BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Arthur dalam Sagala (2009 :12) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.
Sementara itu,menurut Morgan dalam Sagala (2009:13) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Hal yang senada dikemukakan oleh Gagne dalam Slameto (2003:122) menjelaskan bahwa “belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia,belajar bisa terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu kewaktu,dan berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi faktor dari dalam diri dan dari luar diri dimana keduanya berinteraksi”
Sementara itu,pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ( Sisdiknas,2009:24).
pendidik dan
Selain itu,menurut Siddiq,dkk (2009:1-9) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau orang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar.
Dengan demikian,maka belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu atau latihan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran a. Teori Belajar Kognitif Pada umumnya anak kelas 1 SD berumur sekitar 6-7 tahun. Menurut Piaget (dalam Hudoyo,1988:45),anak seumur ini berada pada periode operasi konkret. Periode ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya didasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret. Anak yang masih berada pada periode ini untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi obyek-obyek konkret atau pengalaman yang langsung dialaminya. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan pada tahap operasi konkret adalah pembelajaran yang didasarkan pada benda-benda konkret agar mempermudah anak didik dalam memahami konsep matematika.
Ditinjau dari segi teori belajar,kegiatan pembelajaran menggunakan media kartu bilangan dilandasi oleh teori perkembangan Piaget. Menurut penelitian J. Piaget (dalam Nasution,2008: 7-8), perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu :
a. Fase praoperasional konkret.
Pada tahap ini anak belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar.
Ia juga belum memahami konsep reversibility (mengembalikan sesuatu
kebentuk semula), karena itu ia belum dapat memahami dasar matematika yang fundamental. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. b. Fase operasi konkrit dengan operasi dimaksud usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau diorganisasikan dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah-masalah. c. Fase operasi formal. Pada taraf ini anak telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotensi atau tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya atau yang telah dalam sebelumnya ia telah dapat memikirkan variablevariabel yang mungkin atau hubungan-hubungan yang kemudian dapat diselidiki kebenarannya melalui eksperimen atau observasi. Dengan demikian,pembelajaran tidak langsung diberikan kepada siswa dalam bentuk formal atau abstrak, harus melalui fase praoperasional terlebih dahulu. Pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan sangatlah cocok diberikan pada fase ini,yang mana siswa dalam belajarnya dimulai dengan pengenalan terhadap bendabenda yang ada di lingkungan siswa yang akan memudahkan siswa dalam memahami konsep secara konkrit dan formal, yaitu mengubah data tentang dunia realita ke dalam pikiran dan memecahkan masalah-masalah secara selektif dan kemudian menyelidiki kebenarannya melalui eksperimen atau observasi.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut William Brownell (dalam Karso,1999: 1.22), pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang bermakna,dan belajar matematika harus merupakan belajar yang bermakna dan pengertian. Dalam pembelajaran matematika SD, Brownell mengemukakan teori makna (meaning theory). Menurut teori makna, anak harus memahami topik yang sedang dipelajari, memahami simbol tertulis dan apa yang diucapkan. Memperbanyak latihan merupakan jalan yang efektif, tetapi latihan- latihan yang dilakukan haruslah didahului dengan pemahaman makna yang tepat.
Brownell
(dalam
Karso,1999
:
1.25-1.26)
mengemukakan
bahwa
kemampuan
mendemonstrasikan operasi-operasi hitung secara otomatis dan mekanis tidaklah cukup. Tujuan utama dari pembelajaran aritmatika adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan situasi kuantitatif. Oleh karena itu, pembelajaran aritmatika di SD harus membahas tentang pentingnya (significance) dan makna (meaning) dari bilangan. Pentingnya bilangan (significance of number) bersifat fungsional adalah dengan kata lain penting dalam kehidupan sosial. Dari teori tersebut sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan teori kognitif dan konstruktivisme. Mengingat penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan pengetahuan yang dilakukan dengan pembelajaran yang bermakna sehingga materi lebih mudah dimengerti oleh peserta didik.
2.1.3 Aktivitas Belajar Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di sekolah,tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009 : 23) aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang
melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat,tepat,mudah,dan benar,baik berkaitan dengan aspek kognitif,afektif, maupun psikomotor. Diedrich yang dikutip Hamalik (dalam Hanafiah dan Suhana,2009 :23) menyatakan aktivitas belajar dibagi dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut : 1.
Kegiatan-kegiatan
visual,yaitu
membaca,melihat
gambar-gambar,
mengamati
eskperimen,demonstrasi,pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral),yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan
suatu
kejadian,mengajukan
pertanyaan,
memberi
saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara,diskusi dan interupsi. 3.
Kegiatan-kegiatan
memdengarkan,yaitu
mendengarkan
penyajian
bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,mendengarkan suatu permainan,atau mendengarkan radio. 4.
Kegiatan-kegiatan
menulis,yaitu
menulis
cerita,menulis
laporan,memeriksa
karangan,bahan-bahan copy,membuat outline atau rangkuman,dan mengerjakan tes,serta mengisi angket. 5.
Kegiatan-kegiatan
menggambar,yaitu
menggambar,membuat
grafik,chart,
diagram,peta,dan pola. 6.
Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7.
Kegiatan-kegiatan masalah,menganalisa
mental,yaitu faktor-faktor,melihat
merenungkan,mengingat,memecahkan hubungan-hubungan,
dan
membuat
keputusan. 8.
Kegiatan-kegiatan emosional,yaitu minat,membedakan,berani,tenang dan lain-lain.
Kesimpulan dari beberapa aktivitas belajar diatas bahwa kegiatan metrik dan kegiatan mental adalah kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan dengan tujuan agar meningkatkan kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 67) bahwa belajar dalam pembelajaran yang kontekstual adalah : 1.
Proses belajar a. Belajar tidak hanya menghafal,akan tetapi mengalami dan harus mengkonstruksikan pengetahuan. b. Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta atau peoposisi yang integral dan sekaligus dapat dijadikan ketrampilan yang dapat diaplikasikan. c. Peserta secara memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi situasi baru dan dibiasakan belajar menentukan sesuatu untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. d. Belajar secara kontinyu dapat membangun struktur otak sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang diterima.
2.
Pentingnya lingkungan belajar a. Belajar yang efektif harus berpusat pada peserta didik sehingga memahami bagaimana cara peserta didik menggunakan pengetahuan dan ketrampilan baru. b. Kerja sama kelompok peserta didik merupakan hal yang utama dalam menumbuhkan kebiasaan sharing dalam team learning. c. Penilaian begitu penting supaya memberikan feed back kepada peserta didik.
2.2 Penjumlahan dan Pengurangan 2.2.1 Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan Dalam pembelajaran,penjumlahan dan pengurangan adalah suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari siswa SD. Karena penjumlahan dan pengurangan merupakan pengetahuan yang berhubungan langsung dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Penjumlahan dan Pengurangan di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
2.3
Media Pembelajaran
2.3.1 Media Menurut Heinich dalam Daryanto (2010:4) menyatakan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata”medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Sementara itu,Riana (2007 :5.5) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah “perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar, dalam kata lain pada saat kegiatan belajar berlangsung,bahan ajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media.
Dengan demikian maka media pembelajaran pada hakikatnya adalah sesuatu baik berupa alat,metode,dan teknik yang
merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan
pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya dan membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.3.2 Kegunaan dan Alasan Digunakan Media Menurut Daryanto (2010 : 5), menyatakan bahwa kegunaan media antara lain : 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis 2. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu tenaga dan daya indra 3. Menimbulkan girah belajar,interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar 4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya 5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama
Adapun alasan digunakan Media adalah : Menurut Daryanto (2010:6),mengemukakan beberapa alasan digunakannya media antara lain: 1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik 3. Pembelajaran dapat lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek 5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan 6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan 7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan 8. Peran guru mengalami perubahan ke-arah yang positif
2.3.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran Menurut Hernawan,dkk (2007 : 22) ,jenis-jenis media pembelajaran adalah : 1. Media Visual a. Media visual yang di proyeksikan,adalah media yang menggunakan alat proyeksi (projektor) sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar (screen). Media priyeksi ini bisa berbentukmedia proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan media proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion pictures). b. Media visual yang tidak di proyeksikan,yaitu mencakup gambar fotografik, grafis (graphic),dan media tiga dimensi. 2. Media Audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat di dengar) yang dapat merangsang pikiran,perasaan, perhatian dan kemampuan para siwa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio ini terdiri atas peogram kaset suara (audio cassette), CD audio,dan progran radio. 3. Media Audio-Visual
Sesuai dengan namanya,media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio-visual diantaranya program video,televisi
pendidikan,video
televisi
instruksional,
program
slide
suara
(soundslide), dan program CD interaktif.
2.3.4 Prinsip dan Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Media Menurut Nana Sudjana dalam Fathurrohman,dkk (2008:68),prinsip pemilihan media antara lain : 1. Menentukan jenis media dengan tepat. 2. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat 3. Menyajikan media dengan tepat 4. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media adalah : 1. Objektivitas. Metode dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar. Karena itu perlu masukan dari siswa. 2. Program pengajaran. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik menyangkut isi,struktur maupun kedalamannya. 3. Sasaran program. Media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajian maupun waktu penggunannya. 4. Situasi dan kondisi. Yakni situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, baik ukuran perlengkapan maupun ventilasinya, situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran baik jumlah, motivasi dan kegairahannya.
5. Kualitas teknik. Barangkali ada rekaman suara atau gambar-gambar dan alat-alat lainnya yang perlu penyempurnaan sebelum digunakan.
2.3.5 Kriteria Pemilihan media Kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai dalam Fathurrohman, dkk (2008:71) adalah sebagai berikut : 1. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. 4. Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. 5. Sesuai dengan teraf berfikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
2.3.6 Fungsi Media Menurut Daryanto (2010: 10), fungsi media secara rinci antara lain : 1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantara gambar,potret, slide. Film, video, atau media yang lain. 2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya video tentang kehidupan harimau di hutan.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati segara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya. 4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung. 5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya. 6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. 7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan. 8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna dan sebagainya. 9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. 10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat.Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi. 11. Mengamati geraka-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung Dengan film atau video dapat dengan mudah mengamati jalannya mesin 4 tak dan sebagainya. 12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagn, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Misalnya melihat proses penggilingan tebu menjadi gula. 14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak. Misalnya dengan siaran radio. 15. Dapat belajar sesuai kemampuan, minat dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprogama, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kecepatan masing-masing.
2.3.7 Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Media Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2008:72), mengemukakan ada enam langkah yang bisa ditempuh guru dalam mengajar menggunakan media, yakni : 1. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media 2. Persiapan guru dengan cara mamilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan 3. Persiapan kelas. Anak didik dan kelas dipersiapkan sebelum pelajaran drngan bermedia dimulai. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pengajaran 4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran 5. Langkah kegiatan belajar siswa. Pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan mempraktekkannya atau oleh guru langsung baik di kelas atau di luar kelas 6. Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus apat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa 2.3.8 Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan Media
Tiga kelebihan kemampuan media menurut Daryanto (2010:9) adalah sebagai berikut : 1.
Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2.
Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek-objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah
ukurannya,
kecepatannya,
warnanya
serta
dapat
pula
diulang-ulang
penyajiannya. 3.
Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Sedangkan kekurangan Media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini trjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. 2. Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain. Misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. 3. Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanopa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4. Tidak terjadi pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak tejadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
2.4 Penggunaan Media Dalam Pembelajaran Dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media pembelajaran dapat membangun komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran karena siswa mendapatkan pengalaman terhadap media-media yang digunakan dalam pembelajaran. Dapat membangun sikap aktif,kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan sehingga tercapai tujuan pengajaran. Serta menumbuhkan sikap rasa percaya diri pada siswa dan terbuka terhadap hasil penemuannya.
2.5 Hipotesis Dari uraian kajian pustaka yang telah dipaparkan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : “Jika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan media kartu bilangan maka dapat meningkatkan kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SDN I Keteguhan”.