BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, di mana prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen untuk membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2007). Setelah diberikannya wewenang tersebut oleh prinsipal, agen berkewajiban melaksanakan
tugas-tugasnya
serta
melaporkan
hasil
pekerjaannya
kepada
prinsipal.Salah satu hal yang mendasari adanya teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki maksud dan tujuan yang berbeda. Agen diperkirakan akan menerima kepuasan tidak hanya dari gaji yang didapatkan, tetapi juga dari aspek lain, seperti kondisi kerja yang kondusif, jam kerja yang fleksibel, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan pribadinya. Sedangkan, prinsipal diperkirakan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Konflik timbul ketika prinsipal tidak dapat dengan mudah mengawasi tindakan agen dalam menjalankan wewenangnya. Selain itu, agen cenderung memiliki informasi lebih tentang keadaan perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Hal tersebut dapat menyebabkan agen salah dalam menyajikan informasi kepada
7
prinsipal, sehingga prinsipal mengambil keputusan yang salah yang berdampak pada kelancaran kegiatan operasional perusahaan. 2.1.2 Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan program (Mulyadi, 2001:448). Tujuan manajemen menyusun anggaran untuk jangka waktu tertentu yaitu membawa perusahaan ke kondisi tertentu dengan sumber daya yang telah diperhitungkan. Menurut Mulyadi (1999) anggaran adalah perencanaan jangka panjang yang berisi rencana implementasi program yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran tertentu. Hansen dan Mowen (1997) menyatakan bahwa anggaran merupakan komponen utama perencanaan, yaitu perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Terdapat dua unsur penting dalam anggaran yaitu yang pertama bagaimana anggaran tersebut dibuat dan yang kedua bagaimana anggaran diimplementasikan sebagai rencana perusahaan. Anggaran mempunyai beberapa manfaat menurut Supriyono (2001:83). Manfaat anggaran antara lain untuk : a. Perencanaan kegiatan organisasi atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek b. Membantu mengkoordinasikan rencana jangka pendek c. Alat komunikasi rencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban
8
d. Alat
untuk
memotivasi
para
manajer
untuk
mencapai
tujuan
pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya e. Alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban dan para manajernya f. Alat pengendalian para manajer. 2.1.3 Proses Penyusunan Anggaran Proses penyusunan anggaran yang dikemukakan oleh Ikhsan dan Ishak (2005:161) dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu : 1) Penetapan Tujuan Menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus merupakan aktivitas awal dalam perencanaan anggaran. Dalam proses penetapan tujuan sebaiknya manajer tingkat bawah dan para karyawan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dengan demikian proses penyusunan anggaran akan terlaksana lebih efektif. 2) Implementasi Mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi merupakan hal yang dilakukan dalam tahap implementasi. Konsep keperilakuan utama yang memengaruhi tahap implementasi adalah komunikasi, kerjasama, dan koordinasi. 3) Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Dalam tahap ini, anggaran digunakan sebagai tolak ukur suatu keberhasilan terhadap kinerja nyata dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan.
9
2.1.4 Partisipasi Penganggaran Partisipasi penganggaran didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan para manajer dalam menentukan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu organisasi (Wartono, 1998). Partisipasi anggaran dari setiap anggota organisasi diperlukan karena bawahan yang lebih mengetahui kondisi langsung bagian dimana anggota tersebut ditempatkan. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran merupakan hal yang efektif untuk menciptakan kesamaan dan keselarasan tujuan dari setiap pusat pertanggungjawaban dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh (Siegel dan Marconi, 1989). Menurut Anthony dan Govindarajan (2007) membedakan proses penganggaran sebagai berikut: a. Top down approach Anggaran disusun oleh manajer tingkat atas dengan sedikit atau bahkan sama sekali tidak bekerjasama dengan manajer tingkat bawah. Atau dapat dikatakan tidak ada keterlibatan manajer tingkat bawah. b. Bottom up approach Anggaran yang disiapkan oleh pihak pelaksana anggaran tersebut yang kemudian diteruskan kepada tingkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuan. c. Top down dan bottom up approach Penyusunan anggaran dimulai dari pimpinan tertinggi kemudian dijabarkan oleh karyawan bawahan, berarti anggaran berdasarkan pedoman dari pimpinan kemudian dilanjutkan oleh bawahan.
10
2.1.5 Senjangan Anggaran Senjangan anggaran adalah tindakan bawahan menyatakan terlalu rendah kapabilitas atau kemampuan produktifnya ketika mengusulkan anggaran (Young, 1985). Senjangan anggaran merupakan perbedaan yang dihasilkan antara estimasi anggaran dengan realisasi anggaran. Bawahan menciptakan senjangan anggaran dengan menyatakan terlalu tinggi biaya yang direncanakan serta menyatakan terlalu rendah pendapatan yang diharapkan. Terdapat 3 (tiga) alasan utama manajer melapis anggaran dengan senjangan anggaran menurut Hilton pada tahun 2000 (dalam Falikhatun, 2007:208) , yaitu : 1) Hasil pekerjaan akan terlihat baik dimata atasan apabila tercapainya anggaran tersebut. 2) Senjangan anggaran selalu digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, jika tidak ada kejadian tak terduga manajer tersebut dapat melampaui anggaran. Sedangkan, apabila ada kejadian tak terduga maka ia dapat menggunakan senjangan tersebut untuk mengurangi kejadian tersebut dan masih dapat mencapai anggaran. 3) Bahwa rencana anggaran selalu di potong dalam proses pengalokasian sumber daya. Dapat disimpulkan bahwa senjangan anggaran merupakan suatu fenomena yang terjadi pada saat proses perencanaan anggaran. Ketika seseorang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyatakan target anggaran, maka seseorang tidak akan membuat target sesuai kemampuan optimalnya, akan tetapi membuat anggaran yang mudah dicapai sehingga timbul senjangan anggaran.
11
2.1.6 Kohesivitas Kelompok Kohesivitas
kelompok
dapat
didefinisikan
sebagai
tingkat
yang
menggambarkan suatu kelompok dengan anggota yang mempunyai pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk tetap menjadi bagian dari kelompok tersebut, (Kim dan Taylor, 2001). Robbins (2002) menyatakan bahwa semakin kohesif suatu kelompok, para anggota semakin mengarah ke tujuan. Selanjutnya tingkat kohesivitas akan memiliki pengaruh terhadap komitmen terhadap organisasi tergantung dari seberapa jauh kesamaan tujuan kelompok dengan organisasi. Kelompok dengan kohesivitas tinggi disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil kearah pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan jika pada kelompok dengan kohesivitas tinggi tidak disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil kearah pencapaian tujuan kelompok. Menurut Forsyth (1999) ada empat dimensi kohesivitas kelompok. Dimensi kohesivitas kelompok tersebut antara lain : a. Kekuatan Sosial : keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari anggota tersebut membuatnya bersatu. b. Kesatuan dalam kelompok : perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok.
12
c. Daya tarik : individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik. d. Kerja sama kelompok : individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran Partisipasi
merupakan
cara
efektif
menyelaraskan
tujuan
pusat
pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara menyeluruh. Partisipasi penganggaran memiliki arti penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi bawahan dengan memberikan target untuk mencapai tujuan. Dengan adanya proses partisipasi, pihak manajemen dapat memberikan informasi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya sehingga pemilik perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan organisasi (Ikhsan dan Ishak, 2005). Meskipun partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki berbagai keunggulan, namun ada juga peneliti yang menemukan permasalahan yang ditimbulkan dari partisipasi penganggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) menyatakan partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran dapat memicu terjadinya senjangan anggaran. Hal ini disebabkan oleh bawahan yang cenderung membuat anggaran yang mudah dicapai yaitu dengan cara melonggarkan anggaran. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran membuat bawahan akan leluasa dalam menentukan apa yang akan di capai
13
untuk kepentingannya sendiri bukan kepentingan organisasi atau institusi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Djasuli (2011) yang menyebutkan partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Menurut Lau dan Eggleton (2003) bawahan memiliki inisiatif yang besar untuk menciptakan senjangan anggaran dalam proses partisipasi penganggaran disebabkan karena bawahan memiliki informasi lebih dibandingkan atasan serta adanya target anggaran yang diberikan kepada bawahan. Bawahan akan cenderung menyatakan kebutuhan yang tinggi dan produktivitas yang rendah dalam anggaran yang disusunnya untuk memudahkan tercapainya anggaran tersebut (Widanaputra dan Mimba, 2014). Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) dan Ramdeen (2006) yang menyatakan semakin tinggi partisipasi penganggaran maka semakin tinggi pula senjangan anggaran yang ditimbulkan. H1 : Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran 2.2.2 Pengaruh Kohesivitas Kelompok dalam Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran Robbins (1996) mendefinisikan kohesivitas kelompok merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para anggotanya tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di dalam kelompok. Tingkat kohesivitas mempunyai akibat positif atau negatif tergantung seberapa baik tujuan suatu kelompok sesuai dengan tujuan
14
organisasi. Bila kohesivitas tinggi dan kelompok menerima serta sepakat dengan tujuan formal organisasi, maka perilaku kelompok akan positif ditinjau dari sisi organisasi formal. Sesuai dengan teori Alvin Zander pada tahun 1979 (dalam Ikhsan dan Ishak, 2005:216) menyatakan kepuasan akan meningkat, absenteisme dan tingkat pergantian karyawan akan berkurang bila kohesivitas kelompok tinggi. Hal tersebut berdampak terhadap tercapainya tujuan organisasi serta kemungkinan kecil terjadinya senjangan anggaran. Utami (2012) juga menyatakan kohesivitas kelompok yang tinggi akan memperjelas tujuan kelompok secara khusus yang nantinya akan memperjelas tujuan organisasi secara keseluruhan. Sehingga, dengan adanya kohesivitas kelompok dapat membuat senjangan anggaran yang timbul awalnya tinggi menjadi rendah. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H2 : Kohesivitas kelompok memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran
15