BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) mengungkapkan adanya hubungan antara
principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima mandat) yang dilandasi dengan adanya
pemisahan
kepemilikan
dan
pengendalian
perusahaan,
pemisahan
penanggung risiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi (Jensen and Meckling, 1976). Pihak principal juga dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent. Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalahmasalah keagenan (agency problems). Masalah-masalah keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Teori keagenan (agency theory) berusaha menjelaskan penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen and Meckling, 1976 dalam Suaryana 2012). Teori keagenan juga berperan dalam menyediakan informasi sehingga akuntansi memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya.
Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen. Salah satu biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat adalah biaya-biaya yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.1.2
Teori Stakeholders Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa dalam stakeholder
theoryperusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendirinamun
harus
memberikan
manfaat
bagi
stakeholdernya
(pemegang
saham,kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis perusahaan, danpihak
lainnya).
Dengan
demikian,
keberadaan
suatu
perusahaan
sangatdipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh para stakeholder. Gray et al. (1996) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa kelangsungan hidupperusahaan tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari, sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan bagian darikomunikasi antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Teori stakeholder secara eksplisit mempertimbangkan akan dampakkebijakan pengungkapan perusahaan ketika ada perbedaan kelompok stakeholderdalam sebuah perusahaan. Pengungkapan informasi oleh perusahaan dijadikan alat manajemen untuk mengelola kebutuhan
informasi yang dibutuhkan olehberbagai kelompok (stakeholders). Oleh karena itu manajemen mengungkapkaninformasi tanggung jawab sosial dan lingkungan ini dalam rangka mengelola stakeholder agar perusahaan mendapatkan dukungan dari mereka. Dukungan tersebut dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan tentunya dapat mengingkatkan nilai perusahaan (Gray et al.,1996 dalam Ghozali dan Chariri (2007).
2.1.3
Teori Legitimasi Gray et. al. (1996) dalam Hadi (2011) berpendapat legitimasi merupakan
sistem
pengelolaan
perusahaanyang
berorientasi
pada
keberpihakan
terhadapmasyarakat, pemerintah individudan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen denganharapan masyarakat. Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat. Berdasarkan usaha tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2012). Perusahaan berusaha untuk menjustifikasi keberadaannya dalam masyarakat dengan legitimasi aktivitasnya (Naser et al., 2006). Legitimasi organisasi dapat dipandang sebagai sesuatu yangdiberikan oleh masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Gray et al. (1996) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa organisasi atau perusahaan akan berlanjut keberadaannya jika masyarakat
menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang seiring dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunannya untuk menggambarkan akuntabilitas atau tanggung jawab manajemen terhadap perusahaan, sehingga perusahaan yang bersangkutan diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut maka akan menambah nilai perusahaan.
2.1.4
Teori Sinyal Suatu informasi yang dipublikasikan sebagai sebuah pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor untuk mengambil keputusan investasi (Jogiyanto, 2013:517). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi maupun informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Teori sinyal menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan tanggungjawab sosial dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan (Rustiarini, 2011).
2.1.5
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development yang
merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dalam Sari (2012) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun bagi pembangunan. Kewajiban perusahaan dalam menerapkan tanggungjawab sosial diatur dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007. Pasal 74 Undang – Undang Perseroan
Terbatas menyatakan : (a) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (b) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. (c) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai denan ketentuan peraturan perundang – undangan. Dengan peraturan ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Konsep pengungkapan tanggungjawab sosial melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintahan, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis (Ananta, 2009). Kegiatan pengungkapan tanggungjawab sosial telah mengemukakan untuk menyertakan menggabungkan karakteristik sosial atau fitur dalam produk dan proses manufaktur, misalnya menggunakan teknologi ramah lingkungan (McWilliams, 2001). Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran konvensionalnya untuk menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Implementasi atas tanggung jawab tersebut dikomunikasikan dalam
laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan tanggungjawab sosial penting untuk dilakukan karena melalui pengungkapan lingkungan hidup pada laporan tahunan perusahaan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Perusahaan akan memperoleh manfaat positif yakni perhatian, kepercayaan, dan dukungan dari masyarakat dengan pengungkapan tanggungjawab sosial.
2.1.6
Nilai Perusahaan Nilai perusahaaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual. Berbagai kebijakan diambil oleh manajemen dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan pemegang saham tercermin pada harga saham (Brigham, 2007:11). Nilai perusahaan dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan antara lain adalah PER, PBV, dan Tobin’s Q. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan prospeknya di masa depan (Agustina, 2013). Dalam penelitian ini nilai perusahaan dihitung menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam
Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tidak hanya saham biasa dan ekuitas perusahaan saja yang dimasukkan, namun seluruh asset perusahaan.Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin (1967) dalam Viola (2008). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva dianggap tidak menarik (Viola, 2008).
2.1.7
Kepemilikan Manajerial Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Pasal 85 menyatakan pemegang saham,
baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham dan menggunakan hak suara sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Pemegang saham yang memiliki saham dengan persentase kepemilikan yang semakin tinggi mempunyai hak suara yang semakin tinggi dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Hak suara yang tinggi membuat pemegang saham tersebut dapat membuat keputusan berkaitan dengan perusahaan. Dewan komisaris atau direksi diangkat dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Pada umumnya dewan komisaris atau direksi memiliki saham perusahaan dengan persentase < 10%.
Manajerial adalah bagaimana suatu institusi mengelola pekerjaan atau kegiatannya, sehingga mendapat reputasi terbaik di mata pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder nya (Noor,2007:20). Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Manajemen perusahaan memiliki latar belakang yang berbeda, antara lain : pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi. Kedua, mereka adalah tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Ketiga, mereka duduk dijajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham (Tamba, 2011). Kepemilikan Manajerial diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham yang beredar (Soesetio, 2008). Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham rentan untuk terjadi masalah keagenan. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik manjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil, dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun harus mengorbankan
dumber daya untuk melakukan aktivitas tersebut. Semakin banyak kepemilikan manajerial di dalam perusahaan, maka manajemen akan melakukan kegiatan produktif yang dapat meningkatkan image perusahaan (Apriwenni, 2009). Morck et.al (1989) menemukan bahwa pada level 0-5% terdapat hubungan non linier antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif pada level 5-25%, berhubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan pada level 25-50% dan berhubungan negatif pada level > 50%.
2.1.8
Profitabilitas Wiagustini
(2010:76)
menyatakan
bahwa
profitabilitas
merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektifitas pengelolaan manajemen perusahaan. Menurut Brigham (2007:146) profitabilitas adalah hasil akhir dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen, dimana kebijakan dan keputusan ini menyangkut pada sumber dan penggunaan dana dalam menjalankan operasional perusahaan yang terangkum dalam laporan neraca dan unsur dalam neraca. Tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah memperoleh laba (profit), maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding dengan resikonya (Toto, 2008). Menurut Saidi (2004) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi
kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan melalui Return on equity (ROE) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik perusahaan lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang mereka tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham dan nilai perusahaan.
2.2
Penelitian Terdahulu Pada bagian ini diuraikan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang
sesuai dengan topik penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No
Judul dan Nama Peneliti
1
Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Variabel dan Teknik Analisis Independen: 1) Kepemilikan
Hasil penelitian Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
Institusional, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan
2
3
manajemen 2) Kepemilikan Institusional 3) Corporate Social Responsibility (Wien Ika Permanasari, Dependen: 2010) Nilai perusahaan Teknik Analisis: Regresi Linear Berganda Pengaruh Kinerja Independen: Keuangan terhadap Nilai Kinerja keuangan Perusahaan dengan Dependen: Nilai Pengungkapan Corporate perusahaan Social Responsibility dan Moderasi: Good Corporate 1) Pengungkapan Governance sebagai Corporate Social Variabel Pemoderasi Responsibility 2) Good Corporate (Anindyati Sarwindah Governance Utami, 2011) Teknik Analisis: Moderated Regression Analysis
tidak berpengaruh pada nilai perusahaan sedangkan Corporate Social Responsibility berpengaruh pada nilai perusahaan.
Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi.
Kepemilikan institusional dan komite audit berpengaruh negatif pada nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh pada nilai perusahaan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak mampu memoderasi pengaruh good corporate governance pada nilai perusahaan.
Independen: 1) Kepemilikan manajerial 2) Kepemilikan institusional 3) Proporsi dewan komisaris (Ni Ketut Karlina Prastuti, 4) Komite audit 2014) Dependen: Nilai perusahaan Moderasi : Corporate Social Responsibility Teknik Analisis: Regresi Linear Berganda dan Moderated Regression Analysis
Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan .Corporate Sosial Responsibilty Dan Good Corporate Governance juga berpengaruh terhadap hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
4
5
2.3
Pengaruh Kinerja Keuangan pada Nilai Perusahaan dengan Penerapan GCG dan Pengungkapan CSR sebagai Variabel Pemoderasi.
Independen: Kinerja keuangan Dependen: Nilai perusahaan Moderasi : 1) Penerapan GCG 2) Pengungkapan CSR (Ni Made Dwi Damayanti, Teknik Analisis: 2014) Regresi Linear Sederhana dan Moderated Regression Analysis Pengaruh Kinerja Independen: Keuangan Terhadap Nilai Kinerja keuangan Perusahaan Dependen: Dengan Pengungkapan Nilai perusahaan Corporate Social Moderasi : Responsibility Dan 1) Penerapan GCG Good Corporate 2) Pengungkapan Governance Sebagai CSR Variabel Pemoderasi Teknik Analisis: Regresi Linear (Sri Rahayu, 2010) Berganda dan Moderated Regression Analysis
Kinerja keuangan berpengaruh pada nilai perusahaan dan pengungkapan CSR mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan sedangkan penerapan GCG tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan.
Kinerja keuangan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, pengungkapan CSR dan Good Corporate Governance juga tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan.
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2014: 93).
2.3.1 Pengaruh kepemilikan manajerial pada nilai perusahaan Menurut agency teory, pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan. Konflik ini terjadi akibat dari
perbedaan
kepentingan
antara
prinsipal
dan
agen
untuk
memaksimalkan
kepentingannya masing – masing. Perbedaan kepentingan ini dapat memicu manajer untuk berperilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang saham. Kepemilikan saham oleh manajemen dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut sehingga dapat mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan melakukan tindakan yang meningkatkan nilai perusahaan, karena apabila nilai perusahaan meningkat maka kesejahteraannya sebagai pemegang saham juga turut meningkat. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka semakin kuat kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan. H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan
2.3.2 Pengaruh profitabilitas pada nilai perusahaan Profitabilitas merupakan salah satu bagian finansial yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan saat menjalankan operasinya. Para pemegang saham selalu menginginkan keuntungan dari investasi yang mereka tanamkan pada perusahaan, keuntungan tersebut diperoleh dari keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarakan devidennya, sehingga akan semakin banyak investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Menurut Petronila (2003) dalam Rimba (2010) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah memperoleh laba (profit), maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding dengan resikonya (Toto, 2008). Berbagai
kebijakan
yang
diambil
manajemen
dalam
upaya
untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga saham. Sehingga, dari kondisi tersebut investor akan berkepentingan dengan menganalisis nilai perusahaan, sebab analisis nilai perusahaan akan memberikan kebermanfaatan informasi kepada investor dalam menilai prospek perusahaan di masa mendatang dalam menghasilkan laba. Salah satu bentuk analisisnya adalah dengan melihat nilai return on equity (ROE), karena investor dapat mengetahui berapa persen pengembalian atas modalnya di dalam perusahaan tersebut. Jadi, profitabilitas memiliki pengaruh terhadap nilai sebuah perusahaan yang bisa diketahui lewat ROE. H2 : Profitabilitas berpengaruh pada nilai perusahaan
2.3.3
Pengaruh kepemilikan manajerial pada nilai perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial sebagai variabel pemoderasi
Kepemilikan manajemen merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris.Menurut agency theory, pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan yang disebabkan prinsipal dan agen mempunyai kepentingan sendiri-sendiri yang saling bertentangan karena agen dan prinsipal berusaha memaksimalkan utilitasnya masing-masing. Menurut Haruman (2008), perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham mengakibatkan manajemen berprilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang saham. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan saham. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham juga akan meningkat. Dengan nilai perusahaan akan menarik minat investor dalam berinvestasi. Akan tetapi, investor tidak ingin berisiko dalam penanaman modalnya di suatu perusahaan. Mereka lebih cenderung memilih perusahaan yang telah mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam suatu laporan tahunan. Pengungkapan sosial perusahaan diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan di dalam memperbaiki lingkungannya (kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial), maka nilai perusahaan semakin meningkat sebagai akibat dari para investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan. Hal ini berarti, semakin baik citra perusahaan di
lingkungan masyarakat sekitar, maka semakin meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya. H3 : Pengungkapan tanggungjawab sosial berpengaruh terhadap hubungan kepemilikan manajerial pada nilai perusahaan.
2.3.4 Pengaruh profitabilitas pada nilai perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial sebagai variabel pemoderasi Hasil penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan tanggungjawab sosial sebagai variabel pemoderasi. Teori sinyal menyatakan mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal (Retno, 2012) dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan pengungkapan yang sifatnya sukarela.Stakeholder theory berpandangan bahwa perusahaan harus melakukan pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung jawab kepada para stakeholder. Penelitian ini menggunakan pengungkapan tanggungjawab sosial sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. H4 : Pengungkapan tanggungjawab sosial berpengaruh terhadap hubungan profitabilitas pada nilai perusahaan.