yang diteliti oleh Putu Widiatmoko yang berjudul "Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Permainan Sundamanda Kapal", sampel yang digunakan berjumlah 40 siswa. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran loncat dengan metode bermain dapat meningkatkan hasil lompat jauh gaya jongkok.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut : Dalam proses pembelajaran guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Salah satunya yang sangat penting adalah menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Oleh karena itu, guru diharapkan harus dapat membuat sistem perencanaan pengajaran yang efektif agar dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Metode pembelajaran sebagai salah satu komponen penting dalam keberhasilan proses pembelajaran yang ingin dicapai, maka guru haruslah memiliki kemampuan dalam memilih serta menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan dasar yang sangat diperlukan yang merupakan bagian integral demi keberhasilan suatu proses pendidikan jasmani
22
dan usaha pengajaran sekolah. Pengaruh metode pengajaran terhadap anak-anak sangat penting karena dengan menggunakan metode pembelajaran dapat memberikan berbagai macam pengalaman bagi seorang anak. Dengan menggunakan metode bermain dalam suatu proses pembelajaran akan dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena metode bermain mampu merangsang siswa aktif melakukan gerakan. Tingkat keseriusan siswa akan lebih tinggi, karena siswa merasa senang, lebih bervariasi dan tidak menimbulkan rasa jenuh. Dengan demikian diduga terdapat hasil yang positif dari pengaruh metode bermain terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Salah satu bentuk permainan yang dapat digunakan adalah permainan Sudamanda Kapal.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan/peningkatan antara Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV SD Negeri Ngendrokilo Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang Tahun Ajaran 2011/2012 sebelum dan sesudah melakukan permainan Sudamanda Kapal. 2. Metode bermain Sudamanda Kapal meningkatkan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngendrokilo Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang tahun ajaran 2011/2012.
23