BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut. Penelitian
yang
berjudul
kemampuan
siswa
menulis
paragraf
argumentasi siswa di SMA Negeri 3 Gorontalo oleh Mahadin (2009). Dalam penelitian ini, permasalahan yang diteliti kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi di SMA Negeri 3 Gorontalo. peneliti lebih menonjolkan kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi dengan fokus kajiannya adalah kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 3 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hasil penelitian kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi di SMA Negeri 3 Gorontalo, siswa yang mendapat kategori baik sekali berjumlah 2 orang (6,25%), siswa memperoleh skor (15,625%) berjumlah 5 orang (baik), dan siswa yang memperoleh skor (78,125%) berjumlah 25 orang dan termasuk pada kategori cukup. Persamaan penelitian di atas dilihat dari materi, objek, metode, dan sasaran. Penelitian ini mengkaji tentang kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa tulis yang akan berfungsi sebagai media tulisan yaitu, kosa kata, diksi, struktur
6
kalimat, paragraf, ejaan dan sebagainya. Penelitian ini untuk meningkatkan mutu pendidikan, lebih khusunya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Perbedaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Kemampuan menyusun karangan argumentasi oleh siswa kelas XI SMK Negeri 4 Gorontalo, pada penelitian ini membahas tentang bagaimana siswa menentukan topik karangan argumentasi, kerangka karangan, dan siswa mampu menyusun karangan argumentasi. Kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi oleh siswa SMA Negeri 3 Gorontalo. Kemampuan menulis paragraf argumentasi adalah kemampuan menyusun konsep, gagasan atau pemikiran yang memenuhi syarat paragraf dan memberikan alasan dengan contoh-contoh dan bukti-bukti yang kuat serta meyakinkan sehingga orang akan terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap dan meyakinkan kita, akhirnya orang lain akan berbuat sesuai dengan kehendak itu.
2.2 Kajian teori 2.2.1 Hakikat Karangan Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat di baca dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992: 17). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain (Syafie’ie, 1988:78). Selanjutnya, menurut Gie (1992: 17), menulis atau mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
7
seseorang dala mengungkapkan gagasan atau menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk di pahami. Semua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang
tersebutlah
pembaca
dapat
memahami
apa
yang
dikomunikasikan penulis. Dalam proses karang mengarang diperlukan bahasa tulis sebagai medium untuk mengangkut gagasan atau pikiran seseorang kepada pihak pembaca. Setiap butir ide perlu dilekatkan pada suatukata, kata-kata dirangkai menjadi ungkapan atau frasa, beberapa frasa digabung menjadi anak kalimat , serangkaian anak kalimat menjadi alinea, dan alinea-alinea akhirnya mewujudkan sebuah karangan (Gie, 1992: 20). Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
8
Jadi, sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kegiatan menulis, yaitu (1) penguasaan bahasa tulis yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya. Bahasa merupakan sarana komunikasi. Penulis harus menguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Jika dia menulis dalam bahasa Indonesia, dia harus menguasai bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya dengan baik dan benar. Menguasai bahasa Indonesia berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia, serta mengetahui dan dapat menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. Ia juga harus mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (Syafie’ie, 1988:46). Mengacu pada pendapat di atas, menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan dari bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi sedemikian rupa, sehingga terjadi suatu kegiatan komunikasi tidak langsung antara penulis dan pembaca. Seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis, jika tujuan penulisannya sama dengan yang dipahami oleh pembaca.
9
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Mengarang Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan. Menurut Syafie’ie (1988:51-52),
tujuan
penulisan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Mengubah keyakinan pembaca, 2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, 3) Merangsang proses berpikir pembaca 4) Menyenangkan atau menghibur pembaca, 5) Memberitahu pembaca; dan 6) Memotivasi pembaca. Sedangkan Bernard Percy (dalam Gie, 1992: 4) mengemukakan enam manfaat dari mengarang sebagai berikut. 1) Suatu sarana untuk pengungkapan diri. 2) Suatu sarana untuk pemahaman. 3) Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan perasaan harga diri. 4) Suatu saran untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekeliling seseorang. 5) Suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah. 6) Suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang kemampuan
10
mempergunakan bahasa. Tujuan-tujuan penulisan tersebut kadang-kadang berdiri sendiri secara terpisah, tetapi sering pula tujuan ini tidak berdiri sendiri melainkan merupakan gabungan dari dua atau lebih tujuan yang menyatu dalam suatu tulisan. Oleh karena itu, tugas seorang penulis tidak hanya memilih topik pembicaraan yang sesuai atau serasi, tetapi juga harus menentukan tujuan yang jelas. Penentuan tujuan menulis sangat erat hubungannya dengan bentuk atau jenis-jenis tulisan atau karangan.
2.2.3
Jenis- Jenis Karangan Mengarang merupakan kegiatan mengemukakan gagasan secara tertulis.
Menurut Syafie’ie (1988:41), tulisan pada hakikatnya adalah representasi bunyibunyi bahasa dalam bentuk visual menurut sistem ortografi tertentu. Banyak aspek bahasa lisan seperti nada, tekanan irama serta beberapa aspek lainya tidak dapat direpresentasikan dalam tulisan. Begitu juga halnya dengan aspek fisik, seperti gerak tangan, tubuh, kepala, wajah, yang mengiringi bahasa lisan tidak dapat diwujudkan dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, dalam mengemukakan gagasan secara tertulis, penulis perlu menggunakan bentuk tertentu. Betuk-bentuk tersebut, seperti dikemukakan oleh Semi (2003:29) bahwa secara umum karangan dapat dikembangkan dalam empat bentuk yaitu narasi, ekposisisi, deskripsi, dan argumentasi.
11
2.2.4 Karangan Argumentasi 2.2.4.1 Hakikat Karangan Argumentasi Karangan argumentasi adalah karangan yang memberikan alasan kuat dan meyakinkan mengenai suatu hal. Penalaran yang sehat dan didukung oleh penggunaan bahasa yang baik dan efektif sangat menunjang sebuah karangan argumentasi. Dasar karangan argumentasi bahasa Indonesia adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu, karangan argumentasi harus berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Keraf,1994 :120).Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :buku, majalah, surat kabar, angket, wawancara, penelitian dan pengamatan langsung melaui observasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat karangan argumentasi Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1) berfikir sehat, kritis, dan logis, 2) mampu mencari fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik serta mampu merangkaikan untuk membuktikan keyakinan atau pendapat. 3) menjauhkan emosi dan unsur subjektif. 4) mampu menggunakan bahasa secara baik-benar-efektif dan tidak menimbulkan salah penafsiran. Karangan argumentasi dapat dikembangkan dengan pola penalaran sebab akibat, yaitu menyampaikan terlebih dahulu sebab-sebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Karangan argumentasi bahasa Indonesia biasanya bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga
12
pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian dari karangan argumentasi bahasa Indonesia ini sudah pasti memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Selanjutnya, Keraf (1982: 136) mengatakan karangan argumentasi merupakan salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat. Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
2.2.4.1 Ciri-ciri Karangan Argumentasi Langkah-langkah dalam membuat karangan adalah diawali dengan penentuan menentukan judul karangan kemudian diikuti dengan membuat kerangka karangan, menentukan pokok pikiran utama pada setiap paragraf dan yang terakhir adalah mengembangkan tiap pokok pikiran menjadi beberapa kalimat sehingga menjadi alinea. Setiap karangan mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri karangan argumentasi menurut Semi (2003:47), sebagai berikut. 1) Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin. 2) Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar, grafik dan lain-lain. 3) Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian. 4) Penutup berisi kesimpulan.
13
2.2.4.3 Langkah-langkah Menyusun Karangan Argumentasi Karangan argumentasi ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat, kesimpulan dengan data, fakta sebagai alasan dan bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan information, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Adapun langkah-langkah menyusun karangan argumentasi menurut Keraf (1982 :87-91) sebagai berikut. 1) Menentukan topik dan tema karangan argumentasi. 2) Menetapkan tujuan karangan argumentasi. 3) Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. 4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih. 5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi.
2.2.5
Pembelajaran Menulis Belajar dan mengajar merupakan dua istilah dalam dunia pendidikan yang
sangat populer. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi dalam suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti berusaha agar memperoleh kepandaian atau ilmu. Kegiatan ini merupakan suatu proses yang terjadi secara bertahap. Tahap-tahap tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan anak didik
14
dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar (Djamrah, 2000:20). Jadi, belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk menimbulkan perubahan pada anak didik. Bagaimanapun bentuknya, proses belajar mengajar harus diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar menulis, tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan menulis, bersikap positif terhadap ilmu dan aktivitas, serta terampil menulis. Untuk mencapai tujuan di atas, segala sesuatu harus diupayakan sedemikan rupa sehingga proses belajar mengajar menulis tersebut lebih bermafaat. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengelolaan proses belajar mengajar menulis. Hal itu meliputi materi pembelajaran,
tujuan
pembelajaran,
metode
pembelajaran,
dan
evaluasi
pembelajaran.
2.2.6
Tujuan Pembelajaran Menulis Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Oleh karena itu, tujuan proses belajar mengajar menulis hendaknya selalu diarahkan kepada kegiatan terampil menulis. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam perencanaan pengajarannya harus memperhatikan poin-poin tertentu yang dapat memudahkannya mencapai tujuan tersebut. Jadi, latihan menulis dengan segala dinamikanya merupakan kunci utama keberhasilan. Siswa harus dibiasakan
menulis. Hasil tulisan tersebut didiskusikan,
15
sehingga mereka mengetahui kelemahan dan keunggulannya. Berdasarkan hal tersebut diputuskan lah suatu tindak lanjut yang mengarah kepada keterampilan menulis siswa. Sekalipun tujuan pengajaran adalah terampil, bukan berarti aspek yang lain (pengetahuan dan sikap) diabaikan. Artinya, di akhir proses belajar mengajar hendaknya siswa terampil menulis dan mengerti dengan kaidah-kaidah menulis. Menurut Raimes (1987) tujuan pembelajaran menulis meliputi (1) memberikan penguatan (reinforcement), (2) memberikan pelatihan (training), (3) membimbing siswa melakukan peniruan atau imitasi (imitation, (4) melatih siswa berkomunikasi (communication), (5) membuat siswa lebih lancar dalam berbahasa (fluency), dan (6) menjadikan siswa lebih giat belajar (learning). Keenam tujuan pedagogis menulis itu secara berurutan dijelaskan berikut ini. Untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan, khususnya proses belajar mengajar menulis. Penetapan dan pengelolaan perencanaan, proses, evaluasi, dan tindak lanjut pembelajaran merupakan hal utama yang harus dikelola dengan tepat.
2.2.7
Metode Pembelajaran Menulis Metode pengajaran merupakan cara mengajar pengajar dalam proses
belajar mengajar yang dibina. Pilihan metode yang tepat sangat membantu tingkat ketercapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, pengajar menulis harus dapat menerapkan metode pengajaran dengan tepat. Persoalan penggunaan media juga perlu mendapat perhatian. Metode pelatihan dan diskusi
16
merupakan dua metode yang ampuh dalam rangka menerampilkan pembelajaran menulis. Dalam proses belajar mengajar, siswa disuruh menulis tentang apa saja (sebaiknya materi yang dekat dengan siswa). Hasil tulisan tersebut dikoreksi dan didiskusikan dari berbagai aspek penggunaan bahasa. Untuk kelas yang besar, pelibatan teman sebaya perlu dilakukan. Dengan kegiatan tersebut, siswa akan mengetahui kelemahan dan keunggulannya dalam hal ketatabahasaan, kelogisan pikiran, dan kaidah-kaidah menulis lainnya.
2.2.8
Evaluasi Pembelajaran Menulis Evaluasi berarti memberi penilaian atau cara menilai. Penilaian merupakan
upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi berbahasa dan bersastra Indonesia yang sudah dicapai oleh siswa setelah beberapa tatap muka di kelas, pada tenggah semester, akhir semester, atau akhir tahun. Adapun aspek penilaian mencakup tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), Ketiga aspek ini meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra Indonesia (Depdiknas, 2003:15-16). Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui tingkat ketahuan dan keterampilan menulis siswa, (2) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dan (3) menentukan kebijakan selanjutnya. Evaluasi proses belajar mengajar menulis hendaknya selalu memperhatikan tujuan pengajaran, materi, dan proses yang telah dilakukan. Sehubungan dengan itu,
17
evaluasi yang tepat menurut hemat penulis adalah kegiatan menulis esai (bentuk tes esai). Dengan kata lain, menulis berdasarkan bentuk gambar susun, komik, atau teks. Kegiatan seperti ini, baik sebagai ransangan untuk pelajar yang masih sederhana tingkat kemampuan berbahasanya. Ransangan-ransangan yang lain dan bentuk tugas yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa dan berpikir siswa, misalnya menulis berbagai laporan, surat, resensi buku, dan sebagainya (Nurgiantoro, 1988:289). Lebih lanjut, Nurgiantoro, (1988:271) mengatakan tes tugas menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk
(memilih
dan)
menghasilkan
bahasa saja
melainkan
bagaimana
mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain, tugas menulis haruslah memeungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik, memberi kesempatan kepada pelajar untuk berpikir mempergunakan bahasa secara tepat dan juga memikirkan gagasan apa yang dikemukakan. Evaluasi
pembelajaran
menulis
meliputi
kemampuan
siswa
mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat. Dengan
kata
lain,
penilaian
yang
dilakukan
dalam
tes
menulis
mempertimbangakan kesesuaian judul, penataan, gagasan, paragraf, diksi, ejaan, tanda baca, dan bahasa dalam kaitanya dengan konteks dan isi. Apek-aspek ini tidak dinilai sekaligus, melainkan melaui proses dan secara bertahap sebagaimana telah ditentukan dalam kurikulum yang berlaku.
18