11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pelatihan Pada Pendidikan Luar Sekolah 1.
Pengertian Pelatihan Istilah pelatihan tidak terlepas dari latihan karena keduanya mempunyai
hubungan yang erat, latihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Sedangkan tujuan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang agar mereka yang dilatih mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi permasalahan yang dihadap sesuai harapan dan tujuan yang di inginkan mengikuti kegiatan pelatihan. Menurut Simamora dalam Kamil (2010:4), mendefinisikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahliankeahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu. Sementara dalam instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974 yang dikutip oleh Kamil (2010:4). Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori. Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Meskipun demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari dari pendidikan.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Untuk memahami istilah pendidikan, kriteria yang dikemukakan oleh Peter dalam Kamil (2010:4). bahwa untuk memahami istilah pelatihan selalu dikaitkan dengan pendidikan, adapun kriteria yang dapat menjadi acuan, antara lain sebagai berikut ; a. Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat didalamnya. b. Pendidikan harus melibatkan pengetahuan dan pemahaman serta sejumlah perspektif kognitif. c. Pendidikan setidaknya memiliki sejumlah prosedur, dengan asumsi bahwa peserta didik belum memiliki pengetahuan dan kesiapan belajar secara sukarela. Fiedman dan Yarbrough dalam Sudjana (2007:4) menunjukan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mecapai tujuan organisasi. Mills (1973) dalam Kartika (2011:8), Pelatihan yang dibarengi dengan penuh pengertian merupakan pendidikan lanjutan dan menjadi dasar lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih trampil, lebih bahagia dalam pekerjaannya itu dan akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan – kesempatan untuk mencapai kemajuan atau bahakan untuk merubah latihannya sesuai dengan yang diinginkannya. Dari pengertian dari beberapa para ahli yang telah dikemukakan diatas, pada hakekatnya memiliki pandangan yang sama yaitu bahwa pelatihan bagian dari pendidikan baik sebagai lanjutan atau merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran. Pada dasarnya pelatihan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
a. Adanya proses pembelajaran yang disengaja, teratur, terencana dan sistematis. b. Memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan potensi yang telah ada pada peserta didik. c. Memberikan pengetahuan dan ketampilan untuk meningkatkan kemampuan seseorang baik individu maupun kelompok d. Waktu yang diselenggarakan relatif singkat. 2.
Tujuan Pelatihan Keberhasilan suatu pelatihan lebih banyak dinilai dari segi sejauhmana
perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada peserta atau lulusan pelatihan sebagai hasil dari proses pelatihan. keberhasilan pelatihan pada umunya dapat diketahui dalam tujuan pelatihan itu sendiri. Adapun fungsi tujuan yang dikemukakan oleh Sudjana (2007:105), yaitu sebagai berikut : a.
Sebagai tolak ukur penilaian dalam arti bahwa pelatihan dinilai berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai sebagaimana diharapkan. Dengan cara lain ketercapaian pelatihan menjadi indikator keberhasilan pelatihan yang telah dirancang sebelumnya.
b.
Sebagai pemberi arah bagi semua unsur/komponen pelatihan, khususnya pelatih dan peserta pelatihan. Dengan kata lain pelatih dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan untuk membelajarkan peserta pelatihan dalam mencapai tujuan pelatihan.
c.
Sebagai acuan tentang standar/kriteria untuk merancang kurikulum pelatihan seperti materi dan teknik serta media pelatihan dan alat evaluasi keluaran
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
pelatihan. Tujuan yang telah ditetapkan menjadi dasar untuk memilih dan menetapkan kurikulum pelatihan. d.
Sebagai media komunikasi bagi pelatih. Berdasarkan tujuan pelatihan yang telah ditetapkan maka pelatih dapat melakukan komunikasi dengan pihak terkait tentang apa yang hendak dicapai serta hal apa yang sebaiknya dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan pelatihan. Manullang (1978) dalam Kartika (2011:14) mengemukakan pelatihan
bertujuan untuk memperoleh tiga hal yaitu: menambahkan pengetahuan, menambahkan keterampilan, dan merubah sikap. Apa bila dilihat dari pernyataan diatas bahwa tujuan pelatihan adalah samasama adanya perubahan prilaku yang memiliki fungsi adanya penilaian, pemberi arah,perancangan standar acuan kriteria dan adanya komunikasi. 3.
Prinsip-prinsip Pelatihan Menurut Kamil (2010: 11-13) menyebutkan bahwa pelatihan merupakan
bagian
dari
proses
pembelajaran,
maka
prinsip-prinsip
pelatihan
pun
dikembangkan dari prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip umum agar pelatihan berhasil adalah sebagai berikut : a.
Prinsip Perbedaan Individu Perbedaan-perbedaan individu dalam latar belakang sosial pendidikan, pengalaman, minat, bakat dan kepribadian harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pelatihan.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
b.
Prinsip Motivasi Agar peserta pelatihan belajar dengan giat perlua ada motivasi, motivasi dapat berupa pekerjaan atau kesempatan berusaha, penghasilan, kenaikan pangkat atau jabatan dan peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup.
c.
Prinsip Pemilihan dan Pelatihan para Pelatih Efektivitas program pelatihan antara lain bergantung pada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan melatih. Anggapan bahwa seseorang dapat mengerjakan sesuatu dengan baik akan dapat melatihkannya dengan baik pula tidak sepenuhnya benar. Karena itu perlu adanya pelatihan bagi para pelatih. Selain itu pemilihan dan pelatihan para pelatih dapat menjadi motivasi tambahan bagi peserta pelatihan.
d.
Prinsip Belajar Belajar harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit, atau dari yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui.
e.
Prinsip Partisipasi Aktif Partisipasi aktif dalam proses pembelajaran pelatihan dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta pelatihan.
f.
Prinsip Fokus pada Batasan Materi Pelatihan dilakukan hanya untuk menguasai materi tertentu, yaitu melatih keterampilan dan tidak dilakukan terhadap pengertian, pemahaman, sikap dan penghargaan.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
g.
Prinsip Diagnosis dan Koreksi Pelatihan berfungsi sebagai diagnosis melalui usaha yang berulang-ulang dan mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul.
h.
Prinsip Pembagian Waktu Pelatihan dibagi menjadi sejumlah kurun waktu yang singkat.
i.
Prinsip Keseriusan Pelatihan jangan dianggap sebagai usaha sambilan yang bisa dilakukan seenaknya.
j.
Prinsip Kerjasama Pelatihan dapat berhasil dengan baik melalui kerjasama yang apik antar semua komponen yang terlibat dalam pelatihan.
k.
Prinsip Metode Pelatihan Terdapat berbagai metode pelatihan, dan tidak ada satu pun metode pelattihan yang dapat digunakan untuk semua jenis pelatihan. Untuk itu perlu dicarikan metode pelatihan yang ocok untuk suatu pelatihan.
l.
Prinsip Hubungan Pelatihan dengan pkerjaan atau dengan Kehidupan Nyata. Pekerjaan, jabatan atau kehidupan nyata dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan
4.
Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah Menurut Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4) pada Sudjana (2007:3) dinyatakan bahwa lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal, disamping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta‟lim, kelompok
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat serta satuan pendidikan sejenis. Tentunya pelatihan bukanlah satu-satunya bentuk pendidikan luar sekolah. Setiap proses pendidikan yang secara sengaja di upayakan agar terjadi proses belajar dan pembelajaran yang mengarah pada perubahan positif dalam aspek mental dan intelektual. Ilmu pendidikan luar sekolah dapat diartikan sebagai ilmu yang secara sistemik mempelajari interaksi-interaksi sosial-budaya antara warga belajar sebagai objek dengan sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dengan menekankan pada pembentukan kemandirian, dalam rangka belajar sepanjang hayat. (Trisnamansyah dalam Kamil (2010: 30)) Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa pendidikan luar sekolah merupakan suatu ilmu yang mendasari dari berbagai disiplin ilmu. Hakikat keilmuan pendidikan luar sekolah, baik sebagai teori maupun sebagai pengembangan program sebagai upaya pendidikan sepanajang hayat kkhususnya dalam pendidikan pelatihan. 5.
Pembelajaran Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah Gagne (1984) dalam Syaiful Sagala pada Kamil (2007:36) menyebutkan
bahwa belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Penekanan dalam proses pembelajaran semakin lama semakin diarahkan pada pembelajar, pemberdayaan mereka, serta manfaatnya bagi mereka, sehingga belajar dikatakan sebagai usaha untuk membangun pemahaman yang mengarah pada tindakan, menjadikan kita merasa menjadi bagian dari kelompok yang membuat kita saja mendefinisikan dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
dunia tempat kita hidup bersama, namun juga benar-benar berpartisipasi aktif didalamnya (Ranson dalam Kamil 2007:37). Pernyataan pendapat
diatas
bahwa pembelajaran suatu organisme
berubahnya prilaku yang diarahkan, di berdayakan dan dapat berpartisipasi aktif secara langsung. Manfaatnya akan dirasakan pembelajar karena dengan usaha yang dibangun mengarah pada perubahan tindakan. Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Sudjana (2001:66) menjelaskan bahwa ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu adalah a.
Rencana, adalah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
b.
Saling ketergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran,
c.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan sistem
menuntun proses
merancang
sistem.
Tujuan utama
sistem
pembelajaran agar peserta didik belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga, materian, dan prosedur agar peserta didik belajar secara efisien dan efektif. Menurut Kamil (2010: 36), Pandangan umum tentang pembelajaran adalah bahwa pembelajaran merupakan suatu yang setiap orang lakukan setiap saat karena orang tidak pernah menyadari
kalau
terlalu tua untuk belajar, walaupun sering kali tidak
sebenarnya
mereka
sedang
melakukan
pembelajaran.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Pembelajaran merupakan proses fundamental dalam kehidupan manusia, walaupun bahkan diantara para psikolog dan para ahli pendidikan terdapat opini yang divergen tentang apa makna pembelajaran. Pada
penyelenggaraan
pendidikan
luar
sekolah,
yang
sasarannya
dikategorikan usia dewasa seperti halnya konsep pembelajaran pendidikan, dan pelatihan secara umum menjadi sesuatu yang integratif dalam implementasi kegiatannya. Dengan menggunakan pendekatan andragogi atau pendidikan orang dewasa dan pendekatan partisipatif.
B. Konsep Proses Pembelajaran Pelatihan 1.
Pengertian Proses Pembelajaran Pelatihan Menurut Kartika (2011:122), proses pelatihan adalah ada dalam bagian
melaksanakan pelatihan partisipatif, di dalam proses atau pelaksanaan pelatihan adanya mengawali proses pelatihan, menyetujui rencana pelatihan dan melaksanakan proses pelatihan. Adapun tahapan dalam melaksanakan proses pelatihan yaitu persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan rencana tindak lanjut. Pengertian proses pelatihan ini melaksanakan pelatihan dalam konteks partisipatif dan adanya proses awal untuk memulai kegiatan pelatihan dan dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu proses pembelajaran serta adanya penilaian. Dengan
menggunakan
pengelolaan
pelatihan
partisipatif,
karena
setiap
pelaksanaan pemebalajaran harus dirancang terlwbih dahulu untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal diterima oleh peserta pelatihan tersebut dan peserta pun ikut berpartisipatif dalam proses pembelajarannya.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Memperkuat pernyataan di atas, Sudjana (2007: 196). Proses pelatihan disebutkan pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan dilakukan melalui langkahlangkah, Pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan, aspirasi, dan potensi peserta pelatihan, penetapan kontrak belajar, tes awal peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir peserta pelatihan. Menurut
kamil
(2010:159),
Pelaksanaan
pelatihan
adalah
proses
pembelajaran dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan. proses ini berupa implementasi program pelatihan untuk memenuhi kebutuhan peserta pelatihan. Pada tahap ini program pelatihan dirancang dan disajikan. Program pelatihan ini harus berisi aktivitas-aktivitas dan pengalaman belajar yang dapat memenuhi sasaran-sasaran pelatihan yang telah ditetapkan pada tahap penilaian kebutuhan peserta. Seperti yang dikemukan beberapa pendapat diatas bahwa proses pelatihan adalah pelaksanaan pelatihan yang meliputi beberapa langkah-langkah dan didalamnya ada proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta serta adanya penilaian. 2.
Mengawali Proses Pembelajaran Pelatihan Dalam mengawali pelatihan, fasilitator perlu menanganinya secara hati-hati
mengingat pada saat inilah kepercayaan peserta terhadap materi pelatihan yang akan diterimanya serta kepercayaan peserta terhadap fasilitator mulai dibangun. Dalam pelatihan partisipatif situasi ini amat penting karena peserta dimungkinkan untuk turut terlibat dalam pelaksanaan pelatihan sejak awal.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Tujuan akhir pelatihan bukan terselasaikannya semua materi pelatihan dengan pelatihan dengan baik sesuai kurikulum dan jadwal pelatihan, melainkan sejauh mana materi itu bisa diserap dan dipahami oleh peserta sehingga menjadi wacana bagi mereka untuk lebih berdaya atau mendorong terjadinya perubahan pengetahuan, sikap diawali
oleh
maupun keterampilan. Oleh karena itu, proses pelatihan
suatu
rancangan
dalam
pelaksanaan
pelatihan
untuk
mengimplementasikan pelatihan agar tujuan pelatihan terlaksana dengan sistematis yang sesuai dengan tujuan dan harapan. Seperti yang dikemukakan Kartika (2011:123), ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan saat mengawali proses pelatihan , yaitu pembukaan dan proses pelatihan. a.
Pembukaan pelatihan Pembukaan adalah tanggung jawab penyelenggara atau panitia pelatihan, yang terdiri dari beberapa langkah standar dalam pembukaan pelatihan adalah sebagai berikut: 1) Pengantar umum oleh pembawa acara 2) lembaga Laporan singkat dari pimpinan penyelenggara pelatihan 3) Sambutan dari wakil lembaga yang memberi dukungan , misalnya dukungan dana. 4) Sambutan dan peresmian pembukaan penyelenggaraan pelatihan oleh pimpinan lembaga yang memiliki kewenangan atau keterkaitan formal dengan peserta pelatihan dan hasil pelatihan. 5) Penutup acara pembukaan oleh pembawa acara.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Dalam pembukaan yang baik dari pihak yang berwenang membuka pelatihan isi sambutanya harus memotivasi peserta, dan isi pembukaannya berupa kalimat pernyataan yang berisi bahwa pelatihan yang akan dilaksanakan merupakan suatu jawaban permasalahan yang terdapat dalam situasi, kondisi dilingkungan peserta. b.
Bina Suasana / Pembinaan keakraban / pencairan suasana Sebelum mengikuti kegiatan pelatihan sebagaian besar kondisi pikiran peserta dipenuhi oleh pekerjaan atau beban lain sehingga pikiran maupun konsentrasinya belum bisa sepenuhnya mengikuti proses pembelajaran. Komunikasi dengan peserta lain belum terjalin karena masih ada perasaan kaku, bersikap formal, atau mungkin malu, takut salah, takut kelihatan bodoh atau hambatan psikologi lainnya. Kegiatan yang umum dilakukan untuk pencairan suasana ini adalah dengan kegiatan perkrenalan antara peserta dengan peserta dan antara peserta dengan fasilitator. Kegiatan in bisa dilakukan baik melalui permainan maupun melalui berbagai cara yang memungkinkan terjadinya keakraban. perlu diperhatikan bahwa hendaknya fasilitator tidak terlalu cepat untuk melangkah dan memasuki tahap selanjutnya sebelum suasana kondusif tercipta. Suasana kondusif tercipta. Suasana kondusif antara lain dapat dilihat sejauh mana suasana yang sudah tercipta memungkinkan setiap orang mearasa bebas berinteraksi atau sama lain, dengan sesama peserta maupun dengan fasilitator. Sedangkan menurut Sudjana (2007:198), pembinaan keakraban adalah kegiatan saling mengenal antara peserta pelatihan, peserta pelatihan dengan
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
pelatih dan antar pelatih.tujuannya adalah untuk mengkondisikan agar mereka siap melakukan kegiatan pelatihan secara akrab dan menyenangkan. Suasana akrab antar peserta pelatihan dan antara peserta pelatihan dengan pelatih menjadi prasyarat tumbuh kembangnya antara sikap terbuka, saling menerima dan saling memberi, saling menghargai diantara peserta pelatihan dan pelatih. Suasana inilah yang dapat mendorong peserta pelatihan melakukan kegiatan belajar. Dari definisi tersebut pembinaan keakraban adalah pengkondisian suasana sebelum memulai proses pelatihan agar peserta dengan peserta dan pelatih merasa lebih terbuka mengenal satu sama lain untuk memudahkan interaksi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. c.
Identifikasi kebutuhan Identifikasi kebutuhan belajar, aspitasi dan potensi peserta pelatihan. Pada tahap ini pelatih melibatkan peserta pelatihan dalam mengenali, menyatakan, dan menyusun kebutuhan belajar, harapan, dan potensi yang dimiliki peserta. Dalam identifikasi Pelatih menanyakan, secara lisan dan atau tertulis, tentang kebutuhan belajar mengenai apa yang ingin mereka capai melalui pelatihan. Kebutuhan belajar itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang ingin mereka miliki setelah mengikuti kegiatan pelatihan dalam mata latihan tertentu dan atau semua materi dalam program pelatihan. Harapan peserta perlu pula diidentifikasi yaitu pernyataan yang mereka harapkan setelah mengikuti program pelatihan. Kegiatan identifikasi kebutuhan dan harapan yang telah disusn sebelumnya oleh penyelenggara
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
pelatihan dengan pernyataan mereka sebelum mengikuti kegiatan pelatihan. dan untuk memotivasi peserta pelatihan sehingga program pelatihan disusun dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Menurut Kartika (2011:126), bahwasanya identifikasi kebutuhan dinamakan menyetujui rencana pelatihan yaitu meminta peserta untuk mengemukakan tujuan
dan
harapan-harapan
keikutsertaannya
dalam
pelatihan
dan
Menjelaskan gambaran tujuan, isi dan manfaat pelatihan sehingga peserta mendapat gambaran yang jelas atas apa yang akan diperoleh selama pelatihan serta hasil kesepakatan dengan peserta, baik yang ditulis oleh peserta maupun yang ditulis ulang bersama fasilitator. Pada dasarnya identifikasi kebutuhan adalah untuk merancang hal-hal yang memang dibutuhkan dalam proses pelatihan untuk mencapai tujuan agar hasil yang didapat setelah melaksanakan pelatihan sesuai dengan harapan. d.
Penetapan kontrak belajar Pada hakikatnya kontrak belajar adalah suatu perencanaan yang sudah dipastikan dan dijadwalkan dan harus dilaksanakan sesuai kontrak atau kesepakatan yang sudah dipenuhi dan didalamnya berisi beberapa kesepakatan yang harus disanggupi oleh peserta. Sudjana (2007:199), „kontrak pembelajaran (learning contact) merupakan perjanjian tertulis yang dibuat oleh peserta pelatihan untuk mengikuti pembelajaran dalam pelatihan‟. format kontrak pembelajaran biasanya telah disiapkan dan disediakan untuk setiap peserta pelatihan oleh pengelola program pelatihan. isi format kontrak pembelajaran mencakup komitmen
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
peserta didik untuk mengikuti semua kegiatan pelatihan, kesanggupan mengikuti mata latihan, penggunaan materi pelatihan untuk saling belajar, kegunaan hasil pelatihan dalam tugas/kegiatan
dan kehidupannya, serta
umpan balik terhadap pelatihan Kartika (2011:126), bahwa kontrak belajar ada dalam menyetujui rencana pelatihan yang meliputi: 1) Menjelaskan rancangan jadwal pelatihan untuk dibahas bersama peserta. 2) Review materi dan jadwal pelatihan sesuai kesepakatan bersama antara peserta dan fasilitator. 3) Membahas hak dan keawajiban peserta serta aturan-aturan lainnya yang diperlakukan selama pelatihan berjalan. Pembahasan dilakukan oleh fasilitator bersama peserta. e.
Setting Ruangan Setting ruangan pelatihan dengan bantuan panitia penyelenggara. Ruang pelatihan yang ideal adalah yang berbentuk bujur sangkar, dan dilengkapi dengan kursi dan meja yang mudah dipindahkan. Kursi yang ideal pelatihan partispatif adalah kursi yang dilengkapi dengan meja lengan untuk menulis (kursi kuliah), agar susunan kursi mudah diubah untuk diskusi kelompok, maupun simulasi/games. Jika tidak memungkinkan, susunlah meja dan kursi menjadi bentuk U agar para peserta bisa saling bertatap muka.
3.
Melaksanakan Proses Pelatihan/Proses Pembelajaran Menurut Sudjana (2007:202), Proses pembelajarana dalam pelatihan
menggunakan strategi yang mencakup pendekatan, metode, teknik, dan media
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
pemebelajaran. Pendekatan terdiri atas andragogi, pedagogi, atau kontinum. Andragogi adalah ilmu seni untuk membantu orang dewasa belajar (the science and art of helping adult learn). Pedagogi adalah ilmu dan seni mengajar anakanak (the science and art of teching children). Sedangkan kontinum adalah gabungan pendekatan andragogi dan pedagogi, dilakukan secara berdaur mulai pedagogi dilanjutkan dengan andragogi, dan sebaliknya. Pengertian diatas menyatakan bahwa proses pembelajaran disesuaikan dengan karaketristik peserta melalui pendekatan, metode, teknik dan media pemebalajaran yang dibutuhkan pada peserta pelatihan, adapun karakeristik peserta ini diliahat dari latar belakang peserta. Metode
pembelajaran,
menurut
Knowles
(1977:133)
dalam
Sudjana(2007:202),‟ adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pelatihan‟. metode mencakup pembelajaran individual (individual learning method), pemebelajaran kelompok (group learning method), dan pembelajaran komunitas (community learning method atau community developmentmethode). Teknik pemebalajaran adalah cara membelajarkan yang dipilih sesuai dengan metode pemebelajaran yang digunakan. Sedangkan alat bantu (devices) adalah sarana pemebalajaran terdiri dari atas video tape, over head projector, LCD, computer, dan lain sebagainya. Knowles mengemukakan bahwa Methode: organization of the prospective participants for purposes of education. Techniques: the variety of ways in which the learning task is managed so as to facilitate learning. Devices: all those particular things or conditions which are utilized to augment the thecniQues and make learning more certain.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa metode berkaitan dengan pengorganisasian peserta pelatihan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan yang dipilih dan digunakan oleh pelatihan dalam metode pembelajaran tertentu untuk membantu peserta pelatihan melakukan kegiatan belajar. Media adalah sarana atau kondisi tertentu yang digunakan dalam metode dan teknik pemebalajaran sehingga kegiatan belajar menjadi lebih menarik, mantap, dan bermanfaat. Dengan demikian metode, teknik dan media pemebalajaran merupakan satu kesatuan dan saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya dalam pelaksanaan proses pelatihan. Karakteristik metode pembelajaran menurut Kartika (2011:134) adalah Kemampuan berkaitan dengan keterampilan fasilitator untuk menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang optimal. Apabila terjadi hambatan atau gangguan saat proses pembelajaran sedang berlangsung, fasilitator mampu mengembalikannya pada posisi pembelajran yang kondusif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan fasilitator saat mengelola proses pelatihan partisipatif, yaitu: a. Fasilitator yang menunjukkan sikap hangat dan antusias saat berhadapan dengan peserta, serta konsisten terhadap tugas-tugasnya selaku fasilitator, cenderung berhasil dalam mengelola proses pembelajaran. Alasannya karena sikap dan perilaku yang ditunjukkannya dapat meningkatkan dorongan peserta untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
b. Tantangan, untuk meningkatakn gairah belajar peserta, fasilitator dapat menggunakan kata-kata tindakan atau bahan-bahan untuk menantang mereka agar melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan memberikan kasus lapangan yang harus dipecahkan bersama. Hal ini memungkinkan perhatian dan minat peserta akan terpelihara dengan baik karena mereka turut berperan secara aktif. c. Bervariasi. Kejenuhan belajar dapat menurunkan minat peserta pealtihan sehingga fasilitator harus mau membuat variasi dalam gaya mengajar, pola interaksi proses pembelajaran, maupun penggunaan media pemebalajran. Bila memungkinkan dapat dilakukan variasi pada ruang belajar, misalnya diluar ruangan (outdor). d. Keluwesan. Dalam pelatihan partisipatif fasilitator mutlak dituntut memiliki keluwesan karena orang dewasa bukan anak-anak yang bisa diperintah seenaknya, namun mereka sudah memiliki pengetahuan, wawasan, pengalaman dan minat belajar. Sebagai contoh dalam proses pembelajarana adakalanya fasilitator dihadapkan pada gangguang-gangguan yang berasal dari peserta maupun panitia penyelenggara. Dengan sikap luwes yang dimilikinya, dia dapat dengan cepat mengubah strategi pembelajarannya sesuai dengan kondisi yang dihadapinya saat itu. Walupun kondisinya seperti itu, namun fasilitator harus: 1) Tahap menjaga peserta tetap fokus pada tujuan dan proses pembelajarannya. 2) Membantu peserta menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai tujuan mereka
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
3) Dapat menyesuaikan denga gaya belajar yang berbeda-beda. 4) Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi anda mendengar, menyimak dan menyesuaikan rencana dengan situasi. 5) Kecermatan
dalam
pemanfaatan
waktu.
Artinya
fasilitator
harus
memanfaatkan waktu seefesien mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hindari memberikan penjelasan tentang hal-hal yang tidak atau kurang berhubungan dengan materi yang dibahas. Sedangkan menurut Sudjana (2007: 204). Karakteristik metode pembelajaran adalah luwes, terbuka, dan partisipatif. Luwes yaitu dapat dimodifikasi dalam penggunaannya. Terbuka dapat menerima masukan untuk perubahan dan pengembangan metode. Partisipatif berarti bahwa peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
adalah medel
pembelajaran partisipatif. Dalam andragogy, pembelajaran partisipatif merupakan upaya pelatih melibatkan peserta pelatihan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pelatihan. pembelajaran partisipatif didasari oleh prinsip-prinsip: (1) berdasrka kebutuhan belajar (learning-needs based), (2) berorientasi pada pencapaian tujuan (goals and objectivities orientied), (3) berpusat pada peserta pealtihan (participant centered), dan (4) belajar berdasarkan pengalaman dan atau dengan mengalami (experiential learning) . Sedangkan melaksanakan proses pelatihan menurut Kartika (2011: 27) ada beberapa yang harus dipertimbangkan oleh fasilitator sebagai berikut: a. Pelajarilah struktur atau susunan dan isi silabus dengan teliti
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
b. Persiapkan materi sesuai dengan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang telah tercantum dalam silabus. c. Siapkan media untuk menyampaikan isi materi tersebut d. Kuasai langkah-langkah memandu setiap pokok bahasan materi termasuk bagaimana dan kapan menggunakan media-media yang ditetapkan e. Serahkanlah data peralatan dan bahan serta jumlah yang diperlukan untuk melakukan suatu sesi pelatihan f. Tentukan setting ruangan. Serta ada beberapa yang harus dipertimbangkan oleh fasilitator dalam tahap pelaksanaan pelatihan,Kartika (2011:128-136). a.
Kemampuan membuka Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan instruktur untuk menciptakan suasana yang dapat mempersiapkan mental, perhatian, dan gambaran tentang apa yang akan dipelajari dan dikuasai peserta sehingga tercipta kondisi awal pembelajaran yang terarah dan dinamis.
b.
Kemampuan menjelaskan Menjelaskan adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh fasilitator, yaitu harus merencanakan apa yang akan dijelaskan serta menyajikan penjelasan.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
1) Merencanakan penjelasan berkaitan dengan isi materi yang sesuai silabus yang telah dibuat sebelumnya, materi yang disajikan sesuai pengalaman dan kebutuhan peserta dan mudah diserap peserta. 2) Menyajikan penjelasan merupakan hal penting dalam proses pelatihan. Dalam pelatihan partispatif, cara penyajian ini harus mengacu pada prinsipprinsip pendidkan orang dewasa. yaitu tidak menggurui, mengajak pesrta bersama-sama membahas isi mater, menggunakan contoh dari pengalaman peserta, penyajian materi yang relevan dengan silabus, materi yang disajikan sesuai pengalaman dan kebutuhan peserta, menampakkan kedalaman pokok bahasan menceminkan keluasan wawasan, bahasa sederhana dan mudah dipahami, penyampaian jelas dan sistematis, kejelasan suara, gerakan badan tidak mengganggu perhatian peserta dan mobilitas tempat, fasilitator tidak tampak berada di satu titik pandang tetapi berpindah-pindah. c.
Kemampuan bertanya Maksud dari kemampuan bertanya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh instruktur untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta, kualitas pertanyaan instruktur dapat menentukan kualitas jawaban peserta. Serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta dan memperbesar keterlibatan peserta dalam pembelajaran. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan fasilitator dalam mewujudkan kemampuan bertanya yaitu: 1) Kehangatan dan antusias, fasilitator hendaknya menunjukkan sikap simpatik dan ramah saat mengajukan pertanyaan, antusias dalam menanggapi dan menggunakan respons sehingga peserta merasa bergairah,
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
2) Beberapa
kebiasaan
yang
harus
dihindari,
misalnya,
mengulang
pertanyaan, menjawab pertanyaan sendiri atau pertanyaan peserta, pertanyaan ganda, menentukkan peserta yang akan menjawab pertanyaan. 3) Pertanyaan hendaknya disebar kesaeluruh peserta,hindari agar tidak ada peserta yang ,endominasi respons. 4) Melakukan probing, yaitu menggali lebih dalam kemampuan berpikir peserta melalui pertanyaan yang semakin lama semakin mendalam 5) Semua jawaban peserta memiliki potensi baik, oleh karena itu hindari menghakimi peserta jawabannnya kurang atau tidak tepat. d.
Kemampuan memberi penguatan (Reincforcement) Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat memberikan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Merupakan merupakan penghargaan yang dapat menimbulkan dorongan dan motivasi peserta dalam belajar. Penguatan dapat berupa penghargaan yang berbentuk tingkah laku mengangguk, mengacungkan jempol, menepuk bahu dengan mengatakan langsung “bagus”, “tepat”, “good”, “luar biasa” dan sebagainya.
e.
Kemampuan mengadakan variasi Variasi dalam pembelajaran adalah penggantian atau perubahan yang terkait dengan satu atau beberapa aspek dalam kegiatan belajar, yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik dan motivasi siswa. Adapun cara variasi yang digunakan adalah, variasi suara, variasi memusatkan perhatian, variasi pause
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
atau kesenyapan,variasi gerak badan dan mimik. Variasi penggunaan media dan variasi pola interaksi. f.
Kemampuan mengelola proses pelatihan Dalam kemampuan ini berkaitan dengan keterampilan fasilitator untuk menciptakan danmemelihara kondisi pembelajaran yang optimal apabila terjadi hambatan atau gangguan saat proses pembelajaran sedang berlangsung fasilitator menggunakan yang meliputi beberapa pendekatan. Yaitu bersifat hangatdan antusias. Luwes dan terbuka dan kecermatan dalam penggunaan waktu efisien.
g.
Kemampuan menutup Kemampuan menutup adalah kegiaatn yang dilakukan oleh instruktur untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan ini dimaksud untuk memberi penegasan, rangkuman, atau kesimpulan dan pemberian balikan atau respons peserta. Ada beberapa cara yang dapat yang dapat dilakukan fasilitator saat akan menutup proses pembelajaran, yaitu: 1) Meninjau kembali materi pelatihan yang telah dibahas 2) Memberi dorongan kepada peserta untuk mencoba menerapkan materi pelatihannya atau melengkapi materi yang telah dipelajari 3) Evaluasi sebagai umpan balik bagi fasilitator untuk mengtahui pemahaman peserta Dalam melaksanakan proses pelatihan perlu adanya persiapan terlebih dahulu agar penyampaian informasi dapat terserap oleh peserta karena harus
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
menggunakan metode, tekhnik, dan pendekatan dan fasilitator perlu mempertimabangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran. 4.
Evaluasi Dalam pelatihan, evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan
pelatihan, namun juga selama proses pelatihan berlangsung dilakukan evaluasi secara terus menerus dengan tujuan untuk memperoleh umpan balik sehingga pelatihan bisa mencapai hasil yang optimal. Bentuk evaluasi yang umum digunakan adalah evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi preoses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat –akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan. Kartika (2011:137) Sedangkan yang dikemukakan Kamil (2010:162), Evaluasi pelatihan dilaksanakan oleh narasumber/fasilitator diakhiri pemberian pelatihan maupun praktik. Penilaian evaluasi
dipadukan dan dipantauan oleh penyelenggara.
Evaluasi menyeluruh setelah peserta mengikuti pelatihan. aspek yang dievaluasi meliputi: (1)evaluasi kognitif, (2) evaluasi afektif, dan (3) psikomotor. Pada evaluasi sikap dilakukan melalui pengamatan selama proses pembelajaran.
C. Konsep Kewirausahaan 1.
Pengertian Kewirausahaan Machfoedz. (2004:1) dalam Suryana dan Bayu (2010:13), wirausaha adalah
orang yang bertanggung jawab dalam menyusun, mengelola, dan mengukur resiko
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
suatu usaha. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang memulai suatu usaha dengan penuh perencanaan sedangkan proses kewirusahaan meliputi semua fungsi dan tindakan apa yang akan dihadapi dalam berusaha. Ropke (2007:71) dalam Suryana dan Bayu (2010:13), kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Pengertian disini mengandung maksud seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain, atau ampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya untuk menambah nilai kesejahteraan baik untuk pribadi dan masyarakat. Senada dengan pendapat diatas, Zimmere dalam kasmir (2006:17) mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, artinya menciptakan suatu yang baru yang diperlukan dengan upaya kreatifitas serta melihat peluang dan kendala resiko dalam mengahadapi usaha untuk memperbaiki persoalan dalam kehidupan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha dengan penuh perencanaan dan melihat peluang serta kendala resikonya. Kemampuan berwirausaha diperlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus untus
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya dan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak. 2.
Kemampuan Kewirausahaan Kemampuan kewirausahaan adalah suatu kecakapan-kecakapan yang
dimiliki oleh seseorang wirausahawan yang dapat diperguanakan dalam melakukan suatu usaha. Menurut Yuyun Wirasasmita (1999: 3) dalam Suryana dan Bayu (2010:43), mengemukakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh wirausahawan yaitu: a. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan atau ditekuninya. b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan pada sukses masa lalu. c. Practical
knowledge,
pengetahuan
teknik,
yaitu desain,
memiliki
pengetahuan
prosesing,pembukuan,
praktis,
misalnya
administrasi,
dan
pemasaran. d. Search skill, yaitu kemampuan menemukan, berkreasi dan berimajinasi e. Foresight, yaitu kemampuan memandang jauh kedepaan. f. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan orang lain. Pendapat tentang beberapa keterampilan diatas maka seseorang akan memiliki kemampuan dalam kewirausahaan. Khususnya pada peserta pelatihan tata kecantikan kulit di LPK Inge Sumedang mampu mengaplikasikan setelah
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
mengikuti pelatihan dengan upaya memiliki beberapa kemampuan usaha yang disebutkan diatas. Setalah mengikuti proses pemebalajaran. Senada dengan pendapat diatas Hendro (2005: 38) dalam Suryana Dan Bayu (2010:44), menyatakan setiap wirausaha yang berhasil memiliki empat unsur penting yaitu: a. Kemampuan berhubungan dengan skill atau keterampilan b. Keberanian hubungannya dengan emosional dan mental c. Keteguhan hati hubungannya dengan motivasi diri d. Kreativitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan wirausahawan diperlukan adanya keterampilan dalam merancang suatu ide yang akan dituangkan dan perlu adanya motivasi dari dalam diri serta mampu mengendalikan emosional dan mental untuk menjadi wirausahawan. 3.
Ciri-ciri Karakter Wirausaha Setiap berwirausaha hasil yang didapat tidak selalu sesuai dengan harapan.
Adanya wirausaha yang gagal, namun banyak juga wirausaha yang berhasil dari beberapa generasi. Adapu beberapa karakter wirausahawan yang dianggap berhasil menurut Totok S. Wiryasaputra dalam Suryana dan Bayu (2010: 41), yaitu sebagai berikut : a. Visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh kedapan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan masa depan yang lebih baik. Seseorang wirausaha cenderung kreatif dan inovatif
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
b. Positive (berpikiran positif), yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan selalu berpikir aka sesuatu yang lebih besar c. Confident (percaya diri), sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan langkahnya. Sikap percaya diri tidak selalu mengatakan “ya” tetapi juga berani mengatakan “tidak” jika memang diperlukan. d. Genuine (asli), yaitu seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri.bukan berarti harus menciptakan sesuatu yang betulbetul baru, dapat saja menjual sebuah produk yang sama dengan yang lain, namun dia harus memberi nilai tambah atau baru. e. Goal oriented (berpusat pada tujuan), selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seseorang wirausaha ingin selalu berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin untuk mencapai sesuatu yang telah ditetapkan. f. Persistent (tahan uji), harus maju terus, mempunyai tenaga, dan semangat yang tinggi, pantang menyerah, tidak mudah putus asa dan jatuh segera bangun kembali. g. Ready to face a risk (siap menghadapi resiko), resiko yang yang paling berat adalah bisnis gagal dan uang habis. Siap sedia menghadapi resiko, persaingan, harga turun-naik, kadang untung-rugi. Barang tidak laku atau tak ada order.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
Harus dihadapi dengan penuh keyakinan dan membuat perkiraan dan perencanaan yang matang, sehingga tantangan dan resiko dapat diminimalisasi. h. Creative (kreatif menangkap peluang), peluang selalu ada dan lewat didepan kita, sikap yang yang tajam tidak hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang. i. Healty competitor (menjadi pesaing yang baik). Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia persaingan. Persaingan jangan membuat setres, tetapi harus dipandang untuk membuat lebih maju dan lebih baik. j. Democratic Leader (pemimpin yang demokrasi), memiliki kepemimpinan yang demokratis, mampu menjadi teladan dan inspirator bagi yang lain. Mampu membuat orang lain bahagia tanpa kehilangan arah dan tujuan dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. 4.
Sikap dan Perilaku Wirausaha Mengenai sikap dan perilaku wirausaha, penulis akan mengemukakan
pendapat ahli diantaranya menurut Kasmir (2006: 25) mengatakan bahwa sikap dan perilaku merupakan bagian penting dalam etika wirausaha. Adapun sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh wirausahawan, adalah sebagai berikut : a.
Jujur dalam bertindak dan bersikap Sikap jujur merupakan modal utama seseorang wirausaha dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap, mampu bertindak. Kejujuran inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
b.
Rajin, tepat waktu dan tidak pemalas
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
Wirausaha dituntut untuk rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan. Seorang wirausaha juga dituntut cekatan dalam bekerja, pantang menyerah, selalu ingin tahu, dan tidak mudah putus asa. c.
Selalu murah senyum Dalam menghadapi pelanggan atau tamu, seorang wirausaha harus selalu murah senyum. Dengan senyum kita mampu menarik hati pelanggan unuk menyukai produk yang kita jual.
d.
Lemah lembut dan ramah tamah Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau tamu, hendaknya dengan suara yang lemah lembut dan sikap yang ramah tamah. Sikap seperti ini dapat menarik minat tamu dan membuat betah berhubungan dengan perusahaan.
e.
Sopan santun dan hormat Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan hendaknya selalu bersikap sopan dan hemat. Dengan demikian pelanggan juga akan menghormati pelayanan yang diberikan.
f.
Selalu ceria dan pandai bergaul Sikap selalu ceria yang ditunjukan wirausaha dapat memecahkan kekakuan yang ada. Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancar.
g.
Fleksibel dan suka menolong pelanggan
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
Dalam menghadapi pelanggan, seorang wirausaha dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jalan keluarnya dengan cara yang fleksibel. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan asalkan mengikuti peraturan yang berlaku. h.
Serius dan memiliki rasa tanggung jawab Dalam melayani pelanggan, seorang wirausaha harus serius dan sungguhsungguh dalam menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi. Selain serius, seorang wirausaha juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sampai pelanggan merasa puas terhadap pekerjaannya sampai pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
i.
Rasa memiliki perusahaan yang tinggi Seorang wirausaha harus merasa memiliki perusahan sebagai milik sendiri. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi akan memotivasi seorang wirausaha untuk melayani pelanggan. Disamping itu, seorang wirausaha harus memiliki jiwa pengabdian, loyal dan setia terhadap perusahaan.
Melani Septora, 2012 Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta Lkp Inge Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu