15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan dan Pelatihan 1. Pengertian pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai atau karyawan lazim disebut pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan) atau bidang yang lebih khusus biasanya disebut juga PPSDM (Pengembangan Program Sumber Daya Manusia). Pendidikan (formal) di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Pelatihan (training) sering disatukan penggunaannya dengan latihan (practice atau exercise) ialah bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang, sedangkan latihan ialah salah satu cara untuk memperoleh keterampilan misalnya, latihan menari, latihan naik sepeda, latihan baris berbaris dan sebagainya
16
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instasi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau
tugas
tertentu.
Dalam
suatu
pelatihan,
orientasi
atau
penekanannya pada tugas yang dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum. Pelatihan pada umumnya menekankan pada kemampuan psikomotor, meskipun
didasari
pengetahuan
dan
sikap,
sedangkan
dalam
pendidikan ketiga area kemampuan tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotor)
memperoleh
perhatian
yang
seimbang.
Melihat
orientasinya kepada pelaksanaan tugas serta kemampuan khusus pada sasaran, maka jangka waktu pelatihan itu pada umumnya lebih pendek daripada pendidikan. Demikian pula metoda belajar mengajar yang digunakan pada pelatihan lebih inovatif dibandingkan dengan pendidikan. Pada akhir proses pelatihan biasanya peserta hanya memperoleh sertifikat, sedangkan pada akhir pendidikan peserta pada umumnya memperoleh ijazah atau gelar. Lebih lanjut lagi Notoatmodjo (2003:28) berpendapat bahwa: Pendidikan (formal) di dalam suautu organisasi adalah suatu proses pengembangan keampuan ke arah yang diinginkan oleh suatu organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atay sekelompok orang.
17
Tabel 2.1 Perbandingan antara Pendidikan dan Pelatihan Aspek Pengembangan
Pendidikan
pelatihan
Menyeluruh
Mengkhusus
Kognitif, Afektif,
Psikomotor
kemampuan Area Kemampuan
Psikomotor Jangka waktu
Panjang
Pendek
Materi yang diberikan
Lebih Umum
Lebih Khusus
Penekanan
Konvensional
Inkonvensional
Gelar
sertifikat
pelaksanaan
penggunaan metoda belajar-mengajar Penghargaan akhir
Sumber : Notoatmodjo 2003:29 Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa pendidikan dan pelatihan mempunyai perbedaan orientasi. Pendidikan lebih bersifat teoritis serta lebih banyak menekankan pada usaha pembinaan mental dan kewajiban (tingkah laku, kedewasaan, berpikir dan kepribadian), sedangkan pelatihan bersifat praktek, lebih banyak meningkatkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk menangani suatu pekerjaan. Keduanya sama-sama penting dalam lingkungan kerja karena saling mengisi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidika dan pelatihan akan dipergunakan secara beriringan karena yang ditonjolkan bukan perbedaan dari kedua
18
istilah tersebut, melainkan pentingnya kedua jenis kegiatan itu sebagai perwujudan kamauan pimpinan organisasi untuk melakukan investasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. 2. Tujuan Diklat Setiap pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang berbedabeda menurut Wursanto (1996:61) bahwa pendidikan dan latihan memiliki tujuan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Menambah pengetahuan pegawai Menambah keterampilan pegawai Mengubah dan membentuk sikap pegawai Mengembangkan keahlian pegawai, sehingga pekerjaan dapay diselesaikan dengan cepat dan efektif 5. Mengembangkan semanga, kemauan dan kesenangan kerja pegawai 6. Mempermudah pengawasan terhadap pegawai 7. Mempertinggi stabilitas pegawai Tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan
menurut Hani Handoko (2002:03) yaitu: Untuk penutup gap antara kecakapan ayau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan serta untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang ditetapkan 3. Komponen – Komponen Pelaksanaan Diklat a. Tujuan Dalam usaha pelatihan, sangatlah bijak apabila sebelum pelaksanaannya terlebih dahulu disusun perencanaan yang disesuaikan dengan tujuan akhir. Apabila proses pendidikan dan latihan dilihat kembali maka akan kembali terlihat bahwa
19
tujuan akhir proses tersebut adalah perubahan tingkah laku yang
diharapkan.
Ini
berarti,
bahwa pendidikan
hakikatnya
bertujuan
mengubah
tingkah
pendidikan.
Tingkah
laku
(hasil
baru
laku
pada
sasaran
perubahan)
itu
dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo (2003:41) adalah, “suatu deskipsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan dimilki sasaran pendidikan periode tertentu”. Suatu lembaga pendidikan, sebenarnya dibentangkan harapan tentang tingkat dan jenis perubahan tingkah laku sasaran pendidikan, antara lain perubahan pengetahuan sikap dan kemampuan. Setiap perubahan tingkah laku dapat dipakai sebagai ukuran berhasilnya proses pendidikan. Itulah sebabnya harapan perubahan tingkah laku tersebut perlu dirumuskan dahulu dalam suatu tujuan pendidikan. Tingkatan tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo (2003:42-45) yaitu, “tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan antara, tujuan instruksional”. Isi rumusan tujuan dalam pendidikan harus bersifat komprehensif, artinya mengandung aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini harus terdapat baik dalam tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus.
20
b. Materi Materi diklat adalah keseluruhan topik yang dibahas dalam diklat yang akan berlangsung. Materi yang dibahas harus berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bukan hanya berdasarkan tujuan saja, pilihan materi yang diambil bergantung pula pada isi pelatihan, desain istruksional, dan alat bantu pelatihan juga. Selain itu, rumusan materi harus tersusun sesuai struktur materi yang telah terintegrasi dimana memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Prinsip-prinsip perumusan materi meliputi : 1)
Materi harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan latar belakang peserta pelatihan
2)
Materi dipilih secara cermat dan diorganisir dengan mempertimbangkan aspek kemanfaatan bagi peserta
3)
Materi yang telah diberikan haruslah bermanfaat bagi peserta pelatihan
c. Metode Banyak sekali metode untuk pelatihan yang dapat digunakan, karena masing-masing metode tersebut saling melengkapi dan tidak ada yang paling baik. Metode mana yang akan digunakan tergantung kepada faktor-faktor seperti jenis pelatihan yang diberikan, pelatihan diberikan kepada siapa,
21
berapa usia peserta, pendidikan dan pengalaman peserta, dan tersedianya instruktur yang cakap dalam suatu metode tertentu. Dalam proses belajar mengajar termasuk dalam pendidikan dan pelatihan, selain kurikulum, metode juga merupakan alat pendidikan yang turut memegang peranan penting. Bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantú pendidikan yang digunakan. Jenis
metode
pendidikan
menurut
I.L
Pasaribu
(1983:19-31) yaitu : Ceramah, ceramah dengan tanya jawab, diskusi kelompok, permainan peran (role playing), permainan, simulasi (peniruan), studi kasus, pemecahan masalah, brainstorming, diskusi panel, seminar, tutorial, lokakarya, demonstrasi, kunjungan ke lapangan, kerja lapangan, progmamed instruction, metode resitasi, simposium, team teaching. Pendapat tersebut hanya mengemukakan cara penyampaian bahan pengajaran kepada sasaran pendidikan dan itu hanya teori. Adapun hasil dari metode tersebut masih tergantung pada faktor lain yaitu pribadi pengajar yang menggunakan metode tersebut. Bagaimanapun modernnya metode pengajaran, di dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari metode ceramah/kuliah
22
d. Media Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik
dalam
menyampaikan
bahan
pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan dan pengajaran. Masing–masing alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip, bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin terhadap suatu objek, sehingga mampu mempermudah persepsi. Menurut Hamalik (1993:60) media pendidikan yang dapat dipilih dikategorikan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Media cetak Media gambar Media audio Media visual Media audiovisual Media proyeksi dan non-proyeksi
Manfaat media menurut Notoatmodjo (2003:73-74) yaitu: 1) Menimbulkan minat dan sasaran pendidikan 2) Mencapai sasaran yang lebih besar 3) Membantu mengatasi hambatan bahasa
23
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan 5) Embantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat 6) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh pendidik 7) Mempermudah peerimaan informasi oleh sasaran pendidikan 8) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian mendalami 9) Membantu menegakan pengertian yang diperoleh Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis dapat mengkemukakan, bahwa alat peraga (media pendidikan) harus digunakan untuk membantu penyajian dan bukaannya sebagai penolong untuk menggantikan penyajian. Media pendidikan yang direncanakan dengan baik dapat benar-benar membantu dalam mengilustrasikan materi yang disampaikan e. Instruktur Instruktur
sering
juga
disebut
trainer.
Menurut
Notoatmodjo (2003:107) instruktur adalah, “guru”. Pendapat tersebut pada dasarnya menekankan, bahwa seorang instruktur harus selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetashuan dan teknologi, khususnya dalam bidang pekerjaan yang ia geluti. Seorang guru atau instruktur dituntut untuk selalu kreatif mengembangkan kemampuannya agar mampu menciptakan pengalaman belajar yang sesuai dengan tuntuan masyarakat.
24
Setiap sesi pelatihan seorang instruktur harus dapat meciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan cara meberikan kesan yang baik. Tindakan seorang instruktur di depan kelas menunjukan jenis suasana yang peserta harapkan. Sesuai dengan pendapat Donaldson (1993:187) tentang sikap seorang instruktur yaitu, “jika bertindak rileks dan bersahabat, tersenyum dan membuka pertemuan dengan cara yang hangat dan informal, maka participan akan merasa senang dan lebih santai serta ingin berpasrtisipasi”. Dalam setiap kegiatan mengajar dan mendidik sikap guru sangat penting. Keberhasilan mengajar seorang ditentukan oleh sikap dan sifat guru sendiri. f. Evaluasi Pendidikan apapun bentuk tingkatannya pada akhirnya akan menuju suatu perubahan perilaku disini mencakup pula peningkatan kemampuan di tiga bidang (domain) yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Sebeapa jauh perubahan atau peningkatan itu terjadi diperlukan suatu mekanisme. Sistem atau alat ukur yang disebut dengan tes, evaluasi dan pengukuran, yang oleh sebagian orang diberi arti yang sama dan menggunakannya secara bertukar-tukar, meskipun sebenarnya berbeda.
25
Tes mempunyai pengertian yang sempit dan diartikan sebagai tugas-tugas yang sudah dibakukan yang diberikan kepada sasaran belajar untuk diselesaikan. Pengukuran meliputi segala cara untuk memperoleh dan membuat keputusan pendidikan. Untuk melakukan evaluasi pendidikan diperlukan informasi-informasi
yang
diperoleh
dari
pengukuran,
sedangkan untuk pengukuan ini adalah tes. Menurut Notoatmodjo (2003:82) bahwa: Untuk megukur kemampuan atau pengetahuan di dalam proses belajar, evaluasi juga diperlukan untuk mengukur kemampuan “learner” atau lulusan, suatu program pendidikan setelah mereka bekerja di masyarakat, dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauhmana lulusan suatu program pendidikan itu mampu mengatasi masalahmasalah kemasyarakatan yang diterjemahkan di dalam kemampuan kerja mereka Evaluasi pelatihan merupakan suatu proses yang sifatnya terus menerus dan harus direncanakan bersamaan waktu dengan program pelatihan. Keseluruhan proses harus dilaksanakan secara ilmiah, menggunakan sedapat-dapatnya metode-metode ujian yang tepat. Masing-masing program pelatihan harus mempunyai tujuan yang jelas, apabila evaluasi pelatihan itu diharapkan ada manfaatnya kriteria yang dipergunakan harus sesuai dengan tujuan program. Berdasarkan
pendapat
diatas
penulis
dapat
mengemukakan, bahwa kegiatan evaluasi terhadaap kegiatan
26
pelatihan sangatlah penting karena dalam mengevaluasi orang akan berusaha menentukan nilai atau manfaat daripada kegiatan, dengan menggunakan informasi yang tersedia. Evaluasi program erat kaitannya dengan perencanaan. Manfaat perencanaan program pelatihan adalah diperolehnya pengetahuan tentang hasil-hasil yang diinginkan setelah pelatihan. 4. Prinsip Diklat Moekijat (1993:4-5) berpendapat prinsip diklat adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Prinsip perbedaaan individu Prinsip hubungan lataihan dan análisis jabatan Prinsip motivasi Prinsip partisipasi aktif Prinsip seleksi peserta Prinsip seleksi pelatih Prinsip latihan para pelatih Prinsip metode latihan Prinsip belajar
5. Jenis Diklat Menurut A.S Munir (1995:164-165) jenis-jenis pendidikan dan pelatihan adalah: A. Pre service training, yaitu pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan bagi calon pegawai, sebagai usaha pengenalan dari dekat tentang pekerjaan dan lingkungannya B. In service training, yaitu pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan bagi pegawai dalam statusnya sebagai pegawai tetap.
27
B. Metode Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun
teori
belajar
merupakan
penentu
utama
keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) bahwa : ”suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau mengahasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupak subset khusus dari pendidikan”. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No.20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Knirk dan
Gustafson (1986:15) pembelajaran
merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Metode adalah prosedur pembelajaran yang memfokuskan pada pencapaian tujuan.
28
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi
pembelajaran,
diantaranya:
(1)
ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya”. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. 2. Metode pembelajaran pendidikan dan pelatihan Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pelatihan adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta. Notoatmodjo (1993) membagi metode pendidikan menjadi tiga, yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan metode pelatihan tergantung pada tujuan, kemampuan
29
pelatih/pengajar, besar kelompok sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang tersedia (Notoatmodjo, 1993). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode yang digunakan dalam pelatihan antara lain : (1) ceramah-tanya jawab, (2) diskusi kelompok, (3) kelompok studi kecil, (4) bermain peran, (5) studi kasus, (6) curah pendapat, (7) demonstrasi, (8) penugasan, (9) permainan, (10) simulasi, dan (11) praktek lapangan. Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi metode ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional). Depkes (1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan konseling. Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi dan bengkel kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan. Metode kuliah adalah merupakan suatu ceramah yang disampaikan
secara
lisan
untuk
tujuan-tujuan
pendidikan
(mangkunegara, 2003:64). Menurut
mangkunegara,
keuntungan
metode ini adalah dapat digunakan untuk kelompok besar, sehingga biaya peserta menjadi rendah dan dapat menyajikan banyak bahan pengetahuan
dalam
waktu
yang
relatif
singkat.
Sedangkan
kelemahannya, peserta lebih bersikap pasif, komunikasi hanya satu
30
arah sehingga tidak menjadi umpan balik dari peserta. Oleh karena itu kuliah dapat digabungkan dengan metode tanya jawab. Diskusi diartikan sebagai pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Jadi metode diskusi adalah suatu metode belajar dengan mengumpulkan orang-orang secara bersama untuk membahas suatu masalah dengan cara bertukar pikiran. Menurut mangkunegara, bahwa diskusi adalah merupakan pelaksanaan dari metode konferensi yaitu suatu metode yang menekankan adanya diskusi kelompok kecil, materi pelajaran yang terorganisasi dan melibatkan peserta aktif. Pada metode ini belajar didasarkan melalui partisipasi lisan dan interaksi antar peserta. Jumlah peserta sekitar 15 sampai 20 orang. Metode ini sangat berguna untuk pengembangan pengertian-pengertian dan pembentukan sikap-sikap baru. Adapun kelemahannya adalah terbatasnya peserta pada kelompok kecil, sehingga biaya relatif menjadi lebih besar. Sementara itu, pengertian simulasi menurut mangkunegara (2003:63) adalah suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas. Simulasi merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. Jadi, metode simulasi adalah suatu metode belajar dalam diklat yang menciptakan suatu kondisi realitas sehingga dirasakan oleh pesertanya seolah-olah nyata dengan tujuan agar peserta dapat menangani jika situasi yang sedemikian terjadi dalam pekerjaannya.
31
Studi kasus adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara
hipotesis.
mengidentifikasikan
Pada
metode
ini,
masalah-masalah
peserta dan
diminta
untuk
merekomendasikan
pemecahan masalahnya. Metode ini menghendaki belajar melalui perbuatan, dengan maksud meningkatkan pemikiran analsis dan kemampuan memecahkan masalah. Metode studi kasus ini berfungsi pula sebagai pengintegrasian pengetahuan yang diperoleh dari sejumlah fondasi disiplin. Metode seminar dan presentasi. Seminar bermakna pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah dibawah pimpinan ahli (guru besar, pakar dan sebagainya) jadi, prinsipnya seminar hampir sama dengan diskuai hanya saja pada seminar fokus peranannya lebih dipegang oleh pimpinan seinar dalam mengarahkan diskusi yang terjadi setelah suatu masalah dipaparkan oleh seseorang atau seseorang yang mewakili kelompoknya, tiap kelompok atau perwakilan kelompok dapat mengajukan pertanyaan, menyumbang ide dan sebagainya, yang pada akhirnya seminar akan dibuat suatu kesimpulan bahasan. Kelebihannya peserta dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi,
memecahkan
masalah,
keputusan dengan cepat dan mengemukakan pendapat
mengambil
32
C. Metode Brainstorming 1. Konsep Metode Brainstorming Brainstorming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat (Dra.Roestiyah, 2008:7375) Metode Brainstorming merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda.
Hasilnya
pengalaman,
atau
kemudian peta
dijadikan
gagasan
peta
(mindmap)
informasi, untuk
peta
menjadi
pembelajaran bersama. Metode curah pendapat (brainstorming) sesuai sebagai upaya untuk mengumpulkan pendapat/ide yang dikemukakan oleh seluruh
33
anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok. Metode ini akan menghasilkan berbagai pendapat atau ide dari peserta, baik yang sama (atau saling mendukung) dan ide-ide yang berbeda (atau saling bertentangan). Kedua bentuk ide tersebut dapat memicu terjadinya perdebatan di antara peserta. Metode brainstorming merupakan salah satu teknik untuk memperkirakan sejauh mana pengetahuan (penguasaan materi) yang telah dimiliki mahasiswa (Nurani, dkk, 2003:825) Metode ini dikenal sebagai Metode curah pendapat merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa Metode ini dapat dilaksanakan apabila peserta telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk menguras habis, apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut. Dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.
34
Murid bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif dan berani mengemukakan pendapatnya Menurut Dra.Roestiyah, (2008:73-75) penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : • • • • •
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tersebut
2. Manfaat Metode Brainstorming Metode brainstorming mempunyai beberapa manfaat yaitu: a.
dapat dijadikan sebagai evaluasi tahap awal atau biasa disebut preevaluation tentang kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki mahasiswa,
b.
sebagai salah satu cara pengembangan ide-ide atau pendapat baru mengenai satu permasalahan,
c.
meningkatkan daya ingat agar terlatih berpikir tentang sesuatu yang bersifat kuantitas, di samping permasalahan sehari-hari dan hal ini lebih baik dibandingkan kualitas,
35
d.
menindak lanjuti pemecahan masalah jika dengan cara yang konvensional tidak terpecahkan,
e.
mengembangkan berpikir kreatif,
f.
menumbuhkan rasa percaya diri pada mahasiswa untuk ikut terlibat menyampaikan pendapatnya. Metode brainstorming erat kaitannya dengan metode diskusi
namun terdapat persamaan dan perbedaan yang ada dalam metode brainstorming dan metode diskusi Dra.Roestiyah, (2008:73-75), persamaannya sebagai berikut : 1. Memberikan suatu permasalahan untuk didiskusikan 2. Tukar menukar gagasan atau ide 3. Menghasilkan kesimpulan atau hasil setelah mencapai sepakat Perbedaannya : Metode brainstorming : 1. pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi 2. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut 3. Hasil kesimpulan dibantu oleh seorang yang mejadi peran penengah seperti guru,widyaiswara Metode diskusi : 1. gagasan dari seseorang dapat ditanggapi(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain 2. Menugaskan siswa untuk menjelaskan , menganalisa dan meringkas. 3. Hasil kesimpulan didapatkan dari kelompok diskusi
36
Teknik
metode
ini
memiliki
kelemahan
menurut
Dra.Roestiyah,( 2008:73-75) seperti : • • • • • • •
Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik Anak yang kurang selalu ketinggalan Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah Tidak menjamin hasil pemecahan masalah Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan
D. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy)
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau “Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar”. Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian “Social-pedagogy” yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, “Social-pedagogy” lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses
37
pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan dan metodanya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula disekolah, kolese dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
mengembangkan
kemampuan,
memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas (lunandi, 1987:1).
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
-
Menciptakan iklim untuk belajar
-
Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
-
Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
-
Merumuskan tujuan belajar
-
Merancang kegiatan belajar
38
-
Melaksanakan kegiatan belajar
-
Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.
Andragogi dapat disimpulkan sebagai : -
Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
-
Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflikkonflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
-
Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah. Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi belajar
mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Mka orang dewasa tidak diajar hanya orang dewasa dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru, sikap yang lain. (b) orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya (lunandi, 1987:7-8). Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa : -
Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
39
-
Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
-
Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
-
Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
-
Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
-
Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar
-
Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar. Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu.
Sedikit sekali hasil yang diperoleh apabila orang tua diceramahi, digurui untuk melakukan hal tertentu atau bersikap tertentu. Ia harus mengalaminya untuk dapat dan mau terus melakukannya. Orang tak bisa disuruh bertanggung jawab tanpa diberikan tanggung jawab untuk dialaminya (lunandi, 1987 : 8).
Karakteristik Warga Belajar Dewasa : -
Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbedabeda
40
-
Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
-
Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
-
Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
-
Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
-
Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
-
Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
-
Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
-
Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
-
Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
-
Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
-
Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.
41
E. Aktivitas Belajar 1.
Konsep aktivitas belajar Pendidikan
tradisional
lebih
cenderung
dalam
proses
pembelajarannya hanya kepada guru, para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan dan mendebarkan apa yang disampaikan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Dimana guru hanya memperlajari materi kemudian memberikan materi sehingga tidak ada kesulitan yang verarti bagi guru sedangkan murid hanya menerima dan menelan materi yang diberikan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif. Adanya temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar menyebabkan pandangan tersebut berubah. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan ternyata, bahwa : -
Siswa adalah suatu organism yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang tanpa
42
pengarahan dikhawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Jika terjadi penyimpangan maka berakibat terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa. Dengan kata lain para siswa tidak menjadi manusia sebagaimana dicita-citakan oleh masyarakat. -
Seorang ahli biologi, berson menemukan suatu konsep atau teori yang disebut Elan Vital pada manusia. Elan Vital adalah suatu daya hidup dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu. Seseorang yang memilki elan vital yang besar/kuat memilki kemampuan berbuat lebih banyak dan luas sebaliknya seorang yang memiliki elan vital yang kecil/lemah maka daya geraknya dan ruang geraknya juga kecil dan sempit.
-
Setiap siswa memilki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan semakin luas. Dengan sendirinya perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula. Adanya berbagai temuan dan pendapat pada gilirannya
menyebabkan siswa berubah. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
43
melakukan akitivitas sendiri. Kalaulah dalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat semu. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, mengebangkan
dan
aspek-aspek
keterampilan
tingkah
yang
laku
bermakna
lainnya, untuk
serta
hidup
di
masyarakat. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. 2.
Prinsip aktivitas belajar Kecenderungan psikologi saat ini menyatakan bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemamuan dan keinginan. Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu prilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey menyatakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus munul dari dirinya”(kurikulum dan
44
pembelajaran 2006:131) Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan. Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif, jiwa tidak sekedar merespon
informasi,
namun
jiwa
mengolah
dan
melakukan
transformasi informasi yang diterima.berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belaja memiliki sifat aktif, konstuktif dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi,
memecahkan,
menyimpulkan
dan
melakukan
transformasi (transfer of learning) ke dalamn kehidupan yang lebih luas. Potensi yang dimiliki setiap individu sebaiknya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, amun yang menjadi persoalan adalah apakah setiap potensi tersebut sudah terakomodasi dalam suasana pembelajaran yang lebih kondusif?. Sehubungan dengan pinsip keaktifan ini, Thondikle dengan “Law of Exercise” bahwa belajar perlu adanya latihan-latihan dan Mc Keachie tentang individu merupakan manusia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran guru dapat mewnggali dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa 3.
Jenis-jenis aktivitas dalam belajar Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti
45
yang lazim terdapat disekolah tradisional. Paul B. Diedrich (2001:172) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, music, pidato d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak g. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi klasifikasi aktivitas seperti diuraikan diatas, menunjukan bahwa aktivitas cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan tentu saja dapat membuat lingkungan lebih dinais, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Tetapi sebaliknya ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Kretivitas guru mutlak diperlukan agar dapat
46
merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu. Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa oleh karena : -
Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri
-
Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
-
Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa
-
Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
-
Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis
-
Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan
pemahaman
dan
berpikir
kritis
serta
menghidarkan verbalistis -
Pengajaran dikelas menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang dilakukan dibatasi tiga aspek kegiatan antara lain :
a) Minat dan perhatian Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendirisendiri, anak di kota berbeda minat dan kebutuhan dengan anak desa, dalam hal pembelajaran, bahan ajaran dan penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak
47
tersebut.
Walaupun
hampir
tidak
mungkin
menyesuaikan
pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, meskipun demikian sedapat mungkin perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Perhatian dalam proses pembelajaran memliki peranan yang sangat penting sebagai awal langkah dalam memicu aktivitasaktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa maka perlu kiranya disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya faktor perhatian, maka dalam proses pembelajaran perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Menurut Gage dan Berliner berdasarkan kajian teori belajar pengolahan informasi mengungkapkan bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar. Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara spontan, dapat juga muncul karena direncanakan. Dalam proses pembelajaran perhatian akan muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang
48
diberikan meupakan bahan pelajaran yang menarik da dibutuhkan siswa. Namun jika perhatian alami itu tidak muncul maka tugas guru untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Bentuk perhatian direfleksikan dengan cara melihat secara penuh perhatian, meraba, menganalisis, dan juga aktivitas-aktivitas lain dilakukan melalui kegiatan fisik dan psikis. Perhatian
adalah
cara
menggerakkan
bentuk
umum
cara
bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku. Dilihat dari versi lain perhatian dapat diartikan dua macam yaitu : -
Perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa kepada suatu objek (stern,1950:653 dan bigot,1950:163)
-
Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan
Pada pokoknya ada bermacam-macam perhatian yang meliputi: -
-
-
Perhatian menurut cara kerjanya terdiri dari perhatian spontan yaitu perhatian yang tidak sengaja atau tidak sekehendak subjek dan perhatian retleksif yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek Perhatian menurut intensitasnya terdiri dari perhatian intensif yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsangan atau keadaan yang menyertai aktifitas atau pengalaman batin dan perhatian tidak intensif yaitu perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin Perhatian menurut luasnya terdiri dari perhatian terpusat atau konsentratif yaitu perhatian yang tertuju kepada lingkup objek yang sangat terbatas dan perhatian terpencar yaitu perhatian yan gpada suatu saat tertuju kepada lingkup objek yang luas dan tertuju kepada bermacam-macam objek
49
Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang penting bagi subjek belajar. Pemilihan cara kerja perhatian oleh anak didik dapat dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya dalam proses pembelajaran. Salah satu usaha untuk membimbing perhatian anak didik yaitu melalui pemberian rangsangan atau stimuli yang menarik perhatian anak didik. Macam-macam perhatian adalah: -
Atas dasar intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin
-
Atas dasar cara timbulnya dibedakan menjadi perhatian spontan dan perhatian tidak sengaja
-
Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian yang dibedakan menjadi perhatian terpencar yaitu suatu saat dapat tertuju kepada mcam-macam objek dan perhatian terpusat pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas.
b) Mengemukakan ide atau pendapat Ide
adalah
pencerminan
(refleksi/manifestasi)
dari
kenyataan objektif. Ide merupakan dunia materil yang dicerminkan otak manusia dan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pikiran
50
yang merupakan salah satu proses perkembangan praktek social manusia. Ide adalah kumpulan pemikiran baru tentang solusi suatu pokok permasalahan atau bahasan. Ide juga merupakan suatu pola pembahasan dan penerapan ilmu atau terobosan revolusioner yang dihasilkan oleh akal sehat manusia Hume (2004) berusaha mengembangkan pandangan Locke dan Berkeley dengan membuat pembedaan antara dua bagian persepsi, yaitu impresi dan ide, atau kita sebut kesan dan gagasan, yang semuanya disebutnya sebagai “Ide’ atau pengetahuan. Menurutnya, setiap orang mengetahui perbedaan antara perasaan dan pemikiran. Perasaan adalah suatu hal dalam kesan yaitu terdiri dari sensasi dan emosi. Sedangkan berpikir adalah ide atau gagasan. Kesan adalah sensasi, hasrat dan emosi seketika, data atas aktiftas melihat, menyentuh, mendengar, keinginan, mencintai membenci seketika, dll. Sedangkan ide atau Gagasan adalah gambaran salinan atau samaran dari kesan, misalnya apa yang kita dapatkan ketika berpikir atau mengingat kesan. Hume membagi dua macam ide yaitu ide memori dan ide imaginasi. Menurutnya ide memori lebih hidup dan memiliki kekuatan dari pad aide yang dihasilkan dari imaginasi. Menurut prinsip umum, keduanya harus telah didahului oleh kesan (impresi). Hume berpikir bahwa memori sebagai sesuatu yang ada dalam pikiran sebagai rangkaian dari pengalaman sebelumnya. Sebenarnya kalau kita lihat ini metode yang dipakai hampir mirip dengan pandangan Locke, akan tetapi akan menjadi sangat berbeda karena basisnya juga berbeda dengan terlebih dahulu Hume menolak adanya Subtansi materi dan menggantinya dengan
51
pembedaan dua ide diatas. Sebenarnya disinilah Hume membuat suatu argument empiris yang penting bahwa kita tidak bisa tahu sesuatu jika sebelumnya kita tidak memiliki kesan yang di dapat panca indra Beberapa
pandangan
tentang
ide
diatas
maka
ide
merupakan pencerminan dari kenyataan objektif. Ide merupakan dunia materil yang dicerminkan otak manusia dan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pikiran yang merupakan salah satu proses perkembangan praktek sosial manusia Ide dalam sebuah pendidikan sangat diperlukan untuk membuat sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini idea tau pendapat dapat dimaksimalkan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari maupun akitivitas dalam belajar. c) Pemecahan masalah Pemecahan masalah sebagai tujuan diskusi pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier,dalam Depdikbud,
1983:29).
Masalah-masalah
yang
tepat
untuk
pembelajaran dengan metode curah pendapat adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing
anak untuk berfikir. Oleh
karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak
52
untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan Istilah memecahkan masalah (problem solving) sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah dalam pembelajaran, yaitu (1) pemecahan masalah sebagai tujuan (as a goal), (2) pemecahan masalah sebagai proses (as a process), dan (3) pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar (as a basic skill). (Branca, N. A. dalam Krulik, S. & Reys, R. E., 1980:3-6). 1) pemecahan masalah sebagai tujuan Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan matematika seringkali menetapkan problem
solving
sebagai
salah
satu
tujuan
pembelajaran
matematika. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) dalam belajar.
53
2) pemecahan masalah sebagai proses Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat
diartikan
sebagai
proses
mengaplikasikan
segala
pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan proses problem solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat dan menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau proses problem solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini memberikan beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar problem solving dan aplikasi dalam pengajaran. 3) pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar problem solving sebagai keterampilan dasar (basic skill). Pengertian problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan
F. Hubungan antara metode brainstorming dengan aktivitas belajar Peningkatan kemampuan peserta didik tidak lepas dari peran guru dan berbagai faktor-faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas pengetahuannya, termasuk dengan metode pembelajaranya
54
sendiri yang dapat membantu meningkatkan kualitas aktivitas, potensi dan kemampuan peserta didik. Metode brainstorming sangat membantu dalam interaksi proses pembelajaran termasuk aktivitas belajarnya, dimana metode ini dapat merangsang peserta untuk lebih meningkatkan minat dan perhatian dalam menerima pelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Roestiyah (2008:73-75) bahwa, “banyak sekali manfaat dari menggunakan metode brainstorming salah satunya adalah Meningkatkan partisipasi minat dan perhatian siswa dalam menerima pelajaran”. Metode brainstorming banyak memiliki kelebihan dalam proses kegiatan belajar-mengajar salah satunya dapat membuat peserta diklat untuk memberikan ide atau pendapat sehingga semua yang ada dalam pikiran peserta diklat dapat disampaikan Hal tersebut sejalan dengan pendapat Roestiyah (2008 : 73-75) bahwa,
“banyak
sekali
manfaat
dari
menggunakan
metode
brainstorming yaitu salah satunya Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru”. Metode brainstorming yang memiliki kelebihan yaitu dalam Proses
belajar
mengajar
melalui
pemecahan
masalah
dapat
membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maier dalam Depdikbud (1983:29) yaitu:
55
Pemecahan masalah sebagai tujuan diskusi pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode curah pendapat adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa metode brainstorming sesungguhnya merupakan suatu wahana metode yang baik untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses belajar-mengajar yang mana metode ini menguras habis ide dan pendapat mereka dalam memecahkan suatu masalah sehingga dapat mengatasi pokok masalah dengan bijak dan peserta didiknya lebih aktif dalam menerima pelajaran yang diberikan..