9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kebermaknaan Hidup
2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness) (Frankl, dalam Bastaman, 2007). Makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam
setiap
keadaan
yang
menyenangkan dan
tak
menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Ungkapan seperti “Makna dalam Derita” (Meaning in Suffering) atau “Hikmah dalam Musibah” (Blessing in Disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup tetap dapat ditemukan. Bila hasrat ini dapat dipenuhi maka kehidupan yang dirasakan berguna, berharga, dan berarti (meaningful) akan dialami. Sebaliknya bila hasrat ini tak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak (Bastaman, 2007).
bermakna
(meaningless)
10
2.1.2. Sumber Menemukan Makna Hidup Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya yaitu : 1) Creative Values (nilai-nilai Kreatif) Nilai-nilai kreatif adalah kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. 2) Experiential Values (nilai-nilai Penghayatan) Nilai-nilai penghayatan adalah keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menekuni suatu cabang seni tertentu. 3) Attitudinal Values (nilai-nilai Bersikap) Nilai-nilai bersikap adalah menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin
11
dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian dan menjelang kematian. Dalam hal ini yang diubah bukan keadaannya, melainkan sikap (Attitude) yang diambil dalam menghadapi keadaan tersebut. Selain tiga nilai yang dikemukan oleh Frankl, menurut Bastaman (2007) terdapat nilai yang menjadikan hidup ini lebih bermakna, yaitu harapan (hope). Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan dapat menimbulkan semangat dan optimisme. 2.1.3. Karakteristik Makna Hidup Menurut Bastaman (2007) ada beberapa sifat khusus dari makna hidup: 1) Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer, artinya apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Mungkin pula apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini bagi seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya sifatnya khusus, berbeda dan tak sama dengan makna hidup orang lain. 2) Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian makna hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapa
12
pun, melainkan harus dicari, dijajagi, dan ditemukan sendiri. Orangorang lain hanya dapat menunjukkan hal-hal yang mungkin berarti, akan tetapi pada akhirnya akan terpulang pada orang yang ditunjuki untuk menentukan apa yang dianggap dan dirasakan bermakna. 3) Makna hidup memiliki sifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita, sehingga makna hidup itu seakan-akan “menantang” kita untuk memenuhinya. Dalam hal ini begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, kita seakan-akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. 2.1.4. Ciri-ciri Individu yang Mencapai Kebermaknaan Hidup Frankl (1992)
menjelaskan bahwa individu
yang
mampu
menghayati hidup bermakna memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa. 2) Memiliki tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Kegiatan-kegiatan menjadi terarah. 4) Tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri sehingga mengerjakannya dengan penuh semangat dan bertanggungjawab. 5) Mampu menemukan beranekaragam pengalaman baru dan hal-hal menarik yang semuanya menambah pengalaman hidup.
13
6) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam arti menyadari batasan-batasan lingkungan, tetapi dalam batasan-batasan itu mereka tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik untuk mereka lakukan. 7) Menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, betapa pun buruknya keadaan. 8) Ketika berada dalam situasi yang tak menyenangkan atau mengalami penderitaan tetap dihadapi dengan sikap tabah. 2.1.5. Ciri-ciri Individu yang mengalami Kehampaan Hidup Bastaman (dalam Prita, 2008) menggambarkan individu yang mengalami kehampaan hidup yaitu : 1) Terbiasa berkeluh kesah dan merasakan hidup serba bosan, hampa, dan penuh keputusasaan. 2) Kehilangan minat dan inisiatif, serta merasakan bahwa hidup tidak berarti. 3) Kehidupan sehari-hari dirasakan rutin dan tidak ada variasinya. Tugas dan pekerjaan akan dianggap sebagai hal yang menjemukan dan menyakitkan hati, sehingga semangat dan kegairahan kerja pun menjadi
hilang
dan
akan
menimbulkan
rasa
malas
dalam
menyelesaikan tugas. 4) Merasa bahwa dirinya tidak pernah mencapai kemajuan hidup apapun, bahkan prestasi yang didapatkan menjadi tidak berharga.
14
5) Acuh tak acuh dan tidak memiliki rasa tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya. 6) Menganggap bahwa lingkungan membatasi gerak-geriknya dan merasa tidak mampu menentukan dan mengambil keputusan sendiri secara bebas. Individu sama sekali tidak menyadari bahwa dalam keadaan apapun sebenarnya seseorang masih bisa menentukan sikap dan memilih apa yang ingin dilakukan. 7) Sering menanyakan kepada diri sendiri mengapa dirinya sampai dilahirkan. Terhadap kematian, individu memiliki sikap mendua. Di satu pihak individu merasa takut dan tidak siap untuk mati, tetapi di lain pihak individu beranggapan bahwa bunuh diri merupakan jalan yang paling tepat untuk keluar dari kehidupan yang serba hampa. 2.1.6. Tahap untuk Mencapai Kebermaknaan Hidup Menurut Frankl (dalam Prita, 2008) tahap yang dilalui seseorang menuju kebermaknaan hidup antara lain : 1) Tahap Derita Pada tahap derita, seseorang dihadapkan pada pengalaman hidup yang tragis dan penderitaan. Pengalaman tragis dan penderitaan tersebut membawa seseorang pada kehidupan tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa, bosan, tidak berarti, tidak memiliki tujuan hidup, putus asa dan lain-lain. 2) Tahap Penerimaan Diri
15
Pada penerimaan diri terjadi proses pemahaman diri dan pengubahan sikap. Seseorang mulai dapat memahami dirinya, menerima apa adanya dan merubah sikapnya terhadap penderitaan. 3) Tahap Penemuan Makna Tahap penemuan makna ditandai dengan kemampuan individu dalam memaknai peristiwa hidup yang dialami dan mulai menentukan tujuan hidup. 4) Realisasi Makna Individu
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
terarah
untuk
penemuan makna hidup dan pemenuhan tujuan hidup. Ini berarti seseorang harus bersedia melakukan keikatan diri (self commitment) terhadap makna dan tujuan hidup serta melibatkan diri (self involvement) dalam merealisasikannya. Tanpa keikatan diri, makna hidup hanya sekedar “citacita indah” yang semata-mata tidak akan berubah dalam kehidupan nyata khususnya dalam pengembangan diri. 5) Kehidupan Bermakna Pada tahap ini, seseorang telah mencapai kehidupan bermakna yang ditandai dengan gairah hidup, semangat hidup, tujuan hidup jelas, kegiatan terarah, dan lain-lain. Penghayatan kehidupan bermakna tersebut dapat dicapai apabila seseorang telah berhasil menemukan makna dan merealisasikannya sehingga akan menimbulkan kebahagiaan. 2.2.
HIV/AIDS
2.2.1. Pengertian HIV/AIDS
16
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, yang secara harafiah berarti kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang diperoleh (Yatim, 2001). Spiritia (2003) menjelaskan lebih lanjut bahwa AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul bahkan penyakitnya bisa menjadi lebih parah daripada biasanya. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (Spiritia, 2003). Biasanya berbagai jenis infeksi bisa diatasi orang sehat karena tubuh mempunyai sel-sel darah putih yang bertugas mempertahankan diri orang tersebut. Sel-sel darah putih ini akan memerangi setiap serangan dari luar dengan menggerakkan sebagian sel untuk melakukan serangan balik terhadap kuman, virus dan penyakit yang masuk ke tubuh. HIV ini justru menyerang sel-sel darah putih kita yang merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh. Akibatnya jumlah sel darah putih kita berkurang dan lama-kelamaan sistem kekebalan tubuh melemah (Yatim, 2001). 2.2.2. Penularan HIV/AIDS Yatim (2001) menjelaskan bahwa HIV hanya ditularkan dari orang satu kepada yang lainnya melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Oleh karena itu HIV menular melalui :
17
1) Hubungan seks. 2) Penggunaan jarum suntik yang pernah dipakai orang lain, yang tertular HIV. 3) Transfusi darah yang mengandung HIV. 4) Hubungan perinatal, yakni dari ibu hamil kepada janin atau bayi yang disusuinya. 2.2.3. Perjalanan HIV menjadi AIDS Yatim (2001) menjelaskan setelah orang tertular HIV, tubuhnya baru akan menghasilkan antibodi dalam selang waktu dua atau tiga bulan. Kemudian berdasarkan tes darah baru bisa dipastikan apakah dia HIV positif atau negatif. Bila orang tersebut HIV+, dia masih tetap sehat dan tidak menampakkan gejala sakit apa-apa. Spiritia (2003) menjelaskan lebih lanjut bahwa walaupun tetap ada virus di dalam tubuh, kita tidak mempunyai masalah kesehatan akibat infeksi HIV. Karena tidak ada gejala penyakit pada tahun-tahun awal terinfeksi HIV, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak tahu ada virus tersebut di dalam tubuhnya. Setelah melewati masa laten, barulah dia merasakan gejala-gejala AIDS, dan secara bertahap kesehatannya menurun. Hidup orang tersebut hanya dapat berlangsung dalam waktu rata-rata dua tahun setelah menunjukkan gejala AIDS. Menurut Spiritia (2003) menjalani cara hidup yang baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan serta dapat memperpanjang kesehatan penderita HIV/AIDS. Cara hidup ini termasuk
18
makan makanan yang bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang teratur tetapi tidak berlebihan, serta tidur yang cukup. 2.2.4. Gejala-gejala HIV/AIDS Gejala AIDS timbul setelah 5-10 tahun terinfeksi HIV (LEPIN, 1996). Gejala terinfeksi HIV/AIDS yang terlihat antara lain : 1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat. 2) Demam berkepanjangan selama lebih dari satu bulan. 3) Diare berkepanjangan selama lebih dari satu bulan 4) Batuk berkepanjangan selama lebih dari satu bulan 5) Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, yang teraba di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. 2.2.5. Pengobatan untuk HIV/AIDS Spiritia (2003) menjelaskan bahwa pada saat ini terdapat obat untuk penderita HIV/AIDS yang berfungsi memperlambat kegiatan HIV menginfeksikan sel yang masih sehat. Obat ini disebut sebagai obat antiretroviral. Untuk mengobati HIV, tidak boleh memakai satu jenis obat ini sendiri, sedikitnya harus memakai kombinasi dua jenis obat, tetapi agar terapi ini dapat efektif untuk jangka waktu yang lama, sebaiknya memakai kombinasi tiga obat. Terapi ini disebut sebagai terapi antiretroviral atau ART.
19
ART hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya dua kali sehari. Kalau dosis terlupa, keefektifan terapi akan cepat hilang. Beberapa orang mengalami efek samping ketika memakai ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya seperti rasa mual, sakit kepala, sakit perut, anemia, sakit otot dan lain-lain. 2.3.
Ibu Rumah Tangga
2.3.1. Peran Ibu Rumah Tangga Menurut Noor keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal. Tumbuh dan berkembangnya aspek manusia baik fisik, psikis atau mental, sosial dan spiritual, yang akan menentukan keberhasilan bagi kehidupannya, sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga. Selain ayah, ibu juga memliki pengaruh yang besar bagi keberhasilan anggota keluarganya. Ibu memainkan peran penting di dalam keluarga, peran dan tugas ibu dalam keluarga secara garis besar dibagi menjadi peran wanita sebagai ibu, ibu sebagai istri, dan anggota masyarakat. 1) Peran perempuan sebagai ibu Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya terutama pada saat masa balita. Pendidikan disini tidak hanya dalam pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas, yaitu pendidikan iman, moral, fisik atau jasmani, intelektual, psikologis, sosial dan pendidikan seksual.
20
2) Peran perempuan sebagai istri pendamping suami Berbicara masalah peran perempuan sebagai istri pendamping suami tentunya tidak lepas dari peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Istri dapat sebagai teman atau partner hidup yang bisa diajak berdiskusi tentang masalah yang dihadapi suami. Sehingga apabila suami mempunyai masalah yang cukup berat, istri dapat memberikan suatu sumbangan pemecahannya maka beban yang dirasakan suami berkurang. Istri juga dapat sebagai penasehat yang bijaksana, ketika suami sedang menghadapi masalah yang rumit, nasehat seorang istri sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah suami. 3) Peran wanita dalam masyarakat Secara kodrati, wanita sebagai manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikatannya dengan manusia lain. Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya berhubungan dengan individu lain merupakan suatu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Dari hubungan antar pribadi ini, tumbuhlah perasaan diterima, ditolak, dihargai-tidak dihargai, dan diakui-tidak diakui. Suatu kenyataan bahwa pada dewasa ini keikutsertaan wanita dalam mencapai tujuan pembangunan sangat diharapkan. Berbagai peran serta tugas di tawarkan bagi wanita dan hal tersebut membuka kesempatan bagi wanita untuk dapat menyatakan diri dan mengembangkan kemampuannya.