BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mengenai Makan Makan
merupakan
kebutuhan
pokok
manusia.
Dalam
teori
Maslow,
menempatkan kebutuhan makan pada hierarki yang paling besar. Makan sering juga disebut sebagai suatu upacara karena perbuatan makan dilakukan berdasarkan aturanaturan yang diikuti secara ketat dan selalu terulang tanpa nelihat batas-batas waktu dan tempat. Selain dari itu, tradisi makan selalu dilihat sebagai sesuatu yang dihormati sehingga tradisi makan merupakan etika hidup dengan norma-norma tertentu dalam masyarakat tersebut. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan beragamnya kebudayaan mengenai makan, terutama di bidang-bidang makanan, orang semakin menyadari bahwa makanan yang dimakan harus merupakan makanan seimbang. Oleh sebab itu, terutama generasi muda sekarang, mulai mengutamakan apa yang dimakan itu ke arah makan yang seimbang. Adanya makanan lain selain makanan pokok yaitu nasi dan lauk-pauk, juga masuknya makanan-makanan pinggiran seperti lontong, bakso, mie ayam, dan lain-lain, serta makanan tradisional dari masing-masing daerah. Adanya penggunaan makananmakanan tradisional dalam berbagai acara adat dalam masyarakat tertentu, makanan tradisional di masing-masing daerah juga dapat dengan mudah kita jumpai baik itu di pasar-pasar tradisional, rumah makan maupun yang diperdagangkan secara berkeliling sehingga memudahkan dalam mencari jenis-jenis makanan itu, seperti pada makanan tradisional batak yang berupa ombus-ombus, naniura maupun naniarsik yang dapat kita
Universitas Sumatera Utara
nikmati di rumah makan maupun dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan cara berkeliling. Makanan merupakan wujud dari kebudayaan manusia oleh karena dalam proses pengolahan bahan-bahan mentah sehingga menjadi makanan, begitu pula dalam perwujudannya, cara penyajiannya dan pengkonsumsiannya sampai menjadi tradisi. Semua hal itu hanya mungkin terjadi karena adanya dukungan dan adanya hubungan yang saling terkait dengan berbagai aspek yang ada dalam kehidupan sosial dan dengan berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain memiliki fungsi primer, bahan pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder (secondary functions), yaitu memiliki penampakan dan citarasa yang baik. Sebab, bagaimanapun tingginya kandungan gizi suatu bahan pangan akan ditolak oleh konsumen bila penampakan dan citarasanya tidak menarik dan memenuhi selera konsumennya. Itulah sebabnya kemasan dan citarasa menjadi faktor penting dalam menentukan apakah suatu bahan akan diterima atau tidak oleh konsumen.
2.2 Makanan Tradisional Makanan tradisional merupakan makanan yang paling banyak memiliki ciri-ciri dimana seseorang dilahirkan dan tumbuh (Winarno, 1994). Secara lebih spesifik, kepekatan tradisi-tradisi itu dicirikan antara lain : •
Makanan tradisional dikonsumsi oleh golongan etnik dalam wilayah tertentu. Makanan tradisional pada umumnya lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang menjadi daerah asal tersebut yang kemudian diperkenalkan kepada orang
Universitas Sumatera Utara
lain atau orang pendatang dengan cara menjualnya diwarung atau dijajakan secara berkeliling. •
Makanan tradisional diolah mengikuti ketentuan (resep) yang diberikan secara turun-temurun. Pada umumnya resep dalam makanan tradisional yang dibuat oleh penduduk asli tersebut merupakan hasil resep turun-temurun dan biasanya lebih banyak diturunkan didalam keluarga. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya cita rasa khas makanan tersebut dapat tetap terjaga. Misalnya, pada umumnya para pedagang ombus-ombus mengakui bahwa dalam keluarga mereka pekerjaan menjadi pedagang ombus-ombus sudah menjadi turun-temurun mulai dari kakek, orang tua sampai dengan anak-anaknya. Begitu juga dengan resep ombus-ombus yang mereka miliki juga diberikan kepada generasi berikutnya yang nantinya akan meneruskan usaha berjualan ombus-ombus ini.
•
Makanan tradisional terbuat dari bahan-bahan yang diperoleh secara lokal dan disajikan sesuai selera dan tradisi setempat. Bahan-bahan untuk membuat makanan tradisional bisa dikatakan dapat mudah untuk diperoleh karena pada dasarnya bahan-bahan tersebut dapat dengan mudah dibeli di pasar-pasar daerah penghasil makanan tradisional tersebut dan biasanya disesuaikan dengan selera yang diinginkan sehingga ada makanan tradisional yang terasa pedas, manis, dan lain-lain. Misalnya, dalam masyarakat batak Toba yang pada dasarnya menyukai makanan yang rasanya pedas maka mereka menggunakan bumbu yang dinamakan dengan andaliman sebagai pengganti cabai, seperti pada makanan tradisional natinombur yang menggunakan andaliman dalam jumlah yang banyak sebagai ciri khas makanan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tradisional itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses yang menggambarkan tidak berubah, namun juga bisa menggambarkan dinamika dalam cara berbagi pengetahuan dan belajar (Empat Dewan Arah, 1996). Kuhlein dan Receveur mendefinisikan sistem pangan masyarakat adat menyiratkan proses sosial budaya berbagi: “sistem makanan tradisional masyarakat adat dapat didefinisikan ke sistem yang berasal dari lokal, lingkungan alam yang secara kultural dapat diterima dan juga mencakup makna sosiokultural, akuisisi/ teknik pemrosesan, penggunaan, komposisi, dan sizi konsekuensi bagi orang yang menggunakan makanan (Kuhlein dan Receveur, 1996:417). Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Disadari atau tidak banyak makanan tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya yaitu mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat fisiologis berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan tradisional yang dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional. Ciri utama makanan tradisional Indonesia umumnya: (1) banyak mengandung rempah-rempah sebagai bumbu; (2) mengandung banyak sayuran; (3) daging dan ikan moderat atau kurang; (4) sumber protein nabati lebih tinggi dibanding protein hewani. Perkembangan kuliner di Indonesia masih bersifat sporadik karena sangat luas wilayahnya dan beragam jenisnya selain itu belum ada satu lembaga yang langsung
Universitas Sumatera Utara
dibina oleh pemerintah dengan pendanaan yang konsisten dalam melakukan penelitian, pendataan, penyuluhan, dan melakukan kegiatan seni kuliner antar daerah secara silang. Lembaga-lembaga pendidikan dan pariwisata, masih belum jelas mengarah ke pengembangan dalam seni kuliner Indonesia. Makanan tradisional terkait dengan berbagai aspek yang mencakup antara lain : aspek budaya meliputi kebiasaan makan. selera, kepercayaan, agama, seremonial, bukti peninggalan kuno; aspek ekologi meliputi biologis, geografi; aspek teknologi meliputi substansi makanan, gizi, pengolahan, pengawetan, pengemasan, estetika; aspek ekonomi meliputi produksi, konsumsi, nilai tambah, harga (pricing policy), dan kesejahteraan.
2.3 Makanan Tradisional Sebagai Pangan Fungsional Makanan Tradisional bukan hanya sekedar makanan yang dikonsumsi oleh sekelompok masyarakat tertentu dimana daerah asal makanan tersebut, tetapi makanan tradisional juga bisa berperan sebagai pangan fungsional. Orang-orang yang bijaksana sering mengatakan bahwa “kesehatan adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini”. Untuk mewujudkannya antara lain dapat kita lakukan melalui pengaturan makanan (Made Astawan dalam situs www.pdgi-online.com). Pangan fungsional dapat berupa makanan dan minuman yang berasal dari hewani atau nabati. Contoh pangan tradisional Indonesia yang memenuhi persyaratan pangan fungsional adalah : minuman beras-kencur, temulawak, kunyit-asam, dadih (susu fermentasi khas Sumatera Barat, dali ni horbo (susu kerbau hasil fermentasi khas Sumatera Utara), tempe, tape, dan lain-lain. Pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa
Universitas Sumatera Utara
dosis tertentu. Konsumsi pangan fungsional dapat dilakukan oleh semua kelompok umur ( kecuali bayi). Makanan tradisional juga dapat mencegah terjadinya penyakit kanker. Kematian yang disebabkan penyakit kanker akan terus meningkat, jika tidak ada perubahan pola makan, perilaku, gaya hidup di masyarakat. Satu upaya bermakna yang bisa mengurangi penyakit kanker adalah lebih banyak mengonsumsi makanan tradisional (lokal). "Globalisasi mendorong terjadinya perubahan radikal dalam sistem retail pangan, yang ditandai dengan menjamurnya "hypermarket", restoran cepat saji, waralaba, "food court" dari berbagai penjuru dunia, yang sebagian besar meyajikan "junk food" (makanan sampah) dengan risiko terkena kanker sangat tinggi," kata Prof dr Muhammad Sulchan dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Pengawetan dan pengolahan makanan dengan menggunakan garam, pengasapan bersifat inisiator dan promotor kanker. Makanan cepat saji menggunakan proses pengolahan dan pematangan yang berisiko menyebabkan kanker. Untuk mengurangi risiko kanker, Sulchan menyarankan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi makanan lokal yang menggunakan bahan baku alami dan diolah secara tradisional. Selain itu, harus mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, karena pada keduanya terdapat banyak zat yang bersifat antioksidan.
2.4 Potensi Makanan Tradisional Bagi Perekonomian Rakyat Sistem perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi campuran (mixed economy sistem). Sistem ekonomi campuran diartikan sebagai sebuah sistem yang
Universitas Sumatera Utara
mengambil kebaikan liberalisme dan nilai filosofis dari sosialisme. Inilah yang sering disebut sebagai sistem ekonomi Pancasila dalam spirit demokrasi ekonomi. Peran usaha kecil sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan merupakan sektor usaha yang strategis dan potensial dalam menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, mempercepat proses pemerataan dan memberikan pelayanan ekonomi kepada masyarakat luas. Hal ini memberikan legitimasi tentang perlunya jaminan hak hidup, hak untuk berkembang, dan hak untuk dibina bagi usaha kecil agar dapat berkembang menjadi usaha yang tangguh, sehat, dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha besar (Prawirokusumo, 2001). Kebijakan ekonomi daerah dalam perspektif ekonomi, berakar dari konsep desentralisasi, yakni pelimpahan sebagian wewenang yang dimiliki pemerintahan pusat terhadap pemerintahan daerah. Konsep desentralisasi sendiri merupakan kebalikan dari sistem sentralisasi dimana seluruh kewenangan dikuasai oleh pemerintah pusat. Desentralisasi adalah suatu sistem dalam bagian dari tugas negara diserahkan penyelenggaraannya kepada organ atau institusi yang mandiri (Kaho, 1998). Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua (2) pendekatan; Pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil disebut perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat dimaksudkan adalah pemberdayaan pelaku ekonomi berskala kecil. Kedua, pendekatan sistem ekonomi yaitu demokrasi ekonomi atau sistem ekonomi. Pembangunan yang demokratis disebut pembangunan partisipatif (participatory development), sedangkan partisipasi menurut Sastrodipoetra (1998) adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan
Universitas Sumatera Utara
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pendekatan kedua ini, maka pemberdayaan ekonomi rakyat dimaksud adalah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dalam pembangunan. Hal ini bermakna bahwa ekonomi rakyat adalah sistem ekonomi yang mengikusertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan dimana seluruh lapisan tersebut tanpa terkecuali sebagai penggerak pembangunan. Pendekatan kedua ini sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan (Rusli Zainal, 2002). Petani, pengusaha kecil maupun pedagang dan koperasi adalah sebagai pelaku ekonomi kerakyatan dalam rangka pembangunan daerah. Sektor pertanian sebagai sektor utama dalam menopang perekonomian rakyat Indonesia menjadi sangat strategis peranannya. Peran strategis yang disandangnya sudah sewajarnya bila mendapat perhatian yang serius baik dari kalangan pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia. Pertanian primer sebagai basis andalan pembangunan ekonomi nasional merupakan paradigma lama, sehingga sesegera mungkin diarahkan pada paradigma baru, yakni menjadikan agribisnis sebagai basis pembangunan nasional. Potensi yang dikandung dari makanan tradisional sesungguhnya sangat besar. Beragam budaya adalah modal dasar yang tak ternilai karena mengangkatnya secara ekonomi dalam wujud sajian makanan tradisional diharapkan dapat pula menarik keuntungan-keuntungan social yang lebih besar dari yang diperkirakan yaitu meningkatnya kontrak, transaksi, dan investasi dalm wujud munculnya organisasiorganisasi ekonomi yang baru. Namun upaya menghasilkan makanan tradisional sekaligus menyaingi dan mempersandingkannya dengan makanan produk impor senantiasa menghadapi kendala, misalnya, sanitasi yang buruk, proses pengolahan yang
Universitas Sumatera Utara
overcook, kurang memperhatikan gizi, lemahnya unsur teknologi atau kendala budaya lainnya. Industri fast food memaksa penduduk dunia menyantap makanan yang seragam. Contohnya, ayam goreng (fried chicken) dari ayam ras telah menyisihkan ayam kampong yang lebih alami karena umumnya dipelihara secara organik. Agar cepat besar, ayam ras dipelihara secara intensif dengan makanan formula khusus, suntikan hormon, dan antibiotik. Contoh lain, industri fast food dengan bahan tepung terigu seperti roti dan donat menggiring penikmat makanan lokal lebih banyak menghabiskan terigu/gandum. Dikhawatirkan lama kelamaan orang makin melupakan makanan lokal mereka, berganti dengan makanan global (ayam ras dan terigu). Oleh sebab itu saat ini industri pangan nasional bangkrut karena tidak mampu bersaing dengan industri pangan modern yang dikendalikan dari negara maju. Dengan mutu produk yang masih rendah, namun biaya produksi mahal menjadikan industri pangan nasional tidak kompetitif. Hal ini seiring dari kurangnya modal dan sumber daya manusia (SDM) terampil guna menjalankan proses produksi secara efisien. Upaya pengembangan industri pangan mempunyai prospesk yang cerah, terbukti dengan adanya orientasi pasar yang sudah berubah dari hanya memenuhi kebutuhan nasional menjadi komoditi ekspor. Disamping itu industri pangan mempunyai daya saing yang kuat karena didukung oleh sumberdaya alam setempat serta peningkatan hasil pertanian di seluruh wilayah Indonesia Untuk dapat menjadi pelaku dalam percaturan perdagangan global, maka industri pangan nasional harus mempertajam daya saingnya guna merebut pasar nasional dan internasional. Jika mutu produk industri pangan nasional biasa-biasa saja, pasti kalah
Universitas Sumatera Utara
bersaing di pasar bebas dengan produk pangan dari industri-industri raksasa yang mutunya terjamin dan harganya terjangkau daya beli masyarakat kebanyakan. Kehadiran mal di kota-kota besar menjanjikan kemudahan yang melengkapi fenomena yang mengubah peradaban tradisional ke peradaban modern. Zaman dulu, ketika orang tua kita belanja ke pasar, oleh-olehnya adalah pisang goreng dan dawet. Tetapi kini, sehabis berbelanja di mal, oleh-olehnya Dunkin' Donuts, Coca Cola dingin, dan es krim bermerek Barat. Bahkan, gaya hidup generasi muda juga telah mengarah pada era globalisasi. Potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya menyebabkan Indonesia kaya akan makanan khas atau makanan tradisional di masingmasing daerah. Kekayaan tersebut, baik dari segi jenis makanan maupun cara memasak dan cita rasanya. Sebagian diantaranya berpotensi untuk dikembangkan menjadi usaha rakyat. Mengingat penting dan strategisnya ekonomi rakyat, khususnya usaha kecil dengan memperhatikan berbagai tantangan dan peluang maka di dalam pemberdayaan ekonomi rakyat perlu menumbuhkan iklim usaha yang kondusif serta bersama-sama masyarakat dan dunia usaha itu sendiri melakukan pembinaan dan pengembangan (Prawirokusumo, 2001). Ekonomi rakyat adalah ekonomi pribumi (people’s economy is indegenous economy). Ekonomi rakyat dimaksudkan sebagai perekonomian atau perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang berkembang relatif lambat, sesuai dengan kondisi yang melekat pada kelompok masyarakat tersebut (Zulkarnain, 2002). Berbagai pengalaman, pengetahuan, dan kemampuannya, dan juga hal-hal yang telah diwariskan oleh para leluhurnya memiliki berbagai hasil budaya yang layak untuk dikembangkan. Salah satunya adalah makanan tradisional dengan sistem pelayanannya. Selanjutnya, dalam perkembangannya, makanan tradisional tersebut dipilih dan
Universitas Sumatera Utara
dikreasikan sehingga dapat menjadi aset ekonomi yang baik. Memanfaatkan potensi daerah adalah salah satu langkah yang dapat ditempuh, yaitu dengan mengembangkan apa yang menjadi kekhasan daerah untuk dijadikan sebagai usaha yang menopang kesejahteraan rakyat. Makanan tradisional adalah salah satu peluang usaha yang dapat menopang kesejahteraan rakyat.
2.,6 Adaptasi Sosial dan Coping Strategies Strategi bertahan adalah tindakan atau cara yang dilakukan oleh produsen agar usaha tetap berproduksi, beroperasi atau berjalan. Kemampuan bertahan lebih dimiliki oleh usaha kecil-menengah karena sifat usaha itu sendiri yang langsung ditangani oleh para pemilik sehingga fleksibel dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mempunyai kecepatan dan tekad (speed and passion). Kemampuan bertahan usaha kecil/pedagang kecil ini sejalan dengan pendapat Audretsch (1997) yang menyatakan bahwa bertahan suatu perusahaan tergantung dari: (1) the startup size, banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki pada waktu usaha itu dimulai, (2) capital intensity, mencerminkan biaya produksi yang harus dikeluarkan, terutama untuk biaya-biaya tetap, dan (3) debt structure, struktur modal, terutama yang disebabkan oleh banyaknya bunga utang sebagai beban tetap yang harus ditanggung. Perbedaan nilai dari ketiga unsur itu menyebabkan perbedaan tingkat bertahan satu usaha/dalam kegiatan berdagang. Kajian mengenai strategi bertahan pada usaha skala kecil menjadi hal yang menarik. Setidaknya ada tiga alasan: (1) usaha mikro-kecil relatif lebih mampu bertahan terhadap perubahan lingkungan ekonomi. misalnya krisis ekonomi, daripada usaha menengah-besar, (2) usaha mikro-kecil relatif dinamis dan adaptif terhadap perubahan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan ekonomi yang terjadi, dan (3) usaha mikro-kecil mampu menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kerja tidak terampil. Perilaku seseorang dalam aktifitas ekonomi tidak hanya merupakan suatu tindakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi semata tetapi terdapat motif lain yang menyebabkan adanya jalinan hubungan yang erat antara penjual dengan pembeli. Menurut Max Weber (dalam Damsar, 1997) perilaku ekonomi seseorang bisa jadi merupakan suatu tindakan sosial, bila tindakan tersebut memperhitungkan perilaku orang lain. Jaringan hubungan ekonomi antar pembeli dengan penjual, dapat dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan non ekonomi. Hal tersebut terjadi pada suatu masyarakat yang mempunyai ikatan emosional yang kuat baik ras, etnik maupun agama. Keadaan tersebut oleh Durkheim (dalam Kinlock, 1997) disebut sebagai solidaritas mekanik dan banyak dijumpai di masyarakat tertentu yang lebih menyukai melakukan transaksi usaha dengan didasari pertimbangan-pertimbangan non ekonomi, walaupun sebenarnya transaksi tersebut dapat dilakukan dengan suatu kelompok masyarakat tertentu lainnya dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi semata. Adapun langkah-langkah agar tetap dapat bertahan dalam dunia usaha, antara lain: 1. Tentukan Brand dan Positioning Produk. Brand dan positioning tersebut haruslah yang sesuai dengan target market dan dapat mewakili karakteristik dari barang yang diprduksi. Brand aksesori untuk remaja misalnya, tentunya harus dapat mewakili jiwa dan cita rasa remaja.
Universitas Sumatera Utara
2. Tentukan Lokasi Penjualan. Lokasi penjualan ditentukan oleh lokasi calon pembali. Calon pembeli harus mudah mencapai lokasi penjualan sehingga strategi pemasaran dapat berjalan dengan baik. 3. Dekati Calon Pembeli Dengan Perkenalan Brand dan Positioning Produk. Bisa dengan mengikuti event semacam bazaar, membuat website, menyebarkan flyers atau brosur, hingga membuat iklan dan memuatnya di media cetak maupun elektronik. 4. Buat Penawaran Menarik. Di bulan-bulan pertama sebaiknya dibuat beberapa penawaran yang dapat menarik minat calon pembali untuk mencoba menggunakan produk. Ubah penawaran pada waktu-waktu tertentu hingga posisi brand dan positioning kuat di benak calon pembeli. Saat brand dan positioning produk sudah mulai dikenal, bukan berarti keadaan sudah aman. Justru saat inilah kondisi mulai berbahaya karena pesaing pun sudah mulai mengenal Anda. 5. Network. Perluas jaringan dengan membuka hubungan. Misalnya dengan meminjamkan produk menjadi properti dalam majalah, mensponsori event yang sesuai dengan segmen konsumen, atau membuka lokasi penjualan baru. Dengan begitu, konsumen akan tambah mengenal produk yang ditawarkan. 6. Mengembangkan Usaha. Pada awal merintis usaha, segmentasi target market anda adalah remaja selain itu boleh saja merambah ke segmen wanita dewasa. Selama jenis usaha dan jenis produknya tidak jauh berbeda tinggal menyesuaikan strategi marketing yang sudah ada. 7. Kuatkan hati. Kerja keras dan Pantang Menyerah. Menjalankan usaha sendiri tentunya cukup melelahkan, menyita waktu dan pikiran. Sementara orang lain
Universitas Sumatera Utara
memperoleh penghasilan tetap setiap bulan, Anda harus memikirkan berbagai pengeluaran. Inilah seni dari menjalankan usaha sendiri. Kuatkan hati, kerja keras dan pantang menyerah. 8. Nama Brand Usaha. Jangan pernah memilih nama brand yang sama persis dengan nama brand lain yang telah ada.
Para pedagang kecil biasanya tidak tahu dengan apa yang dinamakan dengan strategi. Menggunakan strategi yang baik adalah bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif. Hal inilah yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil atau pedagang kecil. Berbagai cara dilakukan oleh pedagang kecil agar usahanya dapat hidup atau dagangannya tetap laku. Cara-cara yang dilakukan oleh pedagang kecil inilah yang sesungguhnya disebut dengan strategi. Meskipun bisnis yang kecil dan sederhana, tetapi juga membutuhkan strategi yang baik. Sebuah hubungan antara pembeli dengan pedagang mengimplikasikan loyalitas, emosi, dan perasaan positif terhadap sesuatu atau seseorang. Ketika seorang pelanggan berbicara tentang “makanan yang dimakan terasa enak, dan merasa laparnya telah hilang” (www.msuyanto.com), maka hal inilah yang menunjukkan telah terjadi suatu hubungan. Meskipun strategi yang dilakukan oleh pedagang atau usaha lainnya tergolong strategi yang sederhana, namun jika dilakukan secara fokus terhadap usaha dagangannya maka bisa dinamakan strategi bisnis yang modern. Kunci sukses dalam bisnis adalah memahami dasar-dasar bisnis. Dasar bisnis yang utama adalah merancang dan mempertahankan strategi secara jelas dan terfokus. Secara umum pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur sistem ekonomi. Tetapi bagi Mc Clelland lebih melihat pada
Universitas Sumatera Utara
faktor internal yakni pada nilai-nilai motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang untuk meraih kesempatan. Dengan kata lain, dorongan internal dapat membentuk dan mengubah nasib sendiri. McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau “Need for Achievement” (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi
merumuskan
kebutuhan
akan
prestasi
tersebut
sebagai
keinginan:
“Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit, menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. mencapai performa puncak untuk diri sendiri. mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.” Permasalahan pada negara berkembang selalu dihadirkan pada situasi dan kondisi yang menyebabkan tingginya tingkat resiko di dalam menghasilkan pendapatan yang bervariasi. Rumah tangga yang dihadapkan pada situasi dan kondisi yang beresiko ini, termasuk resiko strategi bertahan. Dalam perjalanan hidupnya, manusia hidup dengan alam secara timbal balik yakni bagaimana manusia beradaptasi dengan alam agar dapat exist (bertahan hidup) dan survive (keberlangsungan hidup) dengan cara mengalihkan energi dari alam kepada dirinya. Sanderson (1995) mendefinisikan adaptasi sebagai sifat sosial yang muncul akibat adanya kebutuhan tujuan, dan hasrat para individu. Hal inilah yang menggerakkan manusia untuk menciptakan teknologi dan cara-cara yang digunakan untuk menyerap sumber daya alam yang dibutuhkannya (Leo dan Ika, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suparlan (1983) mengatakan bahwa adaptasi pada hakikatnya adalah proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syaratsyarat dasar tersebut mencakup: 1. Syarat dasar alamiah, biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya). 2. Syarat dasar kejiwaan, manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan-perasaan takut, gelisah, dan lalin-lain. 3. Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya. Vembrianto (1993) menambahkan adaptasi yang dilakukan manusia melalui tingkah lakunya yang dapat menerangkan reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Tingkah laku manusia inilah yang merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat di sekitarnya. Soekanto (1982) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. Proses perubahan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan 5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah
Universitas Sumatera Utara
Dari batasan-batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan ataupun kondisi yang diciptakan. Secara umum, Coping Strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat
cara
untuk
mengatasi
berbagai
permasalahan
yang
melingkupi
kehidupannya. Beberapa pengamat masalah sosial mengistilahkannya dengan nama “Asset Portfolio Management”. Berdasarkan konsepsi ini, Moser (1998) membuat kerangka analisis yang disebut “The Asset Vulnerability Framework”, yang terdiri dari: 1. Asset tenaga kerja (labour assets), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga. 2. Asset modal manusia (human capital assets), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya. 3. Asset produktif (productive assets), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya. 4. Asset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets), misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja. 5. Asset modal sosial (social capital system), misalnya memanfaatkan lembagalembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar penelitian mengenai Coping Strategies menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memliiki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah. Anggota keluarga maupun anggota rumah tangga umumnya memiliki kesepakatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama. Konsep mata pencaharian sangat penting dalam memahami Coping Strategies karena merupakan bagian dari strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Coping Strategies dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, antara lain: 1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sektar, dan sebagainya). 2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga, misalnya, pengeluaran untuk biaya sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya. 3. Strategi jaring pengaman, misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dalam lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan, misalnya, meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjamkan uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya. Piaget (1993) mengatakan proses adaptasi dapat dilakukan dengan:
Universitas Sumatera Utara
1. Dalam rangka adaptasi, individu mengubah atau menahan impuls-impuls dalam dirinya, misalnya dalam keadaan lapar individu menahan rasa laparnya apabila individu tidak dapat memenuhinya. 2. Dalam rangka adaptasi, individu mengubah tuntutan-tuntutan atau kondisi-kondisi lingkunggannya, misalnya mencari kerja untuk makan.
Universitas Sumatera Utara