BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Pemasaran a. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2012) menjelaskan bahwa marketing adalah sebuah aktivitas, lembaga, dan proses untuk menciptakan, komunikasi, mengantarkan, dan mengubah penawaran yang memiliki nilai bagi konsumen, klien, rekan, dan dunia sosial secara keseluruhan. Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA) dalam buku Kotler dan Keller(2009) Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Lizamary
Angelina
Darma
dan
Edwin
Japarianto
(2014)
menyimpulkan bahwa marketing adalah suatu proses untuk membuat suatu produk memiliki nilai berbeda di mata konsumen sehingga konsumen memilih produk tersebut dibandingkan produk lain yang sejenis.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2. E-Commerce Menurut Keller (2009) E-commerce berarti bahwa perusahaan atau situs menawarkan untuk bertransaksi atau memfasilitasi penjualan produk dan jasa secara online.E-commerce selanjutnya menimbulkan e-purchasing dan emarketing. E-purchasing berarti perusahaan memutuskan membeli barang, jasa dan informasi dari berbagai pamasok online.E-purchasing yang cerdas sudah menghemat jutaan dollar uang perusahaan.E-marketing mengambar usaha
perusahaan
untuk
memberitahu
pembeli,
mengkomunikasikan,
mempromosikan, dan menjual produk dan jasanya lewat Internet. 3. Kemudahan Penggunaan Pada saat pertama kali berbelanja secara online biasanya calon pembeli akan merasa kesulitan karena faktor ketidak-tahuan dalam melakukan belanja online. Pembeli yang merasa kesulitan biasanya akan mengurungkan niatnya melakukan untuk berbelanja online. Kemudahan penggunaan adalah sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sebuah sistem dapat digunakan dengan mudah tanpa dibutuhkan banyak usaha (Davis, 1989, 1993). Kemudahaan penggunaan mengacu pada persepsi pengguna mengenai proses menuju hasil akhir transaksi jual beli online, dan kemudahan adalah betapa mudahnya menggunakan internet sebagai sarana dalam jual beli online (Monsuwe et al., 2004).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Kemudahan penggunaan mengacu kepada jelas dan mudahnya interaksi dengan sebuah sistem, kemudahan dalam menggunakan sistem untuk melakukan tindakan yang diperlukan, usaha yang diperlukan untuk berinteraksi dengan sistem dan kemudahan penggunaan sistem (Ndubisi dalam Kigongo 2011). Menurut Wen et al. (dalam Trisnawati, 2012) kemudahan penggunaan adalah dimana konsumen merasakan bahwa belanja di toko berbasis web akan meningkatkan belanjanya serta sejauh mana konsumen merasakan kemudahan interaksi dengan situs web dapat menerima informasi tentang produk yang dibutuhkan. Berdasarkan
definisi
tersebut,
konsep
kemudahan
penggunaan
menunjukkan tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan sistem informasi yang dalam hal ini adalah situs jual beli online adalah mudah dan tidak memerlukan usaha yang keras dari pemakainya untuk dapat menggunakannya. Apabila sistem informasi mudah digunakan, maka pengguna akan cenderung untuk menggunakan sistem informasi tersebut dalam berbelanja online. a. Dimensi Kemudahan Penggunaan Vankatesh dan Davis (2000: 201) membagi dimensi Kemudahan Penggunaan menjadi berikut: 1. Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (clear and understandable)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut (does not reqyire a lot of mental effort) 3. Sistem mudah digunakan )easy to use) 4. Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan (easy to get the system to do what he/she wants to do) Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan empat dimensi diatas sebagai dasar butir pertanyaan yang akan dicantumkan dalam kuesioner penelitian. Konteks Kemudahan Penggunaan belanja dengan sistem online berarti masyarakat percaya bahwa beriteraksi melalui media online mudah untuk dipahami. Kemudahan Penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu maupun tenaga) kepada masyarakat dalam mempelajari seluk beluk berinteraksi melalui online. Dengan demikian, bila layanan online bukalapak mudah digunakan kepada masyarakat maka layanan ytersebut akan sering digunakan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan untuk user. b. Indikator Kemudahan Pengunaan Davis (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan, yaitu: 1. Teknologi informasi sangat mudah dipelajari (easy to use)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2. Teknologi informasi menegrjakandengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna (easy to get the system to do what user want to do) 3. Tidak dibutuhkan banyak usaha berinterkasi dengan teknologi informasi (doesn’t require a lot of mental effort) 4. Teknologi informasi sangat jelas dan mudah untuk dioperasikan (clear and understandable) Ketika seseorang konsumen merasakan kemudahan dalam berinteraksi dengan situs e-commerce, untuk mencari informasi produk, membeli produk,
dan
melakukan
pembayaran,
maka
mereka
akan
mempertimbangkan belanja online akan lebih berguna. Sebuah sistem yang dianggap sulit untuk digunakan akan dianggap kurang bermanfaat bagi penggunanya untuk melakukan berbelanja secara online. Kemudahan penggunaan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi (atmajaya dalam Cesario, 2012). Intensitas penggunaan dan interaksi anatar pengguna dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan (Kusuma dan Susilowati dalam Cesario, 2013). Sebuah sistem yang sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut sudah dikenal dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4. Pengalaman berbelanja Istilah pengalaman telah digunakan dalam berbagai cara. Definsi pengalaman dapat dibagi ke dalam dua jenis, pertama pengalaman yang mengacu pada masa lalu (mengacu pada pengetahuan dan akumulasi pengalaman dari waktu ke waktu) dan kedua mengacu pada persepsi yang sedang berlangsung, perasan, dan observasi langsung (Schmitt, 2010). Tynan dan McKechnie (dalam Same, 2012) menjelaskan bahwa pengalaman bersifat kata benda dan kata kerja. Pengalaman digunakan untuk menyampaikan berbagai proses, berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, dan cara dimana suatu objek mempengaruhi pikiran atau emosi seseorang melalui indera atau pikiran. Pengalaman adalah kejadian umum yang terjadi pada keadaan mental setiap individu setiap saat (Poulsson dan Kale dalam Same, 2012). Sedangkan Pine dan Gilmore (dalam Schmitt, 2010) melihat pengalaman sebagai peristiwa yang melibatkan individu secara pribadi dan pengalaman sebagai peristiwa yang berkesan. Pengalaman merupakan persepsi yang dihasilkan ketika manusia mengkonsolidasikan informasi sensorik mereka, persepsi ini dibentuk oleh pertemuan konsumen dengan produk, jasa, dan bisnis (Carbone dan Haeckel dalam Same, 2012). Pengalaman adalah interaksi atau serangkaian interaksi, antara konsumen dan sebuah produk, perusahaan atau yang mewakili yang mengarah pada reaksi. Pengalaman ini benar-benar pribadi dan menyiratkan keterlibatan konsumen pada tingkat yang berbeda (rasional, emosional, sensoris, fisik, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
spiritual) (Gentile et al. dalam Schmitt, 2010). Pengalaman yang dialami oleh konsumen bisa saja baik atau buruk, abadi atau sekilas, fenomena acak atau persepsi yang direkayasa. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman berbelanja konsumen adalah serangkaian interaksi pribadi konsumen yang berkesan di saat konsumen melakukan interaksi dengan sebuah produk, perusahaan atau yang mewakili yang mengarah kepada reaksi baik ataupun buruk. a. Dimensi Pengalaman Berbelanja Terdapat enam komponen yang terdapat dalam pengalaman konsumen (Gentile et al. Dalam Schmitt, 2010): 1. Sensorik. Penglihatan pendengaran, sentuhan, rasa, dan bau yang membangkitkan kenikmatan estesis, kegembiraan, kepuasan dan rasa keindahan. 2. Emosional. Suasana hati, perasaan dan pengalaman emosional yang membuat hubungan efektif dengan perusahaan, merek dan produk. 3. Kognitif. Pengalaman terkait dengan pemikiran dan proses kesadran mental konsumen dalam menggunakan kreativitas mereka atau pemecahan masalah sehingga merevisi tentang asumsi sebuah produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
4. Pragmatis. Pengalaman yang dihasilkan dari tindakan praktis dalam melakukan. 5. Gaya hidup. Pengalaman yang dihasilkan dari penegasan nilai – nilai dan keyakinan pribadi. 6. Relasional. Pengalaman yang muncil dari konteks hubungan sosial konsumen yang umum terjadi selama menkonsumsi sebuah produk sebagai bagian dari komunitas untuk menegaskan identitas sosial konsumen. Menurut Kartajaya (2004), produk dan jasa harus memberikan suatu pengalaman, yaitu pengalaman fiskal, pengalaman emosional, pengalaman inlektual dan pengalaman spritual. 1. Pengalaman fisikal. Diperoleh dari interaksi fisik manusisa dengan lingkungan sekitar yang dapat merangsang seluruh pnca indera. 2. Pengalaman emosional. Timbul karena adanya interaksi yang membangkitkan prestinge maupun emosi yang memperlihatkan identitas dan ekspresi manusia. 3. Pengalaman inlektual. Pengalaman karena adanya kemampuan untuk menggali potensi dan aktualisasi diri 4. Pengalaman
spritual.
Pengalaman
sisireligius manusia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
diperoleh
melalui
21
5. Kepercayaan Konsumen Keyakinan atau kepercayaan adalah suatu faktor yang dapat mengatasi kesulitas antara rekan bisnis selain itu juga merupakan aset penting dalam mengembangkan hubungan jangka panjang antar organisasi. Suatu organisasi harus mampu mengenali faktor – faktor yang dpaat membentuk kepercayaan tersebut agar dapat menciptakan, mengatur, memelihara, menyokong dan mempertinggi tingkat hubungan dengan pelanggan (Kartono, 2008). Dalam konteks Relationship Marketing, kepercayaan merupakan salah satu dimensi dari relationship Marketing, untuk menentukan sejauhmana apa yang dirasakan suatu pihak integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain. Garbarino dan Johnson, 1999, Singh dan Sirdeshmukh, 2000; DelgadoBallester dan Munuera- Alema’n, 2001; Blomer dan Odekerken-Schroder. 2002, Anderson dan Srinivasan, 2003 menyatakan bahwa kepercayaan pelanggan menyiratkan perasaan yang menghitung pengalaman – pengalaman denga pemsok. Anderson dan Narus (1990) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan masalah penting dalam menjalin hubungan kerja sama dan menjadi dasar bagi kelanjutan sebuah hubungan. Kepercayaan menuntut adanya kemauan para pedagang perantara untuk mengandalkan perusahaan yang menjadi mitranya. Morgan dan Hhunt (1994) menyatakan bahwa kepercayaan tanpa adanya kemauan untuk mengandalkan pihak yang dipercaya menunjukkan bahwa kepercayaan tersebut masih bersifat terbatas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Berdasrakan definisi diatas, maka dapat dinyatakan bahwa trust adalah kepercayaan pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukanhubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang dipercainya tersebut akan memenuhi segalakewajibannya secara baik sesuai yang diharapkan.
a. Jenis – Jenis Kepercayaan Konsumen Para manajer harus menyadari betul bahwa kepercayaan terhadap objek atribut dan manfaat menunjukkan persepsi pelanggan dan karena itu umumnya kepercayaan
seorang
pelanggan
berbeda
dengan
pelanggan
lainnya.
Kepercayaan kita mewakili asosiasi yang pelanggan bentuk diantara objek dan manfaat didasarkan atas pembelajaran kognitif. Seorang membentuk 3 jenis kepercayaan (three types of belief) Jhon C Mower/Michael Minor (2002:3123) yaitu: 1. Kepercayaan Atribut Objek Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek, kepercayaan atribut objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek seperti seseorang, barang atau jasa. Melalui kepercayaan atribut objrk, pelanggan menyatakan apa yang mereka ketahui tentang dalam hal variasi atributnya. 2. Kepercayaan Atribut Manfaat Seseorang yang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah mereka dan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kata lain memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara atribut dan manfaat ini merupakan persepsi pelanggan tentang seberapa jauh atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat tertentu.
3. Kepercayaan Objek Manfaat Jenis kepercayaan ini dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya.
Kepercayaan
objek
manfaat
merupakan
persepsi
pelanggan tentang seberapa jauh produk/jasa atau orang tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.
b. Dimensi Kepercayaan Konsumen Meurut McKnight, Kacmar, dan Chourdy (dalam Bachman & Zaheer, 2006), kepercayaan dibangun anatara pihak – pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses trnsaksi. McKnight (2002) menyatakan bahwa ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu: a. Trustung Belief Trusting Belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. McKnight (2002)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
menyatakan bahwa ada tiga elemen yang membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence. 1. Benevolence Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen. Bevelonce
merupakan
kesediaan
penjual
untuk
melayani
kepentingan konsumen. 2. Integrty Integritu (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepda konsumen. 3. Compentence Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti dari kompetensi adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b.
Trusting Intention Trusting Intention adalah suatu hal disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight (2002) menyatakan bahwa ada dua elemen yang membangun trusting intention yaitu willingness to depend dan subjective probability of depending. 1. Willingness to Depend Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. 2. Subjective Probability of Depending Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.
6. Minat Beli a. Pengertian Minat Beli Menurut Durianto, dkk (2004:104) minat beli konsumen adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit yang dibutuhkan pada periode tertentu, sedangkan menurut Simamora (2002) minat beli adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap individu yang berminat pada suatu objek tersebut akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekatai atau mendapatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
objek tersebut. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah suatu sikap dari konsumen untuk bertindak sebelum melakukan pembelian terhadap sebuah produk. b. Dimensi Minat Beli Ferdinand (2002) mendefinisikan minat beli melalui indikator – indikator sebagai berikut: 1. Minat traksaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. 2. Minat
refrensial,
yaitu
kecenderungan
seseorang
untuk
mereferensikan produk. 3. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Prefernsi ini dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. 4. Minat eksploratif, yaitu menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi melalui produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat – sifat produk tersebut. Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi minat beli (Kotler, 2005) yaitu sebagai berikut: a. Sikap orang lain, sejauh mana mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat mengubah pendirian konsumen dalam melakukan penelitian. Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, pakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat lima sub keputusan pembelian sebagai berikut: 1. Keputusan merk 2. Keputusan pemasok 3. Keputusan kuantitas 4. Keputusan waktu 5. Keputusan metode pembayaran Minat beli yang terdapat pada diri konsumen bukan merupakan kegiatan pembelian yang dilakukan sekarang ataupun kegiatan pembelian yang dilakukan diwaktu yang akan datang oleh konsumen. Namun, minat beli dalam diri seseorang merupakan gambaran dan referensi keinginan diri konsumen untuk mengambil sebuah keputusan pembelian. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (1999) yang menjelaskan bahwa paran konsumen tidak asal mengambil keputusan pembelian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
B. Rerangka Penelitian 1. Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Tahun
Nama Peneliti
Judul Peneliti
Hasil Peneliti
1.
2014
Dwimastia Harlan
Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan dan Resiko Persepsi Terhadap Minat Bertransasksi Menggunakan E-banking pada UMKM dikota Yogyakarta
2.
2015
Dewi Yuniar Magetana
3.
2012
Livia
Pengaruh Harga, Dan Kepercayaan, Terhdap Minat Beli Baju Muslimah Di Onlineishop Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta Analisa Pengaruh Customer Experience terhadap Minat Beli Konsumen di Sushi Tei Restaurant Surabaya
Hasil penelitian menunjukkan variabel Kemudahan Penggunaan, kepercayaan, dan resiko persepsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap Minat Bertransaksi. Hasil Penelitian menunjukkan variabel dan harga, kepercayaan berpengaruh signifikan dan positif terhdap Minat Beli.
4.
2013
5.
2012
6.
2016
Abdalslam S. The Impact Of Trust And Imhmed Mohmed Past Experience On Intention To Purchase In E-Commerce Vivi Veronika Analisis Pengaruh Experiental Marketing dan Dampaknya Terhadap Brand Loyalty Produk La Tulipe Ni Putu Widantari Suandana, Ketut Rahyuda, Ni Nyoman Kerti Yasa
Pengaruh Pengalaman Membeli Produk Fashion Terhadap Niat Membeli Melaluikepuasan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian menunjukkan variabel Customer Experience berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli Trust berpengaruh signifikan positif terhadap Intention to Purchase Hasil penelitian menunjukkan variabel Perceived Quality berpengaruh secra langsung dan signifikan terhadap Brand Loyalty Hasil penelitian menunjukkan variabel pengalaman membeli berpengaruh secara
29
Kepercayaan Pelanggan
signifikan terhadap keprcayaan pelanggan. Faktor – faktor yang Kemudahan tidak mempengaruhi minat beli berpengaruh signifikan di Onlineshop Specialis terhadap Minat Beli, Guess Kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap minat beli online
7.
2012
Petra Surya Mega
8.
2013
Rizky Riyanti
Analisis pengaruh cutomer experience dan perceived quality terhadap brand trust guna meningkatkan cutomer loyality pada produk tupperware
9.
2010
Kwek Choon Ling
The Effects Of Shopping Oreintations, Online Trust And Prior Online purchase Experince Toward Customer Online Purchase Intentation
10.
(2012)
Devi Sutomo
Pengaruh Perceived Ease of Use, Perceived Usefullness, dan Perceived Risk Terhadap Intention to Transact pada Toko Online di Surabaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa customer experince memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap brand trust, perceived quality memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap brand trust, sedangkan perceived quality memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap customer loyalty. Online trust berpengaruh signifikan positif terhadap customer online purchase intention. Prior online purchase experience berpengaruh signifikan positif terhadap customer online purchase intention. Perceived ease of use berpengaruh signifikan positif terhadap intention to transact, Perceived Usefullness berpengaruh signifikan dan positif terhadap intention to trasncat, Perceived Risk berpengaruh negtif terhadap Intention to Transact
30
2. Hubungan Antar Variabel a. Pengaruh Keudahaan Penggunaan Terhadap Minat Beli Kemudahan penggunaan menjadi pertimbangan konsumen sebelum melakukan belanja IonlineI. Faktor kemudahan penggunaan ini berkaitan dengan bagaimana operasional berbelanja secara online. Meskipun belanja online memiliki banyak manfaat. Namun kerumitan dalam berinteraksi dengan medianya dalam hal ini adalah situs jual beli online, bisa menjadi sesuatu yang membingungkan untuk pengguna. Kemudahan penggunaan berhubungan dengan mudah atau tidaknya situs digunakan oleh calon pembeli. Biasanya calon pembeli akan mengalami kesulitan pada saat pertama kali melakukan belanja online, serta cenderung mengurungkan niatnya karena ketidaktauan dalam berinteraksi online. Jika penggunaan situs ternyata rumit dibandingkan manfaat yang diperoleh dari online, maka pembeli berpotensial akan lebih memilih berbelanja secra konvensial. Namun jika situs mudah digunakan dan memberikan manfaat, calon pembeli akan menggunakan situs tersebut untuk berbelanja online. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kerumitan penggunaan dalam situs jual beli online adalah lamanya waktu untuk membuka situs tersebut, buruknya rancangan tampilan situs dan peletakan menu yang tidak rapi dpat membuat pembeli kehilangan fokus dalam berbelanja (Rammayah dan Joshua. 2005)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Hambatan – hambatan ini dapat mengurangi persepsi pengguna tentang kemudahan penggunaan situs untuk berbelanja online, hal ini memungkinkan pengguna untuk mengembungkan sikap negatif terhadap situs tersebut. Sikap negatif ini akan berpengaruh kepada minat beli pengguna, pengguna akan enggan untuk berbelanja di situs jual beli online tersebut. Sebuah sistem yang dinilai mudah digunakan secra otomatis akan mempengaruhhi perilaku seseorang untuk menggunakannya (Succi dan Walter dalam Kigongo, 2011). Situs jual beli online dapat dikatakan baik bila situs tersebut menyediakan petunjuk jelas alur berinteraksi, mulai dari pemesanan, pembayaran, pengisian form, hingga produk sampai di tangan pembeli. Situs jual beli online tidak hanya harus menarik secra teknis, tetapi juga harus mudah dalam penggunaanya agar memberikan dorongan terhadap penggunaannya untuk melakukan berbelanja online disana. b. Pengaruh Pengalaman Berbelanja Terhadap Minat Beli Beberapa peneliti berpendapat bahwa interaksi konsumen secara langsung dengan penjual di toko dapat menggerakkan konsumen untuk lebih memilih berbelanja di toko konvensional daripada secara online. Diasumsikan bahwa semakin tinggi pengalaman dalam berbelanja secara langsung di toko konvensional, semakin sedikit kemungkinan konsumen untuk beralih berbelanja secara online (Mathwick et al.dalam Verhagen. 2007). Namun pendapat ini diragukan oleh Bhatmsgar (dalam Verhargen, 2007), pengalaman berbelanja di toko konvensional berdampak positif pada persepsi konsumen secara online sebagai titik acuan. Berbelanja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
secara langsung di toko konvensional dan secara online, keduanya berperan penting terhadap minat beli seorang konsumen dalam berbelanja secara online. Shin dan Drake (dalam Ling, 2010) berpendapat bahwa konsumen dengan niat berbelanja online yang kuat pada situs belanja online biasanya telah memiliki pengalaman pembelian sebelumnya yang membantu mereka mengurangi rasa ketidakpastiannya. Maka konsumen hanya akan membeli produk secara online setelah memiliki pengalaman sebelumnya. Konsumen dapat memperoleh pengalaman dengan melakukan pembelian kecil pada awalnya, setelah ini mereka akan lebih mengembangkan kepercayaan dari dalam melakukan belanja online Seckler dalam Ling, (2010). Jika pengalaman yang diterima konsumen ternayata memberikan rasa kepuasan, maka akan meningkatkan minat belinya dan akan membuat konsumen melakukannya lagi di masa depan. Namun, jika pengalaman negatif yang diterima maka pelanggan akan enggan untuk melakukannya lagi di masa depan (Shim et al dalam Ling, 2010).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
c. Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli Egger (dala Ling, 2010) berpendapat bahwa kepercayaan diperlakukan ketika
melakukan
pemesanan
secra
online
dan
ketika
pembeli
menginginkan data pribadinya kepada penjual. Ketika seorag akan melakukan
transaksi
secara
online,
hal
pertama
yang
menjadi
pertimbangan mereka adalah apakah penjual dan situs yang dikunjunginya aman serta dapat dipercaya atau tidak. Karena tidak adanya tatap muka, maka kepercayaan pembeli terhadap penjual maupun situs jual beli online menjadi hal utama. Hanya konsumen yang memiliki kepercayaan yang mau melakukan transaksi secara online, tanpa adanya keprcayaan mustahil. Kepercayaan terhadap penjual terletak melalui kemampuan penjual memeberikan pelayanan kepada pembeli, kemauan penjual untuk memberikan keuntungan kepada pembeli, kemauan penjual untuk memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak dan bagaimana perilaku penjual dalam menjalankan usahanya (Mayer dalam Rahmawati, 2013). Kepercayaan pembeli terhadap situs jual beli online terletak pada popularitas situs tersebut, semakin popular situs tersebut pembeli akan merasa lebih yakin untuk berbelanja disana. Karena situs jual beli online bersifat umum, konsumen terkadang tidak yakin terhadap penjual dan hasil dari transaksi nya. Oleh karena itu, situs jual beli online harus bertindak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
untuk menghilangkan ketidakyakinan konsumen, tindakan ini berupa pemberian keamanan dan membangun kepercayaan melalui interaksi konsumen. Terbangunnya rasa percaya konsumen dan adanya rasa aman terhadap penjual maupun situs jual beli online dapat meningkatkan minat beli konsumen di situs tersebut (Koufaris dan Hampton dalam Ling. 2010: Nijite dan Parsa dalam Wu, 2007).
Kemudahan Penggunaan
H1
X1 Pengalaman Berbelanja
H2
X2 H3 Kepercayaan Konsumen X3 Gambar2.1 Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Minat Beli Y1
35
C. HIPOTESIS H1 : Kemudahan Penggunaan (X1) diduga berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli (Y1) H2 : Pengalaman Berbelanja diduga berpengaruh signifikan (X2) terhdapa Minat Beli Konsumen (Y1) H3 : Kepercaayan Konsumen diduga berpengaruh signifikan (X3) Pada Minat Beli Konsumen (Y1).
http://digilib.mercubuana.ac.id/