BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mary Parker Folley, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, maka Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan terhadap penggunaan sumber daya manusia secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Sedangkan Efektivitas sering digambarkan sebagai melakukan pekerjaan yang benar yaitu aktivitas-aktivitas kerja yang membantu organisasi mencapai sasaran.
8
9
2.1.1.1 Fungsi-fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah empat fungsi dari manajemen antara lain: h Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. h Pengorganisasian (Organizing) yaitu dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. h Pengarahan (Directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. h Leading ( Kepemimpinan ) adalah suatu kegiatan untuk mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan dan memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
10
2.1.1.2 Jenjang Manajemen Ada tiga jenjang manajemen yang kita kenal saat ini, antara lain : h Manajemen Puncak ( Top Management ) adalah jenjang tertinggi. Adapun yang termasuk dalam tingkatan ini adalah anggota-anggota dewan direksi dan presiden perusahaan. h Manajemen Menengah ( Middle Management ) biasanya terdiri dari para pemimpin pabrik atau kepala divisi. h Manajemen Pelaksana ( Supervisory Management ) adalah manajemen tingkat paling bawah yang bertugas menjalankan rencana-rencana dan keputusan yang telah ditentukan manajemen menengah. Adapun yang termasuk dalam tingkatan ini adalah kepala mandor dan mandor.
2.1.1.3 Keterampilan Manajer
Sumber : Robert L. Katz Gambar 2.1 Keterampilan yang dibutuhkan pada Tingkat Manajemen
11
Robert L. Katz mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah: h Keterampilan Konseptual (Conceptional Skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Keterampilan konsepsional merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. h Keterampilan Berhubungan dengan Orang Lain (Humanity Skill) Manajer
perlu
dilengkapi
dengan
keterampilan
berkomunikasi
atau
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. h Keterampilan Teknis (Technical Skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
12
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson Berdasarkan Mathis dan Jachson ( 2006 p67 ), Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
penggunaan
karyawan
secara
organisasional untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif terhadap para pesaing. Sedangkan berdasarkan pendapat Cushway ( 2002 p4 - 6 ), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bagian dari proses organisasi dalam mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat di atas, maka Manajemen Sumber Daya Manusia adalah sistem dan kebijakan yang mengatur penggunaan karyawan secara organisasional dengan cara yang etis untuk mempengaruhi kinerja karyawan dan memberikan kontribusi terhadap efektifitas organisasi. 2.1.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Adapun fungsi – fungsi manajemen sumber daya manusia menurut M. Fuad adalah sebagai berikut : h Perencanaan Sumber Daya Manusia Peramalan secara sistematik terhadap permintaan ( demand ) dan penawaran (supply) tenaga kerja organisasi di waktu yang akan datang. h Rekrutmen Proses pencarian dan penarikan calon tenaga kerja yang mampu. h Seleksi
13
Serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak. h Orientasi Memperkenalkan karyawan baru pada peranan atau kedudukan mereka dalam organisasi pada karyawan lain. h Latihan dan Pengembangan Latihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sedangkan pengembangan bertujuan nuntuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian. h Pemeliharaan Fungsi personalia yang berkaitan dengan pemberian kompensasi, hubungan pemburuhan, pelayanan karyawan dan program kesehatan serta keamanan kerja. h Pemberhentian Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja bisa terjaadi karena karyawan mengundurkan diri, pensiun, tidak mampu, dipecat atau dikeluarkan. 2.1.3 Pengertian Perilaku Organisasi Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang berkaitan dengan tindakan atau perilaku manusia di tempat kerja. Perilaku Organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi yaitu perorangan, kelompok dan struktur.
14
2.1.3.1 Model dalam Perilaku Organisasi
Pengembangan model melibatkan tiga variabel penting dalam perilaku organisasi, yaitu: h Variabel Tergantung (Dependent Variable) adalah sebuah respons yang dipengaruhi variabel bebas. Hal yang penting adalah : produktivitas, absen kerja, pindah kerja, pemutusan kerja, kepuasan kerja dan kadang stress di tempat kerja. h Variabel Bebas ( Independent Variable) adalah sebuah variabel yang dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan pada variabel tergantung, terdiri dari tiga tingkatan yaitu tingkat individual, tingkat kelompok dan tingkat organisasi. h Variabel Antara (Moderating Variable) adalah sebuah variabel yang mempengaruhi efek dari variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi, salah satu aspek perilaku organisasi yang penting disamping motivasi, adalah kepemimpinan. Bagi sebuah organisasi, kepemimpinan jelas sekali mempunyai peran yang sangat penting. Karena adanya kepemimpinan berarti terjadinya proses membantu dan mendorong orang lain untuk bekerja dengan antusias mencapai tujuan.
15
2.1.4
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama serta kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman dikutip dalam jurnal ilmiah manajemen dan bisnis vol. 04 2004). Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. 2.1.4.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Menurut Heidjrachman dan S. Husnan, Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hersey, Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. 2.1.4.2 Menentukan Gaya Kepemimpinan Haris dalam Heidjrachman dan Husnan (2002 p173) membedakan adanya empat gaya kepemimpinan, antara lain : h Pemimpin Pengarah (Leader Directiveness) adalah perilaku yang diterapkan apabila pimpinan dihadapkan pada tugas yang rumit dan bawahan belum
16
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut atau pimpinan berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Pimpinan menjelaskan apa yang perlu dan harus dikerjakan. h Pemimpin Konsultatif adalah perilaku yang diterapkan ketika bawahan telah termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini pimpinan hanya perlu memberi penjelasan yang lebih terperinci dan membantu mereka untuk mengerti dengan meluangkan waktu membangun hubungan yang baik dengan mereka. h Pemimpin Peranserta (Participative Leadership) yaitu diterapkan apabila pegawai telah mengenal teknik - teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan pimpinan. Pimpinan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka untuk lebih melibatkan
mereka
dengan
keputusan-keputusan
kerja
dan
untuk
mendengarkan saran-saran mereka mengenai peningkatan kinerja. h Pemimpin Delegaitf yaitu diterapkan apabila bawahan telah sepenuhnya paham dan efisien dalam kinerja tugas, sehingga pimpinan dapat melepaskan mereka untuk menjalankan tugasnya sendiri. 2.1.4.3 Type Kepemimpinan Delapan Type Kepemimpinan Menurut Wahjosumidjo dalam Kartono, antara lain: h Type Deserter (Pembelot)
17
Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. h Type Birokrat Sifatnya : patuh pada peraturan dan norma-norma. h Type Missionary Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati dan ramah tamah. h Type Developer Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahan. h Type Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris mau menang sendiri, keras kepala, sombong dan bandel. h Type Benevolent Autocrat Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir dan besar rasa keterlibatan diri. h Type Compromiser Sifatnya : plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan dan berpandangan pendek. h Type Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh dan tekun.
18
2.1.5 Pengertian Komunikasi Internal Komunikasi adalah proses yang dipergunakan oleh manusia dalam usaha untuk berbagi arti lewat transmisi pesan simbolik. Adapun pengertian komunikasi internal itu sendiri adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan maupun bawahan dengan bawahan. 2.1.5.1 Proses Komunikasi Komuikasi dapat dibayangkan sebagai suatu proses atau aliran. Masalah komunikasi terjadi apabila ada penyimpangan atau rintangan dalam aliran tersebut. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses komunikasi, antara lain : 1. Pengirim (Communicant) adalah individu atau orang yang mengirim pesan baik berupa ide, gagasan, fakta-fakta dan sejenisnya yang ingin disampaikan kepada penerima. 2. Pengkodean adalah penguasaan suatu pesan komunikasi dalam bentuk simbolis. 3. Pesan (Message) adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima, pesan ini bisa berupa verbal maupun non verbal. 4. Saluran (Channel) adalah perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan.
19
5. Penerima merupakan sasaran arah pesan. Sebelum pesan dapat diterima, simbol –simbol harus dapat diterjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima. Inilah Pengkodean Pesan. 6. Penerima Pesan (Communicant) adalah orang yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterima. Benar tidaknya interpretasi yang diberikan oleh penerima dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: tingkat kejelasan pesan yang disampaikan, jenis saluran yang digunakan dan tingkat pengetahuan penerima yang terkait dengan pesan yang disampaikan. 7. Umpan Balik (Feed Back) adalah respon terhadap pesan yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Sumber
Pengkodean
Saluran Pesan
Pengkodean
Penerima
Sumber : Stepphen P. Robbins, 2003, p6 -7 Gambar 2.2 Proses Komunikasi
2.1.5.2 Jenis Komunikasi Internal h Komunikasi ke Bawah adalah komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah. Komunikasi inilah yang digunakan oleh para pemimpin kelompok dan manajer untuk menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi pekerjaan, menginformasikan
20
kebijakan
serta
prosedur
kepada
bawahan,
menunjukkan
persoalan
yang
membutuhkan perhatian dan menawarkan umpan balik. h Komunikasi ke Atas adalah komunikasi yang digunakan untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan saran, memberikan umpan balik kepada atasan, menginformasikan bawahan mengenai kemajuan tujuan, meneruskan masalah – masalah yang ada dan mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Komunikasi ke atas membuat para manajer selalu mengerti apa yang dirasakan para karyawan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja mereka dan organisasi secara umum. Para manajer juga memanfaatkan komunikasi ke atas untuk memperoleh ideide tentang bagaimana memperbaiki kinerja. h Komunikasi Horisontal biasanya terjadi antara orang-orang yang berada dalam jenjang yang sama dalam hirarki kekuasaan (komunikasi horisontal) atau antara orang-orang pada jenjang berbeda yang tidak memiliki kekuasaan langsung atas satu dengan lainnya.
21
Pesan melalui komunikasi horisontal biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti koordinasi. pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. 2.1.6 Pengertian Motivasi Motivasi adalah kesedian untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu. Teori Hirarki menurut A.H. Maslow menunjukan adanya lima tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut adalah : 1) Kebutuhan Fisiologis ( physiological needs ) Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya. 2) Kebutuhan Rasa aman (safety needs) Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan kerja, kecelakaan kerja, pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak bekerja lagi 3) Kebutuhan Sosial ( social needs )
22
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain. 4) Kebutuhan Penghargaan ( esteem needs ) Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self actualization needs ) Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. 2.1.6.1 Pengertian Motivasi Kerja Menurut Liang Gie dalam bukunya Martoyo ( 2002 ), motivasi kerja adalah suautu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Berdasarkan pendapat lainnya, motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja untuk mencapai tujuan tertentu dan ikut menentukan prestasi kerja. Jadi, motivasi kerja adalah kemauan kerja suatu karyawan yang timbulnya karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh
lingkungan
sosial
dimana
kekuatannya
tergantung
pada
proses
23
pengintegrasian tersebut. Oleh karena itu untuk memberikan motivasi yang positif, seorang supervisor atau pemimpin harus mengetahui dan bersifat peka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja individu karyawanannya. Dengan era persaingan sekarang, peran manajer atau pemimpin untuk meningkatkan motivasi kerja para karyawannya adalah sesuatu yang sangat esensial dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. 2.1.6.2 Manfaat dan Tujuan Motivasi Manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya. Salah yang satu yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan adalah gaya kepemimpinan. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi tujuan pribadipun ikut pula tercapai. Beberapa variabel yang mendorong motivasi kerja yaitu komunikasi internal, budaya organisasi dan reward yang diterima karyawan. 2.1.6.3 Teori Motivasi Teori motivasi dikelompokan dua aspek yaitu teori kepuasan dan teori motivasi proses. 1) Teori Kepuasan
24
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor – faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berprilaku dengan cara tertentu. a) Abraham H. Maslow dengan Teori Hierarki Menurut Abraham H. Maslow ( 2009, p131 ), teori motivasi yang dikembangkan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklarifikasikan kedalam berikut ini : h Kebutuhan Fisiologi ( Physiological ) Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga kebutuhan psikologis ( physicological need ), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian. h Kebutuhan Rasa Aman ( Safety ) Setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi maka seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatannya. h Kebutuhan Hubungan Sosial (Affiliation ) Kebutuhan yang sering pula disebut dengan social needs atau affiliation needs adalah kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan sosial meliputi kebutuhan untuk dihormati orang lain dan kebutuhan untuk berprestasi. h Kebutuhan Pengakuan ( Esteem )
25
Setiap orang yang normal membutuhkan adanya penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari lingkungannya. h Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Selft Actualization ) Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinngi. Untuk memenuhi kebutuhan ini biasanya orang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi kesadaran dan keinginann diri sendiri. Maslow memandang motivasi manusia sebagai hierarki dari lima kebutuhan di atas. Para individu akan dimotivasi untuk memenuhi kebutuhan apa saja yang paling kuat bagi mereka pada saat tertentu. Suatu kebutuhan bergantung pada situasi terakhir dan pengalaman terakhir individu. Mulai dengan kebutuhan fisik, yang paling dasar, setiap kebutuhan harus sekurang – kurangnya sebagian dipenuhi sebelum keinginan individu untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat berikut yang lebih tinggi. b) F.W Taylor dengan Teori Motivasi Konvensional Dengan teori ini, dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya imbalan yang akan diperoleh yang bersangkutan. c) David Mc. Clelland dengan Teori Motivasi Prestasi Menurut teori ini ada tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk memotivasi orang bekerja yaitu kebutuhan akan need for achievement, need for affiliation dan need for power. d) Frederick Herzberg dengan Teori Model dan Factor
26
Sebenarnya teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Menurut teori ini pemerliharaan motivasi ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang yaitu factor pemeliharaan dan factor motivasi. e) Clayton P. Alderfer dengan Teori ERG Teori ini merupakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Dimaksudkan untuk memperbaiki beberapa kelemahan teori Maslow. f) Douglas Mc Gregor dengan Teori X dan Y Mengungkapkan dua cara yang dapat dilakukan dalam mendalami perilaku manusia, yang tekandung dalam teori X ( Teori Konvensional ) dan teori Y (Teori Potensial). 2) Teori Motivasi Proses Teori proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan dan menghentikan perilaku individu agar setiap bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal, antara lain : h Teori Harapan ( Expectancy Theory ) Kekuatan yang memotivasi seseorang bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaannya bergantung pada hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu. h Teori Keadilan ( Equity Theory )
27
Menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relative sama. h Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory ) Teori ini didasarkan atau hubungan sebab dan akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. 2.1.6.4 Hal yang Diperhatikan dalam Pemberian Motivasi Pemberian motivasi kepada para karyawan merupakan kewajiban para pimpinan, agar para karyawan tersebut dapat lebih meningkatkan volume dan mutu pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Untuk itu seorang pimpinan harus memerhatikan halhal berikut agar pemberian motivasi dapat berhasil seperti yang diharapkan : h Memahami Perilaku Bawahan Pimpinan harus dapat memahami perilaku bawahan, artinya seorang pimpinan dalam tugas keseluruhan hendaknya dapat memperhatikan, mengamati perilaku para bawahan masing-masing. h Harus Berbuat dan Berperilaku Realistis Seorang pimpinan mengetahui bahwa kemampuan para bawahan tidak sama sehingga dapat memberikan tugas yang kira-kira sama dengan kemampuan mereka masing-masing. h Tingkat Kebutuhan Setiap Orang Berbeda
28
Tingkat kebutuhan setiap orang tidak sama disebabkan karena adanya kecenderungan, keinginan, perasaan dan harapan yang berbeda antara satu orang dengan orang lain pada waktu yang sama. h Mampu Menggunakan Keahlian Seorang pimpinan yang dikehendaki dapat menjadi pelopor dalam setiap hal. Diharapkan lebih menguasai seluk-beluk pekerjaan, mempunyai kiat sendiri dalam menyelesaikan masalah, apalagi masalah yang dihadapi bawahan dalam melaksanakan tugas. h Pemberian Motivasi Harus Mengacu pada Orang Pemberian motivasi adalah untuk orang atau karyawan secara pribadi dan bukan untuk pimpinan sendiri. Seorang pimpinan harus memperlakukan seorang bawahan sebagai bawahan bukan sebagai diri sendiri yang sedang mempunyai kesadaran tinggi untuk melakukan pekerjaan dengan baik. h Harus Dapat Memberi Keteladanan Keteladanan merupakan guru yang terbaik, tidak baik seribu kata apabila perbuatan seseorang tidak menggambarkan perbuatannya. Keteladanan merupakan contoh nyata yang dapat dilihat, disaksikan oleh seorang bawahan.
29
2.2
Kerangka Pemikiran
Gaya Kepemimpinan Indikator : a. Orientasi Direktif b. Orientasi Konsultatif
Motivasi Kerja Karyawan
c. Orientasi Partisipatif Indikator : d. Orientasi Delegatif a. Kebutuhan Fisiologis b. Kebutuhan Rasa
Komunikasi Internal
Aman
Sumber : Penulis Indikator :
c. Kebutuhan Sosial 2.3 Hipotesis a. Komunikasi ke Atas
d. Kebutuhan
b. Komunikasi ke Bawah
Penghargaan
c. Komunikasi Horisontal
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
30
2.3 Hipotesis Menurut Sugiyono ( 2005, p51 ), Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru pada teori yang releva belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. h Ho : Tidak ada pengaruh antar variabel. h Ha : Ada pengaruh antar variabel. 1. Uji Koefisien Variabel X1 Terhadap Variabel Y h Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan. h Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan. 2. Uji Koefisien Variabel X2 Terhadap Variabel Y h Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi internal terhadap motivasi kerja karyawan. h Ha : Ada pengaruh komunikasi internal terhadap motivasi kerja karyawan. 3. Uji Koefisien Variabel X1 dan X2 Terhadap Y h Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal terhadap motivasi kerja karyawan. h Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal terhadap motivasi kerja karyawan.