BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Menurut Clark Moustakis dalam Riduwan mengemukakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadudalam hubungan diri sendiri dengan alam dan dengan orang lain.1 Utami Munandar menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),orisinalitas dalam berfikir, dan kemampuan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu gagasan.2Kreativitas membutuhkan proses yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.3Kreativitas juga berarti kecakapan seseorang untuk membuat kombinasi baru dari data, informasi, dan unsur-unsur yang ada. Jadi kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan ide/gagasan (consep) baru berupa sesuatu yang belum pernah ada atau sesuatu yang sudah pernah ada dengan cara mengelaborasi apa yang ada di dalam diri dan sekitarnya sehingga muncul ide/gagasan orisinal dari proses berfikir yang terintegrasi.
1
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, ( Bandung: Alfabeta, 2006), 252 Tuhanna Taufiq Andrianto, Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatif Anak, (Yogjakarta: Kata Hati, 2013), 91 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 18 2
14
15
2. Aspek-Aspek Kreativitas Menurut Utami Munandar kreativitas
seseorang dapat diukur
melalui
empat aspek yaitu: kepribadian (person), dorongan (motivation), proses (process), dan hasil (product).4 a. Kepribadian (person) Kepribadian merupakan sesuatu proses penyesuaian diri yang dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang dialami oleh seseorang. Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian kreatif.Setiap individu dilahirkan dengan membawa faktor bawaan yang diberikan Tuhan kepadanya. Selain itu juga memiliki karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. 1) Faktor-Faktor Kepribadian Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain: hereditas dan lingkungan.5 a) Hereditas Hereditas
merupakan
faktor
pertama
yang
mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan di ovum oleh sperma) sebagai pewarisan orang tua melalui gen-gen.
4 5
Munandar, Pengembangan…,18 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 31
16
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manuasia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.6 b) Lingkungan Perkembangan Siswa Lingkungan perkembangan merupakan berbagai kejadian yang dialami oleh anak yang mempengaruhi organisme anak untuk melakukan sesuatu. Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara
fisikmaupunsosialnya
sehingga
manusia
itu
saling
mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan merupakan keseluruhan kejadian fisik dan sosial yang dapat mempengaruhi organisme individu. Menurut Joe Kathena bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu baik fisik maupun sosial dan yang berada di luar organisme anak yang mempengaruhi
alat
inderanya
yaitu
penglihatan,
penciuman,
pendengaran, dan rasa. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan perkembangan pada anak adalah keseluruhan fenomena
6
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 59
17
(peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan anak. Lingkungan
perkembangan
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan intelektual anak antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang disebut Tri Pusat Pendidikan.7 (1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua bersifat informal, yang utama dan pertama dialami oleh anak serta lembaga. Orang tua bertanggungjawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak. Pendidikan keluarga ini berfungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, menjalin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan sosial, meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. Keluarga mempunyai peran yang besar dalam membentuk anak.8 Peran keluarga dalam menumbuhkan kemampuan menulis kepada anak sejak dini sangat penting. Keluarga yang membiasakan diri dengan membaca dan menulis akan menjadi model bagi anak untuk 7 8
mengikuti
kebiasaan
yang
dilakukan
oleh
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), 92-94 Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 1.18
anggota
18
keluarganya. Anak akan termotivasi untuk gemar menuliskan apa yang dilihat, dibaca, atau dirasa. (2) LingkunganSekolah Tidak semua tugas mendidik dapat dialkukan orang tua di rumah atau dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena itu ajaklah anak ke sekolah untuk mencari ilmu selain di lingkungan keluarga. Sekolah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepada pendidik. Guru dalam masyarakat jawa diartikan melalui akronim guru artinya digugudan ditiru.9 Pendidikan diberikan dengan seluruh “penampilan guru”, dengan seluruh hal yang guru perlihatkan kepada para peseta didik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, berikan, yang menyangkut segala hal yang positif.10 Dalam undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru bab 1 pasal 1 dijelaskan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.11
9
Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995), 26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 29 11 UU. RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), 2 10
19
Hadi Supeno menyatakan guru adalah seseorang yang karena panggilan jiwanya, sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada orang lain disekolah atau lembaga formal.12 Guru tidak hanya seseorang yang bertugas mengajar tetapi juga bertanggung jawab terhadap perkembangan karakter peserta didik.13 Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Pelajaran apa pun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.14Siswa akan tergerak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan intruksi yang diberikan guru. Siswa lebih patuh dengan apa yang disampaikan gurunya dibanding dengan apa yang disampaikan orangtuanya sendiri.Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdasakan anak didik.15Oleh karena itu, motivasi positif yang diberikan guru akan membawa dampak positif pula dalam prilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan pelatihan dan pembiasaan.
Siswa
akan
terbiasa
menulis
apabila
dalam
pembelajaran sehari-hari siswa dibiasakan untuk menulis. Banyak cara yang dilakukan guru untuk menggerakan siswanya untuk
12
Supeno, Potret Guru,… 27 M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Yogyakarta : Ar–Ruzz Media, 2012), 91 14 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), 7 15 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2002), 44 13
20
menulis, misalnya siswa diberi tugas mencatat buku harian, menulis cerita pengalaman, dan menulis laporan pengamatan. Dececco dan grawford dalam Djaman Satori mengemukakan ada empat peranan guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa antara lain:16membangkitkan semangat siswa (motivator), memberikan harapan yang realitas, memberikan insentif, dan memberi pengarahan (inspirator). Pendidikan sekolah mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:(a) melalui bidang pengajaran, sekolah membantu anak didik mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan kerja, sehingga anak dididk memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut membangun bangsa dan negara, (b) diselenggarakan secara khusus dan dibagi IV jenjang yang ditempuh oleh anak, (c) usia siswa di suatu jenjang relatif homogen, (d) waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program didikan yang harus diselesaikan, (e) isi materi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum, (f) mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua, anak hidup bersama–sama dengan guru administrator, konselor dalam melaksanakan pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik.
16
Djaman Satori, dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: UT, 2007), 3.30-3.31
21
(3) Lingkungan Sekitar Lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi prilaku hidup seseorang. Demikian juga dalam memilih teman atau komunitas akan mempengaruhi pola pikir dan kinerja. Oleh karena itu, kenalilah komunitas yang ada di lingkungan sekitar. Pilih komunitas yang memberi pengaruh positif dalam perjalanan hidup. Pilih komunitas yang memiliki visi yang sama sehingga akan meningkatkan kwalitas dalam diri, misalnya komunitas para penulis, pramuka, majlis ta’lim, dan organisasi pemuda lainnya. 2) Karakteristik Pribadi Kreatif Tuhana Taufik Endriyanto mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif antara lain:17 a) Berani beresiko, maksudnya siap menghadapai resiko keberhasilan maupun kegagalan. Setiap keberhasilan dihadapi dengan penuh semangat dan percaya diri namun tetap rendah hati. Apabila mengalami kegagalan maka dengan ikhlas menerima dengan lapang dada dengan tetap berusaha tanpa berputus asa. b) Cepat tanggap terhadap perubahan (responsive), maksudnyaselalu terbuka dengan adanya perkembangan informasi dan telekomunikasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu. c) Terbuka terhadap pendapat orang lain dan fleksibel menerima perbedaan.
17
Tuhana Taufiq Andrianto, Cara Cerdas Melejitkan IQ Anak, ( Yogjakarta, Kata Hati, 2013), 122
22
d) Aktif
mencari
gagasan
baru
(activator),maksudnya seseorang
berusaha menemukan solusi dalam setiap permasalahan yang ditemui. e) Memiliki inisiatif atau kemauan dan penggagas sesuatu yang baru (inisiator).Berani uji coba sesuatu yang baru (eksperimentor), Jika permasalahan yang ditemui sangat rumit tidak merasa takut untuk mengadakan percobaan,dan melakukan riset untuk mendapatkan temuan baru untuk menyelesaikan masalah tersebut. f) Menghargai karya orang lain (apresiator), maksudnyasetiap pendapat atau hasil karya orang lain ditanggapi dengan sikap yang positif. g) Mengadopsi karya terdahulu dan diimplementasikan menjadi sesuatu yang baru (adopter). Kepribadian seorang penulis sangat erat kaitannya dengan kreativitas menulis. Kreativitas menulis dimiliki oleh setiap individu hanya kapasitasnya
yang berbeda-beda.18 Kreativitas merupakan
pembawaan dari sejak dilahirkan namun apakah kreativitas itu akan berkembang atau tidak tergantung pada individu masing-masing. Setiap individu yang menyadari potensi dirinya akan terus berusaha dan mengembangkannya sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karakteristikkepribadian yang harus dimiliki seorang penulis antara lain:19
18
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas,… 20 Riduwan, Metode dan,…254
19
23
1) Jujur Semua penulis tentunya harus memiliki sifat kejujuran. Kejujuran dalam setiap karyanya, apa yang dituliskannya merupakan hasil dari pemikiran yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Pemikiran itu bisa berasal dari apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan dirasa. Setiap peristiwa yang terjadi di alam sekitar, dimanapun berada menggerakkan dirinya untuk menceritakan atau
dapat
menggambarkannya
dalam bentuk kata-kata yang mampu menarik perhatian pembaca sehingga berempati terhadap peristiwa yang telah terjadi. Sebuah karya tulis adalah kata hati penulisnya maka jujurlah dalam menulis.20 Sebuah karangan yang jujur merupakan curahan hati penulisnya. Sifat jujur disini dapat dimaknai bahwa karya itu benar sesuai dengan kenyataan, murni karya sendiri (bukan plagiasi), atau jika memang mengutip karya orang lain mau jujur menuliskan karya siapa yang telah dikutip tersebut. 2) Rasa Ingin Tahu Seorang penulis membutuhkan banyak informasi dan fakta-fakta di lapangan agar karya yang dihasilkan terkesan hidup tidak kering sehingga pembaca bisa memasuki dunia khayalan yang diciptakan dengan santai dan menyenangkan. Oleh karena itu, orang yang gemar menulis biasanya juga memiliki kegemaran membaca, berselancar di dunia maya, menjalin komunikasi dengan sesama penulis, melakukan 20
Anang Y.B., Guru Writing Berdiri Murid Writing Berlari, (Yogjakarta: Pustaka Grhtama, 2011), 69
24
riset atau penelitian, dan masih banyak lagi yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang sebanyak banyaknya. Dari beberapa informasi yang diperoleh penulis akan menuangkan kembali dalam bentuk tulisan yang berbeda sesuai dengan gaya bahasa yang ia inginkan. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh J.K. Rowling sang penulis novel Harry Potter, ia berkata: Bacalah segala hal untuk mendapatkan gagasan bagaimana para penulis menulis. Bacalah sebanyak banyaknya.Bacalah apapun yang ada ditanganmu. Bacalah sebanyak yang kau bisa seperti apa yang telah aku lakukan. Membaca akan memberimu pemahaman tentang cara menulis yang baik dan menambah perbendaharaan kata.21 3) Kedisiplinan Sifat disiplin bagi seorang penulis adalah pandai memanfaatkan waktu yang ada untuk tetap continue dalam menulis.Disela-sela aktivitas pekerjaan, sekolah, atau kegiatan lain selalu menyempatkan diri untuk menulis meski hanya beberapa kata saja. Menulis dapat dilakukan saat ide itu muncul. Tidak harus dalam komputer tetapi bisa menggunakan catatan kecil, fasilitas hp, dan bukudiary.22Kumpulan catatan kecil itu akan membantu ketika mengalami kebuntuan dalam proses penulisan. 4) Peka Terhadap Lingkungan Fenomena alam yang terjadi dilingkungan tempat tinggal misalnya: banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan peristiwa alam lainya yang melanda bumimerupakan hal yang tak boleh terlewatkan oleh
21
Alex Jemiah S. Tangan Emas J.K. Rowling, ( Yogjakarta: Flashbooks, 2013), 89 Anang Y.B., Guru Writing Berdiri,…
22
25
penulis. Peristiwa yang terjadi bisa menjadi ladang berkah bagi pengembangan tulisannya. Isu-isu sosial yang terjadi tak luput perhatiannya. Para penulis akan membahas dan menguraikan peristiwa tersebut menjadi sebuah cerita dengan gaya bahasa yang menarik dan menggoda para pembaca untuk menikmatinya. Gagasan/ide penulis yang menanggapi berbagai peristiwa alam berupa saran, himbauan atau ajakan kepada masyarakat sangat diperlukan agar dapat bersikap yang lebih baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat At Taubah ayat 71 berbunyi: 23
ُ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨُﻮنَ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ ُوف َوﯾَ ْﻨﮭَﻮْ نَ ﻋ َِﻦ ُ َﺎت ﺑَ ْﻌ ِ ْﺾ ﯾَﺄْ ُﻣﺮُونَ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌﺮ ٍ ﻀﮭُ ْﻢ أَوْ ﻟِﯿَﺎء ﺑَﻌ ّ ﷲَ َو َرﺳُﻮﻟَﮫُ أُوْ ﻟَـﺌِﻚَ َﺳﯿَﺮْ َﺣ ُﻤﮭُ ُﻢ ّ َﺼﻼَةَ َوﯾ ُْﺆﺗُﻮنَ اﻟ ﱠﺰ َﻛﺎةَ َوﯾُ ِﻄﯿﻌُﻮن ْاﻟ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َوﯾُﻘِﯿ ُﻤﻮنَ اﻟ ﱠ ُﷲ ّ إِ ﱠن َﺰﯾ ٌﺰ َﺣ ِﻜﯿ ٌﻢ ِ ﷲَ ﻋ Artinya:Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 5) Mandiri (Independen) Bekerja tanpa menggantungkan diri kepada orang lain merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Setiap ide yang muncul
23
Al-Quran Terjemahan Mushaf Per Kata Tajwid, (Jakarta: Jabal, 2010), 199
26
akan menghasilkan sebuah karya yang original tanpa adanya campur tangan orang lain. 6) Ketekunan Menurut J.K. Rowling kunci sukses menjadi seorang penulis adalah ketekunan.24 Seseorang yang sudah menentukan pilihan sebagai seorang penulis maka harus tekun dalam menulis. Meski banyak peristiwa yang menghambat penulis harus tetap menulis. Apapun yang dilakukan jangan sampai menghilangkan ketekunan dalam diri penulis sebab dengan ketekunan ia dapat bertahan dari semua hambatan untuk mencapai kesuksesan besar di masa datang. b. Dorongan(Motivation) 1) Pengertian Motivasi Menurut Greenberg menjelaskan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku ke arah suatu tujuan.25 Keadaan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat memengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Motivasi seseorang ditentukan oleh kuat lemahnya intensitas motifnya untuk melakukan kegiatan.26Motivasi merupakan pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan
24
Alex Jemiah S. Tangan Emas,…105 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2007), 101 26 Ibid,…72 25
27
tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (certain).27 Motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Manusia akan tergerak untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi dirinya maupun bagi orang lain apabila memperoleh motivasi yang sangat kuat dari dalam dirinya sendiri maupun dari
lingkungan sekitarnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ar Rad ayat 11 berbunyi:28
ْ ﷲَ ﻻَ ﯾُ َﻐﯿﱢ ُﺮ َﻣﺎ ﺑِﻘَﻮْ ٍم َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ َﻐﯿﱢﺮ ّ إ ﱠن ُوا َﻣﺎ ﺑِﺄ َ ْﻧﻔُ ِﺴ ِﮭ ْﻢ Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S.Ar Ra’d: 11). 2) Motivasi Menulis Sehubungan dengan aktivitas menulis, motivasi diartikan sebagai dorongan yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk melakukan kegiatan menulis. Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam proses menulis. Winna Efendi mengemukakan alasan yang menjadi motivasi seseorang untuk menulis. Alasan itu tidak terpaku pada satu faktor saja namun bisa beberapa faktor diantaranya: materi, popularitas, dan edukatif,
27
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,1990), 61 Al-Quran Terjemahan Mushaf Per Kata Tajwid, (Jakarta: Jabal, 2010), 250
28
28
keinginan menjadi penulis, ambisi pribadi, ingin memajukan sastra, dan mungkin juga karena cinta.29 Berdasarkan sumber motivasi, penulis membedakan motivasi dalam dua aspek yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) dan motivasi yang bersumber dari luar (ekstrinsik). a) Motivasi Intrinsik Motivasiintrinsik merupakan harapan dari dalam diri untuk berhasil dan melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Motivasi masing-masing orang berbeda-beda, antara lain: (1)Hiburan Ada beberapa alasan seseorang memilih melakukan kegiatan menulis sebagai usaha untuk menghibur diri, antara lain: (a)Pengobat Stress.Banyak ide bermunculan dipikiran masing-masing orang. Ide yang muncul itu sebenarnya sangat bagus namun jika tidak mau menuliskannya
maka ide itu akan hilang seiring dengan
perjalanan waktu. Ide yang muncul akan tetap bergejolak dalam pikiran apabila tidak dikeluarkan. Untuk menyampaikan ide/gagasan kepada orang lain tidak semua orang memiliki kemampuan dan kesempatan menggunakan lisannya. Orang akan mengalami stress ketika apa yang dipikirkan tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikannya secara langsung.30Ada beberapa masalah yang sangat kompleks dan dilematis sehingga membutuhkan sebuah media 29
Winna Effendi, Draf 1 Taktik Menulis Fiksi Pertamamu,(Jakarta: Gagasmedia, 2012),327 Ngainun Naim, The Power Of Writing, ( Yogjakarta: Lentera Kreasindo, 2015), 97
30
29
yang dapat menyampaikan ide/gagasan tersebut.31 Media yang mampu menampung semua aspirasi tanpa batas dan tidak merasa takut kalau yang disampaikan akan dibantah secara langsung oleh orang lain. Oleh karena itu, salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi stress itu dengan menyampaikan setiap ide melalui tulisan sehingga beban pikiran menjadi lebih ringan, ide/gagasan akan tetap tersampaikan, bertahan lama, dan dilain waktu bisa dibaca kembali oleh penulisnya maupun dibaca orang Lain. (b) Teman Curhat/Berbagi Pengalaman Setiap
orang
mengalami
beberapa
pengalaman
baik
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Untuk meringankan beban pikiran itu mereka mencurahkan dalam bentuk tulisan. Tulisan mengenai pengalaman hidup seseorang itu bisa menjadi ide untuk menulis sebuah karya sastra dalam bentuk novel, autobiografi, atau biografi. Seorang penulis hebat adalah mereka yang mau berbagi pengalamannya dalam menulis. Mereka mungkin sekedar menulis namun tulisannya mampu menggerakkan orang lain untuk berkarya.32 (2) Kegemaran/Hobi Orang yang memiliki kegemaran menulisakan memiliki kebanggan dan kepuasan tersendiri apabila menghasilkan sebuah karya tulis. Tak peduli apakah tulisannya nanti akan laku dipasaran atau tidak. Apapun 31
Winna Effendi, Draf 1 Taktik Menulis,...327 Ngainun Naim, The Power …, 78
32
30
yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penulis akan diungkapkan melalui tulisan. Kepuasan akan di dapat apabila karya tulisnya diterima oleh penerbit dan diterbitkan.Orang-orangyang hobi dalam menulis tidak akan memperdulikan royalty atau pendapatan yang diperoleh dari menulis. Mereka akan merasa bangga apabila karyanya diterbitkan menjadi buku oleh penerbit ternama dan terpajang dirak best seller. Menulis akan memberi kepuasan batin bagi penulisnya. Apalagi jika para pembaca memberi respon baik kepada penulis berupa ucapan terima kasih atau ungkapan bahwa buku itu bermanfaat bagi pembaca. (3)Tetap Berkarya Seorang penulis akan terus menulis dalam berbagai situasi maupun kondisi. Di sela-sela kepadatan acara mereka akan tetap akan menyempatkan diri untuk menghasilkan sebuah karya tulis. Berbagai tawaran menulis bermunculan misalnya menulis buku, artikel journal, makalah, dan artikel koran. Penulis akan tetap berusaha menyanggupinya di tengah-tengah kesibukannya. Ia menganggap bahwa tawaran menulis itu merupakan tantangan yang perlu perjuangan untuk menyelesaikan tulisan tepat waktunya.33 (4)Kompetisi/Persaingan Persaingan
dapat
menjadi
sumber
motivasi
yang
ampuh,
misalnyasekolah akan mengadakan suatu bentuk kompetisi menulis cerita di kelas. Dalam kompetisi itu setiap siswa mempunyai kesempatan yang
33
Ngainun Naim, The Power …, 94
31
samabesar untuk menang. Penghargaan dan hadiah yang dijanjikan akan menggiurkan siswa untuk mengikuti perlombaan tersebut. Semua siswa akan
mengikuti
perlombaan
dengan
semangat
dan
berusaha
menyelesaikan tulisan terbaiknya. Terlebih jika bagi pemenang karya terbaik akan diterbitkan dalam tentunya selain hadiah juga akan memperoleh popularitas karena karyanya dibaca banyak orang. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsikyaitu motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri. Motivasi ekstrinsik dapat berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. a) Lingkungan Keluarga Lingkungankeluarga
bisamenjadi faktor yang mendorong seseorang
untuk menjadi penulis. Faktor ekonomi keluarga, menulis merupakan sumber penghasilan. Alasan ini merupakan salah satu motivasi yang paling kuat dalam menulis sebuah cerita. Buku cerita yang dihasilkan akan bernilai rupiah pada setiap exemplarnya. Penulis akan mendapatkan uang/royalty dari penerbit.34 Memang ada kalanya buku laris dipasaran namun ada juga yang kurang laku. Tugas penulis yang penting adalah membuat karya sebanyak-banyaknya dan jangan menyandarkan penghasilan dari satu judul buku saja. Hasil tulisan itulah seseorang bisa menyejahterakan keluarga, membeli sesuatu yang diinginkan, traveling ke berbagai kota, dan membahagiakan orang tua.
34
Akbar Zainudin, UKTUB!Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari,(Jakarta Selatan: Renebook,2015), 158
32
b) Lingkungan Sekolah Menulis
sebagai
sarana
untuk
menyebarkan
ilmu
pengetahuan.35Mengajarkan ilmu pengetahuan di dalam kelas hanya terbatas pada orang yang hadir dalam kelas itu saja. Berbeda dengan mengajarkan ilmu pengetahuan lewat pena. Jangkauan penyebarannya lebih luas dan menyeluruh ke lapisan masyarakat baik di kalangan akademisi maupun masyarakat luas yang membutuhkan pengetahuan. Menulis
biasa
dilakukan
oleh
para
akademisi.
Mereka
terus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menyebarkan berbagai temuan dan gagasannya melalui tulisan. Mereka bertujuan untuk mempengaruhi para pembaca dengan ide/gagasan yang dikemukakan dalam karyanya. Selain itu, menulis merupakan aktivitas yang tidak dapat terpisah dengan pembelajaran di sekolah. Setiap hari selalu ada tugas menulis dari sekolah misalnya: menulis materi pelajaran, menulis cerita, menulis makalah, dan masih banyak tugas menulis yang lain. Tugas menulis harus dikerjakan oleh siswa dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sehingga siswa akan termotivasi untuk segera menyelesaikan tugasnya agar mendapatkan nilai yang buku baik. c)Lingkungan Masyarakat Kondisi masyarakat saat ini sangat membutuhkan motivasi yang berhubungan dengan cara menghadapi problema hidup di era globalisasi agar memperoleh ketenangan hidup dan terhindar dari hal-hal yang menyimpang
35
Akbar Zainudin, UKTUB!Panduan…,31
33
dari ajaran agama. Melihat fenomena tersebut penulis akantergerak menjadikan menulis sebagai sarana dakwah. Menulis dijadikan salah satu jalan menyebarkan ajaran agama. Menyampaikan dakwah agama kepada masyarakat melalui
tulisan
memberi
peluang
penyebaran
lebih
luas
dibanding
menggunakan media langsung melalui majlis ta’lim, pengajian di masjid atau di rumah rumah penduduk. Banyak dai dan ulama besar yang aktif dalam menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama melalui tulisan-tulisan yang diterbitkan dalam bentuk buku-buku agama. Sebuah ilmu yang dicatat dan dibukukan lebih tahan lama dan mempermudah dalam mengkajinya. Selain itu, seseorang menulis karena ingin menyebarkan ide dan pemikiran kepada masyarakat. Penulis memanfaatkan media bahasa tulis untuk menyampaikan ide dan pemikirannya kepada para masyarakat. Tulisan itu berupa pemikiran penulis sendiri bisa juga hasil reduksi dari pemikiran para tokoh yang diperoleh penulis melalui karyanya.
c) Proses Kreatif( Process Creative) Proses kreatif yang dibahas dalam bab ini adalah proses kreatif menulis narasi. Proses kreatifyang dilakukan setiap orang untuk menghasilkan sebuah karangan narasi berbeda-beda. Masing-masing memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan tulisannya. Berikut peneliti paparkan beberapa proses kreatif menulis narasi berdasarkan pendapat para penulis buku, antara lain: Menurut Akbar Zaenudin proses menulis secara umum ada tujuh langkah yang harus dilalui penulis untuk menghasilkan sebuah karangan narasi sampai siap dipublikasikan yaitu: Menentukan tema dan tujuan, membuat karakter tokoh,
34
membuat alur cerita (plot), membuat daftar isi (outline), melakukan penulisan, revisi tulisan, dan kirim ke penerbit. Agar lebih jelas perhatikan skema berikut ini:36
Tema dan tujuan
Karakter tokoh
Menulis
Revisi
Alur/ plot
Daftar isi / out line
Kirim ke penerbit
2.1. Langkah-langkah menulis narasi
Menurut J.K Rowling penulis novel Harry Pooter ada tiga tahap proses kreatif menulis narasiyaitu :Pertama, tahap persiapan. Tahap ini penulis telah menyadari hal yang akan ditulis dan bagaimanaia akan menulisnya. Pada tahap ini merupakan tahap pencarian ide, penentuan alur, karakter, dan penentuan gaya bahasanya.Kedua, tahap inkubasi yaitu
gagasan yang telah muncul tadi
disimpannya dan dipikirkannya matang-matang serta ditunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, tahap inspirasi yaitu gagasan dan bentuk ungkapannya telah jelas dan padu. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tidak bisa ditunggu-tunggu lagi.37Pada tahap ketiga ini penulis memaparkan
36
37
Akbar Zainudin, UKTUB!...,80 Alex Jemiah S. Tangan Emas…, 88-132
35
semua ide/gagasan dalam sebuah cerita yang lengkap ditinjau dari segi isi, unsurunsur cerita, tata bahasa, dan diksi (pilihan kata).
d) Hasil Karya Tulis (Product) 1) Karakteristik Tulisan yang Baik Sebuah karya tulis dinyatakan baik apabila meliputi hal-hal berikut: (a)Jelas Sebuah buku dengan kategori cerita fiksi yang dimaksud jelas adalah bagaimana seorang penulis mampu menggambarkan kondisi dan karakter tokohnya dengan rinci, penuh imajinatif, dan memiliki tujuan.Bahasa yang digunakan penulis mudah dipahami sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca tersampaikan tanpa adanya penafsiran yang berbeda. Tulisan yang dibuat benar-benar membawa dampak pisitif terhadap pembacannya. Meski dalam pemaparan terdapat kata-kata yang bersifat kedaerahan namun disertai dengan penjelasan arti kata untuk membantu pemahanan bahasa. (b) Kesatuan dan Organisasi Sebuah tulisan yang baik harus memliki kesatuan dan organisasi yang seimbang antara unsur-unsur dalam ceritanya. Mulai karakter yang hidup dan relateable dengan pembacanya, latar belakang ceritanya dideskripsikan dengan porposional, dialognya wajar, plot padat, dan alurnya dapat mengalir sehingga pembaca bisa masuk dalam cerita yang dibuat penulisnya. Pembaca
36
bisa menikmati setiap kata yang tertulis seakan hadir dalam kehidupan nyata. Ada hubungan emosional antara penulis dan pembacanya.38 (c) PemakaianBahasa Mudah Diterima Sebelum penulis menuliskan ide/gagasan yang muncul terlebih dahulu kenalilah sasaran pembacanya. Dilihat dari usianya,
kategori anak-anak,
remaja, atau dewasa. Dilihat dari profesinya, pedagang, petani, pegawai, atau kaum intelektual. Semua itu akan menentukan pemakaian bahasa yang digunakan penulis agar ide/gagasan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pembacanya sehingga pembaca tidak merasa bosan dan mudah dalam memahami isi tulisan tersebut. B. Menulis Narasi 1. Pengertian Menulis Narasi Menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi dalam bentuk tulisan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain. Selain itu, menulis juga merupakan aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna lengkap dengan penggunaa ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah dan tata cara penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan. Menulis merupakan suatu proses yang memerlukan pelatihan yang terus menerus sehingga seseorang terampil menghasilkan karya tulis yang berkwalitas dan memiliki ciri khas tersendiri.
38
Winna Effendi, Draf 1 Taktik Menulis ..., 327
37
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua dijelaskan bahwa narasi adalah (1) penceritaan suatu cerita atau kejadian, (2) cerita atau deskripsi dari suatu kejadian.39 Cerita dapat berupa pengalaman dan pengetahuan penulis. Dapat juga berupa khayalan penulis. Cerita tentang pengalaman dapat berupa pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung menunjukkan bahwa penulis mengalami secara langsung peristiwa atau kejadian yang ditulis dalam tulisannya. Penulis menuliskan kejadian tersebut secara objektif. Disampaikan secara runtut mulai dari awal sampai akhir kejadian. Sedangkan pengalaman tidak langsung diperoleh dari cerita seseorang atau sumber lainnya. Pengalaman berdasarkan dua sumber (cerita orang dan sumber lain) ini dapat juga dipertanggungjawabkan keakuratan objeknya. Cerita yang berdasarkan kejadian nyata merupakan cerita faktual sering juga disebut narasi ekspositoris. Dalam menceritakan suatu kejadian yang sebenarnya perlu urutan kejadian secara kronologis. Mulai dari awal sampai pada akhir peristiwa secara objektif. Karangan narasi adalah menyajikan serangkaian peristiwa.40 Karangan ini
berusaha
menyampaikan
serangkaian
kejadian
menurut
urutan
kejadaiannya(kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
39
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Edisi Kedua, 683 40 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), 4.28
38
2. Macam-Macam Karangan Narasi Berdasarkan jenisnya karangan narasi dibagi menjadi dua yaitu narasi ekspositoris yang mana peristiwa itu benar-benar terjadi (non fiksi) dan narasi sugestif peristiwa itu berupa khayalan (fiksi). Narasi ekspositorisadalah tulisan yang berupa fakta, berguna untuk menyajikan suatu analisa proses, tujuan yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa. Narasi ekspositoris sendiri dibagi menjadi dua yaitu narasi ekspositoris khusus dan narasi ekspositoris umum. Narasi ekspositoris umum adalah peristiwa nyata yang benar-benar terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja, contoh narasi ekspositoris umum adalah pengalaman bersekolah, pengalaman berwisata, dan pengalaman lain yang pada umumnya dialami semua orang. Narasiekspositoris khusus adalah pengalaman unik atau menarik yang hanya dialami oleh seseorang, tidak dapat diulangi kembali dan tidak semua orang mengalami peristiwa tersebut. Contoh dari narasi ekspositoris khusus misalnya pengalaman dikejar anjing, pengalaman terjatuh dari sepeda, dan pengalaman lain yang tidak semua orang dapat merasakan pengalaman unik tersebut. Agar lebih jelas perbedaan antara narasi sugestif dengan narasi ekspositoris(kisah nyata), dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Jenis Tulisan No 1. 2.
Narasi Ekspositoris Bertujuan memperluas pengetahuan
Narasi Sugestif Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
Menyampaikan informasi suatu kejadian
Menimbulkan daya khayal
39
3.
Berdasarkan penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
4.
Bahasanya informatif dengantitik berat penggunaan kata-kata denotatif
Penalaran hanya berfungsi untuk menyampaikan makna, sehingga bila perlu boleh dilanggar Bahasanya figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif
Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Sugestif dan Narasi Ekspositoris
Pada tabel tersebut terdapat perbedaan antara narasi ekspositoris dengan narasi sugestif. Perbedaan keduanya terlihat pada tujuan dan bahasa yang digunakan. Dalam penulisan narasi, maka peristiwa atau kejadian yang sudah dikumpulkan disusun beruntun sehingga menjadi serangkaian peristiwa yang menarik untuk ini coba renungkan sejenak cerita yang pernah dibaca. Maka kita akan merasakan bahwa daya khayal atau imajinasi pengarang dapat mengembara kemana-mana, dapat melihat narang yang aneh-aneh, melihat kejadian atau peristiwa yang istimewa, melihat batas waktu, dapat menyelam ke zaman yang datang atau terbang ke dalam waktu yang akan datang. Hal penting yang perlu kita ingat dalam mengarang narasi
adalah
walaupun khayal atau imajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan cerita. Tokoh harus bertindak sesuai dengan kepribadian yang diberikan, selanjutnya yaitu harus berlogika kalau tidak cerita akan kacau dan sukar dimengerti.41 Jika menulis sebuah karangan narasi, maka perlu memperhatikan prinsipprinsip dasar narasi sebagai tumpuan berfikir bagi terbentuknya karangan
41
Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis..., 4.38
40
narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan pemilihan detail peristiwa.42 3. Unsur-Unsur Pembangun Cerita Narasi a. Unsur intrinsik (1) Tema Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema dapat diidentifikasi dengan cara menulis hal-hal yang dibicarakan dalam cerita, baik secara tersirat maupun tersurat. Hal yang paling banyak dibicarakan itulah yang biasanya yang menjadi pokok bahasan atau tema cerita. (2) Tokoh Tokoh utama dalam ceritaadalahorang yang paling banyak tampil dan dibicarakan. Tokoh utama ditentukan dengan menghitung berapa banyak tokoh tersebut tampil dan seberapa banyak dibicarakan. (3) Watak Sifat yang dimiliki masing-masing tokoh dalam cerita. Watakdapat dilihat dari karakter yang diceritakan penulis dalam cerita. Penulis akan menggambarkan karakter masing masing tokoh melalui ilustrasi dan percakapan yang dimunculkan dalam cerita tersebut. (4) Alur(plot) Rangkaian peristiwa yang menggambarkan garis besar cerita dari awal hingga akhir disebut alur. Alur dapat diidentifikasi dengan menulis kapan cerita itu dimulai dan diakhiri. Jika cerita diawali dari waktu lalu menuju
42
Ibid..., 4.39
41
waktu sekarang, berarti cerita tersebut beralur maju, demikian sebaliknya jika beralur mundur. (5) Latar( setting) Sebuah cerita akan semakin hidup jika penulis mampu menggambarkan latar cerita secara detail dan menarik. Latar berhubungan dengan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. Latar sangat mudah diidentifikasi yaitu dengan memperhatikan suasana hati tokoh, waktu dan tempat cerita itu berlangsung. (6) Amanat Amanat berisi tentang pesan atau nilai moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Pesan tersebutdapat ditangkap dari sebab akibat perbuatan para tokohnya. Jika tokoh adalah orang yang jujur dan dalam cerita tersebut ia menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya, berarti cerita tersebut mengandung pesan tentang kejujuran. Pesan yang tercantum dalam cerita akan memberi pengaruh kepada pembacanya. Oleh karena itu, cerita yang baik apabila menyampaikan pesan moral yang baik kepada pembaca. (7) Sudut Pandang Posisi penulis yang berkaitan dengan gaya penceritaannya. Apakah penulis berperan sebagai tokoh utama atau sebagai pencerita. b. Unsur ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra, meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat dan peradaban yang berlaku pada saat itu, situasi
42
politik (persoalan sejarah), dan ekonomi. Semua hal itu akan memberi warna terhadap karya sastra yang dihasilkan oleh penulis. Unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus lagi dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian di dalamnya. Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkannya. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya sastra, bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung atau tidak langsung. Pesan moral yang dipaparkan dalam cerita akan memberi dampak kepada pembacanya. 4. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Karangan Narasi Menulis cerita merupakan bagian dari karya sastra yang di dalamnya terkandung nilai-nilai, antara lain:43 a. Nilai hedonik (hedonic value), yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan secara langsung kepada pembaca. b. Nilai artistik (artistic value), yaitu nilai yang dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
43
Siti Mariyam, Buku Pedoman Guru Matapelajaran Pendidikan dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002),165-198
43
c. Nilai kultural (cultural value), yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan d. Nilai etis, moral, agama (ethical, moral, religious value), yaitunilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika, moral, atau agama. e. Nilai praktis (practical value), yaitu nilai yang mengandung hal hal praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. 5. Langkah-Langkah Menulis Narasi Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Akbar Zaenudin penulis mengelompokkan menjadi tiga tahap yaitu tahap pramenulis, tahap penulisan, dan tahap pascamenulis. Adapun penjabarannya sebagai berkut: Pada tahap pramenulis, penulis mengadakan persiapan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Tahap Pramenulis Tahap ini penulis melakukan persiapan sebelum memulai membuat sebuah cerita. Beberapa kegiatan yang dilakukan penulis antara lain: 1) Membuat Tema dan Tujuan. Tema dan tujuan tulisan merupakan hal terpenting dalam persiapan menulis. Seorang penulis harus menentukan tema seperti perjuangan, cerita anak, romantik, motivasi dan tema-tema lainnya.Tema ini menjadi sentral dalam penulisan sebuah cerita. Selain tema, tujuan penulisan cerita
44
harus ditentukan terlebih dahulu agar cerita yang ditulis memberi manfaat dan inspirasi bagi pembaca.44 Menurut Winna Efendi sebelum menulis hal yang harus dilakukan penulis adalah riset. Riset yang dilakukan harus menyeluruh tentang seluk beluk tema yang hendak dikupas dalam ceritanya. Riset tentang topik, karakter, setting, dan deadline. Kedalaman pemahaman terhadap materi sangat menentukan kwalitas ceritanya.45 Ada beberapa sumber yang membantu penulis untuk menemukan ide/gagasan sebuah cerita antara lain: a) Membaca Buku.46 Buku merupakan sumber inspirasi yang tak terhingga. Melalui membaca terbentang hamparan ilmu yang sangat luas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengambil inspirasi buku antara lain: (1) melengkapi buku yang sudah ada,(2) mengkoleksi buku-buku yang paling disukai dan sesuai dengan kebutuhan, (3) membuat buku dengan tema yang sama dengan cara menuliskan buku yang memiliki persamaan tema namun dikemas dengan bentuk dan gaya bahasa yang berbeda sehingga lebih menarik pembaca, (4) membuat pemikiran yang berbeda dengan apa yang kita baca, misalnya mengkritisi hasil karya tulis yang dibaca dengan menunjukkan kelebihan dan kekuran dari tulisan tersebut disertai dengan argument yang kuat sehingga
44
Akbar Zainudin, Uktub! Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari, ( Jakarta Selatan: Renebook, 2015), 80 45 Winna Effendi, Draf 1 Taktik Menulis Fiksi Pertamamu, ( Jakarta: Gagas Media, 2012,) 213 46 Alex Jemiah S. Tangan Emas, … 88
45
mengalami pengembangan dan penyempurnaan terhadap pendapat atau ide penulis. b) Peristiwa Menuliskan peristiwa yang dialami seseorang merupakan sesuatu yang paling mengasikkan karena sesuai dengan kehidupan nyata. Penulis mengalami sendiri atau menuliskan pengalaman orang lain menjadi sebuah novel yang menarik dan masuk akal karena melibatkan kehidupan sehari-hari. c) Perjalanan47 Cerita tentang perjalanan sangat mengasyikan jika bisa dituliskan menjadi sebuah buku. Perjalanan dengan tujuan wisata pastilah akan menemukan berbagai peristiwa atau pemandangan yang terpampang di sepanjang jalan. Budaya tradisional, makanan khas, adat istiadat, gaya hidup, dan berbagai cerita dengan sudut pandang yang berbedabeda. d) Lagu yang Didengar Lagu yang sering kita dengarkan bisa menjadi sumber inspirasi kita untuk menemukan ide sebuah tulisan. Syair lagu yang dilantunkan membawa kita dalam dunia angan-angan seakan mengalami sendiri pengalaman yang tercermin dalam lagu tersebut sehingga akan memunculkan ide/gagasan yang menjadi dasar dalam pengembangan sebuah cerita. Semakin banyak lagu yang didengar akan memberi
47
Akbar Zainudin, Uktub! Panduan Lengkap Menulis,…69
46
inspirasi menuliskan tema-tema yang dapat dikembangkan menjadi cerita. e) Curhat Teman Para penulis memiliki kepekaan terhadap keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Banyak teman dekat yang curhat kepadanya untuk mendapatkan solusi dari berbagai masalah yang di alaminya. Beberapa curhatan itu dapat memberi inspirasi ide/gagasan untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita inspiratif. f) Media Sosial Menghasilkan sebuah tulisan itu membutuhkan proses yang sangat panjang. Ada bebarapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor lingkungan atau komunitas akan sangat membantu penulis menemukan ide dan mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan. Penulis bisa memanfaatkan media sosial untuk menjalin hubungan dengan komunitas penulis, atau orang-orang yang mau memberikan pendapatnya misalnya: face book, twitter, dan SMS. g) Observasi Langsung Bagi kalangan akademisi seringkali mendapatkan tugas penelitian terhadap suatu objek tertentu. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan tentunya mereka akan melakukan observasi secara langsung ke lokasi yang dituju. Melalui observasi tersebut mereka akan menjumpai berbagai informasi atau fakta yang terjadi di lapangan. Dari temuan-temuan itu bisa menjadi inspirasi untuk
47
menyusun sebuah karya tulis berbentuk laporan hasil pengamatan atau hasil penelitian. h) Ajaran Agama Orang yang memiliki kegemaran menulis tentunya tidak akan kehabisan cara untuk mendapatkan ide. Sebuah cerita yang bertujuan untuk mempengaruhi para pembaca kearah yang lebih baik di dunia dan akherat mereka akan menuliskan ajaran-ajaran agama sebagai pesan moral yang terkandung dalam cerita. Mereka berharap dengan menyampaikan ajaran agama melalui rangkaian cerita yang dibuat pembaca akan tersentuh dan terinspirasi untuk melalukan kegiatan positif yang dilakukan tokoh dalam cerita. Pembaca akan mengikuti ajaran agama dengan tanpa paksaan namun karena kehendak diri sendiri. Banyak sekali karya tulis yang menggambarkan perjalanan para Nabiyullah, para sahabat nabi, para wali, dan tokoh-tokoh agama dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama Allah. Sebagai contoh sebuah novel karya Sri Wahyuti N. dalam judul: “Follow Aisyah Open Your Heart”. Novel ini mencerikan figur Aisyah Binti Abu Bakar yang patut dicontoh dan menjadi sumber inspirasi para pembacanya untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan ajaran agama yang diperintahkan Allah melalui Rasulullah SAW dan masih banyak lagi karya tulis para ulama demi menyebarkan ajaran agama yang diridhoi oleh Allah SWT.
48
i) Kesulitan Hidup Setiap orang pastilah merasakan pengalaman menghadapi kesulitan dalam menjalani kehidupan ini. Bagaimana usaha mereka mengatasi kesulitan, bangkit dari keterpurukan, atau menggapai impian dalam hidup merupakan sebuah inspirasi yang bagus untuk dituliskan menjadi sebuah cerita yang akan membangun semangat hidup para pembaca untuk tegar menghadapi kesulitan dalam kehidupannya. Sebagai contoh karya Sibel Eraslan dalam novel berjudul “Khadijah” Dalam novel itu diceritakan bagaimana sosok Ummul Mukmininmendampingi Rasulullah dalam mendakwahkan ajaran agama Allah. Dalam novel itu digambarkan karakter kesabaran, kesederhanaan, keteguhan hati, dan keikhlasan Khadijah yang patut dijadikan suri tauladan bagi para wanita di muka bumi ini dalam menjalani kehidupannya. Posisi beliau takkan tergantikan oleh siapapun meskipun zaman telah berganti.48 j) Alam Sekitar Alam sebagai sumber inspirasi bagi mereka yang mau berfikir. Sebagaimana firman Allah dalam AlQuran dalam surat AlImran ayat 190 berbunyi:
ْ ت ﱢﻷُوْ ﻟِﻲ ْ ض َو اﻷﻟﺒَﺎب ٍ ف اﻟﻠﱠﯿ ِْﻞ َواﻟﻨﱠﮭَﺎ ِر ﻵﯾَﺎ ِ ﺎوا ِ َاﺧﺘِﻼ َ ﻖ اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِ إِ ﱠن ﻓِﻲ ﺧَ ْﻠ ِ ْت َواﻷَر
48
Sibel Erasan, Khadijah Terjemahan dari Col ve Deniz, (Jakarta: Kaysa Media, 2015)
49
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal.49 Allah menciptakan langit dan segala yang terhampar di muka bumi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau berfikir. Seorang penulis yang peka terhadap alam sekitar, mengagumi keindahan alam dan segala sesuatu yang menarik bisa dijadikan
inspirasi
untuk
mengungkapkan
kekaguman
dan
kemenarikan terhadap keindahan alam dalam bentuk tulisan. Meski pembaca belum pernah melihatnya namun bisa merasakan seolah-olah menyaksikan sendiri apa yang digambarkan dalam cerita. 2) Membuat Karakter Tokoh Dalam menulis narasi, penulis harus menentukan karakter tokoh yang menjadi bagian dari cerita misalnya tokoh utama berkarakter protagonis, antagonis, atau tritagonis. Karakter tokoh dideskripsikan secara detail tentang prilakunya, kebiasaannya, cara berbicara, berpakaian, dan aktivitas lainnya. Semakin detail penggambarannya akan memudahkan pembaca untuk memahami isi dari cerita tersebut. 3) Membangun Plot Cerita Menyusun alur (plot) sebuah cerita setidaknya memenuhi beberapa unsur yaitu: what, who,when, where, why, dan how. Maksudnya, apa yang akan diceritakan?, siapa yang menjadi tokoh dalam cerita dan bagaimana 49
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier 2, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, Revisi 2005), 283-288
50
karakternya?, kapan perinstiwa itu terjadi? dimana tempat kejadiannya?, mengapa cerita itu penting untuk diceritakan?, dan bagaimana konflik itu berlangsung? Langkah ini akan memberi kemudahan bagi penulis untuk mengembangkan cerita. 4) Membuat Daftar Isi (Outline) Menyusun
daftar isi
atau
out
line
akan
membantu penulis
mengembangkan ide/gagasan menjadi sebuah cerita yang runtut dan terarah. Selain itu pembaca akan mudah untuk mengetahui isi cerita dalam buku tersebut melalui daftar isi yang tersedia.50 b. Tahap Penulisan Pada tahap ini penulis mulai mengembangkan ide/gagasan yang telah disusun berdasarkan kronologis/urutan waktu. Pada tahap ini dibagi menjadi dua yaitu penulisan draf kasar dan penulisan draf utuh.Penulisan draf kasar penulis
menggambarkan
setiap bagian cerita secara detail. Unsur-unsur
intrinsik dari sebuah cerita diungkapkan secara terperinci sehingga pembaca dapat memperoleh informasi dan pemahaman terhadap cerita yang dipaparkan. Sedangkan pada penulisan draf utuh, masing-masing bagian dari cerita digabungkan menjadi serangkaian cerita yang padu, berkesinambungan, dan utuh. Keterpaduan suatu cerita dapat dilihat dari penggunaan proposisi yang sesuai dengan kalimat dalam cerita itu sehingga cerita yang disajikan
50
Akbar Zainudin, Uktub! Panduan Lengkap Menulis,…81
51
bersambung tidak terputus-putus. Keutuhan cerita dapat diketahui dari kronologis peristiwa yang terjadi dalam cerita. c. Tahap Pascamenulis Tahap ini penulis melakukan dua hal yaitu revisi naskah dan pengiriman naskah ke penerbit. Revisi naskah adalah memeriksa draf cerita untuk menemukan kesalahan dalam penulisan, ejaan dan tanda baca, maupun istilah yang digunakan dalam cerita. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sendiri (self editing) baik segi kualitas maupun kuantitas, meminta bantuan orang lain, teman atau first reader sebagai team editing. Selain itu,juga bisa menggunakan editing checklist untuk mempertimbangkan bagian- bagian yang harus direvisi.51 Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam melakukan revisi naskah yaitu: (a) Revisi dilihat dari segi isi tulisan (content), pada revisi ini penulis memeriksa secara keseluruhan isi cerita tentang kesesuaian isi cerita dengan tema dan tujuan yang sudah ditentukan, konsistensi karakter, logika alur cerita, keseruan konflik, kesesuaian setting waktu, judul cerita, awal-akhir cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. (b) Revisi tata bahasa, pada hal ini penulis mengadakan pengecekan terhadap penggunaan ejaan, tanda baca, dan pemilihan kata. (c)Revisi desain dan layout, termasuk cover buku. 52 Langkah terakhir dalam menulis adalah menyebarluaskan ide/gagasan yang telah dituliskan melalui cerita kepada masyarakat secara umum dengan 51
Winna Effendi, Draf 1 Taktik Menulis,…251 Akbar Zainudin, UKTUB!...98-102
52
52
cara mengirimkan naskah cerita tersebut ke alamat penerbit melalui pos sesuai dengan persyaratan dan ketrentuan dari penerbit. Pihak penerbit akan melakukan seleksi terhadap naskah yang dikirimkan. Naskah yang lolos dalam seleksi penulis akan diberi tahu melalui pos. pemberitahuan dilakukan berdasarkan hasil seleksi sekitar 3 bulan. Kemudian pihak penerbit akan mengatur proses kerjasama dan bentuk pembagian royalty dengan penulis. Royalty diberikan sesuai dengan surat perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak antara penulis dengan penerbit. 6. Waktu yang Tepat Menulis Narasi Seorang penulis biasanya bukan
pekerjaan utama akan tetapi suatu
aktivitas yang dilakukan diluar jam kerjanya meskipun ada juga yang lebih memfokuskan kegiatan menulis karena alasan pekerjaan ini lebih menjanjikan daripada pekerjaan utamanya. Penulis akan melakukan sesuatu hal yang dapat membantu menyelesaikan tulisannya baik yang berhunbungan dengan waktu, tempat, dan menstabilkan mood. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membagi waktu antara pekerjaan utama dengan menulis agar tulisan cepat selesai antara lain: a. Memilih Waktu-Waktu Produktif Waktu adalah panggilan pikiran.53 Waktu menyesuaikan panggilan gagasan dalam pikiran tersebut muncul. Kebanyakan antara penulis satu dan yang lainnya memiliki waktu produktif yang berbeda-beda. Penulis
53
Alex Jemiah S. Tangan Emas JK Rowling, (Jogja: Flashbooks, 2013), 88-132
53
akanmenentukan waktu yang paling produktif sebelum memulai tulisannya. Ada beberapa waktu yang produktif bagi penulis, antara lain: 1) Menjelang Pagi54 Waktu yang sering digunakan untuk menulis sekitar jam 3 pagi. Setelah melakukan salat malam sambil menunggu waktu subuh sebelum subuh. Alasannya pada waktu itu suasana hening, pikiran bisa menjelajah ke area tanpa batas sehingga penulis mampu mengungkapkan kata-kata yang penuh inspiratif dan menggugah jiwa, menjadikan sesuatu lebih bermakna. 2) MengisiWaktu Luang Disela-sela kesibukan sebagai tenaga profesional alangkah berartinya waktu luang itu jika diisi dengan menulis. Menulis sebagai sarana beribadah mengabdikan diri kepada sang pencipta alam semesta. Merekayang sudah hobi menulis takkan pernah melewatkan waktu sedikitpun tanpa menulis. Menulis bukanlah pekerjaan yang spesifik namun bisa dilakukan oleh siapa saja, dimanasaja dan kapan saja. Misalnya, pedagang kaki lima, sambil menunggu pembeli datang mereka menuliskan apa saja yang ia lihat di sekelilingnya saat itu. Mereka tak pernah berfikir apakah tulisannya itu benar atau tidak. Bagi penulis yang terpenting adalah menulis.
54
Ngainun Naim, The Power Of Writing…,161
54
3) SetelahBelajar sebelum Tidur Bagi para penulis yang masih duduk di bangku sekolah biasanya memanfaatkan waktu setelah belajar untuk menulis sebuah cerita. Terkadang mereka merasakan jenuh ketika harus belajar terus menerus sehingga untuk menghilangkan pikiran yang jenuh mereka menyempatkan diri untuk menulis cerita. Perasaan yang dialami sepanjang hari tertuang dalam cerita yang dikemas sesuai dengan gaya penceritaan yang menarik untuk dibaca. b. Membuat Skala Prioritas Penulis harus membuat skala prioritas terhadapaktivitas pekerjaan sehari hari dan aktivitas menulis. Penulis harus bisa mengatur pekerjaan yang mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Pekerjaan yang dilakukan secara konsisten dan fokus tentunya akan cepat selesai.55 c. Membuat Deadline Menulis harus diselesaikan sesuai deadline yang sudah ditentukan jika tidak ingin melewatkan kesempatan yang sudah diberikan. Ibarat pepatah waktu adalah uang. Kesempatan itu hanya datang sekali maka harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar sukses dalam berkarya.56 7. Manfaat Menulis Menulis banyak sekali manfaatnya bagi penulis. Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan bermakna pastilah penulis harus rajin membaca dan mencari informasi tentang sesuatu yang ditulis. 55
Ngainun Naim, The Power Of Writing…,161 Ibid.., hal 161
56
55
Menurut Ngainun Naim manfaat menulis antara lain: a. Menulis dapat membangkitkan ide baru. Setiap kita menulis akan memunculkan ide baru yang mengalir begitu saja ketika mulai menuliskan kata demi kata. b. Membantu mengorganisasikan gagasan dan menjelaskan konsep. Melalui media tulisan dapat menjelaskan konsep atau pemikiran yang beraneka macam menjadi suatu pemikiran baru yang lebih jelas dan mudah dipahami. c. Menulis dapat membuat jarak antara penulis dengan gagasannya sehingga dapat dievaluasi oleh penulisnya. Seseorang bisa mengadakan evaluasi terhadap apa yang menjadi pemikirannya apabila sudah ditulis dan dipaparkan dalam bentuk kata-kata. Dari situlah penulis tahu akan kelebihan dan kekurangan gagasan yang ditentukan. d. Menulis mampu menyerap dan mengolah informasi sehingga penulis dapat mempelajarinya. Informasi yang diperoleh dalam keseharian baik secara langsung maupun melalui media masa, media elektronik, dan media sosial tidaklah serta merta kita terima begitu saja namun membutuhkan filter agar informasitersebut tidak berdampak negative bagipenerimanya. Oleh karena itu, seorang penulis akan berusaha menuliskan berbagai peristiwa yang ada di sekelingnya agar bisa dipelajari dan dicari solusi yang terbaik agar tidak membawa dampak yang lebih besar lagi. e. Menulis membantu kita menyelesaikan masalah. Orang hidup pastilah akan menghadapi problema hidup. Setiap problem pasti akan ditemukan cara untuk menyelesaikannya. Salah satunya dengan menuliskan dalam sebuah buku.
56
Seseorang akan merasakan rileks jika sudah mampu menceritakan peristiwa yang dihadapi kepada orang lain. namun tidak semua orang mampu mencerikannya dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Sebagian dari mereka memilih menuliskannya dalam buku diary. Dari catatan-catatan peristiwa itu akan ditemukan akar masalahnya dan dicari solusinya. f. Menulis menjadikan kita sebagai pembelajar yang aktif.57Orang aktif menulis biasanya juga aktif membaca. Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan menulis adalah memperbanyak membaca. Setelah membaca buku lalu dibuat ringkasan isi buku akan lebih menguasai materi yang dibaca. Ingatan seseorang sangatlah terbatas namun jika ditulis maka akan dapat dibuka lagi. 8. Hambatan dan Cara Mengatasinya Untuk memulai sebuah tulisan biasanya seseorang memiliki banyak kekhawatiran yang menjadi penghalang untuk segera menulis. Kekhawatiran itu disebut mental block (penghalang mental). Kekhawatiran itu muncul pada setiappikiran seseorang. Jika seseorang berhasil mengatasi mental block tersebut maka ia akan mampu memulai menulis dengan baik. 58Ada beberapa kekhawtiran saat menulis antara lain:59 a. Kesulitan Memulai Ketika mengalami kesulitan dalam memulai menulis maka mulailah dengan menuliskan apa saja yang terpikirkan saat itu. Mulai dengan satu kalimat, dua kalimat hingga satu paragraf. Jangan berhenti terus menulis saja 57
Ngainun Naim, The Power Of Writing…,11 Akbar Zainudin, Uktub! Panduan Lengkap …, 21 59 Ibid…, 23-24 58
57
nanti kalau sudah terbiasa menulis maka akan menemukan ciri khas tulisan kita. b. Kesulitan Mencari Ide Sering kita berpikir lama dan mendalam untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Namun semakin kita berpikir lama maka akan menghambat untuk segera menulis. Segera catat ide atau gagasan yang muncul saat itu. Nanti jika sudah terkumpul banyak ide kita tinggal memilih dan mengembangkannya. c. Kehilangan Ide Seringkali penulis pemula mengalami kehilangan ide saat menulis. Agar ide itu tidak hilang maka buatlah gambaran besar (out line) terlebih dahulu. Buat daftar isi lalu konsisten dalam menulis. Dengan cara itu akan meminimalisir kehilangan ide. d. Hasil Tulisan Tidak Bagus Tingkat kualitas tulisan tergantung pada seberapa banyak tulisan yang dibuat. Semakin sering berlatih menulis dan menambah wawasan dengan cara banyak membaca karya tulis orang lain maka seseorang dapat meningkatkan bobot tulisan yang dihasilkan. e. Tulisan yang Dibuat Sudah Basi Seorang penulis harus up date informasi terkini agar tulisannya tidak ketinggalan. Tidak semua tulisan itu harus sesuatu yang baru namun bisa berupa pengembangan atau penyempurnaan terhadap karya sebelumnya, misalnya: tema keagamaan, pendidikan, atau motivasi. Setiap orang memiliki
58
gaya bahasa sendiri dalam menyampaikan setiap tema yang sama sehingga pembaca akan merasa termotivasi untuk terus membaca. f.Tidak Diterima oleh Penerbit Tugas seorang penulis adalah menulis tidak perlu banyak berpikir apakah tulisannya nanti diterima penerbit atau tidak. Hal yang terpenting adalah selesaikan dulu naskahnya. Lakukan perbaikan dan sempurnakan tulisan. Jika tulisannya bagus maka akan mudah bagi penerbit untuk menerima naskah yang sudah disempurnakan. g. Bukunya Tidak Laku Kekahawatiran yang terakhir ini bukan menjadi wewenang kita sebagai penulis
tetapi
wewenang penerbit.
Biarlah
penerbit
yang
mengatur
management bisnisnya. Seorang penulis dituntut untuk menghasilkan sebuah tulisan
yang bagus
dan komunikatif.
Memang penulis
juga
harus
mempertimbangkan tema yang hendak ditulis. Siapa pembacanya, apa yang diharapkan dengan membaca tulisannya, dan gaya bahasa yang digunakan agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahamioleh para pembacanya. Hambatan lain yang sering muncul pada diri penulis ketika proses penyelesaian antara lain: a. MalasMemulai Menulis Malas merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran kita. Malas berawal dari pikiran yang tidak bersemangat, tidak memiliki gairah hidup, dan enggan untuk berkarya. Merasa super sibuk, tidak punya waktu dan beberapa alasan lain yang terus menggoda pikiran untuk tidak berbuat apa-apa. Karena semula
59
bermula dari pikiran maka melawan malas juga harus dimulai dari pikiran. Jangan pernah membiarkan rasa malas mendera. Jika hal itu terjadi maka ingatlah niat dan motivasi menulis. Jadikan hal itu sebagai perisai untuk melawan kemalasan. Tanamkan dalam hati “menulislah meski hanya satu huruf”. b. Menunda Pekerjaan Menunda pekerjaan yang sering dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan yang sulit diubah. Lawan kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik. Biasakan diri menyelesaikan pekerjaan sekarang jangan menunda nanti atau besok. Buat jadwal dan target pencapaian terhadap apa yang hendak ditulis dan waktu penyelesaiannya. c. Kehilangan Gairah Menulis Gairah menulis (mood) harus dikelola dengan baik. Seorang penulis yang mood sedang baik mampu menghasilkan tulisan yang sangat banyak. Namun jika mood sedang menurun penulis tidak akan menghasilkan tulisan sama sekali. Oleh karena itu, jika gairah menulis sedang bagus maka fokuskanlah dalam menyelesaikan target yang sudah ditentukan baru setelah selesai bisa melakukan kegiatan refresing seperti: liburan, wisata kuliner, olahraga ekstrem, atau jalan-jalan untuk mencari inspirasi. Dengan begitu pikiran jadi fresh dan siap untuk menulis kembali.
60
d. Habitus Plagiasi60 Banyak orang yang enggan membaca dan menulis namun ingin menghasilkan karya tulis. Misalnya: saat mendapat tugas dari sekolah, mereka sering memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan copy paste dan mengatasnamakan karya sendiri. Dengan cara seperti itu akan menghambat kreativitas dan daya pikir seseorang untuk berkreasi mengeluarkan ide/gagasan pribadi. Mereka cenderung mengadopsi pemikiran orang lain lain sehingga sulit untuk berkembang. e. Merasa Tidak Ada Fasilitas Keterbatasan fasilitas juga menjadi penghambat dalam menulis lebihlebih seiring dengan perkembangan teknologi sulit sekali menjalin komunikasi dengan sesama penulis jika fasilitas tidak terpenuhi. Namun bagi penulis kreatif keterbatasan fasilitas tidak menjadikan penghalang bagi dirinya untuk terus menulis. Memanfaatkan fasilitas sederhana mereka mampu menghasilkan karya yang luar biasa. f.Tulisan Tidak Kunjung Selesai Penulis mengalami beberapa hambatan yang menyebabkan tulisan tidak segera terselesaikan. Oleh karena itu penulis harus fokus, mendisiplinkan diri, mengatur waktu yang sesuai, dan berusaha menyelesaikan tepat pada waktu yang sudah ditentukan.
60
Ngainun Naim, The Power Of Writing…,115
61
C. Penelitian Terdahulu 1. Rochima Firmandhonna, Proses Kreatif Watiek Ideo dalam Menulis Cerita Anak. Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2014. Rumusan penelitian ini adalah: a. Apa alasan dan dorongan Watiek Ideo menulis cerita anak? b. Bagaimana proses kreatif Watiek Ideo sebelum menulis cerita anak? c. Bagaimana proses kreatif Watiek Ideo selama menulis cerita anak? d. Bagaimana proses kreatif Watiek Ideo setelah menulis cerita anak? e. Apa problematik yang dialami Watiek Ideo ketika menulis cerita anak?61 Berdasarkan hasil penelitian, alasan dan dorongan Watiek Ideo dalam menulis cerita anak dibedakan menjadi dua, yaitu alasan dan dorongan dari dalam dan dari luar. Alasan dan dorongan dari dalam antara lain: kegemaran membaca, kegemaran menulis, kesukaan terhadap literasi anak, kegemaran berkhayal, kesukaan terhadap sains, kesukaan terhadap binatang, obsesi masa kecil, terapi jiwa, dan pengalaman pribadi. Alasan dan dorongan dari luar yaitu: termotivasi orang lain, interaksi dengan anak-anak, dan ingin keliling dunia. Proses kreatif Watiek Ideo sebelum menulis cerita anak yaitu: menggali ide, mengumpulkan informasi, dan data-data, mengumpulkan pengalaman, mempersiapkan bahan tulisan,mempertimbangkan pembaca tulisan, dan menjabarkan ide. Proses kreatif Watiek Ideo selama menulis cerita anak yaitu: menulis dengan bebas, fokus pada apa yang ditulis daripada teknik, dan 61
Rochima Firmandhonna, Proses Kreatif Watiek Ideo dalam Menulis Cerita Anak.(Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jurusan Bahasa Indonesia, 2014).
62
mencoba berbagai kemungkinan yang berbeda. Proses kreatif Watiek Ideo setelah menulis cerita anak yaitu: merevisi tulisan, menyempurnakan tulisan, dan memublikasikan tulisan. Problematik yang dialami Watiek Ideo ketika menulis cerita anak ada tiga macam, yaitu problematik sebelum menulis, problematik selama menulis, dan problematik setelah menulis. Problematik sebelum menulis berupa kesulitan mencari ide yang berbeda dan unik, kesulitan memilih ide, dan kesulitan menulis kembali setelah beberapa waktu tidak menulis. Problematik selama menulis cerita anak antara lain: kesulitan menulis ulang/menceritakan kembali karya orang lain, kesulitan mengawali tulisan secara menarik, kesulitan menentukan judul, kesulitan menulis buku nonfiksi, kesulitan membagi/menyediakan waktu untuk menulis, sakit, dan kesulitan menulis beberapa buku dalam satu waktu. Problematik yang dialami setelah menulis adalah ditolak media. 2. Yulianti, tesis berjudul:Struktur dan Proses Kreatif Menulis Cerpen Serta Pemanfaatannya bagi Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VII SMPIT AsSyifa Boarding School Subang. Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis cerpen di kalangan siswa SMPIT As-Syifa Boarding School yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Karena itulah, perlu ada upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis cerpen, pada penelitian inipeneliti menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan proses kreatifmenulis cerpen.
63
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kualitatif deskriptif analitis. Pada penelitian ini disampingmengkaji struktur cerpen juga dianalisis proses kreatif menulis cerpen.Sementara data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil dari bukukumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi dan hasil wawancara denganpara narasumber. Adapun pada tahap pembelajaran data yang diambiladalah cerpen siswa kelas VII SMPIT AsSyifa Boarding School. Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
beberapa
hal
sebagaiberikut: Pertama, berkaitan dengan struktur cerpen. Unsur-unsur pembangun cerpen-cerpen yang menjadi objek penelitian menunjukkan keterpaduan (kohesi dan koherensi) yang baik dan menarik sehingga cerpencerpen tersebut dapat dikategorikan sebagai cerpen yang baik/berkualitas. Kedua, berkaitan dengan proses kreatif menulis cerpen.Proses kreatif yang dilakukan kelima pencerita/siswa yang menjadi objekdalam penelitian ini beragam, tetapi ada benang merah antara penulisyang satu dengan yang lainnya maupun dengan para sastrawan penuliscerpen. Secara garis besar semua pencerita/siswa melakukan empat tahap menulis cerpen, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi atau pengendapan, tahap iluminasi atau pencerahan, dan tahap verifikasi atau pelaksanaan. Ketiga, berkaitan dengan rencana dan penerapan pembelajaran menuliscerpen
berdasarkan
proses
kreatif.
Rancangan
pembelajaran
disusunberdasarkan hasil penelitian terhadap struktur dan proses kreatif
64
menuliscerpen. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada proses kreatifmenulis cerpen hasil penelitian. Adapun hasil analisis terhadap strukturcerpen menjadi bahan/materi yang menunjang pembelajaran. Setelahditerapkan, pembelajaran tersebut menunjukkan hasil yang positif menjadikan siswa terampil menulis cerpen. Sebagian besar cerpen yangditulis siswa memiliki aspek formal cerita yang lengkap. Unsur-unsurcerpen juga sudah lengkap dan sudah padu. Dengan demikian, rancanganpembelajaran pada penelitian ini dapat diterapkan di sekolah karenadidasarkan pada hasil penelitian yang akan menunjang terlaksananyapembelajaran menulis cerpen di sekolah.62 3.
Tangson R. Pangaribuan, Tesis, Kemampuan MenulisTeks Naratif, Studi Korelasi Kecerdasan Emosional dan Kemampuan BerpikirKreatif dengan Kemampuan Menulis Narasi, Medan : ProgramPascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.63 Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan: (1) kecerdasanemosional dan kemampuan menulis narasi; (2) Berpikir kreatif dengan kemampuanmenulis narasi; serta (3) kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan dengan kemampuan menulis narasi.
62
Yulianti, Struktur dan Proses Kreatif Menulis Cerpen Serta Pemanfaatannya bagi Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School, (Subang:Universitas Pendidikan Indonesia: 2015) 63 Tangson R. Pangaribuan, Kemampuan Menulis Teks Naratif : Studi Korelasi Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Menulis Narasi, (Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012)
65
Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ProdiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan. Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik korelasi. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa semester V Prodi Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan. Sampel yang digunakansebanyak 40 mahasiswa yang diambil dengan teknik random sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen tes untuk memperoleh data kecerdasanemosional, berpikir kreatif, dan kemampuan menulis narasi. Data penelitian dianalisis denganteknik analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dimaksudkan untukmenggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang terdiri dari skor terendah, skortertinggi, interval data, mean, modus, median, dan standar deviasi. Analisis inferensialdimaksudkan untuk menguji hipotesis. Analisis inferensial yang digunakan dalam penelitianini adalah analisis korelasi, analisis regresi sederhana, analisis regresi korelasi dan regresijamak, dan analisis korelasi parsial. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan positif antarakecerdasan emosional (X1) dengan kemampuan menulis narasi (Y) dengan kadar hubungan (ry1) sebesar 0.747 dan dengan bentuk persamaan regresi Ŷ = 35.55 + 0.74X1. Koefisiendeterminasi menyatakan hubungan kedua variable ini diperoleh sebesar (ry1)2 = (0,747)2=0,5580 artinya, bahwa 55.80% dari kemampuan menulis narasi
66
mahasiswa dipengaruhi olehkecerdasan emosional; (2) terdapat hubungan positif antara berpikir kreatif dengan kemampuanmenulis narasi (Y) dengan ry2 = 0.707 dan persamaan regresi Ŷ = 57.69 + 0.90X2. Koefisiendeterminasi X2 dengan Y diperoleh sebesar 0,4999 (r2 = 0.4999) artinya, bahwa 49.99%kemampuan menulis narasi mahasiswa dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif; dan (3)terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional (X1) dan berpikir kreatif (X2) secarabersama-sama Y dengan Ry12 = 0.856 dan persamaan regresi sebesar Ŷ = 15.55 + 0.54 X1 +0.60X2. Koefisien determinasi untuk korelasi jamak (R2) diperoleh sebesar 0,7327 yang berartibahwa kemampuan menulis narasi mahasiswa sebanyak 73,27% di antaranya dipengaruhioleh kecerdasan emosional secara bersama-sama dengan berpikir kreatif. Penelitian ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa kemampuan menulis narasi dapatditingkatkan melalui upaya peningkatan variable kecerdasan emosional dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. 4.
Nanik Nurhayati, Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Integrated Reading And Composition Siswa Kelas IV SDN Pakunden Kota Blitar. Rumusanmasalah
penelitian ini adalah bagaimana penerapan dan
penggunaannya model pembelajaran kooperatif integrated reading and composition siswa kelas IV SDN Pakunden Kota Blitar?
67
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan dan penggunaannya model pembelajaran kooperatif integrated reading and composition siswa kelas IV SDN Pakunden Kota Blitar 64 5. Widyanti, Tesis yang berjudul Meningkatkan Ketrampilan Menulis Narasi Melalui Model PAKEM bagi Siswa Kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang. Rumusan masalah penelitian ini bagaimana pelaksanaan dan keberhasilan dalam menulis narasi model PAKEM bagi siswa kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang? Adapun tujuannya untuk mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan dalam menulis narasi model pakem bagi siswa kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas (action Research). 65 6. Siti
Hasanah, tesis yang berjudul Peningkatkan
Kemampuan Menulis
Karangan Narasi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas 3 SDI Arrahman Malang. Rumusan masalah penelitian ini bagaimana penerapan dan teknik pemodelan menulis narasi siswa kelas 3 SDI Arrahman Malang. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan dan teknik pemodelan menulis narasi siswa kelas 3 SDI Arrahman Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus.66
64
Nanik Nurhayati, Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Integrated Reading and Composition Siswa Kelas IV SDN Pakunden Kota Blitar( Tesis PPs UIN Malang Jurusan PGMI, 2010) 65 Widyanti, tesis Meningkatkan Ketrampilan Menulis Narasi Melalui Model PAKEM Bagi Siswa Kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang( Tesis PPs UIN Malang Jur PGMI, 2011) 66 Siti Hasanah, tesis Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas 3 SDI Arrohman Malang, ( Tesis PPs UIN Malang Jurusan PGMI, 2012).
68
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No
1
2
3
Nama Peneliti dan Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Originalitas
Rochima Firmandhonna, Mengetahui Proses Kreatif Watiek proses kreatif Ideo dalam Menulis menulis narasi. Cerita Anak. Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2014.
Perbedaan penelitian ini terletak pada subjeknya yaitu Watiek Ideo.
Subjek penelitian Riski Indriani penulis buku cerita anak yang diterbitkan oleh Dar! Mizan
Yulianti, thesis Struktur Mengetahui dan Proses Kreatif proses kreatif Menulis Cerpen Serta menulis cerpen Pemanfaatannya bagi Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School Subang. Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2015.
Mengetahui unsur pembangun cerpen, proses kreatif menulis cerpen, dan rancangan pembelajaran menulis cerpen
Mengetahui motivasi menulis narasi dan proses menulis narasi
Mengetahui TangsonR. kreatif Pangaribuan, tesis, proses menulis narasi Kemampuan Menulis Teks Naratif : Studi Korelasi Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Menulis Narasi, Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarka n hubungan: (1) kecerdasan emosional dan kemampuan menulis narasi; (2) Berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi; serta (3) kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan dengan kemampuan
Mengetahui motivasi menulis narasi dan proses menulis narasi
69
menulis narasi.
4
5
Nanik Nurhayati, tesis berjudul: Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Integrated Reading and Composition Siswa Kelas IV SDN Pakunden Kota Blitar
Persamaan penelitian terdapat pada temanya tentang menulis narasi
Rumusan masalah penelitian, Obyek dan lokasi penelitian, pendekatan yang digunakan berbentuk penelitian kualitatif.
Mengetahui motivasi menulis narasi dan proses menulis narasi
Widyanti, Tesis yang berjudul Meningkatkan Ketrampilan Menulis Narasi Melalui Model PAKEM bagi Siswa Kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang.( Tesis
Meneliti tentang keberhasilan menulis narasi
Tujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan dalam menulis narasi model pakem bagi siswa kelas V SDN Sukorejo Wetan Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk PTK (Action Research).
Mengetahui motivasi menulis narasi dan proses menulis narasi
PPs UIN Malang Jur PGMI, 2011)
70
6
Siti Hasanah, Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas 3 SDI Arrahman Malang.
Meningkatkan ketrampilan siswa menulis narasi
(Tesis PPs UIN Malang Jurusan PGMI, 2012).
Tujuan untuk mengetahui penerapan dan teknik pemodelan menulis narasi siswa kelas 3 SDI Arrahman Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus
Mengetahui motivasi menulis narasi dan proses menulis narasi
D. Paradigma Penelitian Pendidikan adalah pengaruh lingkungan individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan, pemikiran, sikap, dan tingkah laku. Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan sosialnya.67Oleh karena itu, pendidikan memerlukan upaya yang sengaja, terencana, dan kreatif dalam pelaksanaan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Dalam proses menulis narasi seringkali ditemukan terjadi permasalahan pada tahapan persiapan, seperti siswa sulit menemukan ide, siswa kesulitan mengembangkan ide, siswa tidak memiliki pemahaman mengenai menulis narasi, dan siswa kurang trampil menulis narasi. Demikian juga saat menulis sering kehilangan ide, tak kunjung selesai, dan masih banyak hal yang menyebabkan tulisan tidak dapat diselesaikan. 67
Hera Lestari Mikarsa, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta:UT, 2002), 1.4
71
Dalam proses menulis narasi siswa harus kreatif dalam usahanya menemukan ide, merenungkan, dan menuangkan dalam tulisan. Kreativitas siswa dapat dilihat dari kepribadian, motivasi, proses kreatif, dan produk yang dihasilkan oleh siswa. Kepribadian siswa dilihat dari segi kejujuran, kedisiplinan, rasa ingin tahu, peka terhadap lingkungan, mandiri, dan ketekunan. Motivasi siswa yang muncul dari dalam diri siswa (intrinsik)seperti hobi yang berhubungan dengan minat dan bakat siswa, pendidikan, ekonomi, dan kompetisi. Selain itu juga motivasi ekstrinsik berupa keadaan yang mendorong seseorang untuk menulis baik yang terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Proses kreatif dapat ditinjau dari langkah-langkah menulis narasi mulai dari pramenulis, penulisan, dan pascamenulis. Hasil karya yang dimaksud berupa karya tulis berbentuk narasi.Adapun gambaran umum penelitian ini sesuai diagram berikut: Studi Pendahuluan: Siswa sulit menemukan ide Siswa kesulitan mengembangkan ide. Siswa tidak memiliki pemahaman mengenai menulis narasi Siswa kurang trampil menulis narasi
CERITA (narattion)
KREATIVITAS
Kepribadian Motivasi Proses Produk
LANGKAH-LANGKAH MENULIS Pramenulis Proses menulis pascamenulis
Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Penelitian
72
Penelitian diawali dengan studi pendahuluan pada subjek penelitian. Dari studi pendahuluan ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran. Selanjutnya, dianalisis dan diperoleh temuan tentang hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan siswa menulis narasi. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merencanakan sebuah penelitian, menyusun pedoman wawancara dan observasi untuk mengetahui kreativitas siswa menulis narasi dalamm rangka mencari soluisi untuk mengatasi permasalahan. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan
wawancara, observasi, dan
dokumentasi terhadap subjek penelitian tentang kepribadian siswa, motivasi siswa menulis narasi, proses kreatifmenulis narasi, dan produk (hasil dari penulisan) untuk memperoleh data yang diperlukan. Hasil pengumpulan data tersebut dianalisis untuk melihat kreativitas siswa menulis narasikemudian hasil temuan penelitian tersebut dipaparkan dalam bentuk narasi (sesuai dengan urutan waktu).