BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakikat kesegaran jasmani a. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani menurut Djoko Pekik I, (2000:2) kesegaran jasmani (physical fitness), yakni kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Sedangkan menurut pendapat Rusli Lutan, (2002: 7) kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Kesegaran jasmani menurut Sadoso Sumosardjuno. (1998:19) adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak. Menurut Wahjoedi (2001: 59) kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Sedangkan menurut Nurhasan (2005: 2) pengertian kesegaran jasmani
diartikan
kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas fisik dalam waktu yang
9
relative lama, yang dilakukan secara cukup efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan atau mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktifitas yang lainnya. Jadi untuk mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yg benar. b. Komponen-komponen kesegaran jasmani Kesegaran jasmani mempunyai komponen-komponen yang dapat mendukung terciptanya kesegaran jasmani yang diinginkan. Mengetahui komponen kesegaran jasmani sangatlah penting, karena dengan mengetahui komponen-komponen kesegaran jasmani dapat menentukan baik buruknya kesegaran jasmani seseorang. Menurut Roji (2004:97) komponen-komponen kebugaran jasmani meliputi hal berikut ini : (a) daya tahan jantung atau peredaran darah dan paru-paru, (b) kemampuan adaptasi biokimia, (c) bentuk tubuh, (d) kekuatan otot, (e) tenaga ledak otot, (f) daya tahan otot, (g) kecepatan, (h) kelincahan, (i) kelentukan, (j) kecepatan reaksi, (k) koordinasi. Mengetahui, mengerti dan memahami komponen kesegaran jasmani sangatlah penting karena komponen-komponen tersebut merupakan tolok ukur baik buruknya tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Tri
10
Ani Hastuti dalam Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (2008:67), kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan memiliki empat komponen dasar yaitu : a. Ketahanan jantung dan peredaran darah, hal ini dapat diukur berddasarkan kemampuan melaksanakan tugas berat secara terus menerus dengan mengikutsertakan otot-otot dalam jangka waktu lama dibantu penyediaan oksigen yang cukup bagi otot agar berfungsi sebagai mestinya. b. Kekuatan, diperoleh karena banyaknya kegiatan berlatih, sehingga seseorang dapat memiliki kemampuan maksimal. Selama melakukan latihan seluruh otot diikutsertakan. c. Ketahan bagian otot, otot sanggup melakukan pekerjaan berulang dalam jangka waktu lama. d. Kelentukan tubuh, keadaan ini didapat melalui pemeliharaan dan cara menggerakkan seluruh persendian. Menurut Nurhasan (2005:3) unsur kebugaran jasmani meliputi : a. Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam menempuh jarak dalam waktu secepat mungkin b. Power atau daya adalah hasil gabungan antara kecepatan dan kekuatan c. Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol bagian-bagian dari tubuh untuk mempertahankan suatu gerak yang bermakna d. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan berbagai macam menjadi suatu gerak yang bermakna e. Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan berbagai macam gerak menjadi suatu gerak yang bermakna f. Kecepatan reaksi adalah waktu saat diberikan rangsang sampai terjadinya kontraksi suatu otot.
11
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:4) kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan memiliki 4 komponen dasar, meliputi : a. Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-paru jantung menyuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu jangka lama. b. Kekuatan dan daya tahan otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu yang lama. c. Kelentukan adalah kemampuan persendian bergerak secara leluasa. d. Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase lemak tubuh. Menurut Len Kravitz (2001: 5-7) komponen utama kebugaran dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yang harus diperhatikan ada 5 komponen meliputi : a. Daya tahan kardiorespirasi atau kondisi aerobic adalah kemampuan dari jantung, paru-paru pembuluh darah dan grup otot-otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobic. Mendayung, bersepeda, lompat tali, main sky dan ski lintas alam. Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik. b. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban. Otot-otot
12
yang kuat dapat melindungi persendian yang mengelilingi dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktifitas fisik. c. Daya tahan otot adalah kemampuan dari otot-otot kerangaka badan menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal) dalam jangka waktu tertentu. d. Kelenturan adalah daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah di mantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal waktu istirahat. Meningkatkan kelenturan akan memperbaiki penampilan tubuh dan mengurangi kemungkinan cedera. e. Komposisi tubuh adalah prosentasi lemak badan dari berat tanpa lemak dari berat tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital). Menjadi gemuk, biasanya dimulai pada masa kanak-kanak mempunyai pengaruh pada komponen lain dari kebugaran. Menurut Rusli Lutan (2002: 8), komponen kebugaran jasmani ada dua, yaitu terkait dengan kesehatan dan performa. Komponen terkait dengan kesehatan, meliputi; (1) daya tahan aerobik, (2) kekuatan otot,
(3) daya
tahan otot, dan (4) fleksibilitas. Sedangkan komponen terkait dengan performa, meliputi; (1) koordinasi, (2) keseimbangan, (3) kecepatan, (4) agilitas, (5) power, dan (6) waktu reaksi. Dari pendapat di atas pengertian kesegaran atau kesegaran jasmani dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah yang baik diperoleh tidak hanya dalam waktu singkat, tetapi harus latihan secara teratur dan
13
memperhatikan prinsip-prinsip latihan dan takaran latihan. Mengetahui dan memahami konsep kesegaran jasmani sangatlah penting karena komponen tersebut merupakan penentu baik buruknya tingkat kesegaran jasmani seseorang. c. Faktor-faktor yang mampengaruhi kesegaran jasmani Disamping komponen kesegaran jasmani, faktor yang sangat mendukung
tingkat
kesegaran
jasmani
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesegaran jasmani. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:6) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang meliputi : (a) makan, (b) istirahat, (c) olahraga. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Karena makan adalah pemasok utama tenaga yang ada dalam tubuh. Kemudian setelah kita melakukan kegiatan yang melelahkan sangat perlu untuk istirahat. Istirahat disini bertujuan untuk mengembalikan tubuh keposisi yang bugar. Sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik. Selain makan dan istirahat olahraga atau aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang penting. Dengan berolahraga kita dapat mendapatkan kesegaran jasmani, asalkan latihan dilaksanakan dengan cara sistematik menggunakan rangsang gerak untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsi tubuh. Badan yang sehat merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh yang bersangkutan baik secara langsung atau tidak langsung. Kesehatan badan merupakan hal yang terpenting bagi manusia tetapi hal yang tidak kalah pentingnya adalah dimilikinya
14
kesegaran jasmani yang baik. Kesegaran jasmani yang dapat disebut juga kebugaran jasmani menurut Joko Pekik Irianto (2004: 4) dikemukakan sebagai berikut: Kebugaran digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Kebugaran statis: keadaan seseorang yang bebas dari penyakit dan cacat atau disebut sehat b. Kebugaran dinamis: kemampuan seseirang untuk bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan, berlari, melompat mengangkat. c. Kebugaran motoris: kemampuan seseorang untuk bekerja secara efisien yang menuntut keterampilah khusus. Sedangkan menurut Roji dalam buku Pendidikan Jasmani untuk SMA (2004:97) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah : a. Masalah kesehatan b. Masalah gizi c. Masalah latihan fisik d. Masalah faktor keturunan Kesegaran jasmani yang baik sangat diperlukan oleh setiap orang. Dari komponen-komponen
kesegaran
jasmani
menunjukkan
bahwa
kesegaran jasmani ternyata memiliki pengertian luas dan kompleks. Untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang memadai perlu perencanaan yang sistematik melalui pola hidup sehat bagi masyarakat. Menurut Joko Pekik Irianto (2004: 7) untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang baik dan memadai diperlukan pemahaman pola hidup yang sehat bagi setiap lapisan masyarakat meliputi makan, istirahat, olahraga
15
(intensitas latihan, lama latihan, frekuensi latihan). Bukan hanya itu saja tetapi jika ingin mendapatkan kebugaran yang prima, selain memperhatikan makan sehat berimbang juga dituntut meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat seperti : merokok, minum beralkhohol dan makan berlebihan dan tidak teratur. d. Tes untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani Tes pengukuran kesegaran jasmani dilakukan untuk mengetahui kondisi kesegaran jasmani seseorang. Selain itu, juga untuk menentukan program latihan yang sesuai untuk memelihara atau meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu cara untuk mengukur kesegaran jasmani adalah mengukur besarnya VO2 Maks. Adapun tes untuk mengetahui VO2 Maks yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Lari Multi Tahap (multistage fitness test) menurut Depdiknas (2000:65-67) tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru yang ditunjukan melalui pengukuran ambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake). Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Alat dan peralatan 1) Mesin pemutar kaset 2) Kaset audio atau aba-aba perintah 3) Lintasan yang datar dan tidak licin 4) Meteran ukur 5) Tanda garis
16
6) Formulir dan alat tulis untuk mencatat hasil b. Petugas tes 1) Petugas start 2) Pengawas lintasan c. Pelaksanaan: 1) Dari luas lintasan diambil jarak 20 meter dan diberi tanda pada kedua ujungnya. 2) Jarak tiap responden 1- 1,5 meter. 3) Peserta yang sudah melakukan pemanasan sebelumnya, disiapkan disalah satu ujungnya. 4) Putar kaset multi stage dan dengarnya petunjuknya dimana kaset akan mengeluarkan sinyalnya: “TUT”tunggal dengan interval teratur pada setiap tahap. Bunyi tersebut jamak terdengar pada setiap pergantian tahap. 5) Peserta tes berusaha lari sampai ujung berlawanan tepat dengan bunyi “TUT” dan kembali lagi keujung semula sehingga tepat pada bunyi berikutnya peserta telah sampai pada garis. Demikian seterusnya peserta akan lari bolak-balik 20 meter dengan kecepatan tertentu untuk satu tahap. 6) Setelah menyelesaikan satu tahap peserta harus lari lebih cepat sesuai dengan frekuensi “TUT” yang semakin cepat pula.
17
7) Lari bolak-balik dilakukan sampai peserta tes lelah yang ditunjukan dengan ketidak mampuan mengikuti irama “TUT” yang telah ditentukan sebanyak tiga kali. 8) Setelah melakukan tes peserta perlu melakukan pendinginan dengan cara berjalan dan meregangkan otot. 9) Pengawas lintasan mencatat kemampuan maksimal peserta yang ditunjukan dengan tahap balikan terakhir. Pencatatan dilakukan dengan formulir pencatatan lari multi tahap. Penilaian tes adalah jumlah terbanyak dari tahap dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh dan dicatat sebagai hasil skor peserta tes. 2. Hakikat tingkat kecerdasan (Intelengensi) a. Pengertian Kecerdasan (Intelengensi) Inteligensi atau sering disebut juga dengan kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap manusia memiliki tingkatan inteligensi yang berbeda-beda. Masyarakat sering menganggap inteligensi sama dengan pintar, cerdas, cepat berfikir, dan semacamnya. Pandangan tersebut tidak salah, namun juga tidak seluruhnya benar. Inteligensi bukan semata-mata terpaku pada kata pintar ataukah cerdas, namun inteligensi merupakan suatu kemampuan yang pasti dimiliki setiap manusia. Menurut Desmita (2010: 53-54) inteligensi adalah suatu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum inteligensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan untuk beradaptasi
18
dengan situasi yang baru atau menyesuaikan diri dengan cepat dan mempelajari situasi tersebut. Menurut Agus Sujanto (2004: 66), berpendapat bahwa menurut arah dan hasilnya kecerdasan atau intelegensi ada dua macam yaitu: 1) intelegensi praktis adalah intelegensi untuk dapat mengatasi situasi yang sulit dalam suatu kerja yang berlangsung secara cepat dan tepat. 2) intelegensi teoritis adalah intelegensi untuk memperoleh suatu pemikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat pula. Menurut Andi Yudianto (2007: 1), bahwa kemampuan intelegensi terdiri dari keterampilan, tingkah laku, dan kemampuan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, berfikir abstrak dan mengambil makna dari pengalamanpengalaman. Kemampuan inteligensi seseorang dapat berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai inteligensi ratarata mampu menjadi anak yang pintar dan tingkat inteligensinya berkembang dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, inteligensi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berasal dari luar atau lingkungan dimana anak tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya. b. Fungsi Kecerdaan (Intelegensi) Menurut Syamsu LN (2001: 153), bahwa sejak tahun pertama dari usia anak fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam tingkah lakunya, contohnya dalam tingkah laku motorik dan bicara. Anak yang cerdas menunjukan gerakan-gerakan yang lancar, serasi dan terkoordinasi
19
sedangkan anak yang kurang cerdas gerakannya kurang lincah dan tidak terkoodinasi. Anak yang cedas cepat pula perkembangan bahasanya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan (Intelegensi) Ngalim Purwanto (2010: 55-56) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga membedakan taraf intelegensi seseorang dengan orang lain adalah: 1) Pembawaan. Pembawaan adalah suatu sifat-sifat dan cirri-ciri yang dibawa sejak lahir. 2) Kematangan. Kematangan adalah setiap organ dalam tubuh manusia (fisik maupun psikis) mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masingmasing 3) Pembentukan. pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. 4) Minat dan pembawaan yang Khas. minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu. 5) Kebebasan. kebabasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam menyelesaikan masalah. Diungkapkan pula oleh Bayley (1979) yang dikutip Slameto (2010: 131) bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
20
1) Keturunan Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, menunjukan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang pada tingkat tertentu. 2) Latar belakang sosial ekonomi Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi terhadap taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja. 3) Lingkungan hidup Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai kurang baik bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan dan institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya. 4) Kondisi fisik Keadaan
gizi
yang
kurang
baik,
kesehatan
yang
buruk,
perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah. 5) Iklim emosi Iklim
emosi
dimana
individu
dibesarkan
perkembangan mental individu yang bersangkutan.
21
mempengaruhi
Tabel 1. Tabel Penggolongan Tingkat Kecerdasan KSI KATEGORI GOLONGAN 145- lebih Sangat cerdas sekali A 130-144 Sangat cerdas B 115-129 Cerdas C 100-114 Rata-rata atas / pandai Da 85-99 Rata-rata bawah / sedang Db 70-84 Lemah E 55-69 Sangat lemah F <54 Sangat lemah sekali G Sumber: Lembaga Psikologi Bina Asih Yogyakarta 3. Hakikat Pendidikan Orangtua a. Pengertian pendidikan Pendidikan mempunyai peranan besar dalam membentuk tingkah laku seseorang. Karena salah satu faktor penting dari usaha pendidikan adalah pembinaan watak seseorang, karena watak seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi, biasanya mempunyai intelektual baik, dapat berfikir kritis, dan memberikan prasarat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ada beberapa macam jenis pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Sedang pengertian pendidikan itu sendiri sangan luas. Secara umum pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang deperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
22
Menurut John Dewey (dalam Sumitro dkk, 2005:17) pendidikan adalah rekontruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dan menurut Frederick Mayer (dalam Sumitro dkk, 2005:17) pendidikan adalah proses yang menuntun pencerahan umat manusia. Pendidikan sekolah atau lazim dikenal dengan sebutan pendidikan formal adalah suatu sistem pendidikan yang berjenjang. Yang pendidikan formal dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tiap-tiap jenjang pendidikan tersebut mempunyai tujuan yang sama. Dalam setiap jenjang pendidikan pada diri individu diberikan pendidikan, latihan dan keterampilan yang berbeda untuk tiap-tiap jenjang pendidikan
sesuai
dengan
perkembangan
kepribadiannya.
Hal
ini
menunjukkan bahwa sikap kepribadian yang terbentuk adalah berbeda untuk tiap-tiap jenjang pendidikan. Sikap kepribadian yang terbentuk pada lulusan tiap jenjang pendidikan formal tersebut menurut Subandiyah (1983: 5) adalah sebagai berikut: a. Lulusan Sekolah Dasar, sifat kepribadian yang dimiliki adalah statis, monolotis dan cenderung dogmatis. b. Lulusan Sekolah Menengah Tingkat Pertama, sifat kepribadian yang dimiliki adalah sedikit punya inisiatif, kritis, kreatif tetapi cenderung skiptif dan birokratis.
23
c. Lulusan Sekolah Menengah Tingkat Atas, sifat kepribadian yang dimiliki adalah kritis, kreatif, rasional, memiliki inisiatif tetapi cenderung otonom. d. Lulusan Perguruan Tinggi, sifat kepribadian yang dimiliki adalah terbuka terhadap kritik, dinamis, kosmopolitis, tidak fanatic dan cenderung bersifat demokratis. Menurut J. Muller ( dalam Siti Rahayu, 1998: 47) pendidikan adalah sumber informasi. Informasi serta pengetahuan terbatas, pada umumnya berkaitan dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang dalam menerima informasi. Perkembangan
kognitif,
intelektual,
serta
mental
seseorang
yang
berpendidikan rendah dibatasi oleh keterbatasn informasi serta kemampuan yang dimilikinya. Dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi dengan informasinya yang lebih banyak pada umumnya lebih mampu menentukan sikap yang tepat dibanding dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, oleh karena pendidikan dipandang penting bagi setiap seseorang. b. Pengertian Pendidikan Orang Tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 987), orang tua adalah orang yang dianggap tua, dalam hal ini adalah ayah dan ibu kandung. Pendidikan orang tua tidak bisa diartikan secara kata per kata namun harus diartikan secara keseluruhan. Bila diartikan secara keseluruhan pendidikan orang tua dapat diartikan sebagai banyaknya ilmu dan
24
pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua peserta didik di mana pengetahuan tersebut didasarkan pada tingginya jenjang pendidikan formal yang pernah diterima oleh orang tua (ayah dan ibu) selama masih menjadi peserta didik. Pendidikan orang tua juga dapat diartikan sebagai tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik itu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, SMA), maupun pendidikan tinggi (D1, D2, D3, S1, S2, S3). 4. Hakikat Prestasi Belajar a. Pengertian belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) yang dikutip oleh Sugihartono, dkk, mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman. Menurut Sumadi Suryabrata (2007: 232) belajar adalah: 1) aktivitas yang menghasilkan perubahan, 2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapat dari kecakapan, 3) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2010: 89) bahwa dilihat dari sudut ilmu pendidikan , belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-
25
kecakapan dan tingkah laku yang baru. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa
belajar
merupakan
suatu
proses
memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkunganya. b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah penilaian hasil usaha belajar yang ditunjukan dengan symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah diperoleh siswa. (Suratinah, 1987: 15). Menurut Oemar Hamalik (1994: 18) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap suatu mata pelajaran setelah melakukan proses belajar dan dinyatakan dalam nilai test. Winkel (1983 : 150) mengemukakan pendapat bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan pengetahuan, kecakapan/ skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tinggkah laku yang progresif dan adaptif. Sehingga belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Sedangkan prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi yang disebut prestasi belajar yaitu bukti usaha yang dicapai dari perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991 : 787) mendefinisikan prestasi sebagai hasil yang telah dicapai. Sedangkan prestasi
26
belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yg diberikan guru. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Menurut Ngalim Purwanto (2010: 102) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 1) Faktor yang pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. 2) Faktor yang di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Diungkapkan pula oleh Sugihartono, dkk (2007: 76) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terbagi menjadi dua, yaitu: a) Jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. b) Psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor yang mempengaruhi dalam belajar meliputi: a) Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c) Masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
27
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai suatu hasil dari proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Guilbert dalam Soekindjo Notoatmojo (2007: 49), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual. Menurut Depdikbud (1997: 61-64), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antar lain: 1) Faktor dari dalam individu Faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor psikis dan faktor fisik. 2) Faktor dari luar individu Faktor yang datang dari luar individu antara lain faktor alam dan faktor sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Menurut Dimyati Mahmud (2006: 54), hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1) Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, terdapat dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Yang termasuk faktor psikis yaitu kognitif, afektif, psikomotor, campuran, kepribadian. Sedangkan yang termasuk faktor fisik antara lain: indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf-syaraf dan organ-organ tubuh lainnya. Faktor lingkungan dan faktor keturunan juga mempengaruhi.
28
2) Faktor yang berasal dari luar diri individu yaitu adanya faktor lingkungan.
Menurut
Slameto
(1991:
54)
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu: faktor internal yang menyakut faktor jasmani, psikologi dan kelelahan, dan faktor eksternal menyangkut faktor keluarga, faktor masyarakat dan sekolah. 5. Kelas Olahraga Kelas olahraga adalah sebuah kelas yang dilaksanakan berbagai kegiatan olahraga dengan tujuan membina dan mengembangkan bakat serta potensi atlet sejak dini dan memberikan kesempatan kepada para pelajar potensial untuk dibina dalam suatu wadah kelas olahraga unggulan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 25) kelas olahraga
merupakan
kegiatan
ko-kulikuler
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan minat dan menyalurkan bakat siswa untuk menjadi atlet potensial di masa yang akan dating. Selain itu kelas olahraga ini juga bertujuan untuk memudahkan sekolah dan para guru untuk dapat berkonsentrasi memberikan pelajaran kepada siswa yang berprestasi di bidang olahraga agar siswa tersebut tidak ketingalan pelajaran akademik di sekolah. Pada dasarnya kurikulum yang digunakan untuk kelas regular dan kelas olahraga sama. Dalam hal ini SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga materi pelajaran yang diperoleh dan diajarkan sama antara kelas regular dan kelas olahraga. Selain mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa dikelas, siswa kelas olahraga juga wajib mengikuti ekstrakulikuler yang dilaksanakan
29
sekolah. Yang membedakan kelas olahraga dengan kelas regular adalah kegiatan khusus berupa latihan olahraga yang dilaksanakan pada sore hari kecuali hari jum’at dengan materi cabang olahraga yang telah ditemukan oleh sekolah. 6. Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan dan Pendidikan Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Hubungan tingkat kebugaran jasmani dan fungsi kognitif secara implisit, Zervas dan stambuvola (dikutip Dian Adi Sulistyaningtyas 2008: 24) tidak ada satu penelitian yang menunjukan bahwa latihan jasmani dapat menghambat fungsi kognitif misalkan intensitas latihan pada tingkatan rendah atau menengah. Bahkan sebaliknya, beberapa penelitian menunjukan bahwa latihan yang ringan dan menengah memfalitasi fungsi kognitif. Namun demikian, seseorang yang tingkat kebugaran jasmaninya tinggi, bila melakukan latihan jasamani dan mencapai titik pelaksanaan tugas gerak yang tidak lagi dilakukan dengan baik, menjukan penurunan penampilan fungsi berfikir atau kognitifnya. Abernethy, et.al. (dikutip Dian Adi Sulistyaningtyas 2008: 27) menyebutkan aktivitas jasmani tidak hanya berpengaruh pada perasaan pelakunya, tetapi berpengaruh pada bagaimana individu itu berfikir. Aktivitas jasmani yang teratur berhubungan dengan kinerja kognitif. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa aktivitas jasmani atau olahraga yang teratur meningkatkan penampilan tes matematika, tes memori, dan tes IQ dari pada individu yang tidak regular melakukan aktivitas jasmani.
30
Pendidikan orang tua tidak dapat diartikan secara kata per kata, namun harus diartikan secara keseluruhan. Bila diartikan secara keseluruhan pendidikan orang tua diartikan sebagai banyaknya ilmu dan pengetahuan serta tingginya tingkat pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh orang tua selama menjadi peserta didik, diantaranya pendidikan dasar (Sekolah Dasar), pendidikan menengah (Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas), maupun pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana bahkan Pasca Sarjana). Jenjang yang ditempuh orang tua akan sangat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan keberhasilan anak dalam berprestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Subandiyah (1983: 5), tentang perbedaan sikap dan kepribadian sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuh. Karena prestasi belajar adalah perubahan atau hasil belajar yang mengakibatkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang
melalui
aktivitas
jasmani
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, sikap sportivitas, dan kecerdasan emosi. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa, faktor kondisi fisik atau kebugaran jasmani, kecerdasan dan pendidikan orangtua menjadi peranan yang sangat penting dalam memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Dengan mempunyai kebugaran jasmani yang baik, kecerdasan yang tinggi dan jenjang pendidikan orangtua yang tinggi siswa diharapkan dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal.
31
B. Kerangka Berfikir Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang relatife lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani sangat dibutuhkan agar aktifitas sehari-hari menjadi lancar, begitu juga dengan aktifitas siswa disekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar dapat menerima dengan baik dan selalu dalam keadaan bugar. Selain tingkat kebugaran yang baik faktor kecerdasan juga sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki tingkat kebugaran yang baik dan kecerdasan yang tinggi diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan maka sangat berperan dalam mencapai tingkat kebugaran jasmani siswa menjadi lebih baik lagi. Selain kebugaran yang meningkat diharapkan dengan mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani disekolah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa akan berkembang dengan baik dan mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru di sekolah. Keluarga juga merupakan tempat dalam mendidik anak., karena keluarga memberikan kebutuhan pendidikan bagi siswa. Kemampuan intelektual dan gerak sangat berpengaruh besar dalam kegiatan belajar di sekolah. Dalam upaya tersebut diharapkan prestasi belajar para siswa disekolah meningkat.
32
C. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Denny Mahendra Kushendar (2010) dengan judul “ Hubungan antara Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan dengan Prestasi Belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 Kedungreja Cilacap” penelitian ini menggunakan metode survey dengan instrument tes pengukuran untuk tes kebugaran jasmani. Populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah 72 anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebugaran jasmani (
dan kecerdasan (
terhadap prestasi belajar
(Y), baik secara masing-masing maupun secara bersama-sama. Uji hipotesis hubungan
dengan Y ditunjukan dengan nilai r hitung sebesar 0,593> r
tabel (0,235), hubungan
dan Y ditunjukan dengan nilai r hitung sebesar
0,774 > r tabel (0,235), sedangkan hubungan X1 dan X2 secara bersamasama terhadap Y ditunjukan dengan r hitung sebesar 0,807 > r tabel (0,235) dan F hitung 64,229 > F tabel (3,13). Besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 65,10% dengan rincian variabel kebugaran jasmani memberikan sumbangan efektif sebesar 11,11% variabel kecerdasan memberikan sumbangan efektif sebesar 53,99% sedangkan sisanya sebanyak 34,90% dipengaruhi factor lain. 2. Penelitian Ayu Nurmalitasari (2011) dengan judul “ Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Tingkat Kecerdasan Intelektual terhadap Prestasi Belajar siswa SMA N 2 Purworejo” penelitian ini menggunakan metode tes pengukuran dan dokumentasi hasil tes kecerdasan dan rata-rata nilai raport. Populasi dalam penelitian ini adalah 128 siswa. Hasil penelitian ini
33
menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan dan negative antara tingkat kesegaran jasmani dengan prestasi belajar siswa. Adanya hubungan ini diperoleh dari hasil perhitungan karena probabilitasnya 0,011<0,05 dan mempunyai arah negative (-) yaitu -0,224. (2) ada hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar siswa SMA N 2 Purworejo, karena probalitasnya 0,000<0,05 dan mempunyai arah yang positif (+) yaitu 0,331. (3) ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani dan tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar. Adanya hubungan ini karena diketahui berdasarkan perhitungan regresi berganda yang menunjukan bahwa angka R square 0,170 atau 17% menunjukan bahwa prestasi belajar yang diukur dengan rata-rata nilai raport dapat dijelaskan oleh variabel tingkat kesegaran jasmani dan tingkat kecerdasan/IQ, sedangkan sisanya (100%-17%=83%) dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak termasuk dalam penelitian dan dengan nilai signifikansi 0,000<0,05. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul, (Suharsimi Arikunto, 1987: 62). Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar.
34
2. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar. 3. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan prestasi belajar. 4. Ada hubungan yang signifikan hubungan antara kesegaran jasmani, kecerdasan dan pendidikan orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas olahraga.
35