BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Ketrampilan Bekerjasama 1.
Pengertian Ketrampilan Bekerjasama Manusia adalah makhluk sosial yang di dalam hidupnya saling
berkomunikasi satu dengan lainnya. Dalam kehidupan kebersamaan, manusia perlu membangun kerjasama agar dapat mencapai tujuan bersama, tidak terkecuali peserta didik. Dalam rangka mencapai keterampilan sosial, perlu
adanya
kerjasama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan pengajar. Ketrampilan bekerjasama (cooperative skills) merupakan salah satu ketampilan yang penting dimiliki oleh peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Anita Lie (2005: 28) bahwa “Kerjasama merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia”. Jika dikaitkan dengan bimbingan di sekolah, maka pendapat tersebut dapat diartikan bahwa tanpa adanya kerjasama siswa, maka proses pembentukan keterampilan berhubungan sosial dengan teman sebaya dan lingkungan sekolah lainnya tidak akan terbentuk. Ketrampilan bekerjasama (Cooperative skills) menurut Johnson dan Johnson (2009) adalah “Kemampuan siswa untuk berperilaku kooperatif dengan orang lain dalam kelompok dalam
menyelesaikan tugas-tugas bersama”.
Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa ketrampilan bekerjasama merupakan ketrampilan peserta didik melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain di dalam kelompok, dalam rangka mencapai tujuan bersama atau menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Sedangkan menurut Soerdjono Soekamto (2006:66) “Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari pendapat tersebut, maka dapat dimaknai bahwa kerjasama merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tetentu dengan usaha bersama. Sedangkan menurut Miftahul Huda (2011: 24-25) “Ketika siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan
8
9
dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam bekerjasama siswa akan memiliki kesadaran untuk memberikan bantuan kepada teman dalam kelompok yang belum paham. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ketrampilan bekerjasama dapat diartikan sebagai ketrampilan peserta didik dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan sesama peserta didik ataupun dengan guru untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksudkan meliputi perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman, dan penyerapan ilmu pengetahuan. 2.
Tujuan Keterampilan Bekerjasama Bekerjasama mempunyai berbagai macam tujuan. Dalam bimbingan,
ketrampilan bekerjasama bertujuan agar siswa mampu mencapai tugas perkembangan sosialnya. Roestiyah N.K (2012:17) mengemukakan tujuan dari keterampilan kerjasama. sebagai berikut: a. Menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan-ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya seperti ketrampilan komunikasi, berinteraksi, bersosialisasi, bekerjasama. b. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan semua aspek perkembangan, aspek perkembangan intelektual, aspek hubungan sosial, aspek perkembangan emosi dan fisiknya. c. Membangun wawasan dan pengetahuan anak mengenai konsep bendabenda atau peristiwa yang ada di lingkungannya d. Meningkatkan prestasi belajar anak sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Departemen Pendidikan Nasional (2008)
memaparkan tujuan
pengembangan kerjasama yaitu: a. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja anak dalam tugas-tugas akademiknya. Anak yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi anak yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama b. Memberi peluang agar anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial
10
c. Mengembangkan ketrampilan sosial anak. Ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerjama dalam kelompok. Penjelasan dari ke tiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja anak dalam tugas-tugas akademiknya. Anak yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi anak yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Anak yang memiliki keterampilan bekerjasama yang baik, akan dengn senang hati membantu temannya yang belum memahami materi pelajaran. Dengan adanya kerjasama yang baik antara peserta didik, diharapkan akan dapat lebih meningkatkan hasil akademik mereka.
b.
Memberi peluang agar anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Dibutuhkannya keterampilan bekerjasama di dalam lingkungan sekolah antara lain adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial seperti mampu menerima teman dari berbagai kalangan latar belakang. Baik perbedaan status sosial, status ekonomi dan lainnya yang telah disebutkan.
c.
Mengembangkan ketrampilan sosial anak. Ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerjama dalam kelompok. Keterampilan bekerjasama merupakan sub konstruk dari keterampilan sosial. Maka, dengan terpenuhinya kebutuhan akan keterampilan bekerjasama juga akan memenuhi kebutuhan akan keterampilan sosial seperti menjalin dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman, mampu menjelaskan pendapatnya, dapat bekerjasama di dalam kelompok, dan lainnya. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan keterampilan bekerjasama, yaitu: a.
Mengembangkan keterampilan sosial
b.
Meningkatkan prestasi akademik
c.
Mengarahkan siswa untuk lebih interaktif dalam belajar
11
d.
Mengarahkan siswa agar memiliki hubungan pertemanan yang efektif
3.
Tahapan-tahapan Keterampilan Bekerjasama Keterampilan bekerjasama memiliki beberapa tingkatan. Keterampilan
bekerjasama ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama bekerjasama menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2014: 46-48) dibagi menjadi tiga tingkat yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, seperti dijelaskan berikut: a.
Keterampilan kooperatif tingkat awal 1) Menggunakan kesepakatan Menggunakan kesepakatan dapat diartikan menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok. 2) Menghargai kontribusi Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. 3) Mengambil giliran dan berbagi tugas Hal ini dapat diartikan bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggungjawab tertentu dalam kelompok. 4) Berada dalam kelompok Maksudnya adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung 5) Berada dalam tugas Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan 6) Mendorong partisipasi Mendorong partisipasi dapat diartikan mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok
12
7) Mengundang orang lain Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. 8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya Hal ini berarti setiap anggota wajib menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan 9) Menghormati perbedaan individu Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua peserta didik b.
Keterampilan tingkat menengah Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
c.
Keterampilan tingkat mahir Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat,
menanyakan
kebenaran,
menetapkan
tujuan,
dan
berkompromi. Berdasarkan paparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tahapan keterampilan kerjasama dibagi menjadi tiga, yaitu: keterampilan kerjasama tingkat awal yang berupa perilaku-perilaku dasar dalam bekerjasama, lalu keterampilan tingkat menengah yang berupa respon dan perilaku menanggapi terhadap kegiatan kelompok, dan yang terahir keterampilan tingkat mahir yang berupa elaborasi, pengecekan, penetapan tujuan dan kompromi. 4.
Manfaat Keterampilan Bekerjasama Kerjasama memiliki berbagai manfaat. Dengan bekerjasama, siswa
dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang mungkin belum diasah, juga untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan. Seperti yang disebutkan Harmin (dalam Isjoni, 2014: 24) “Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak
13
mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan baik”. Penjelasan dari pemaparan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Mendapatkan kesempatan berbicara di dalam kerja kelompok,
setiap siswa akan mendapatkan kesempatan
berbicara untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini akan melatih siswa untuk berani berbicara, mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan kecerdasan verbalnya. b.
Inisiatif Ketrampilan inisiatif juga perlu untuk dikembangkan dalam diri siswa. Di dalam kelompok, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap inisiatif atau sikap tanggap dengan kegiatan di dalam kelompok. Sikap inisiatif yang perlu dikembangkan adalah siswa tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap melengkapi kekurangan dari kelompok, siswa tanggap jika kelompoknya dipanggil oleh guru.
c.
Menentukan pilihan Menentukan pilihan di dalam kerjasama, contohnya menentukan pilihan ketua kelompok, menentukan jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan guru dan menentukan untuk berpartisipasi aktif terhadap kelompok.
d.
Mengembangkan kebiasaan baik Kebiasaan baik yang dimaksudkan dalam kerjasama seperti mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban, melatih kemampuan akademik, melatih kemampuan interaksi dengan teman, mengembangkan rasa percaya diri serta meningkatkan motivasi siswa. Ahli lain yaitu Radno Harsanto (2007: 44) berpendapat bahwa
manfaat kerjasama adalah: a. b. c.
Belajar bersama dalam kelompok akan menanamkan pemahaman untuk saling membantu Belajar bersama akan membentuk kekompakan dan keakraban Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menyelesaikan konflik
14
d. e.
Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan akademik dan sikap positif terhadap sekolah Belajar bersama akan mengurangi aspek negatif kompetisi. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan beberapa
manfaat keterampilan bekerjasama sebagai berikut: a.
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
b.
Mengembangkan inisiatif atau pemahaman untuk saling membantu
c.
Meningkatkan kemampuan akademik siswa
d.
Mengengembangkan kebiasaan baik
e.
Mengurangi dampak negatif dari kompetisi
5.
Cara Untuk meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa Keterampilan bekerjasama merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang mampu bekerjasama dengan baik akan lebih mudah mendapatkan teman dengan demikian akan lebih mudah untuk mencapai tujuan karena mendapatkan banyak bantuan dari orang lain. Menurut Miftahul Huda (2014: 196-197) memaparkan “tujuan keterampilan bekerjasama adalah agar sisiwa memiliki dan melakukan hal-hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim”. Ada 14 cara membangun kerjasama di lingkungan sekolah menurut Michael Maginn, yaitu: tentukan tujuan bersama dengan jelas, perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota, sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama, hindari masalah yang bisa diprediksi, gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati, ajarkan rekan baru satu tim, selalulah bekerjasama, wujudkan gagasan menjadi kenyataan, aturlah perbedaan secara aktif, perangi virus konflik, saling percaya, saling memberi penghargaan, evaluasilah tim secara teratur, jangan menyerah. (ditulis oleh Akhmad Sudrajat, 24 Februari 2010) 14 cara membangun kerjasama tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Tentukan tujuan bersama dengan jelas Sebuah tim seperti kapal yang sedang berlayar di lautan. Jika tim tidak memiliki tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa.
15
Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim, dan memberikan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian seharusnya mengetahui tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut. b.
Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota Setiap anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing bertanggung jawab terhadap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan sekolah, tugas dari peserta didik, guru dan warga sekolah lainnya berbeda-beda. Agar terbentuk kerjasama yang baik, semua anggota sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah ditentukan.
c.
Sediakan waktu untuk menentukan cara kerjasama Meskipun setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui kerja sama, namun bagaimana kerja sama itu harus dilakukan perlu adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat. Pedoman dapat dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.
d.
Hindari masalah yang bisa diprediksi Hal ini dapat diartikan mengantisipasi masalah yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus dapat mengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul, bukan sekedar menyelesaikan masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi kalau dapat mengenali sumbersumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan masalah yang silih berganti harus ditangani.
e.
Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama Peraturan
tim
akan
banyak
membantu
mengendalikan
tim
dalam
menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk ketika ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim dalam mengerjakan satu pekerjaan.
16
f.
Ajarkan rekan baru satu tim Jika ada anggota baru dalam satu tim, ada baiknya agar anggota baru mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana perilaku antar anggota tim berinteraksi. Hal yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran jelas tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim
g.
Selalu bekerjasama Caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain. Tim seharusnya menciptakan lingkungan yang terbuka dengan gagasan setiap anggota.
h.
Wujudkan gagasan menjadi kenyataan Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, karena itu usahakan untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
i.
Aturlah perbedaan secara aktif Perbedaan pandangan atau bahkan konflik adalah hal yang biasa terjadi di sebuah lembaga atau organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan perbedaan dan mengarahkannya sebagai
kekuatan untuk memecahkan
masalah. Cara yang paling baik adalah mengadaptasi perbedaan menjadi bagian konsensus yang produktif. j.
Perangi virus konflik Di sekolah terkadang ada saja sumber konflik misalnya pembagian tugas yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah agar tidak meruncing. Konflik dapat melumpuhkan tim kerja jika tidak segera ditangani.
k.
Saling percaya Jika kepercayaan antar anggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap berbagi informasi, tidak terbuka dan saling curiga. Situasi ini tidak baik bagi tim. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim dapat memicu konflik.
17
l.
Saling memberikan penghargaan Setelah sebuah pekerjaan besar selesai atau ketika pekerjaan yang sulit membuat tim lelah, kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah dapat dilakukan sesering mungkin setiap akhir kegiatan besar seperti akhir semester, akhir ujian nasional, dan lain-lain.
m. Evaluasilah tim secara teratur Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota diminta untuk berpendapat tentang kinerja tim, evaluasi kembali tujuan tim, dan konstitusi tim. n.
Jangan menyerah Terkadang tim menghadapi tugas yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa menyerah dan mengizinkan kekalahan ketika semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara menggunakan kerangka fikir dan pendekatan baru terhadap masalah. Seperti yang telah disebutkan bahwa kerjasama merupakan bagian
dari kemampuan sosial. Menurut Abu Ahmadi (1991: 53) menjelaskan bahwa masalah sosial lebih efektif, lebih efisian dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok.Tohirin (2007: 290) memaparkan beberapa bentuk bimbingan kelompok, yaitu: 1. Program Home Room; 2. Karyawisata; 3. Diskusi Kelompok; 4. Kegiatan Kelompok; 5. Organisasi Siswa; 6. Sosiodrama; 7.Psikodrama; 8. Pengajaran Remedial. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama adalah dengan menggunakan salah satu strategi bimbingan kelompok. Teknik diskusi kelompok dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti layanan dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Terjadinya pembagian tanggungjawab ketika peserta didik mengikuti layanan diskusi
18
kelompok dapat diterapkan menggunakan teknik numbered heads together. Penjelasan mengenai teknik numbered heads together akan dipaparkan pada pembahasan selanjutnya. B. Kajian Tentang Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Metode Numbered Heads Together 1.
Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok (Prayitno & Amti: 2004: 309). Paparan tersebut dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok sifatnya adalah kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Tatiek Romlah (2006: 3) bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengambangkan potensi siswa. Bimbingan kelompok ditujukan kepada peserta didik yang memiliki masalah. Hal ini sejalan dengan Siti Hartinah (2009:6) yang menjelaskan “pengertian bimbingan kelompok yang lebih sederhana menunjuk pada kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang memiliki masalah yang sama”. Jika dikaitkan dengan pengertian sebelumnya, maka bimbingan kelompok dapat diartikan suatu bimbingan dalam bentuk kelompok yang diberikan kepada peserta didik yang mengalami masalah. Sukardi (2003: 48) berpendapat bahwa layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk kehidupan seharihari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Dari berbagai pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelomok merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok dengan memberikan kegiatankegiatan berkelompok dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalahnya. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok, perlu
19
mengetahui langkah-langkah yang diperlukan. Hal tersebut akan dijelaskan dalam sub bab selanjutnya. 2.
Langkah-langkah Bimbingan Kelompok Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya,perlu dikatahui tahapantahapan bimbingan kelompok. Menurut Siti Hartinah (dalam A. Hallen 2005: 132) di dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok terdapat empat tahapan, yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap inti, dan tahap pengakhiran. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap pembentukan Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri, penjelasan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok oleh pemimpin kelompok b. Tahap peralihan Pada tahap peralihan pemimpin kelompok harus berperan aktif membawa suasana, keseriusan dan keyakinan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. c. Tahap inti Tahap inti merupakan tahap pembahasan masalah-masalah yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok. d. Tahap pengakhiran Dalam tahap pengakhiran merupakan akhir dari seluruh kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini anggota kelompok mengungkapkan kesan dan pesan dan evaluasi akhir terhadap kegiatan bimbingan kelompok. Sedangkan menurut Achmad Juntika (2005: 18) penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi, dan tindak lanjutnya. Adapun langkah-langkahnya antara lain: langkah awal, perencanaan kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan. Dari ketiga langkah yang telah disebutkan, proses layanan bimbingan kelompok terbagi menjadi 4 di
20
dalam tahap pelaksanaan kegiatan yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan evaluasi kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Langkah awal Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa dimulai dari pengertian, tujuan, dan kegunaan
bimbingan
kelompok.
Setelah
penjelasan
ini,
langkah
selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat penyelengaraan kegiatan bimbingan kelompok. b. Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok, rencana penilaian, serta waktu dan tempat. c. Pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang telah direncanakan selanjutnya melalui kegiatan sebagai berikut:1). persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi; 2). Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan, meliputi: 1) Tahap pertama: Pembentukan Temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan: mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok, menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan pengungkapan diri, teknik khusus, permainan penghangatan/ pengakraban. 2) Tahap kedua: Peralihan Meliputi kegiatan: menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati kesiapan para anggota menjalani kegiatan tahap selanjutnya, membahas suasana yang terjadi,
21
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, jika dibutuhkan kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan. 3) Tahap ketiga: Kegiatan Meliputi kegiatan: pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik, tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok, anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas, dan kegiatan selingan. 4) Evaluasi Kegiatan Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis baik secara essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Penilaian
terhadap
bimbingan
kelompok
berorientasi
pada
perkembangan yaitu mengenai kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. 5) Analisis dan tindak Lanjut Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan sudah dianggap memadai dan selesai sehingga oleh karenanya upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah
bimbingan
kelompok,
antara
lain:
langkah
pembentukan, langkah peralihan, langkah kegiatan atau inti, langkah pengakhiran. Setelah mengetahui langkah-langkah dari kegiatan bimbingan kelompok, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan teknik dari bimbingan kelompok yang akan digunakan. teknik-teknik tersebut akan dibahas di dalam sub bab selanjutnya. 3.
Teknik-teknik Bimbingan Kelompok Istilah teknik yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai cara untuk melakukan sesuatu. Jadi, teknik-teknik bimbingan
22
kelompok adalah cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan.Tatiek Romlah (2006: 86) berpendapat “teknik bukan merupakan tujuan, tetapi hanya meupakan alat untuk mencapai tujuan bimbingan”. Dari pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa pemilihan sebuah teknik yang akan digunakan bukan meupakan tujuan dari bimbingan itu sendiri, melainkan hanya sebuah alat untuk mencapai suatu tujuan bimbingan. Tatiek Romlah (2006: 87) memaparkan ada 7 teknik-teknik dalam bimbingan kelompok, yaitu: pemberian infomasi atau eksposatori, diskusi kelompok, pemecahan masalah
(problem-solving),
pencipaan suasana
kekeluargaan (homeroom), permainan peran, karyawisata, dan permainan simuulasi. teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pemberian informasi (Expository Techniques) Teknik pemberian informasi sering juga disebut dengan mtode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. pemberian informasi tidak hanya diberikan secara lisan, tetapi juga dapat diberikan secara tertulis. Pemberian informasi secara tertulis dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti papan bimbingan, majalah sekolah, selebaran, video dan film. Menurut Jacobsen (dalam Tatiek Romlah 2006: 87) berpendapat bahwa pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu: perencaan, pelaksanaan dan penilaian. b. Diskusi kelompok Teknik diskusi kelompok sering digunakan untuk mengasah kerjasama antar siswa. Menurut Bloom (dalam Tatiek Romlah 2006:87)berpendapat bahwa Diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sebuah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin. Secara idea, pemimpin kelompok membantu kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah umum yang dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam,
23
membantu memberikan sumber-sumber yang dapat dipakai untk pemecahan masalah, dan membantu kelompok mengetahui bilamana masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari pemecahan tersebut. Dari pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa teknik diskusi kelompok merupakan teknik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama di dalam kelompok dengan bekerjasama. Penjelasan lebih lanjut akan dipaparkan pada sub bab selanjutnya. c. Teknik Pemecahan Masalah (Problem-Solving Techniques) Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar sangatlah cepat, maka peserta didik perlu dibekali degan cara-cara untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dari dalam dirinya dengan kekuatan-kekuatan dari luar. Apabila pendidikan dimaksudkan sebagai proses yang membantu siswa untuk dapat menyesuaikan diri sepanjang hayat, maka bimbingan mengenai bagaimana cara memecahkan masalah harus merupakan salah satu program pendidikan di sekolah. Tatiek Romlah (2006:93) memaparkan bahwa teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques) adalah suatu proses yang kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungan, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusankeputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilainilai hiduupnya. Dari pedapat tersebut dapat dipahami bahwa teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. d. Permainan Peran (Role-Playing) Dalam pelaksaaan bimbingan dan psikoterapi, permainan peran dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, dimana individu memerankan situasi yang imaginatif dengan tujuan untuk membantu
tercapainya
pemahaman
diri
sendiri,
meningkatkan
keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku, atau menunjukan pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus bertingkahlaku (Corsini dalam Romlah 2006).Berdasarkan pendapat
24
tersebut, maka dapat dipahami bahwa permainan peran merupakan suatu alat bagi siswa untuk dapat memahami diri serta bagaimana seseorang harus berperilaku. Hal ini sesuai dengan Bennet (dalam Romlah 2006: 99) yang memaparkan
permainan
peran
adalah
suatu
alat
belajar
yang
mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasisituasi yang paralel dengan yang terjadi pada kehidupan yang sebenarnya. berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dengan siswa memainkan peran yang ditunjuk atau menonton peran yang dimainkan oelh temannya, maka siswa dapat mengambil nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. e. Permainan Simulasi (Simulation-Games) Menurut Adams (dalam Romlah 2006: 119) berpendapat bahwa permainan
simulasi
adalah
permainan
yang
dimaksudkan
untuk
merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya membantu siswa untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial. Permainan simulasi hampir sama dengan permainan peran,tetapi dalam permainan simulasi terkadang pemain menghalangi pemain lainnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik bermain peran dengan teknik diskusi. Dalam permainan simulasi para pemainnya berkelompok, dan berkompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. dengan menaati peraturan yang ditetapkan bersama. f. Karyawisata (Field Trip) Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunnjunngi objek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilasanakan untuk tujuan belajar secara khusus. Meskipun teknik karyawisata sukar untuk
mengorganisasikannya,
25
menyediakan pengalaman-pengalaman baru dan wawasan-wawasan baru terhadap situasi tertentu (Pietrofersa dalam Romlah 2006). g. Teknik Penciptaan Suasana Kekeluargaan (Homeroom) Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor (Pietrofesa dalam Romlah 2006). Dalam Teknik Homeroom yang ditekankan adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti suasana rumah yang menyenangkan.Suasana yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapat mengungkapkan masalahmasalah yang tak dapat dibicarakan dalam kelas pada waktu jam pelajaran bidang studi. Dari teknik-teknik bimbingan kelompok yang telah dipaaprkan, peneliti mengambil teknik diskusi kelompok. Hal ini didasari dari tujuan diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan masalah dengan bekerjasama dengan anggota kelompok. Teknik diskusi kelompok yang digunakan dalam penelitian ini akan dibahas dalam sub bab berikutnya. 4.
Teknik Diskusi Kelompok Pada subbab sebelumnya telah dibahas teknik-teknik di dalam bimbingan kelompok. Subbab ini akan membahas salah satu teknik dari bimbingan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teknik diskusi kelompok. Pengertian diskusi kelompok sendiri telah dijelaskan oleh Tatiek Romlah (2006: 89) “diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin”. Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa diskusi kelompok merupakan
suatu
cara
untuk
menyelesaikan
masalah
dengan
cara
mendiskusikan atau membahas masalah di dalam suatu kelompok yang dibawahi oleh pemimpin kelompok. Sejalan dengan hal tersebut, Tohirin (2007: 291) menjelaskan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh
26
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Berdasarkan pendapat-pendapat tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok merupaka salah satu teknk bimbingan dengan cara berkomunikasi untuk membahas suatu masalah dengan cakupan kelompok. Pada pelaksanaan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya ditujukan untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan suatu persoalan, serta
untuk
pengembangan pribadi. Seperti
yang
dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Muro (dalam Romlah 2006: 89) menyebutkan tiga macam tujuan dari diskusi kelompok, yaitu: a) untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri, b) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, c) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia. Selain itu, ahli lain seperti Jacobsen dkk (dalam Romlah 2006: 89) juga memaparkan tujuan-tujuan diskusi kelompok, yaitu: a)mengembangkan keterampilan kepemimpinan, b)merangkum pendapatpendapat kelompok, c)mencapai suatu konsensus, d)menjadi pendengar yang akttif, e)mengatasi perbedaan-perbedaan yang tepat, f)mengembangkan keterampilan memparafrase, g)mengembangkan keterampilan mandiri, h)mengembangkan keterampilan menganalisis, mensintesis dan menilai. Dari pendapat-pendapat yang telah disebutkan, tujuan diskusi kelompok sendiri dalam penelitian ini dapat dirumuskan: a) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia, b) mencapai suatu konsensus, c) menjadi pendengar yang aktif, d) mengatasi perbedaan-perbedaan yang tepat, e) dan mengembangkan keterampilan mandiri. Penggunaan teknik diskusi kelompok juga memiliki berbagai keuntungan, menurut Romlah (2006: 90) keuntungan-keuntungan diskusi kelompok adalah sebagai berikut: a)membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat kesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan pada kelompok, b)anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan membuat persoalan yang dibicarakan menjadi lebih jelas, c)anggota kelompok belajar mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok yang lain, d)dapat meningkatkan pengertian terhadap diri
27
sendiri dan pengertian terhadap orang lain, e)memberi kesempatan pada anggota untuk belajar menjadi pemimpin, baik dengan menjadi pemimpin kelompok maupun dengan mengamati perilaku pimpinan kelompok. Keuntungan-keuntungan dipaparkan,
maka
teknik
ini
dari
diskusi
diharapkan
kelompok mampu
yang
telah
mengembangkan
keterampilan bekerjasama dari peserta didik. 5.
Metode Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian Numbered Heads Together (NHT) NHT (Numbered Heads Together) merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dan dapat menjamin keterlibatan total semua peserta didik (Suprijono, 2009). Beberapa tipe model kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin, Lazarowitz, Sharan
(dalam Daryanto & Muljo Rahardjo 2012: 243) sebagai
berikut: jigsaw, NHT (Numbered Heads Together), STAD (Student Teams Achievement Division), dan TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction). Alasan dipilihnya tipe NHT karena NHT merupakan tipe yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial. Metode NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan 1993. Spencer Kagan (Anita Lie, 2004:59) mengemukakan bahwa, “Teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa NHT merupakan model yang digunakan dengan cara membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok agar mereka saling memberikan ide-ide serta secara bersama mengambil keputusan jawaban yang paling tepat. Selanjutnya menurut Daryanto & Muljo Rahardjo (2012: 245) memaparkan bahwa pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman belajar atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi belajar. Teknik ini juga dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama dan memudahkan dalam memahami bahan yang tercakup dalam suatu materi dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi.
28
NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh numbered heads together terhadap keterampilan bekerjasama peserta didik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa di dalam layanan bimbingan dan konseling, numbered heads together termasuk kedalam bimbingan kelompok teknik diskusi sehingga peneliti perlu menjelaskan pengertian dari bimbingan kelompok teknik diskusi. b. Tujuan Numbered Heads Together Meningkatkan perilaku suka bekerjasama dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik diskusi model Numbered Heads Together. Melalui model ini, peserta didik akan ditempatkan di dalam kelompok. Tujuan dari kelompok tidak akan tercapai bila tidak ada kerjasama dari anggotanya. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari NHT adalah mengembangkan ketrampilan bekerjasama yang merupakan sub konstruk dari ketrampilan sosial. Teknik diskusi model
NHT merupakan teknik diskusi yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model ini dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Rahmi (2008:85) menjelaskan bahwa tujuan NHT adalah “to make more students get involve in analizing and checking their understanding toward lesson”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa tujuan dari NHT adalah untuk membuat siswa mengembangkan pemahaman dan mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam pelajaran. Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam teknik diskusi model NHT yaitu : 1) Hasil belajar akademik stuktural :Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman :Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3) Pengembangan keterampilan social:Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
29
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka tujuan Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan akademik peserta didik 2) Meningkatkan pemahaman tentang adanya perbedaan di antara peserta didik 3) Mengembangkan ketrampilan sosial c.
Langkah-langkah Numbered Heads Together Pelaksanaan Numbered heads together agar dapat berjalan dengan
efektif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan dan menyiapkan. Daryanto & Muljo Rahardjo (2012: 245) memaparkan langkahlangkahnya, yaitu: 1) Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai 2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal 3) Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama 4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok 5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok 6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran 7) Guru memberikan tes/ kuis kepada siswa secara individual 8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). Numbered heads together akan berdampak positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Peserta didik akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Adapun tahapan dalam teknik diskusi model Numbered Heads Together menurut Suprijono (2009: 46) antara lain : 1) Tahap 1: Penomoran Pendidik membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. 2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan Pendidik mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.
30
3) Tahap 3: Berpikir bersama Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. 4) Tahap 4: Menjawab Pendidik menyebut salah satu nomor dan setiap peserta didik dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian pendidik secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan dan kelompok yang lain dapat menanggapi jawaban atas pertanyaan tersebut. 5) Tahap 5: Mengevaluasi Pendidik mengevaluasi pengetahuan peserta didik tentang materi yang diajarkan. 6) Tahap 6: Memberikan motivasi Pendidik mempersiapkan cara untuk mengapresiasi capaian hasil individu maupun kelompok dalam menyelasikan sebuah permasalahan atau pembahasan suatu materi. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirumuskan bahwa bimbingan kelompok teknik diskusi model Numbered Heads Together diawali dengan numbering atau penomoran. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil. Setiap anggota kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setelah terbentuk kelompok, lalu guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap kelompok, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyatukan ide-ide yang ada di kepalanya atau Heads Together berdiskusi memikirkan jawaban dari pertanyaan guru. Langkah berikutnya, guru memanggil peserta didik yang bernomor sama dari masing-masing kelompok. Anggota kelompok yang bernomor sama yang telah dipanggil tersebut diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya, secara bergantian. Dari jawaban-jawaban tersebut, guru dapat mengembangkan diskusi dan peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan dari guru sebagai pengetahuan yang utuh. Kegiatan diskusi dengan Numbered Heads Together berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota 4-6 orang siswa secara homogen 2) Memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai jumlah anggota.
31
3) Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dan memberikan kesempatan peserta didik untuk berdiskusi. 4) Guru memanggil salah satu nomor, peserta didik yang mempunyai nomor yang sama dengan yang dipanggil dan diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya. 5) Berdasarkan jawaban dari para peserta didik, guru mengembangkan diskusi dan peserta didik dapat menemukan jawaban dari pertanyaan guru sebagai pengetahuan yang utuh. Pada penelitian ini akan digunakan langkah-langkah bimbingan kelompok dan juga metode numbered heads together di dalamnya. Maka dapat disimpulkan bahwa langkah yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1) Tahap pembentukan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini antara lain adalah: mengecek keadaan dan presensi peserta didik, pembagian kelompok, dan pemberian nomor (numbering). 2) Tahap peralihan Kegiatan dalam tahap peralihan ini bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan suasana menyenangkan dalam pembelajaran yang berupa pemberian ice breaking dari peneliti. 3) Tahap inti: Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini berupa: pemberian materi, pengajuan pertanyaan (questioning), peserta didik berdiskusi (heads together), peserta didik memaparkan hasil diskusi, pemberian tanggapan oleh kelompok lain, dan pengembangan hasil diskusi oleh guru. 4) Tahap akhir Kegiatan yang dilaksanakan dalam penellitian ini berupa: motivasi dari gurur dan salam penutup.
32
d. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together Seperti teknik diskusi lainnya, Numbered Heads Together juga memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Adapun kelebihan dari Numbered heads Together
menurut Hill (dalam Tryana, 2008: 32) bahwa model NHT
memiliki kelebihan: meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, mengembangkan ketrampilan untuk masa depan. Selanjutnya, ahli lain juga menyebutkan kelebihan NHT. Teknik diskusi model NHT mempunyai beberapa kelebihan diantaranya: meningkatkan prestasi belajar, rasa ingin tahu, rasa percaya diri, kerja sama, komunikasi antar peserta didik, dan membantu peserta didik belajar menggunakan sopan santun serta menghargai pendapat orang lain (Isjoni dan Ismail, 2008). Sedangkan kelemahan-kelemahan Numbered Heads Together menurut Suprijono (2009:56) adalah: ada kekhawatiran pembelajaran tersebut akan mengakibatkan keramaian di kelas dan kemungkinan peserta didik tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Dan juga ada kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan terpanggil kembali dan tidak semua anggota kelompok akan dipanggil oleh guru karena keterbatasan waktu. C. Kajian Tentang Peserta Didik Sekolah Dasar 1.
Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar Peserta didik SD merupakan peserta didik dengan rentang usia 6-13
tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi,
kemampuan
dalam kognitif dan
bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Peserta didik usia SD merupakan tahap perkembangan usia anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Pada masa perkembangan peserta didik perlu menuntaskan tugas perkembangannya. Ada banyak ahli yang memaparkan tugas-
33
tugas perkembangan anak, antara lain adalah Abu Bakar Luddin (2010: 43) merinci tugas perkembangan siswa SD sebagai berikut: a.
Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b.
Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
c.
Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
d.
Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok teman sebaya
e.
Belajar menjadi pribadi yang mandiri
f.
Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan
g.
Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
h.
Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan
i.
Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
j.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
k.
Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untk perencanaan masa depan Ahli lain yang memaparkan tugas perkembangan peserta didik SD
adalah Syamsu Yusuf (2011: 69-71) tugas perkembangan peserta didik usia SD: a.
Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan
b.
Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis
c.
Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
d.
Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
e.
Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
f.
Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
g.
Mengembangkan kata hati
h.
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i.
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembagalembaga Dalam menjalankan tugas perkembangannya, peserta didik sering
menemui hambatan, sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain
34
terutama orangtua dan guru. Maka dari itu, peserta didik usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. 2.
Permasalahan Anak Sekolah Dasar Peserta didik usia SD memiliki banyak permasalahan. Baruth &
Robinson III (dalam Luddin 2010: 48-49) menyebutkan ada 4 masalah yang sering dialami anak usia SD, yaitu: a) Sekolah; b) Keluarga; c) Hubungan dengan orang lain; d) Diri sendiri. a.
Penjelasan dari keempat permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: Sekolah Permasalahan yang dialami anak usia SD di sekolah antara lain memahami dan dipahami guru, takut bertanya di kelas, kesulitan dengan tugas yang diberikan, laju perkembangan yang berbeda antara laki-laki dengan perempuan.
b.
Keluarga Masalah yang sering dialami anak usia SD di dalam lingkungan keluarga antara lain ingin lebih dekat dengan orang tua, merasa orang tua terlalu ketat, ingin memiliki hubungan yang baik dengan saudara kandung dan ingin memiliki kebersamaan yang lebih banyak dengan orangtua.
c.
Hubungan dengan orang lain Masalah anak usia SD kaitannya hubungan dengan orang lain antara lain tidak mampu bekerjasama,ingin punya lebih banyak teman, menghadapi aksi bully-ing dari teman sebaya, takut bicara dengan orang lain, belajar menyesuaikan diri dengan orang lain untuk menjadi bagian dari sesuatu dan ingin orang lain diterima
d.
Diri sendiri Masalah yang dialami anak usia SD dengan dirinya sendiri antara lain tidak bahagia, merasa tidak kuat secara fisik, perasaan sosial atau pribadi, belajar mengelola perasaan, belajar menangani perasaan malu atau perasaan sepi. Berdasarkan penjelasan dari permasalahan yang dialami anak usia
Sekolah Dasar terkait penelitian ini masuk pada poin ke 3 yaitu hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain dapat juga disebut keterampilan sosial.
35
Selain itu, telah dipaparkan sebelumnya bahwa tujuan dari teknik NHT adalah untuk meningkatkan kemampuan akademik, jadi pada dasarnya ke empat permasalahan tersebut saling terkait satu dengan lainnya. 3.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Sekolah dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalamanpengalaman
dasar
kepada
anak,yaitu
kemampuan
dan
kecakapan
membaca,menulis dan berhitung. Pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif, kreatifitas,dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab. Guru sekolah dasar memegang peranan untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak. Perkembangan sosial anak disini dapat dikaitkan dengan keterampilan bekerjasama peserta didik. Menurut Abu Bakar Luddin (2010: 43) “Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling sudah diperlukan sejak sekolah dasar dengan maksud mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani “Dasar pemikiran penyelenggaraan BK tidak lepas dari pengembangan peserta didik secara optimal”. Potensi yang dimaksud bukan hanya sekedar potensi kognitif namun juga keterampilan sosial yang dimiliki oleh peserta didik. Namun seiring berkembangnya zaman, peranan bimbingan dan konseling di SD juga diperlukan untuk membimbing perilaku peserta didik. Kaitannya dengan keterampilan bekerjasama adalah bahwa bimbingan dan konseling di sekolah dasar ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya. Kemampuan yang dikembangkan berupa fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual. Keterampilan bekerjasama merupakan sub konstruk dari kemampuan sosial.
36
Maka, keterampilan bekerjasama perlu dikembangkan bagi peserta didik tingkat sekolah dasar. D. Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model NHT Untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Salah satu ketrampilan hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah keterampilan sosial. Salah satu sub konstruk keterampilan sosial yang juga dibutuhkan oleh peserta didik untuk dapat diterima oleh masyarakat adalah ketermapilan bekerjasama. Keterampilan bekerjasama harus dimiliki oleh peserta didik karena dapat bermanfaat bagi mereka yang meningkatkan kerja kelompok dan menentukan keberhasilan hubungan sosial terhadap sesama teman sebaya, guru maupun lingkungan masyarakat. Dansereau, Bartkus, & De Lisi (dalam Fawcet dan Garton, 2005) menyatakan pentingnya seseorang memiliki keterampilan kooperatif, karena keterampilan kooperatif merupakan basis bagi masyarakat yang dapat meningkatkan belajar anak. Keterampilan bekerjasama dapat dikembangkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pemberian teknik diskusi. Dasar pemikirannya adalah karena teknik diskusi dilaksanakan dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Dengan berkerja di dalam kelompok, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dengan anggota lain, serta lebih menekan sikap individualis demi tercapainya keberhasilan kelompok. Bimbingan kelompok teknik diskusi model NHT bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial. Hal ini sejalan dengan keterampilan kerjasama yang merupakan sub konstruk dari keterampilan sosial. Numbered Heads Together adalah teknik diskusi yang dilaksanakan dengan mengalompokkan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-6 siswa. Kemudian guru memberikan penomoran (Numbered) kepada setiap peserta didik sesuai dengan jumlah kelompok. Lalu guru memberikan sebuah kondisi atau pertanyaan kepada semua kelompok untuk didiskusikan dan dicari pemecahannya secara bersama-sama dengan kelompok. Proses penyatuan ide-ide yang dikemukakan dari setiap anggota untuk
37
memecahkan masalah dapat disebut Heads Together. Setelah itu, guru memanggil secara acak nomor tertentu, peserta didik yang merasa dipanggil berdiri mengutarakan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan jawaban dari peserta didik, guru mengembangkan diskusi dan peserta didik dapat menemukan jawaban dari pertanyaan guru sebagai pengetahuan yang utuh. Berdasarkan proses pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi model Numbered Heads Together tersebut, diharapkan siswa dapat melatih interaksi dengan anggota lain, mengembangkan rasa percaya diri dan penerimaan terhadap perbedaan sehingga keterampilan kerjasama dapat meningkat. E. Penelitian Yang Relevan Penelitian dengan judul Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model Numbered
Heads
Together
(NHT)
Untuk
Meningkatkan
Keterampilan
Bekerjasama (Penelitian Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 04 Asemdoyong Taman Pemalang Tahun Pelajaran 2015/2016) relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Apriyani pada tahun 2013 yang berjudul, Upaya Meningkatkan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Metode Pembelajaran Tutor Sebaya. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kerjasama siswa pasa pelajaran matematika kelas VIII-A SMP Negeri 1 Karangnongko. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Tahap-tahap penelitian tindakan berupa kegiatan: 1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan kelas, 3) pelaksanaan tindakan,4) observasi dan monitoring,5) refleksi, dan 6) evaluasi. Penelitian ini dilakukan selama 3 siklus. Keterampilan bekerjasama berdasarkan jumlah siswa yang menunjukan perilaku keterlibatan dalam kelompok, tenggungjawab dalam kerja kelompok, serta kepercayaan dalam kerja kelompok. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kerjasama siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Karangnongko setelah diterapkan model pembelajaran Tutor Sebaya. Indikator keterlibatan dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 12 siswa (35,29%), siklus I menjadi 18 siswa (52,94%), siklus II menjadi 20 siswa (60,61%), dan siklus III menjadi 24 siswa (70,59%).
38
Tanggung jawab dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 10 siswa (29,41%), siklus I menjadi 16 siswa (47,06%), siklus II menjadi 18 siswa (54,54%), dan siklus II menjadi 22 siswa (64,70%). Sedangkan kepercayaan dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 6 siswa (17,65%), sikluas I menjadi 11 siswa (32,35%), siklus II menjadi 15 siswa (44,12%), dan siklus III menjadi 20 siswa (58,82%).Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran kelas VIII-A SMP Negeri 1 Karangnongko. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Fajriyah pada tahun 2015 dengan judul Efektivitas Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas NHT untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan bekerjasama antara sebelum dan sesudah penerapan Numbered Heads Together pada peserta didik kelas IV di SD di Kecamatan Candisari Semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Sekolah dasar di kecamatan Candisari dikelompokkan ke dalam dua jenis sekolah yaitu sekolah unggulan dan sekolah biasa. Sampel ditentukan dengan menggunaka teknik cluster sampling (sampling area). Hasil uji lanjut t tes satu-satu menunjukkan bahwa keterampilan bekerjasama siswa padadengan teknik NHT lebih baik daripada konvensional. Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut, diharapkan teknik diskusi model Numbered Heads Together mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan bekerjasama peserta didik, sehingga dapat memberikan manfaat bagi individu yang mengalami ketidakmampuan dalam bekerjasama bagi kehidupannya.
39
F. Kerangka Berpikir Teknik Diskusi metode NHT akan mendorong peserta didik untuk berinteraksi dengan anggota kelompok maka keterampilan bekerjasama peserta didik akan mengalami peningkatan
Peserta didik melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi metode numbered heads together yaitu teknik diskusi yang dilakukan dengan memberikan penomoran pada setiap siswa agar peserta didik sebagai perwakilan dari kelompoknya berdiri untuk mengutarakan jawaban hasil diskusi kelompoknya
Setiap peserta didik memerlukan keterampilan bekerjasama yang akan bermanfaat bagi kehidupan nya di dalam sekolah. Tujuan dari pemenuhan keterampilan bekerjasama bagi individu terutama peserta didik adalah: mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan prestasi akademik, mengarahkan siswa untuk lebih interaktif dalam belajar dan mengarahkan siswa agar memiliki hubungan pertemanan yang efektif Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
40
G. Hipotesis Hipotesis
adalah
jawaban
sementara
atas
suatu
permasalahan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model Numbered Heads Together Efektif Untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Peserta Didik Kelas V SD Negeri 04 Asemdoyong Taman Pemalang”.
31