BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Peranan Media Himpunan 2.1.1 Pengertian Peranan Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta (2006 -734) peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu. Peran yang dimaksud adalah peran media himpunan dalam meningkatkan kemampuan mengurang bilangan cacah pada siswa kelas I SDN 2 Suwawa. 2.1.2 Pengertian Media Himpunan Sebelum membahas tentang media himpunan, terlebih dahulu perlu dipahami tentang hakikat media. Menurut Djamarah dan Zain (2010:120) bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Sedangkan Ibrahim dan Syaodih (2010:112) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Hal serupa juga dikemukakan oleh Rahardi
(2003:9) Istilah media sendiri jika dilihat dari pendekatan etimologisnya, berasal dari bahasa latin yang merupakan jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Menurut Hamid (2012:151) media pembelajaran menjadi alat yang benarbenar memberikan manfaat kepada anak didik, maka alat bantu atau media tersebut haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Media atau alat bantu pendidikan harus menarik perhatian para anak didik agar mereka mampu memfokuskan diri pada pesan yang akan disampaikan oleh media atau alat benatu tersebut. 2. Media atau alat bantu harus mampu membangkitkan minat siswa agar bisa mengikuti materi yang disampaikan dengan baik. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu dalam mengajar yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. untuk itu siswa dapat termotivasi untuk lebih giat belajar. Namun tidak semua media pembelajaran cocok untuk diterapkan pada semua kondisi dan materi yang akan diberikan. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat untuk mata pelajaran tertentu menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, penulis memilih media himpunan sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan mengurangkan bilangan cacah.
Menurut Shamsudin (2007:48) media himpunan adalah media kumpulan atau kelompok benda, barang, atau bilangan. Prihandoko
(2005:83-92)
menyatakan bahwa seandainya media himpunan didefinisikan sebagai kumpulan dari obyek-obyek tertentu, maka akan timbul pertanyaan tentang apa pengertian dari kata kumpulan dalam definisi ini. Kemudian seandainya kumpulan didefinisikan sebagai "sebuah kesatuan dari benda-benda", maka akan timbul pertanyaan tentang apa pengertian dari kata kesatuan dalam definisi ini. Demikian seterusnya pertanyaan berantai ini tidak akan berhenti, atau kalau tidak memaksa kita untuk mengulang kata-kata dalam definisi sebelumnya. Oleh karenanya dalam pengertian ini, pengertian himpunan tidak akan didefinisikan,
tetapi
akan
diidentifikasi
dengan
menampilkan
beberapa
karakteristik yang berhubungan dengannya. Beberapa hal yang berkaitan dengan media himpunan menurut Prihandoko (2005:83-84)dapat disebutkan sebagai berikut. 1. Sebuah himpunan S tersusun atas elemen-elemen, dan jika a merupakan salah satu elemennya, maka dapat dinotasikan a ϵ S . 2. Ada tepat satu himpunan yang tidak memiliki elemen, yang disebut sebagai himpunan kosong, dan simbolnya adalah ϕ. 3. Sebuah himpunan dapat dinyatakan dengan menyebutkan sifat-sifatnya, atau dengan mendaftar elemen-elemennya. 4. Dalam matematika sebuah himpunan didefinisikan dengan tegas, artinya secara definitif dapat dinyatakan apakah suatu obyek merupakan elemen atau bukan elemen dari himpunan tersebut.
Beradasrkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media himpunan adalah media berupa kumpulan benda-benda yang dapat dihitung atau (dibilang). 2.1.3 Langkah-langkah Media Himpunan Langkah-langkah dasar implementasi media himpunan yang diajukan ST. Cloud State University (dalam Hamid 2012:157-158) adalah sebagai berikut: 1. Mengulas tujuan-tujuan, sasaran-sasaran audiensi, dan strategi pengajaran. 2. Menentukan medium terbaik bagi komponen pelajaran. 3. Mencari dan mengulas bahan-bahan atau media yang ada. 4. Mengadaptasi media atau bahan-bahan yang ada jika diperlukan. 5. Jika media atau materialnya adalah media atau material yang baru, maka terlebih dahulu harus dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) Menentukan format, teks, visual, dan semacamnya; b) Draft bahan dan media yang digunakan. 2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Himpunan Menurut
Novalina
(2012:17)
bahwa
penggunaan
media
himpunan
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1. Alat bantu paling penting untuk berlatih dan memperkuat kemampuan mengenali bilangan.
2. Dapat mengembangkan pembelajaran interaktif. 3. Dapat digunakan untuk pengenalan konsep dan pemahaman konsep. 4. Menambahkan keterampilan siswa mendalami atau memahami suatu topik tertentu.
5. Membuat
variasi
membosankan.
sendiri
dalam
pembelajaran
matematika
agar
tidak
Sedangkan kekurangan media himpunan adalah sebagai berikut: a) Menampilkan indera mata. b) Ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. c) Gambar di interpretasikan secara personal dan subjektif. d) Gambar disajikan dalam ukurang yang sangat kecil sehingga sangat kecil dalam pembelajaran. Dengan demikian media himpunan merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengelompokkan benda atau bilangan yang memiliki kelebiohan dan kekurangan. 2.2 Pengertian Bilangan Cacah Menurut Subarinah (2006: 27) bahwa sebelum menginjak bangku sekolah sebenarnya anak-anak sudah mengenal bilangan cacah, walaupun belum paham akan makna bilangan cacah itu sendiri. Dari orang tuanya anak-anak biasanya sudah dapat menyebutkan bilangan dari satu sampai sepuluh secara urut. Tugas guru adalah memberikan makna tentang bilangan cacah dengan menggunakan kemampuan awal yang telah dimiliki oleh anak tersebut. Hal ini dapat dimulai dengan mengelompokkan anak-anak tersebut menjadi kelompok laki-laki dan wanita. Kelompok laki-laki dan wanita tersebut kemudian dipecah-pecah lagi. Kemudian anak-anak diminta menghitung banyaknya anggota kelompok masingmasing dengan membilang. Kegiatan tersebut diulang-ulang dan guru menekankan bahwa banyaknya (cacah) anggota suatu kelompok (himpunan) dinyatakan sebagai bilangan cacah.
Bilangan cacah merupakan bilangan yang paling dini dikenal oleh anak. Ketika anak-anak menginjak bangku sekolah, mereka sudah mengenal lambang dan bagaimana membunyikan suatu bilangan cacah. Menurut Arita dan Iskandar (2006: 61) bahwa bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang akan digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu dinayatakan dengan “nol” dan dinyatakan dengan lambang “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri atas satu anggota saja, maka cacah anggota himpunan tersebut adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang “1”. Demikian seterusnya, sehingga bilangan hasil pencacahan himpunan yang dinyatakan dengan lambang adalah: 0, 1, 2, 3,4 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, … (Tanda “…” hendaknya diartikan sebagai “dan seterusnya”) bilanganbilangan inilah yang disebut bilangan cacah. 2.3 Pengertian Pengurangan Menurut Arita dan Iskandar (2006:92) bahwa pengurangan bilangan cacah b dari bilangan cacah a ditulis a-b menghasilkan suatu bilangan cacah c, jika dan hanya jika c + b = a Contoh: a. 16 – 5 = 11, sebab 11 + 5 = 16 b. 8 – 2 = 6, sebab 6 + 2 = 8 c. 20 – 0 = 20, sebab 20 + 0 = 20
Bentuk a – b dibaca selisih a dengan b, a dikurangi b atau pengurangan b dari a. dalam menggambarkan pengurangan dapat ditunjukkan dengan garis bilangan.
Pada pengurangan dua bilangan cacah tidak selalu memperoleh hasil. Contoh: 1. 3 – 5 = Pada pengurangan dua bilangan cacah tidak memperoleh hasil. Karena tidak ada bilangan cacah yang jika ditambah dengan 5 menghasilkan 3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada bilangan cacah tertutup terhadap operasi pengurangan. 2. Isilah tempat yang kososng sehingga diperoleh kalimat yang benar. 8–2=… Penyelesaian: 8–2=6 3. Ibu memiliki 10 biji kue, setelah dimakan tiga 3 biji, berapakah sisanya? Penyelesaian : Kalimat pengurangannya adalah 10 – 3 = n, maka n = 7. Dengan demikian, siswa kue adalah 7 biji. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012 :159) pelajaran matematika matematikan perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. 2.4 Hakikat Meningkatkan Kemampuan Mengurang Bilangan Cacah Berkaitan dengan pengertian bilangan bulat menurut Rahim, dkk (2011:171) adalah: “Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah, guna menjawab permasalahan-permasalahan yang tidak terjawab pada bilangan cacah. Sebagai contoh adalah “5 – 7” tidak ada jawaban untuk mencari penyelesaian masalah pada himpunan bilangan cacah maka perlu adanya perluasan pada himpunan bilangan bulat. Menurut Prastiti (2009:2) bahwa untuk memiliki pengetahuan tentang pengurangan bilangan cacah, siswa dapat mempelajarinya secara mendalam dan bermakna, artinya siswa mempelajari materi pengurangan bilangan cacah disesuaikan dengan kemampuan berpikirnya dan siswa mengerti dengan benar materi yang dipelajari hingga dapat mengaplikasikan dalam menyelesaikan masalah. Apabila siswa-siswa mempelajari materi pengurangan bilangan cacah tidak dengan mendalam dan bermakna, dan hanya secara hafalan tentunya tidak akan dapat
memperoleh pengertian terhadap ide-ide matematika
yang
dipelajarinya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengurangkan bilangan cacah merupakan bentuk perluasan dari bilangan bulat. Artinya bilangan bulat merupakan contoh bilangan yang lebih lengkap dari bilangan cacah. Berbagai permasalahan matematika yang tidak bisa diselesaikan dengan penggunaan bilangan cacah dapat diatasi dengan adanya bilangan bulat.
2.5
Peranan Media Himpunan Mengurang Bilangan Cacah
dalam
Meningkatkan
Kemampuan
Sudjana (2005:15) menyatakan bahwa peran media himpunan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Sedangkan menurut Amalik (dalam Arsyad, 2002:56) mengemukan bahwa pemakaian media himpunan dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Adapun peran media himpunan menurut Shamsudin (2007:49) dalam meningkatkan kemampuan mengurang bilangan cacah adalah sebagai berikut: 1) Menambah kegiatan belajar siswa dalam mempelajari pengurangan bilangan cacah. 2) Membantu anak dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengurangan bilangan cacah melalui kumpulan bilanganbilangan bulat. 3) Menjadikan anak lebih kreatif dalam mengurangkan bilangan cacah dengan media himpunan. 4) Memberikan alasan yang sewajarnya untuk belajar dengan membangkitkan minat, motivasi mengerjakan tugas dengan sendiri dan turut serta dalam keaktifan-keaktifan di kelas. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran media himpunan adalah untuk membantu siswa dalam mengurangkan bilangan cacah sehingga mencapai hasil kemampuan yang optimal.
2.6 Penerapan Media Himpunan dalam Pembelajaran Mengurang Bilangan Cacah Adapun penerapan media himpunan dalam mengurangkan bilangan cacah Rahardi (2003:10) adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan media himpunan 2. Menempelkan media himpunan di papan tulis 3. Menjelaskan materi secara singkat tentang pengurangan bilangan cacah dengan menggunakan media himpunan yang ada di papan tulis seperti dibawah ini:
diambil 4 bola
13
-
4
=
9
Maka ( 6 + 7) – 4 = 13 – 4 = 9 4. Siswa menyebutkan isi media himpunan 5. Siswa diajak ke depan kelas mengerjakan tugas pengurangan bilangan cacah sesuai contoh. 6. Membagikan tugas pengurangan bilangan cacah yang berisi media himpunan 7. Siswa melaporkan hasil kerjanya. 8. Mengadakan refleksi. 9. Kesimpulan. 10. Evaluasi
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan yang ada kaitanyya dengan penggunaan media himpunan sudah pernah dilakukan. Salah satunya oleh Rio Namba tahun 2005
dengan jduul Penerapan Media Himpunan Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pengurangan Bilangan Cacah di SDN Inpres Toropot salah seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uviversitas Negeri Manado, Tahun 2005 Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Hasil tes siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata 70,11% dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 45,70 % dengan 11, 45% di interpretasikan memiliki kemampuan buruk. Hasil tes siklus II mengalami peningkatan dibidang dengan skor rata-rata pada siklus I. Skor ratarata pada siklus II mencapai 76,17 %. Peningkatan juga dapat dilihat dari rata-rata yang dinormalisasikan mencapai 0.20 dengan interpetasi rendah. Hal ini disebabkan siswa masih kurang mahir dalam melakukan pengurangan, dan masih kurang teliti dalam mengerjakan soal. Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa, siswa yang mencapai ketuntasan belajar naik dari 54, 29% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.