BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian terhadap teks Geguritan
Nyepi yang
menganalisis struktur dan amanat tersebut, sepanjang pengetahuan belum pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan struktur dan amanat sudah pernah dilakukan, antara lain :
1. Sutika (1992) dalam skripsinya berjudul: “Geguritan Puyung Sugih, Kajian Penokohan dan Amanat”. Dalam penelitian tersebut, Sutika melakukan kajian terhadap struktur Geguritan Puyung Sugih yang meliputi latar, insiden, alur, tema, dan gaya bahasa. Kemudian menjabarkan secara mendetail mengenai penokohan dan amanat yang terkandung dalam Geguritan Puyung Sugih. Dalam analisis amanat, Sutika membagi amanat itu menjadi dua, yaitu amanat umum dan amanat khusus (amanat tentang kesetiaan, karmaphala, tri kaya parisudha,
kepasrahan
diri,
kekuatan
magik,
dan
amanat
tentang
keserakahan). Tulisan tersebut memberikan inspirasi dalam analisis ini dikarenakan sama-sama menggunakan geguritan sebagai objek penelitian. Selain itu, tulisan Sutika memiliki relevansi dengan analisis yang dilakukan terutama mengenai amanat yang terkandung dalam karya sastra geguritan.
7
Perbedaannya, penelitian terhadap teks Geguritan Nyepi menyertakan struktur bentuknya (kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa), sebab untuk menemukan amanat yang terkandung dalam teks Geguritan Nyepi tidak bisa terlepas dari bentuk karya tersebut. 2. Ni Luh Made Suardhiyani (2011), dalam skripsinya yang berjudul "Geguritan Manusa Yadnya, Analisis Struktur dan Fungsi. Dalam penelitian ini Suardhiyani menggunakan teori struktural yang dikemukakan oleh Teeuw, Hawkes, dan Scholes. Struktur yang diungkap oleh Suardhiyani yaitu struktur bentuk dan struktur naratif. Struktur naratif meliputi upacara, upakara, tema dan amanat sedikit berbeda dengan struktur naratif yang terdapat dalam teks Geguritan Nyepi yaitu, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat. 3. Lestari (2007), dalam penelitiannya berjudul “Geguritan Batur Taskara Analisis Struktur dan Nilai”. Penelitian ini menggunakan teori struktur dan nilai. Analisis strukturnya menjelaskan struktur forma dan struktur naratif. Struktur forma meliputi kode bahasa dan sastra, gaya bahasa dan ragam bahasa, struktur naratifnya meliputi insiden, alur, tokoh/penokohan, latar, tema dan amanat. Analisis nilai menjelaskan tentang nilai (1) Agama yang meliputi nilai etika, filsafat dan upacara, (2) nilai kepemimpinan, (3) nilai manusiawi, dan (4) nilai magis. Digunakannya hasil penelitian tersebut sebagai pembanding, serta memiliki relevansi dengan penelitian ini, karena sama - sama menggunakan objek geguritan, dan penggunaan teori struktural untuk membedah struktur forma dan struktur naratifnya. Hasil penelitian
8
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu media informasi untuk membantu proses penelitian yang dilakukan mengenai struktur
dalam karya sastra
geguritan. 4. Sukada, dkk (1985) dalam penelitiannya yang berjudul : “Amanat Geguritan Purwa Sengara”. Pada penelitian tersebut, Sukada mengungkapkan bahwa amanat yang terkandung dalam Geguritan Purwa Sengara terdiri dari pesan pesan umum, dan pesan - pesan khusus. Adapun pesan - pesan yang dimaksud yaitu jangan mabuk, hormat kepada sang guru, pengendalian diri, kesetiaan, jangan sesumbar, jangan menyinggung perasaan orang lain, sifat dharma, dan yang lainnya. Penelitian yang dilakukan Sukada, memberikan inspirasi terhadap penelitian ini. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Sukada hanya mengungkap unsur amanat saja tanpa mengungkapkan struktur bentuk, maupun unsur yang lain yang membangun Geguritan Purwa Sengara. Sedangkan dalam penelitian ini unsur amanat akan dikaji dalam hubungannya dengan unsur-unsur bentuk yang membangun teks Geguritan Nyepi.
2.2 Konsep Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang hal atau persoalan yang dirumuskan. Definisi istilah atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide-ide, hal-hal dan kata-kata benda maupun gejala sosial yang digunakan (Mardalis, 1989 : 45-46). Dalam penelitian ini mengenai teks Geguritan Nyepi akan memakai konsep struktur.
9
2.2.1 Konsep Struktur Secara etimologis struktur berasal dari kata structura, bahasa Latin, yang berarti bentuk atau bangunan (Ratna, 2004: 88). Karya sastra sebagai sebuah struktur merupakan sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur, satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan disusun dengan pola-pola tertentu, berdasarkan konvensi yang mengikatnya. Struktur yang membangun teks Geguritan Nyepi meliputi struktur formal dan struktur naratif. 1. Struktur Formal Istilah formal yang dikemukakan oleh Ratna yang menyebutkan bahwa secara etimologis formal berasal dari bahasa latin, yaitu forma berarti bentuk atau wujud, dan berkaitan dengan pemakaian istilah tersebut maka penelitian ini menggunakan istilah "bentuk". Pengertian bentuk yang sesuai dengan geguritan , termasuk teks Geguritan Nyepi, adalah sistem atau susunan (2004 : 49). Tiap-tiap karya sastra khususnya karya sastra Bali tradisional memiliki bentuk yang berbeda-beda karena diikat oleh konvensi yang berbeda pula. Cara membedah sebuah karya sastra yakni melalui bentuk atau konvensi yang mengikatnya dan melalui isi dari karya sastra yang bersangkutan. Maka dalam hal ini, erat kaitannya dengan susunan pembungkus karya sastra geguritan yang dibentuk oleh pupuh-pupuh di dalamnya dengan konvensi tertentu untuk memenuhi padalingsa, bentuk mencakup kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah geguritan . Kode bahasa dan sastra merupakan sebuah metrum suatu karya sastra yang dalam hal ini geguritan dengan padalingsanya. Padalingsa sebagai sebuah pola
10
persajakan atau konvensi, merupakan suatu institusi yang mengikat konstruksi suatu geguritan, yang dapat dipahami melalui pemahaman masyarakat (sastra) pendukungnya. Institusi tersebut sebenarnya berfungsi sebagai konvensi suatu karya sastra, yang dalam hal ini adalah geguritan dengan padalingsa (Agastia, 1980 : 17). Gaya bahasa menurut pendapat Abrams adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 276). Sedangkan ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian dan penggunaannya. Ragam bahasa merupakan model penggunaan bahasa dalam teks (Jendra, 1991 : 49). 2. Struktur Naratif Menurut Luxemburg (1984 : 119) teks naratif ialah semua teks yang tidak bersifat dialog dan yang isinya merupakan suatu kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa. Yang termasuk jenis teks naratif tidak hanya sastra, melainkan juga setiap bentuk warta berita, laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara, sas-sus, dan sebagainya. Pada umumnya, struktur naratif sering diidentifikasikan dengan adanya unsur-unsur fiksi seperti insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat, tetapi sesungguhnya unsur-unsur yang menggerakkan isi cerita karya geguritan itulah yang disebut struktur naratif.
2.2.2
Konsep Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karyanya. Menurut Sudjiman (1988: 57) dari sebuah karya 11
sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat.
2.3 Landasan Teori Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah tentu harus dilandasi dengan teori tertentu. Teori adalah alat, yang melaluinya suatu penelitian dapat dilakukan secara lebih maksimal (Ratna, 2004: 6). Dalam analisis struktur dan amanat dari teks Geguritan Nyepi menggunakan teori struktural. Dalam ilmu sastra pengertian struktural sudah dipergunakan dengan berbagai cara, yang dimaksudkan dengan istilah struktur ialah kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Kaitan-kaitan tersebut diadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya
(Luxemburg, 1984 : 36). Lebih lanjut
Luxemburg (1984 : 116) menjelaskan bahwa pada umumnya, struktur naratif sering diidentifikasikan dengan adanya unsur-unsur fiksi seperti insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat, tetapi sesungguhnya unsur-unsur yang menggerakkan isi cerita karya geguritan
itulah yang disebut struktur
naratif. Menurut Sukada (1987 : 33) strukturalisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan (termasuk sastra) ke dalam suatu kemasyarakatan, atau "sistem makna", yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tentu dalam antar hubungan. Wellek dan Warren (1990 : 159) memberi batasan bahwa struktur dimasukkan ke dalam bentuk dan isi yang membangun estetik dari suatu karya sastra. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa struktur dari
12
karya sastra terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk merupakan unsur-unsur yang dipakai oleh pengarang dalam menulis/membangun karya sastra, sedangkan isi merupakan gagasan yang diekspresikan oleh pengarang dalam karya sastranya. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984 : 135). Dari kerangka acuan teori mengenai struktur yang tertuang dari pikiranpikiran para ahli sastra sebagaimana dikutip di atas sesungguhnya saling melengkapi. Sehubungan dengan itu dari pemikiran-pemikiran mereka akan diperhatikan agar penelitian teks Geguritan Nyepi ini dapat terlaksana dengan baik, jadi telaah struktur dalam kajian ini akan mengikuti pendapat Luxemburg dan Teeuw. Dengan demikian, dalam penelitian terhadap teks Geguritan Nyepi dengan teori struktural dapat menguraikan unsur-unsur yang membangun teks tersebut, meliputi struktur, dilanjutkan dengan mengungkapkan amanat yang terkandung dalam teks Geguritan Nyepi. Penggunaan teori struktural juga didukung pandangan Granoka (1981), mengenai analisis aspek paletan tembang yang termuat dalam makalahnya yang berjudul “dasar-dasar analisis aspek bentuk sastra paletan tembang”. Setelah melalui tahapan analisis struktur, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap amanat teks Geguritan Nyepi. Amanat merupakan barang sesuatu yang dipercayakan; dititipkan; pada orang lain; pesan; perintah (dari atas);
13
keterangan (dari pemerintah); wejangan (dari orang yang terkemuka); ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yang disampaikan pembaca untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; sas gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar (Budiono, 2005: 35). Menurut Sudjiman (1988: 57) Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan melalui karyanya. Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat. Dari semua rteori yang telah dipaparkan di atas memiliki keterkaitan dan menunjang penelitian ini, sehingga nantinya penelitian yang dilakukan lebih mudah dengan digunakannya teori sebagai acuan dalam me nganalisis karya sastra, terutama karya sastra teks Geguritan Nyepi.
14
sebuah