1
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Peran Guru 2.1.1 Pengertian Peran Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta (2004 -734) peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu. Peran yang dimaksud adalah peran guru dalam mengembangkan disiplin anak. 2.1.2 Pengertian Guru Pengertian guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UUD, 2006: 2). Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (2003: 100) bahwa guru atau tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi.
1
Pengertian guru berdasarkan Tut Wuri Handayani yaitu guru disebut pamong yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap mempengaruhi dengan member kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus-menerus dicampur atau diperintah atau dipaksa (Rahmat dan Husain, 2012: 4). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi anak didik, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Disekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur anak didik dan fasilitas lainnya. Keberadaan guru memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan anak. Demikian pula Sukadi (2007: 9-10) mengemukakan bahwa guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru dalam ucapan dan tingkah lakunya. Ini berarti seorang guru bukan saja bertugas mentransfer nilai gagasan kepada anak tetapi juga memiliki kemampuan profesional dan memiliki tingkah laku yang patut diikuti dan ditiru oleh anak didiknya. Dalam pengertian lain menurut Mulyasa (2006: 37) bahwa guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan lingkungannya. Menurut Saondi dan Suherman (2010: 4) bahwa guru sebagai pekerja hanya berkemampuan yang meliputi pengusaan materi pelajaran, pprofesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan yang mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlahnya maupun mutunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang tenaga profesional dan terdidik yang memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi anak didik setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2.1.3 Pengertian Peran Guru Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya dimasa depan. Dibalik kesuksesan anak didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak mengejar ketertinggalan, menggapai kemajuan, meorehkan prestasi spektakuler dan prestisius dalam panggung sejarah kehidupan manusia. Menurut Fakhruddin (2012: 35) bahwa salah atu peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan anak menjadi tujuannya. Ini semua dilakukan oleh seorang guru dengan semangat dan jiwa ingin memberikan yang terbaik kepada anak-anak didiknya.
Untuk lebih memahami tentang peran guru, Asmani (2013: 39-54) menyebutkan beberapa peran guru antara lain: 1. Educator (pendidik) Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. 2. Leader (pemimpin) Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. Seorang guru harus suka mengedepankan
musyawarah
dengan
murid-muridnya
untuk
mencapai
kesepakatan bersama yang dihargai semua pihak. Ia juga harus suka mendengar aspirasi murid-muridnya mengenai pembelajaran yang disampaikan. 3. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia membutuhkan eksperiementasi maksimal, latihan terus menrus, dan evaluasi rutin. Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2013: 42) guru sebagai fasilitator harus memiliki tujuah sikap sebagai berikut: 1) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau urang terbuka 2) Dapat lebih mendengarkan anak didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
3) Mau dan mampu menerima ide anak didik yang inovatif, kreatif, bahkan bahkan yang sulit sekalipun. 4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan anak didik seperti halnya terhadap vahan pembelajaran. 5) Dapat menerima komentar balik (feadback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. 6) Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat anak didik selama proses pembelajaran. 7) Menghargai anak didik meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya. 4. Motivator Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat da mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya. Bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantantangannya. Sebagai seorang mativator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. 5. Administrator Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan atau kepala sekolah. Dalam mengajar, guru harus mengabsen terlebih dahulu, mengisi jurnal kelas dengan kelas dengan lengkap, mulai dari nama, materi yang disampaikan, kondisi anak didik dan tanda tangan.
6. Evaluator Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan dismpernukan. Disinilah pentingnya evauasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala seolah, guru yang lain dan muridnya. 2.2 Hakikat Kecerdasan Sosial Anak 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Menurut Samatowa (2010: 39) bahwa kecerdasan merupakan pengetahuan tentang otak manusia dan kepekaannya terhadap ragam budayanya. Kecerdasan saat ini tidak lagi hanya diartikan sebagai kecerdasan rasional yang bsersifat logis analitis, matematis, praktis. Menurut Anwar dan Ahmad (2009: 21-22) bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki kelincahan dalam berpikir seperti tanggap terhadap sesuatu, memiliki daya ingat yang baik dan efektif walaupun masih kecil dapat berkonsentrasi dalam waktu lama pada hal-hal menarik minat mereka. 2. Mempunyai semangat bersaing yang tinggi baik bersaing terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, memiliki keinginan besar untuk selalu lebih baik, maupun memotivasi diri sendiri. 3. Cepat menemukan perbedaan-perbedaan dan mudah menangkap sesuatu yang tidak biasa.
4. Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi dengan cepat dan hal ini dapat memungkinkan mereka untuk cepat belajar dari pengalaman termasuk meniru perilaku orang lain. 5. Memiliki kepekaan yang tinggi, lebih responsif dan membutuhkan pendekatan yang lembut dan pujian yang cukup, juga memiliki emosi yang baik. 6. Keinginan belajar yang tinggi dari sumber apapun. 7. Memiliki rasa ingin tahu yang besar melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan secara aktif dan berkesinambungan. 8. Kemampuan bertahan menghadapi frustasi 9. Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan kemamuan berpikir. 10. Mempunyai latar belakang membaca yang cukup. 2.2.2 Kecerdasan Sosial Samsudin (2008: 17) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran dikenal paradigma baru tentang multi kecerdasan. Kecerdasan kini tidak hanya dipahami sebagai sekedar keceradasan intelektual (IQ) melainkan kecerdasan sosial juga perlu dipahami. Menurut Yus (2012: 10) bahwa kecerdasan sosial (interpersonal) adalah kecerdasan yang berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan perkembangan sosial menurut Isjoni (2011: 30) adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Hal senada dikemukakan oleh Samsudin (2008: 18) bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan untuk berelasi atau
berhubungan serta memahami orang lain dari luar dirinya. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif akan menjadi perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih optimal. Menurut Isjoni (2011) bahwa ciri sosial anak pada masa anak adalah mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan bersosialisasi terhadap lingkungan, anak akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain. Interaksi tersebut merupakan ciri dari perkembangan kecerdasan sosial pada anak usia dini. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan atau orang lain sebagai bentuk hubungan sosial terhadap sesama. 2.2.3 Karakteristik Kecerdasan Sosial Adapun karakteristik kecerdasan sosial berdasarkan umur menurut Mini (2010: 54) adalah sebagai berikut: 1. 12 – < 18 bulan. 1) Menunjukkan reaksi marah apabila merasa terganggu, seperti permainannya diambil. 2) Menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap orang yang baru dikenal. 3) Bermain bersama teman tetapi sibuk dengan mainannya sendiri. 4) Memperhatikan/mengamati teman-temannya yang beraktivitas.
2. 18 – < 24 bulan. 1) Mengekspresikan berbagai reaksi emosi (senang, marah, takut, kecewa). 2) Menunjukkan reaksi menerima atau menolak kehadiran orang lain. 3) Bermain bersama teman dengan mainan yang sama. 4) Berekspresi dalam bermain peran (pura-pura). 3. 2 – <3 tahun 1) Mulai bisa mengungkapkan ketika ingin buang air kecil dan buang air besar. 2) Mulai memahami hak orang lain (harus antri, menunggu giliran). 3) Mulai menunjukkan sikap berbagi, membantu, bekerja bersama. 4) Menyatakan perasaan terhadap anak lain (suka dengan teman karena baik hati, tidak suka karena nakal, dsb.) 5) Berbagi peran dalam suatu permainan (menjadi dokter, perawat, pasien penjaga took atau pembeli).. 4. 3 – <4 tahun. 1) Mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan. 2) Bersabar menunggu giliran. 3) Mulai menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok. 4) Mulai menghargai orang lain. 5) Bereaksi terhadap hal-hal yang dianggap tidak benar (marah apabila diganggu atau diperlakukan berbeda). 6) Mulai menunjukkan ekspresi menyesal ketika melakukan kesalahan. Berdasarkan teori tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan sosial anak sangat beraneka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan usia. 2.3 Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Sosial Pada Anak Sekolah Minggu Peranan guru disekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama
ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukan kelakuan yang layak sebagai guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina anak didik harus menjadi teladan, di dalam maupun diluar sekolah. Guru senantiasa sadar akan kedudukannya, dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat layak untuk ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik. Peranan guru yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran anak usia dini. guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Menurut Rusman (2012: 58) bahwa peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin
kelas,
pembimbing,
pengatur
lingkungan
belajar,
perencana
pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Oleh karena seorang guru dapat memahami perannya dalam proses pembelajaran. Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif didalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Menurut James B. Brow (dalam Suryosubroto:
2009: 2) bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan anak. Menurut Moon (dalam Uno, 2010. 22-27) bahwa ada beberapa peran guru dalam pembelajaran anak usia dini yaitu sebagai berikut: a. Guru sebagai perancang pembelajaran Guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM dengan memperhatikan berbagai kompenen dalam sistem pembelajaran yang meliputi: a) membuat dan merumuskan TIK, b) menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan anak, c) merancang metode yang disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi anak, d) menyediakan sumber belajar, e) berperan sebagai mediator. b. Guru sebagai pengelola pembelajaran Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-bermacam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan
khususnya
adalah
mengembangkan
kemampuan
anak
dalam
menggunakan alat-alat belajar dan membantu anak untuk memperoleh hasil yang diharapkan. c. Guru sebagai pengarah pembelajaran Guru harus senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar.
d. Guru sebagai evaluator Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. e. Guru sebagai konselor Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. f. Guru sebagai pelaksana kurikulum Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. g. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan dituntut untuk mengaktifkan anak dalam belajar, memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai. Secara lebih rinci Slameto (2010: 97) menyebutkan peran guru sebagai berikut: a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. b) Member fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar memadai. c) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi setiap sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Berdasarkan jenis-jenis peran guru yang telah disebutkan di atas, maka peran guru dalam penelitian ini akan difokuskan pada peran guru sebagai
perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan sebagai konselor. 2.4 Gambaran tentang Sekolah Minggu Sekolah Minggu merupakan suatu wadah yang terdiri dari orang-orang dan orang-orang itu penting: MURID & GURU. Murid= diajar dan bertumbuh mencapai sasaran yang ditetapkan. Guru=pengajar, pendidik dan pemberi teladan. Homrighausen (2005: 33). Visi dan Misi dirumuskan berdasarkan Pengajaran Agama, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Demikian juga Visi dan Misi Sekolah Minggu berdasarkan pada pandangan Alkitab (Perjanjian Lama) tentang pentingnya Pengajaran atau pendidikan anak berdasarkan Ulangan 6:4-9. dan Dalam Perjanjian baru, yaitu pengajaran Tuhan Yesus, Pengajaran rasul Paulus dan pengajaran Jemaat yang mula-mula. Apakah Visi dan misi Sekolah Minggu? Ayat berikut ini akan menolong dalam merumuskan suatu visi dan Misi sekolah minggu, “ Biarkah anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalanghalangi mereka,sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” ( Markus 10:14, Mat. 19:14 dan Lukas 18:16). Tujuan Sekolah Minggu dalam Buku Pendidikan Agama Kristen, dirumuskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Kristen kepada anak-anak dalam sekolah minggu, antara lain: Pertama, Supaya mereka mengenal Allah sebagai pencipta dan pemerintah seluruh alam ini, dan yesus Kristus sebagai Penebus, pemimpin dan penolong mereka. Kedua, Supaya mereka mengerti akan kedudukan dan panggilan mereka selalu anggota-anggota Gereja Tuhan, dan
sukaa turut bekerja bagi perkembangan gereja di bumi ini. Ketiga, Supaya meeka mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri. Keempat, supaya meerka insaf akan dosanya dfan selalu mau bertobat pula, minta ampun dan pembearuan hidup pada Tuhan. 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Adapun yang menjadi kajian penelitian yang relevan diantaranya ol;eh Rizka Fitria Sari. Peranan Guru dalam Membimbing Kecerdasan Sosial Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen Yogyakarta. Skripsi; Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peranan guru yang terdapat di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen diantaranya adalah: peran guru sebagai ahli instruksional yaitu guru menyusun satuan kegiatan harian, kedua: guru sebagai motivator, guru sebagai model, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai pengarah. (2) faktor pendukung dalam pelaksanaan peranan guru dalam membimbing kecerdasan sosial anak adalah kerjasama yang baik antar guru serta kepiawaian dalam mengatasi anak didik. Selanjutnya
oleh
Atik
Prasetyaningsih.
Peran
Pendidik
dalam
Pembentukan Kecerdasan Sosial Anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: 2009. Hasil penelitian menunjukan: (1) Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan kecerdasan sosial anak di Play Group Among Putro antara lain adalah interaksi sosial terhadap pendidik, interaksi sosial terhadap teman sebaya (2) Peran pendidik dalam pembentukan kecerdasan sosial anak di Play Group Among Putro antara lain adalah peran pendidik sebagai pengarah, pendidik sebagai pembimbing, pendidik sebagai
pendorong, dan pendidik sebagai pemantau. (3) Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan kecerdasan sosial anak di Play Group Among Putro antara lain adalah pendidik mengajarkan interaksi sosial setiap saat kepada anak didiknya tanpa harus diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus, pendidik memberikan pembelajaran mengenai interaksi sosial dalam bentuk praktis, pendidik menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, dan metode cerita, pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya serta pendidik bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk kecerdasan sosial anak.