BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Penelitian yang Relevan Sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu peneliti melakukan kajian terhadap beberapa penelitian yang relevan di antaranya adalah hasil penelitian dari Jamal Purnawan (2010) yang berjudul “Peningkatan hasil belajar peserta pada keterampilan menulis surat dinas dengan elemen Modeling Kelas VIII2 SMP Negeri 2 Tanete Rilau”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa elemen modeling dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas VIII 2 SMP Negeri 2 Tanete Rilau. Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus I diketahui bahwa hasil belajar peserta didik dalam menulis surat dinas melalui elemen modeling mengalami peningkatan yakni mencapai 12 peserta didik (60%) setelah dilaksanakan tindakan kelas siklus II kemampuan peserta didik meningkat lagi mencapai 16 peserta didik (80%). Penelitian lain yang relavan dengan penelitian ini yakni milik dari Sri Satuhu Bekti (2012) yang bejudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Surat Dinas Melalui Teknik Pemodelan Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Slogohimo”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa berdasarkan paparan di atas dapat disimpukan bahwa pembelajaran menulis surat resmi akan lebih efektif dengan menggunakan metode pemodelan. Dengan metode pemodelan siswa dapat melihat secara nyata atau konkret contoh-contoh surat resmi. peserta didik dapat
7
mengamati bahkan mempelajari sistematika, bagian-bagian surat resmi dengan jelas. Melalui metode pemodelan siswa juga dapat mengevaluasi secara langsung kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam surat resmi tersebut. Adanya berbagai contoh surat resmi mendorong siswa untuk mau bertanya. Dengan metode pemodelan siswa juga termotivasi untuk berdiskusi menemukan ciri-ciri surat resmi dari contoh surat yang ada. Kedua penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni dari kompetensi dasar yang diangkat tentang menulis surat dinas, begitu juga dengan metode pembelajaran yang digunakan adalah elemen modeling. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni subyek penelitian. 2.2
Surat Dinas
2.2.1 Pengertian Surat Dinas Surat disebut juga korespondensi diserap dari bahasa Belanda ‘correspondentie’ yang bermakna surat - menyurat. Kata ini perpaduan dengan bahasa Inggris ‘correspondence’ yang juga bermakna surat - menyurat. Kata surat menyurat yang mengacu kepada berkirim surat yang berarti pekerjaan itu berbalasan. Jadi ada seseorang yang mengirim surat kepada orang lain, lalu orang itu membalasnya. Pekerjaan berbalasan yang menggunakan surat sebagai alat, disebut korespondensi. Pekerjaan balas membalas surat tidak selamanya terjadi, oleh karena sering terjadi surat dikirim tanpa mengharapkan balasan, misalnya
surat yang sifatnya surat dinas. Dengan demikian pengertian korespondensi sudah lebih menyempit, yakni berhubungan dengan merakit surat atau menyusun surat. Oleh karena istilah korespondensi itu unsur dasarnya adalaha surat, maka sebelum sampai pada pengertian surat, perlu dirumuskan komponen yang membentuk pengertian surat. Menurut Pateda (2008:179) komponen yang membentuk pengertian surat adalah (a) ada berita atau informasi, (b) berita atau informasi tersebut dikirim, (c) berita atau informasi itu berwujud tulisan, (d) berita atau informasi tersebut dikirim oleh seseorang atau instansi tertentu kepada orang ataupun instansi lain, (e) menggunakan kertas. Berdasarkan komponen-komponen yang disebutkan, dapat dikatakan bahwa surat adalah informasi yang tertulis di atas kertas yang dikirim oleh seseorang atau instansi tertentu kepada orang lain atau instansi yang lain. Surat adalah wujud pribadi atau instansi tertentu. Oleh karena itu penyusunan surat harus dikerjakan berhati-hati dan cermat. Khususnya surat antar instansi, atau lebih dikenal dengan surat dinas. Menurut Pateda (2008: 202) surat dinas adalah surat yang berasal dari dinas atau jawatan tertentu yang biasanya dikelola oleh pemerintah. Bagian surat dinas sendiri terdiri dari (1) kepala surat, (2) nomor surat, (3) tanggal surat, (4) lampiran, (5) hal, (6) alamat yang dituju, (7) salam pembuka, (8) isi, (9) nama jabatan, (10) tanda tangan, (11) cap, (12) nama penanda tangan surat, (13) tembusan (jika ada), (14) inisial. Kepala surat terdiri dari (1) nama dinas atau
jawatan langsung, (2) nama dinas atau jawatan, (3) alamat, (4) kode pos, (5) nomor telepon, (6) teleks, (7) faksimile, (8) e-mail, dan (9) logo.
2.2.2 Jenis-Jenis Surat Dinas Surat dinas adalah berkas yang dibuat oleh suatu badan pemerintah, badan itu biasanya berada dibawah suatu departemen, seperti dinas pendidikan nasional berada dibawah departemen pendidikan, Dinas Peternakan berada dibawah Departemen Pertanian. Surat dinas memiliki banyak macam jenis tergantung dari maksud dan keperluan suart dinas terebut. Membedakan satu surat dinas dengan surat dinas yang lain dapat dilakukan hanya dengan melihat hal yang dituliskan dibagian atas surat dinas tersebut, biasanya dibawah nomor dan lampiran surat (Gunawan, 2010:1). Menurut Asepsuda (2008:12) bahwa surat dinas adalah surat digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor. Contoh surat dinas adalah surat yang dikirim dari satu instansi ke instansi yang lain. Menurut Ritonga (2012:10) surat dinas ditulis untuk keperluan komunikasi antara kantor yang satu dan kantor yang lain atau antar organisasi. Surat dinas dibuat oleh seseorang yang berkedudukan sebagai pejabat instansi pemerintah sehingga surat ini disebut juga surat jabatan. Sebuah surat dinas dapat
juga disebut surat resmi karena dikeluarkan oleh instansi resmi pemerintah atau bukan swasta. Namun, surat resmi belum tentu dapat disebut sebagai surat dinas. Menulis surat dinas tentu berbeda dengan menulis kedua jenis surat yang lain yaitu surat pribadi dan surat niaga. Menulis surat dinas harus mengikuti aturan tertentu mengenai sistematika, isi, dan bahasa surat.
Jenis-jenis surat dinas menurut Ritonga (2012:11) yakni surat permohonan, surat pemberitahuan, surat keterangan, memo dan nota dinas. a. Surat Permohonan Surat permohonan berisi permohonan atau permintaan sesuatu kepada pihak lain. Misalnya permohonan kepada seseorang untuk menjadi pembicara dalam suatu seminar, permohonan kepada pejabat untuk meresmikan suatu acara, Permohonan untuk menyebarluaskan suatu informasi, Permohonan izin, Permohonan mutasi/pindah tugas, dan permohonan peminjaman sesuatu. Surat permohonan lazimnya dikirimkan kepada instansi yang secara structural organisasi lebih tinggi. Sementara untuk instansi atau pejabat yang lebih rendah, lebih tepat disebut sebagai surat permintaan atau penugasan Dalam surat permohonan harus disebutkan pokok-pokok seperti identitas pemohon, isi permohonan, tujuan dan alasan memohon, batas waktu maksimal untuk menjawab permohonan dan pernyataan kesungguhan dalam memohon.
b. Surat Pemberitahuan Surat pemberitahuan berisi suatu pengumuman atau sosialisasi informasi baru yang perlu diketahui oleh pihak lain yang terkait. Surat ini sifatnya hanya mengabarkan suatu berita sehingga tidak perlu untuk ditanggapi dalam bentuk surat. Secara umum, sistematika surat pemberitahuan yakni bagian pembuka, berisi masalah pokok surat, bagian isi, berisi rincian, uraian, keterangan, atau penjelasan dari masalah pokok yang akan diberitahukan, bagian penutup, berisi harapan agar pihak yang dituju memaklumi hal yang disampaikan. c. Surat Keterangan Surat keterangan berisi keterangan resmi tentang status/kondisi seseorang atau barang yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Misalnya, surat berkelakuan baik, surat keterangan sehat terbebas dari narkoba, surat keterangan tidak mampu, dan surat keterangan pengalaman kerja. Surat ini biasanya dibuat oleh pimpinan atau pejabat tinggi dalam suatu institusi atas permintaan seseorang vang berkepentingan dengan isi keterangannya. Dalam surat keterangan ini berisi data pribadi dan jabatan pihak vang membuat keterangan, data pribadi pihak vang diterangkan, isi keterangan, keterangan tanggal berlakunya surat; dan pernyataan bahwa keterangan yang dibuat adalah benar.
d. Memo dan Nota Dinas Memo merupakan singkatan dari kata memorandum, yang berasal dari kata memory yang berarti ingatan. Istilah nota berasal dari kata note yang berarti catatan. Memo atau nota dinas adalah surat khusus yang dipakai antar pejabat di lingkungan suatu lembaga. Pemakaian memo tersebut berbeda dengan memo pribadi. Memo pribadi dipakai oleh perseorangan dan dapat dikirim kepada siapa saja asal orang yang dituju sudah kenal baik dengan pengirim memo pribadi itu. 2.2.3 Bahasa Surat Dinas Seperti telah dipaparkan di atas, surat adalah wahana komunkasi secara tertulis. Bahasa surat dinas terbagi atas dua bagian, yakni penggunaan kata dan kalimat yang benar dan penerapan EYD. Dalam Tata Bahasa Baku Indonesia (Depdikbud; 1988:1024-1040). Hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penggunaan BI yang benar untuk surat - menyurat disebutkan berikut ini; 1) Pemotongan suku kata apabila baris kalimat sudah tiba pada margin kanan. Huruf pada margin kanan sekurang-kurangnya dua buah. Jika tinggal sebuah sebaliknya ditulis pada baris berikutnya. Angka tahun jangan dipisahkan kalau sudah beralih baris pada tepi kanan;
2) Untuk memulai kalimat baru harus digunakan huruf besar atau huruf kapital, demikian pula nama orang, hal yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, dan geografi; 3) Penulisan jelas, misalnya S.H bukan SH; 4) Penulisan kata harus tepat baik BI maupun unsur serapan; 5) Penulisan kata ulang. Jangan gunakan angka dua, tetapi gunakan tanda hubung (-), dan perhatikan bentuk yang diulang; 6) Penulisan kata depan harus diperhatikan dengan imbuhan, misalnya di Bandung bukan diBandung, dan kata dibuat, bukan di buat; 7) Penulisan partikel pun yang harus dipisahkan dari kata yang mendahuinya, misalnya buku pin, bukan bukupun; 8) Penulisan per dan awalan serapan, misalnya pra-, non,-, dan sub yang harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Jadi per kelas, bukan perkelas, sedangkan awalan serapan harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jadi, nonsarjana bukan non sarjana, prasekolah bukan pra sekolah; 9) Penulisan angka pada rupiah misalnya Rp. 50.000,00, bukan Rp. 50.00010) Penulisan akronim dan singkatan. Akronim misalnya paskibraka (pasukan pengibar bendera pusaka), dan singkatan, misalnya UUD 1945; 11) Penulisan lambang keilmuan, misalnya cm, kg, 1; 12) Penulisan tanda baca yang tepat.
Di samping memperhatikan penerapan EYD, penggunaan kalimat yang benar harus diperhatikan. Apabila bahasa yang digunakan menyenangkan, maka yang membacanya akan senang. Itu sebabnya bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang telah dipertimbangkan secara matang dilihat dari berbagai segi. Bahasa surat dinas sebaiknya: (1) jelas; (2) terarah; (3) singkat; (4) komunikatif; (5) taat kaidah bahasa; (6) dapat dipercaya; (7) etis, dan (8) bertanggung jawab. Bahasa surat dinas harus jelas, singkat, terarah, logis, serta komunikatif, berarti apa yang ditulis ada rujukannya. Pembaca tidak ragu-ragu atau paham betul makna kata dan kalimat yang digunakan. Makna kata yang digunkan satu lawan satu, maksudnya kata yang digunakan hanya memiliki satu makna dalam konteks tersebut. 2.2.4 Hal-Hal yang Harus Diperjelas Dalam Surat Dinas Menurut Ritonga (2012:10) bahwa menulis surat dinas tentu berbeda dengan menulis kedua jenis surat yang lain yaitu surat pribadi dan surat niaga. Menulis surat dinas harus mengikuti aturan tertentu mengenai sistematika, isi, dan bahasa surat. Dijelaskan pula oleh Ritonga (2012:10) bahwa syarat sebuah surat dinas yaitu (a) format dan bentuk surat menarik, yaitu tempat teratur dan tidak diletakkan seenaknya, isi tidak terlalu panjang, yaitu langsung pada sasaran dan tidak bertele-tele, (b)
bahasa harus jelas, padat, baku, umum, yaitu harus
komunikatif, sopan, mudah dipahami, simpatik, dan tidak menyinggung perasaan penerima, harus bersih dan menggambarkan citra pengirimnya. Gunawan (2010:1) berpendapat bahwa syarat sebuah surat dinas yakni (a) format dan bentuk surat menarik, yaitu tempat teratur dan tidak diletakkan seenaknya, isi tidak terlalu panjang, yaitu langsung pada sasaran dan tidak bertele-tel dan (b) bahasa harus jelas, padat, baku, umum, yaitu harus komunikatif, sopan, mudah dipahami, simpatik, dan tidak menyinggung perasaan penerima, harus bersih dan menggambarkan citra pengirimnya. 2.3
Elemen Modeling
2.3.1 Hakikat Elemen Modeling Elemen Modeling tidak terbatas dari guru atau peneliti saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan peserta didik yang dianggap sudah mempunyai kemampuan lebih dari teman di kelasnya. Menurut Sanjaya (2007: 267) modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya guru olah raga memberikan contoh berenang, guru bahasa Indonesia memberi contoh menulis surat dinas.
Elemen modeling dapat membantu mengajar sehingga peserta didik dapat terhindar dari pembelajaran yang teo ritis yang dapat memungkinkan peserta didik menghayal. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang
berkembang adalah keinginannya untuk meniru. Hal yang
ditiru adalah
perilaku-perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan oleh idolanya. Prinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modeling. Menurut Sagala (2006:176) pemodelan adalah deskripsi lingkungan belajar yang menggambarkan suatu objek yang mengacu pada contoh yang akan ditiru. Mengikuti model atau contoh biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum tehadap kepintaran orang lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa segala sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Secara perlahan perasaan kagum akan mempengaruhi emosinya dan anak akan meniru perilaku yang dilakukan oleh idolanya. Metode modeling memberikan kesempatan pada pserta didik untuk mempraktekkan materi yang dipelajari di kelas. 2.3.2 Keunggulan dan Kelemahan Elemen Modeling Menurut Hastuti, (1997:123) menguraikan bahwa elemen modeling mempunyai keunggulan sebagai berikut. a. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan pada model yang ditampilkan sehingga peserta didik lebih mudah memusatkan pembelajarannya. b. Peserta didik memperoleh pengalaman baru untuk mengembangkan kecakapannya serta pengakuan dan penghargaan pengajar.
c. Masalah yang timbul dalam diri peserta didik pada saat mengamati model akan terjawab sendiri oleh hasil amatannya d. Peserta didik aktif mengambil bagian setelah pengamatan terhadap model
yang ditampilkan oleh guru e. Peserta didik mendapat kesempatan sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah-langkah bercerita sesuai model yang ditampilkan guru. 2.3.3 Langkah-Langkah Elemen Modeling Menurut Zaini (2005:90) bahwa langkah-langkah elemen modeling meliputi: a. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut peserta didik untuk mencoba mempraktikkan keterampilan yang baru diterapkan. b. Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai skenario yang dibuat. c. Beri peserta didik di kelas 10-15 menit untuk menciptakan skenario kerja. d. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih. e. Secara bergiliran tiap kelompok dimintai mendemonstrasikan kerja masingmasing setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan. f. Guru memberi penjelasan sesukupnya untuk mengklarifikasi.
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut; “Jika guru menerapkan elemen modeling dalam pembelajaran, maka kemampuan peserta didik
menulis surat dinas dengan
sistematika yang tepat dan bahasa yang benar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Suwawa akan meningkat. 2.5
Indikator Kinerja Sehubungan dengan hipotesis tindakan di atas maka ditetapkan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan menulis surat dinas melalui elemen modeling pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Suwawa yang mendapat nilai KKM 70 mencapai 12 orang (75%) dari 16 jumlah peserta didik.