BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pemberitaan konflik Israel dan Palestina sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti dengan variasi judul penelitian yang berbeda. Sejumlah penelitian tersebut antara lain: 1. Indra Gandi Lestari dengan judul Konstruksi Media Cetak Atas Berita Perang Antara Israel dan Hamas (Analisis Framing Pada Harian Kompas edisi 30 Desember 2008 – 18 Januari 2009). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Pan dan Konsicki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kompas cenderung membingkai Hamas sebagai penyebab terjadinya perang di Jalur Gaza. Sedangkan Israel dibingkai oleh Kompas sebagai sebuah negara yang menyerang Jalur Gaza dengan tujuan untuk kembali menjaga perdamaian di Israel Selatan namun banyaknya jumlah korban tewas (terutama warga sipil) akibat penyerangan yang dilakukan oleh Israel dibingkai Kompas sebagai fakta yang sangat disesalkan dan tidak disetujui oleh media ini. Kompas memframe tindakan Israel di atas sebagai sebuah tindakan yang tercela dan tidak dapat dibenarkan sama sekali. Kompas juga membingkai perang sengit (kekerasan) yang terus terjadi antara Israel dan Hamas pada akhirnya hanya akan membawa jumlah korban jiwa yang semakin banyak khususnya dari kalangan warga sipil. Dalam pandangan Kompas solusi terbaik dalam penyelesaikan konflik di Palestina adalah 9
10
dengan jalan damai yaitu mengupayakan gencatan senjata. Sehingga pada akhirnya masyarakat dapat hidup dengan tenang dan damai. 1 2. Rahmi Surya Dewi dengan judul Pemberitaan Israel dan Palestina di Media Massa Analisis Framing Berita Tentang Penyerangan Israel Ke Jalur Gaza Palestina di Harian Republika dan Kompas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Robert N.Entman. Adapun hasil penelitiannya berkaitan dengan serangan Israel ke jalur Gaza Palestina, Republika memandang sebagai sebuah kejahatan perang yang dilakukan Israel, bahkan dalam salah satu penerbitannya menyebutkan Israel menggunakan Gaza sebagai tempat uji coba senjata baru mematikan yang mereka miliki. Sedangkan harian Kompas tidak terlalu banyak memuat berita ini di halaman depan, foto-foto yang ditampilkan pun lebih banyak pada saat telah meredanya peperangan. Ini sangat kontras bila dibandingkan dengan Republika. Kompas memandang tindakan Israel sebagai balasan terhadap roket-roket yang diluncurkan oleh pejuang Palestina ke Israel. 2 3. M.Zaim Nugroho dengan judul Analisis Framing Agresi Militer Israel di Jalur Gaza pada Harian Kompas dan Republika. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Pan dan Konsicki. Adapun hasil penelitian 1
Indra Gandi Lestari, Konstruksi Media Cetak Atas Berita Perang Antara Israel dan Hamas (Analisis Framing Pada Harian Kompas edisi 30 Desember 2008 – 18 Januari 2009), , Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2009, t.d. 2
Rahmi Surya Dewi, Pemberitaan Israel Dan Palestina Di Media Massa Analisis Framing Berita Tentang Penyerangan Israel Ke Jalur Gaza Palestina Di Harian Republika dan Kompas, Universitas Andalas, 2009, t.d.
11
menjelaskan Kompas lebih halus dan samar-samar dalam menampilkan wacana agresi militer Israel di Jalur Gaza serta juga menyalahkan pihak Hamas dalam pemberitaannya. Sedangkan Republika, terlihat lebih menonjolkan sisi kekejaman tentara Israel serta membela Hamas dalam kontruksi wacananya.3 4. Nia Kurniati, dengan judul Perbandingan Sintaksis Pemberitaan Tentang Konflik Palestina Israel di Surat Kabar Kompas dan Republika (2 Januari – 3 Februari 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Pan dan Konsicki. Adapun hasil penelitian menjelaskan Kompas secara implisit berusaha menampilkan pemberitaan yang berkecenderungan mengarah pada Israel dan mengupayakan damai, namun ada penolakan oleh kelompok Hamas yang terkenal tidak kompromi terhadap Israel. Sedangkan frame Republika memaknainya sebagai masalah Israel yang ingin menghabisi Palestina dengan bermacam cara dan alasan. Republika secara implisit lebih berpihak kepada Hamas atau lebih menekankan pro Hamas.4 5. Muhammad Zein Abdullah dengan judul Kontruksi Realitas Media (Studi Critical Discourse Analysis) Pada Harian Kompas dan Republika tentang Pemberitaan Agresi Militer Israel di Jalur Gaza Palestina). Metode yang digunakan adalah analisis wacana kritis. Adapun hasil penelitian 3
M.Zain Nugroho, Analisis Framing Agresi Militer Israel di Jalur Gaza Pada Harian Kompas dan Republika, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009, t.d. 4
Nia Kurniati, Perbandingan Sintaksis Pemberitaan Tentang Konflik Palestina Israel di Surat Kabar Kompas dan Republika (2 Januari – 3Februari 2009), Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010, t.d.
12
menunjukkan bahwa; Pertama, realitas di balik teks jika ditinjau dari paradigma kritis serta kerangka analisis CDA (wacana kritis) terdapat “realitas
kesejarahan,
ideologi,
politik
dan
ekonomi-pasar”
yang
berpengaruh atas pengonstruksian konflik Israel-Palestina, begitupun pada level interpretasi dan eksplanasi. Kedua, Tipologi pengonstruksian terbatas pada penyajian dari sudut pandang ideologi dan pemberian label-label tertentu yang mengarah pada pembentukan citra (image). Proses labeling dilakukan melalui cara penyajian dan pemakaian simbol konflik. Ketiga, Motif (Orientasi) di balik konstruksi realitas harian Kompas dan Republika menyimpan motif yang berbeda-beda. Keempat, Faktor Internal dan Eksternal yang
berpengaruh pada
proses pengonstruksian tentang
pemberitaan agresi Militer Israel di Jalur Gaza. 5 6. Achmad Herman dan Jimmy Nurdiansa dengan judul Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel – Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng.6 Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan analisis Framing. Perangkat framing yang digunakan adalah model Robert N.Entman. Adapun hasil penelitiannya adalah: pertama, cara menyajikan pemberitaan konflik yang terjadi antara Israel – Palestina hardnews, opini dan feature. Kompas cenderung tidak memberikan pernyataan yang meringankan posisi Palestina, begitu pun sebaliknya, kedua, secara garis 5
Muhammad Zein Abdullah, Kontruksi Realitas Media (studi Critical Discourse Analysis Pada Harian Kompas dan Republika tentang Pemberitaan Agresi Militer Israel Di Jalur Gaza Palestina), Jurnal Penelitian Komunikasi, vol.13, No.1, Mei 2010, h. 21. 6
Achmad Herman dan Jimmy Nurdiansa, Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel – Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng, Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 8, No. 2, Mei – Agustus, h. 166 – 167.
13
besar penyebab masalah yang dibingkai oleh harian Kompas lebih dominan ke pihak Palestina, sementara harian Radar Sulteng lebih dominan menjadikan Israel sebagai penyebab masalah. Ketiga, pada penilaian sikap – sikap moral yang dijatuhkan kepada pihak Israel atau Palestina. Kompas cenderung memberikan dalih moral bahwa apa yang dilakukan oleh Israel adalah sesuatu yang memang terpaksa dilakukan karena pihak Palestina yang memulai konflik. Sebaliknya, Radar Sulteng memfokuskan pada kesalahan – kesalahan Israel yang dianggap sebagai penyebab awal dari semua masalah ini dan menjadikan Palestina sebagai korbannya, sehingga Israel selalu dijelekkan. Keempat, harian Kompas melihat peristiwa ini dalam perspektif yang lebih luas yakni skala nasional, sedangkan Radar Sulteng melihatnya dalam perspektif yang lebih sempit yakni skala lokal. Dari beberapa penelitian di atas dan sejumlah karya yang sudah ditulis oleh peneliti-peneliti sebelumnya, belum ada satu pun penelitian tentang Konflik Antara Israel dan Palestina (Analisis Framing Pemberitaan Pada Harian Republika dan Kompas Edisi 12 November – 9 Desember 2012). Walaupun penelitian ini memiliki kesamaan dari segi pendekatan penelitian tetapi penelitian ini memiliki perbedaan dari segi edisi yang diambil sebagai objek penelitian sehingga dapat menambah literatur penelitian terhadap studi yang terkait lainnya.
14
B. Deskripsi Teoritik. 1. Media Cetak Media cetak merupakan alat (sarana) media massa yang dicetak7 dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar dan majalah. 8 Pada tataran komunikasi massa, surat kabar dan majalah adalah cetak, radio bersifat visual, sedangkan televisi dan film bersifat audio-visual. Keunggulan utama media cetak adalah kemampuannya menguasai waktu, dalam pengertian termasa dibandingkan media audio dan audio visual. Dikatakan menguasai waktu dalam pengertian termasa. Karena kita dapat membaca pesan yang ada di media cetak
berapa kali pun kita kehendaki, sementara tidak
demikian dengan media elektronik, sehingga media cetak dikatakan lebih termasa dibandingkan dengan media elektronik.9 Adapun jenis media cetak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:10 a) Surat kabar, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan. Surat kabar pada umumnya terbit harian, sekalipun ada juga surat kabar mingguan, dari segi lingkupnya ada surat kabar lokal ada surat kabar nasional.
7
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan: Ghalia Indonesia, 2010, h.27.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h.725. 9
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia,
2004, h.104. 10
Syarifudin Yunus, Jurnalistik...,h.29.
15
b) Tabloid, yaitu media yang berisikin informasi aktual maupun penunjang bagi bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Tabloid pada umumnya terbit mingguan, format tabloid pun relatif berbeda - beda.11 c) Majalah, yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan peristiwa) secara mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama. Majalah dapat terbit mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan triwulanan. Dominick mengklasifikasikan majalah ke dalam lima kategori utama yaitu: majalah umum, majalah khusus, majalah bisnis, kritik sastra dan majalah ilmiah, dan majalah humas.12 2. Konflik Israel dan Palestina a) Pengertian Konflik Menurut kamus besar bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertengkaran, pertentangan antara dua kekuatan,dan sebagainya.13 Dimaksud konflik di sini adalah situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain. Pada umumnya masyarakat memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan.
11
Tabloid yang kini beredar lebih banyak mengacu pada penyajian informasi yang bersifat segmented, berorientasi pada bidang profesi atau gaya hidup tertentu, seperti ekonomi, keuangan, tenaga kerja, peluang usaha, kesehatan, ibu dan anak, dan sebagainya. Lihat buku Jurnalistik Terapan, h.29. 12
Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009, h.115. 13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar …, h.587.
16
Konflik dianggap sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah.14 Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian konflik dapat diterjemahkan sebagai sebagai benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. 15 Berikut ini beberapa pengertian konflik oleh beberapa ahli: Dr. Robert M.Z. Lawang, menurutnya konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya. Drs. Ariyono Suyono, menurutnya pengertian konflik adalah proses atau keadaan dimana ada 2 pihak yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah proses sosial dimana orang atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain yang disertai ancaman dan kekerasan.16 Dapat
disimpulkan
bahwa
konflik
merupakan
suatu
pertentangan, perbedaan sikap/ pemikiran/ tujuan maupun perbedaaanperbedaan lainnya yang menyebabkan antara dua belah pihak atau lebih ingin menggapai keinginan dengan menentang penghalang tersebut.
14
Kanisius, Komunikasi Antarpribadi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1995,h.94. 15
Elly M.Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Toeri, Aplikasi, dan pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h.347. 16
Ibid.
17
b) Akibat Konflik Konflik merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan kelompok masyarakat terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau suamiistri. Akibat dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :17 1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain. 2) Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. 3) Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan lain-lain. 4) Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. 5) Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Konflik antara Israel dan Palestina sebenarnya sudah lama terjadi yang hingga sampai saat ini masih belum ditemui titik perdamaian antara kedua belah pihak. Konflik tersebut mengundang pro dan kontra di berbagai penjuru dunia. Pada tanggal 10-11 Maret 2012, Israel 17
Ibid, h.377.
18
meluncurkan serangkaian serangan udara ke wilayah Palestina dekat kamp pengungsi Jabaliya, Gaza Utara. Serangan itu menewaskan 36 orang Palestina dan melukai 30 lainnya. Kemudian tanggal 11 November 2012, Israel berniat meningkatkan aksi militernya di Jalur Gaza setelah menewaskan 6 warga Palestina di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas. Tindakan tersebut sebagai balasan penembakan terhadap sebuah jip Israel di dekat pelintasan yang menyebabkan 4 tentara Israel terluka. Pada 14 November 2012, Serangan militer Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina dan melukai 140 orang, serta menewaskan pemimpin militer Hamas, Ahmed Jabaari. 15 November 2012, 3 warga Palestina tewas terkena serangan Israel dan 3 warga Israel tewas terkena roket Hamas. 18 3. Berita a. Pengertian Berita Berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian yang diangkat.19 Pada umumnya dalam ilmu komunikasi yang disebut “berita” ialah apabila suatu dilaporkan oleh suatu media. Dalam hal ini, berita adalah informasi yang penting dan menarik perhatian orang banyak.
18
“Konflik Israel dan Palestina Sejak 2011”, Kompas, Nomor 138 Tahun ke-XIVVIII, Sabtu 17 November 2012. 19 Astrid S.Susanto Sunario, Globalisasi dan Komunikasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995, h.159.
19
Dari segi etimologis, berita berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “vrit” atau “vritta” yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Persamaan dalam bahasa Inggris dimaknakan dengan “write” yang berarti menulis.. lidah orang Indonesia menyebutnya “berita”.20 Ada banyak pengetian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan penyajiannya,
akses
pemeroleh
informasi,
dan
aktualitas
isi, 21
diantaranya adalah: Paulo de Massener: (here’s the news: unesco Associate) berita adalah suatu informasi penting yang menarik perhatian dan minat khalayak. Mochtar Lubis (pers dan wartawan): berita adalah apa saja yang ingin diketahui oleh pembaca, apa saja yang terjadi dan menarik perhatian orang, apa saja yang menjadi buah percakapan orang; semakin menjadi buah tutur orang banyak, semakin besar nilai beritanya, asalkan tidak melanggar ketertiban perasaan dan undang-undang penghinaan. William Maulsby (getting the news): berita adalah penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menyiarkan berita. M.Assegaf: berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih staf redaksi suatu berita untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya luar biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan.22 Mengacu pada definisi-definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berita merupakan laporan informasi penting yang baru atau telah terjadi dan menarik perhatian publik. Dengan demikian, unsurunsur yang melekat dalam berita memiliki sifat yang informatif, layak
20
Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, h.75. 21
Syarifudin Yunus, Jurnalistik, h.45-46.
22
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h.75-76.
20
dipublikasikan, dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan opini wartawan. b. Klafisifikasi Berita Berita dapat diklafikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan isi materinya: berita berat (hardnews), berita sedang (middle range news) dan berita ringan (softnews). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup.23 Berdasarkan sifatnya berita terbagi atas berita diduga dan berita tak terduga. Berita diduga adalah peristiwa direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya. Seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. Proses penanganan berita sifatnya diduga disebut making news.24 Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita (news engineering). Proses penciptaan atau rekayasa berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi, diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pimpinan redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam prosedur manajemen peliputan yang baku, jelas terstruktur, dan terukur. Orang yang meliputnya dinamakan sebagai reporter atau pelapor.25 Adapun berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api tabrakan, 23
Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi, Ideology, dan Politik Media, Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2012.h.127-130 24 AS Haris Sumardiria, Jurnalistik Indoonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis professional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h.66. 25
Ibid.
21
gedung sekolah terbakar, kapal tenggelam, pesawat jatuh. Proses penanganan berita yang sifatnya tiba-tiba itu, disebut hunting news.26 c. Kriteria Nilai Berita Untuk membuat atau mendapatkan berita yang baik, maka diperlukan kriteria nilai berita (news value). Nilai berita menjadi acuan bagi para jurnalis/wartawan/reporter, bahkan editor untuk memutuskan fakta yang lebih pantas menjadi berita, dalam memilih kenyataan berita. Brian S.Brook menyebutkan, kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan adalah: 27 1) Keluarbiasaan (unusualness): kejadian yang tidak lazim atau sesuatu yang aneh akan menjadi daya tarik kuat untuk dibaca.28 Menurut Lord Morthhliffe, apabila orang digigit anjing itu bukanlah berita, tetapi jika orang menggigit anjing itu merupakan yang luar biasa. 29 2) Kebaruan (newsnes): berita adalah semua yang terbaru. Contoh: presiden baru, mobil baru, dan sebagainya. Pokoknya apa yang bersifat baru dapat dijadikan berita. 3) Akibat (impact): berita adalah hal yang berdampak luas. Contoh: kenaikan BBM, kebocoran anggaran negara.
26
Ibid.
27
Ibid., h.51.
28 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h.64. 29
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h.80.
22
4) Aktual (timeless): berita yang sedang atau baru terjadi, aktualitas waktu dan masalah. Contoh:
pelaku korupsi, penggelapan uang
dengan nilai kerugian. 5) Kedekatan (proximity): berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis dan geografis. 6) Informasi (information): berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Contoh: berita seputar kota, seputar kampus, seputar selebritis dan lain sebagainya. 7) Konflik (conflict): berita yang banyak menarik perhatian orang pada umumnya adalah berita tentang peperangan, arena tinju, pertikaian dua kelompok, perselisihan, dan lain sebagainya. 30 Peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan senantiasa menarik perhatian membaca dan merupakan sumber berita yang tidak pernah kering. 31 Karenanya berita akan terus bergulir selagi masih adanya konflik. Selama konflik belum terselesaikan, maka selama itu pula berita tetap diperlukan.32 8) Orang penting (publik Figure, newsmaker): berita adalah tentang orang-orang penting. Contoh: kisah selingkuh anggota dewan, dan sebagainya.
30
Kustadi Sutandang, Manajemen Pres Dakwah: Dari Perencanaan Hingga Pengawasan, Bandung: Penerbit Marja, 2007, h.185. 31
Paryati Sudarman, Menulis di Media…,h. 65.
32
Ibid.,h.85
.
23
9) Kejutan (surpising): berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba alias tanpa sengaja, di luar dugaan, saat sebelumnya hampir tidak mungkin terjadi. Contoh: anak perkosa ibu kandung, 10) Ketertarikan manusia (human interest): berita adalah hal yang menggetarkan hati, menggugah perasaan, mengusik jiwa. Lebih cenderung emosional daripada rasional. Informasi seperti ini memiliki daya tarik yang utama dal hal perasaan cinta, belas kasihan, takut, simpati, cemburu, pengorbanan dan lain sebagainya. 33 Contoh: kisah pembantu dianiaya majikan, kisah sedih buruh bangunan. 11) Seks (sex): selama peradaban manusia segala sesuatu yang berkaitan dengan seks digemari khalayak. Seks merupakan kebutuhan dasar dan sudah menjadi kodratnya manusia menyukai tentang hal itu.34 Ini mendorong kepada media massa untuk dapat menyajikan produk jurnalistik yang bersifat mendidik dan romantis secara sehat, di samping menunjukkan hal berbahaya dari penyalahgunaannya. 35 Contoh: berita perkosaan, hamil di luar nikah dan sebagainya. 36 4. Berita Sebagai Kontruksi Realitas Sosial Oleh Media Para sarjana komunikasi telah lama menyadari bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mengembangkan berbagai isu publik.
33
Kustadi Sutandang, Manajemen Pres Dakwah …,h.185
34
Ibid.,h. 87.
35
Ibid., h.184
36
Paryati Sudarman, Menulis di Media…, h. 87.
24
Donald Shaw dan Maxwell McCombs menyatakan: “bukti-bukti telah menumpuk bahwa para editor media cetak dan para pengelola media penyiaran memainkan peran penting dalam membentuk realitas sosial ketika mereka memilih dan membuat berita.”37 Ini menegaskan, media pada prinsipnya memiliki fungsi agenda setting yaitu kemampuan untuk mengorganisir dan memainkan peran penting dalam membentuk realitas sosial. Di dalam sebuah berita tentulah mengandung pesan yang dibangun dan dibentuk oleh media massa untuk tujuan tertentu. Ada motif dibalik pesan yang ditampilkan untuk ditanamkan di dalam benak pembaca surat kabar.38 Dengan kata lain tidak hanya menyampaikan berita secara aktual dan faktual saja tetapi lebih dari itu, mereka mencoba membangun suatu nilai dalam benak pikiran pembacanya. Menanam nilai tersebut akan berhasil apabila berita yang disampaikan dapat dikemas dengan baik dan dapat difahami dengan mudah oleh khalayak. Sebagai manusia biasa untuk tidak membingkai pesan sebuah berita sangatlah sulit dihindari bagi seorang jurnalis. Karena sebuah berita tentulah akan dikemas berlandaskan perspektif, latar belakang dirinya dan sesuai dengan apa yang difahaminya kemudian ditulis dalam sebuah berita.
37
Morissan dkk, Teori Komunikasi Massa, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010,
h. 90-91. 38
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, h.85.
25
Maka dari itu berita adalah fakta-fakta yang sudah diolah oleh seorang wartawan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain intervensi dari presepsi dirinya sendiri sebuah berita juga ada intervensi dari pihak-pihak luar yang akan ikut berpartisipasi dalam menentukan atau pemilihan sebuah berita sehingga menjadi kontruksi realitas. Maka bisa dikatakan bahwa berita itu merupakan realitas yang sudah diseleksi menurut pertimbangan-pertimbangan redaksi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh teori agenda setting, “apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.”39 5. Analisis Framing a. Pengertian Framing
secara
sederhana
adalah
membingkai
sebuah
peristiwa. Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian yang dilakukan oleh media. Pembingkaian itu merupakan sebuah proses kontruksi, yang berarti realitas dimaknai dan direkontruksi dengan cara dan makna tertentu.40 Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Bagaimana wartawan mengkontruksi peristiwa dan
39
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Sebuah Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009, h.77. 40
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h.256.
26
menyajikannya kepada kalayak pembaca. 41 Konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi–informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Dengan kata lain framing di gunakan untuk mengetahui bagaimana cara pandang wartawan dalam menyeleksi isu dan menulis berita. 42 b. Model-Model Analisis Framing Analisis framing memiliki bermacam-macam model, antara lain; Muray Edelman, Robert N.Entman, Wiliam A.Gamson serta Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. 1) Murray Edelman Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi. Kategorisasi dalam mendefinisikan peristiwa tersebut menentukan bagaiamana masalah didefinisikan, apa efek yang direncanakan, ruang lingkup masalah, dan penyelesaian efektif yang direkomendasikan.43
41
Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi, Ideology, dan Politik Media, Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2012.h.11. 42 43
Ibid.,
Ibid., h. 186.
27
Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi. Kategori tersebut bukan hanya persoalan teknis saja tetapi juga mengarahkan hendak kemana peristiwa dijelaskan dan disarankan pada kategori yang dimaksud. Dalam praktik pemberitaan media misalnya, kategorisasi atau suatu peristiwa umumnya ditindaklanjuti dengan mengarahkan pada kategori yang dimaksud. Ini berarti kutipan yang diambil, nara sumber yang diwawancarai, pertanyaan yang diajukan, dan bagian mana yang dibuang, semua diarahkan pada kategori yang dibuat.44 Rubrikasi. Merupakan aspek penting dalam pemberitaan rubrikasi; bagaimana suatu peristiwa dikategorikan dalam rubrikrubrik tertentu. Peristiwa dengan klafikasi tertentu tidak dengan klafikasi yang lainnya. Rubrikasi ini menentukan bagaimana peristiwa harus dijelaskan. Karena itu menurut Edelman, klafikasi menentukan dan memengaruhi emosi khalayak ketika memandang atau melihat peristiwa. Lewat kategorisasi, masalah didefinisikan, dan apa yang harus dilakukan ditekankan kepada khalayak.45 Kategorisasi pada dasarnya adalah upaya mengklafikasikan dan menyederhanakan realitas yang kompleks menjadi sederhanaa dan dapat dipahami dengan mudah. Dalam pandangan Edelman,
44
Ibid., h.188.
45
Ibid.,h.193-195.
28
kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Kategorisasi tersebut bukanlah realitas sebenarnya melainkan representasi dari realitas. 46 2) Robert N.Entman Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan aspek-aspek tertentu dari realitas (isu). 47 Seleksi isu berkaitan pemilihan fakta. Dalam hal ini tidak semua aspek ditampilkan, melainkan ada juga sebagian yang tidak ditampilkan. Wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. 48 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaiman prespektif atau cara pandang wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut pada akirnya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.49 Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka piker tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. 50 Penekanan aspek tertentu pada fakta berkaitan dengan penulisan berita.51 Hal ini berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat,
46
Ibid., h.196-198.
47
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…, h.257.
48
Erianto, Analisis Framing, h.222.
49
50
51
Ibid., h.221. Ibid, h. 222. Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h.257.
29
gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. 52 Etnman merumuskan model framingnya sebagai berikut: a) Definisi masalah (define problems) b) Memperkirakan sumber masalah (diagnose causes) c) Membuat keputusan moral (make moral juggement) d) Menekankan penyelesaian (treatment recommendation/ suggest remedies).53 3) William A.Gamson Model ini didasarkan pada pendekatan kontruksionis yang melihat representasi media terdiri atas package. Cara pandang wartawan dalam mengemas berita disebut Gamson sebagai kemasan atau package.54 Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu: core frame dan condensing symbols. Core frame Merupakan pusat organisasi
elemen-elemen
ide
yang
membantu
komunikator
menunjukkan substansi isu yang dibicarakan. Condensing symbol memiliki dua struktur framing devices dan reasoning devices. Framing Devices mencakup methapore, exemplar, cathcpharses, deceptions dan visual image yang menekankan pada bagaimana “melihat” aspek suatu isu atau berita. Sedangkan Reasoning Devices menekankan
52
Erianto, Analisis Framing, h.222.
53
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…h.257-258.
54
Ibid., h. 259.
30
aspek pembenaran terhadap cara “melihat” isu, yakni roots dan appeals to principle.55 4) Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki Model ini berasumsi bahwa berita mempunyai pusat yang berfungsi
sebagai
pusat
dari
organisasi
media.
Model
ini
menghubungkan setiap elemen yang berbeda dalam teks berita ke dalam teks secara keseluruhan. 56 Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seorang memproses informasi dalam dirinya.57 Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan yaitu wartawan, sumber, dan khalayak. 58 Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mepunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki memiliki empat struktur besar; yaitu unsur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. 55
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi…h.259-261.
56
Eriyanto, Analisis framing…h. 293.
57
Ibid., h.291.
58
Ibid., h.292.
31
Kecenderungan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut.59
59
Ibid., h.293.