BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian
karena
kajian
pustaka
merupakan
langkah
awal
bagi
peneliti
dalam
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan objek. Dalam penelitian ini dikaji beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya tentang babad yang sudah pernah dilakukan terkait dengan tinjauan struktur dan fungsi. Putra (skripsi, 1987) dalam penelitiannya yang berjudul “Babad Dalem Analisis Aspek Sastra (Tinjauan Intertekstual)” menyatakan bahwa Babad Dalem sebagai sebuah karya sastra mencerminkan diri sebagai karya sastra dengan peristiwa yang bersifat fragmentaris. Kehidupan tokoh-tokoh di dalam Babad Dalem dilukiskan secara tidak utuh, yang didukung oleh penceritaan berdasarkan episode-episode. Putra dalam menganalisis Babad Dalem menggunakan teori intertekstual, dan struktural. Teori intertekstual digunakan untuk menganalisis hubungan antarteks, yakni teks Babad Dalem dengan Babad Arya Kutawaringin. Teori struktural digunakan untuk mengkaji struktur yakni satuan-satuan yang membentuk atau membangun sastra Babad Dalem tersebut. Teks Babad Dalem dalam penelitian Putra ditinjau secara intertekstual dengan Babad Arya Kuta Waringin ditemukan bahwa keduanya merupakan naskah yang berbeda, namun memiliki persamaan teks dalam episode penceritaan. Dilihat dari segi strukturnya, Babad Dalem berdiri sebagai satu kesatuan yang
8
utuh. Dari tinjauan tersebut didapatkan bahwa penelitian yang telah dilaksanakan oleh Putra, sesungguhnya sangat berbeda dengan penelitian ini. Akan tetapi tetap memiliki korelasi jika dilihat dari perspektif kajian strukturnya. Untuk itulah, penelitian Putra memiliki kontribusi dalam penelitian ini sebagai landasan pemikiran ketika mengkaji struktur Babad Blahbatuh. Alit (skripsi, 1989) dalam penelitiannya yang berjudul “Babad Catur Bhumi: Analisis Stuktur dan Fungsi” menjelaskan tentang Babad Catur Bhumi sebagai sebuah karya sastra sejarah. Karya tersebut mempunyai pola struktur isi yang mengandung unsur-unsur sastra dan sejarah. Unsur keindahan dan khayalan sebagai unsur sastra pada umumnya masih tetap dipertahankan. Unsur sejarah menjadi ciri pembeda khusus dari jenis karya sastra lainnya. Babad Catur Bhumi merupakan karya sastra yang utuh dan menyeluruh, dalam artian unsur-unsur yang membangun cerita ini saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan bangun sastra yang bulat dan utuh. Penelitian Alit membahas insiden-insiden yang terjadi di dalam cerita yang saling berkaitan. kausalitas antar insiden dalam bangun alur cerita tampak secara jelas. Selain itu, adanya sisipan-sisipan yang dijumpai pada bagian awal cerita yang secara tekstual tidak berhubungan langsung dengan isi cerita memperlihatkan adanya pola alur yang longgar dalam cerita. Alit juga menyimpulkan bahwa Babad Catur Bhumi ini memiliki fungsi sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, disamping sebagai suri tauladan dalam kehidupan yang layak. Candrika (skripsi, 2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Siwa Tattwa dalam Teks Babad Nusa Penida, Analisis Semiotik” menyatakan bahwa babad
9
merupakan salah satu jenis karya sastra yang terbangun atas struktur pembentuk dan pembangun, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Candrika dalam menganalisis Siwa Tattwa dalam teks Babad Nusa Penida menggunakan dua teori yaitu teori struktural dan teori semiotik. Teori struktural digunakan untuk menganalisis struktur Teks Babad Nusa Penida serta koherensi antar unsur di dalam Teks Babad Nusa Penida. Teori semiotika juga digunakan dalam menganalisis Teks Babad Nusa Penida terutama untuk membedah permasalahan mengenai tanda-tanda yang terdapat di dalam teks tersebut. Tanda yang dimaksud berkaitan dengan tafsir simbolik Siwa Tattwa. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Candrika dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Babad Nusa Penida terbangun atas struktur yang meliputi alur, tema, dan tokoh. Babad Nusa Penida memiliki unsur-unsur, seperti mitologi, legenda, hagiografi, simbolis, dan sugesti. Tafsir simbolis Siwa Tattwa yang berhasil ditemukan adalah penciptaan, bakti, yadnya, hukum karma dan reinkarnasi, serta kelepasan. Penelitian Candrika memiliki objek yang berbeda dengan penelitian ini, namun memiliki persamaan dalam hal kategori naskah yaitu naskah babad. Analisis yang dimunculkan pun memiliki perbedaan, Candrika menganalisis babad melalui sudut pandang semiotika, sedangkan penelitian ini memfokuskan analisis pada struktur dan fungsi. Penelitian Candrika memiliki kontribusi dalam penelitian ini dan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis struktur Babad Blahbatuh. Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat diketahui bahwa sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian tentang Babad Blahbatuh terutama dengan
10
analisis struktur dan fungsinya. Karena itu, peneliti memusatkan kajian terhadap Babad Blahbatuh dengan menganalisis struktur dan fungsinya.
2.2
Konsep Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu pengertian, definisi,
batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala atau definisi dari yang perlu diamati dalam proses penelitian (Sudiantara, 2011: 8). Menurut Muhadjir (2000: 304) konsep merupakan unsur pokok dari suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala atau merupakan definisi dari apa yang diamati dalam proses penelitian. Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini di antaranya konsep teks dan wacana, episode, struktur dan fungsi.
2.2.1 Teks dan Wacana Haryanta (2012: 268) mengemukakan pengertian teks yaitu: (1) kandungan atau isi naskah yang terdiri dari isi dan bentuk, isi mengandung ide-ide atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, sedangkan bentuk berisi muatan cerita atau pelajaran yang hendak dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya, dan lain sebagainya; (2) naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan; (3) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran. Lubis (1996: 27) membedakan istilah teks dan naskah, teks ialah kandungan atau isi naskah. Sesungguhnya terdapat perbedaan yang jelas antara teks dengan naskah, namun Zoetmulder (1994: 41) secara tidak langsung tidak membedakan kedua
11
istilah tersebut. Teks sesungguhnya merupakan kandungan atau isi naskah yang terdiri dari isi dan bentuk, sedangkan naskah adalah wujud teks. Mulyadi (1994: 3) mengungkapkan bahwa istilah naskah sering juga disebut dengan manuskrip yang diambil dari ungkapan Latin codices manuscript yang berarti buku-buku yang ditulis dengan tangan. Oleh karena itu, dalam hal ini pengertian teks dengan naskah juga dibedakan. Secara singkat dapat dikatakan, teks merupakan isi naskah. Wacana memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) komunikasi verbal, percakapan; (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, dan pidato; (4) kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis, kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide secara verbal (Haryanta, 2012: 287). Wacana pada penelitian ini dipahami sebagai tuturan yang merupakan suatu kesatuan dan satuan bahasa terlengkap direalisasikan dalam bentuk karangan. Pengertian itu mengacu kepada teks Babad Blahbatuh yang merupakan tutur yang direalisasikan dalam bentuk kerangkan tulisan.
2.2.2 Episode Episode sesungguhnya merupakan bagian riwayat atau kejadian yang seolah-olah berdiri sendiri, dapat juga diartikan sebagai seri dalam cerita. Episode dapat berarti suatu gambaran dalam bagian cerita yang berdiri sendiri dan terpisah dari jalan cerita induknya (Haryanta, 2012: 66). Poerwadarminta (1984: 277) mengungkapkan bahwa episode adalah bagian cerita yang berdiri sendiri.
12
Penelitian ini mengartikan episode berdasarkan pendapat tersebut, dengan demikian episode ialah bagian dari sebuah cerita yang berdiri sendiri.
2.2.3 Struktur Struktur pada pokoknya berarti bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dengan keseluruhan (Luxemburg, 1984: 38). Struktur merupakan kata yang homonim berarti lengkung, bangun gambaran, rupa atau wujud, sistem susunan, wujud yang ditampilkan atau tampak dan acuan atau susunan kalimat (Tim penyusun, 2001: 135). Pengertian struktur secara umum, erat kaitannya dengan masalah bentuk atau formal. Struktur yakni suatu yang mengambil bentuk, sehingga sama dengan bentuk. Istilah struktur dalam studi sastra diberikan arti yang beragam. Wira (2009:6) membedakan struktur menjadi dua bagian yaitu struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal yakni salah satu bagian dari keseluruhan struktur karya sastra yang mengulas tentang bentuk atau kemasan dalam menampilkan karya sastra itu sendiri, dan memiliki hubungan yang signifikan dengan isi yang dikandungnya. Struktur formal meliputi: kode bahasa dan sastra, gaya bahasa, ragam bahasa. Struktur naratif merupakan struktur yang mengungkap unsur-unsur atau elemen-elemen yang membangun sebuah karya sastra, antara elemen yang satu dengan elemen yang lainnya saling berkaitan sehingga terbentuklah kesatuan yang organis. Struktur naratif meliputi tema, insiden, penokohan, alur, latar, dan amanat (Wira, 2009: 34). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur dalam penelitian ini merujuk kepada pengertian kaitan yang erat antar unsur-unsur yang
13
menyusun karya sastra dan membentuk relasi yang bulat. Relasi yang bulat dan saling berhubungan itu terbentuk atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan hadirnya sebuah karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur intrinsik babad terdiri dari insiden, alur, tokoh dan penokohan, tema, latar, amanat, mitologi, simbolisme dan sugesti. Nurgiyantoro (2010: 23) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik dapat diartikan keadaan subjektivitas individu pengarang yang memilki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik lainnya adalah siapa pengarangnya, kapan karya sastra itu ditulis, dan tujuan diciptakannya karya sastra. Unsur ektrinsik babad meliputi aspek sejarah, religius, genealogis, fiksi dan historis.
2.2.4 Fungsi Teeuw (2013: 304) menyebutkan bahwa fungsi sastra dalam masyarakat sering lebih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khususnya untuk hubungan antara fungsi estetik dan fungsi lain dalam variasi dan keragamannya dapat diamati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik, demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu. Suastika (2011:4) mengemukakan bahwa fungsi berkaitan dengan manfaat atau guna. Suatu hal bermanfaat bagi manusia dalam kebudayaan tertentu. Manfaat ini berkaitan dengan fungsi sebuah teks sastra harus dilihat dalam kerangka dialektika
14
berpikir Horatius, yaitu sifat dulce dan utile, yakni indah dan berguna sebagai tujuan dan fungsi karya sastra (Wellek dan Warren,1989:25).
2.3
Landasan Teori Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas.
Pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian, konsep proposisi yang mempunyai korelasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2004: 1). Di dalam sebuah penelitian, landasan teori adalah salah satu langkah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Secara definitif teori adalah seperangkat set konsep/ konstruk yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan menghubungkan unsur-unsur dalam set tersebut (Nazir, 1988: 21). Teori sesungguhnya berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Teori yang digunakan haruslah relevan dengan objek analisis dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang hendak dikaji, adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori struktural dan teori fungsi.
2.3.1 Teori Struktural Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra. Setiap karya sastra baik karya sastra dengan jenis yang sama atau berbeda memiliki unsur-unsur yang berbeda. Artinya, di satu pihak unsur-unsur yang dibicarakan itu tergantung dari dominasi unsur-unsur karya, di pihak lain tergantung dari tujuan analisis (Ratna, 2004: 93-94). Endraswara (2008:49) mengemukakan bahwa pada dasarnya strukturalisme merupakan cara
15
berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memilik struktur yang saling terkait satu sama lain. Luxemburg (1984: 38) menyebutkan bahwa pengertian struktur pada pokoknya berarti bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena relasi timbal balik antara bagian-bagian dan keseluruhannya. Hubungan itu bisa bersifat positif maupun negatif. Kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukan kepada keseluruhan. analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, teliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir serta aspek karya sastra yang bersamasama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Kajian terhadap Babad Blahbatuh menggunakan teori struktural karena Babad Blahbatuh sebagai karya sastra mempunyai unsur yang saling berkaitan. Teori struktural yang dipakai yaitu teori menurut Teeuw. Dilihat dari kata-kata yang digunakan sepintas terlihat tidak saling berkaitan, namun sesungguhnya setiap kata ada keterkaitan dan keterjalinan sehingga jika arti kata secara keseluruhan dihubungkan barulah menemukan sebuah makna. Oleh sebab itulah, teori struktural digunakan untuk menganalisis struktur Babad Blahbatuh dan sangat penting dilakukan terlebih dahulu, karena memudahkan menganalisis yang lainya.
16
2.3.2 Teori Fungsional Ekadjati (1981: 21) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan fungsi adalah yang dituju pengarang dalam karangannya, yang diharapkan pengarang dengan karyanya, serta fungsi bagian-bagian karangan dalam keseluruhan. Fungsi sastra, menurut sejumlah teoritikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan penulis dari tekanan emosi (Wellek dan Warren, 1989: 35). Sesungguhnya fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2010: 73). Fungsi teks ialah adanya kaitan keseluruhan sifat-sifat yang sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya (Luxemburg, 1984: 94). Babad Blahbatuh sebagai salah satu karya sastra sejarah tentunya mempunyai fungsi dalam masyarakat. Maka dari itu, teori fungsi digunakan untuk menjelaskan fungsi-fungsi Babad Blahbatuh di dalam kehidupan masyarakat. Teori fungsi yang digunakan menurut Teeuw, untuk menemukan fungsi Babad Blahbatuh di dalam masyarakat.
17