BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dipaparkan beberapa teori dari para ahli mengenai pengertian belajar dan hasil belajar beserta faktor-faktor penyebabnya. Adapun hal lain yang dipaparkan seperti mata pelajaran, model pembelajaran, serta kerangka pikir. 2.1.1
Hakikat Belajar Dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar itu penting karena yang
menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan tergantung dari bagaimana proses belajar yang melibatkan objek pendidikan. Objek pendidikan disini adalah siswa. Belajar itu penting untuk menyiapkan diri menjadi manusia yang berpendidikan dan kompeten sehingga dengan belajar siswa kelak siap menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat. Belajar menurut Gagne dalam Suprijono (2012 : 2) adalah “perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah”. Belajar menurut Gagne merupakan suatu perubahan kemampuan seseorang melalui proses aktivitas dan kemampuan tersebut bukan didapatkan secara langsung dari proses pertumbuhan atau bertambahnya umur seseorang. Sejalan dengan itu, menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Belajar dilakukan untuk mendapatkan perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang. Menurut Slameto (2010:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari ketiga pendapat menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh perubahan kemampuan pada diri seseorang, yang menjadi lebih baik melalui interaksi dengan
5
6
lingkungannya dan perubahan itu bukan didapatkan secara langsung dari proses pertumbuhan.
2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2012 : 5), hasil belajar berupa : a. b.
c.
d.
e.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan ekstenalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar menurut (Bloom, dkk.) dalam Dimyati dan Mujiono (2009 : 26) mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut, dikenal sebagai taksonomi bloom dengan kebaikan yang terletak pada rincinya jenis perilaku yang terkait dengan kemampuan internal dan kata-kata kerja operasionalnya. Adapun ketiga ranah tersebut sebagai berikut: a.
b.
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima perilaku-perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembenntukan pola hidup.
7
c.
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitar semakin bertambah. Berdasarkan
pendapat yang telah dikemukakan oleh
para ahli dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan atau hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Kemampuan atau hasil yang diperleh berupa kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar juga tidak hanya bergantung pada lingkungan dan kondisi belajar, tapi juga dari kemampuan awal pra-belajar. Hasil belajar ini dapat diukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan dan pembelajaran tersebut tercapai. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai. Maka dari itu, hasil belajar merupakan hasil penilaian yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran yang berupa angka untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut paham terhadap materi yang telah disampaikan.
2.1.3
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto
(2010:54) digolongkan menjadi dua, yaitu: a.
b.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan, cacat tubuh. 2) Faktor Psikologis, terdiri atas: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dikelompokkan menjadi tiga faktor, antara lain: 1) Faktor Keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
8
2) Faktor Sekolah, seperti: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 4) Faktor Metode, meliputi: metode mengajar dan metode belajar.
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono dalam Hamdani (2011:47) adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.
Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangakan bagi siswa. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan disengaja.
Pembelajaran mempunyai tujuan, yaitu membantu siswa memperolah berbagai pengalaman dan dari pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah dan berkembang, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku tersebut antara lain: pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
9
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan menganalisis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Permendiknas No.22 tahun 2006). Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. b. c. d. e.
f.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan berbahasa dijelaskan sebagai berikut: a.
Keterampilan Menyimak Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak bukan hanya kegiatan yang sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan, tetapi juga mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya.
b.
Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini,
10
kelengkapan alat ucap manusia merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut: 1) 2) 3) 4) 5) c.
Kemudahan berbicara; Kejelasan; Bertanggung jawab; Membentuk pendengaran yang kritis; Membentuk kebiasaan.
Keterampilan Membaca Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca juga merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang ada dalam teks. Maka dari itu, seorang pembaca perlu menguasai bahasa yang digunakan. Keterampilan
membaca
pada
umumnya
diperoleh
dengan
cara
mempelajarinya di sekolah. d.
Keterampilan Menulis Menulis merupakan keterempilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, siswa harus memperhatikan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Ketetampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. (Tarigan, 2008:3) Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya. Menulis bukan hanya kegiatan menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu bentuk tulisan
11
yang teratur. Berbeda halnya dengan berbicara, menulis sulit untuk dilakukan secara spontan karena harus memperhatikan kaidah penggunaan tata bahasa dan secara semestinya. Jadi dalam menulis, unsur kebahasaan dan tata bahasa merupakan aspek penting yang perlu dicermati, disamping isi yang diungkapkan. Dengan
standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan: a.
b.
c.
d. e.
f.
2.1.5
Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah; Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk-bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif menurut Nurulhayati dalam Rusman (2012:203) adalah “strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil yang saling berinteraksi”. Pembelajaran kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan siswa lainnya. Model pembelajaran ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu siswa belajar untuk diri sendiri dan belajar bersama/saling membantu dalam kelompok kecilnya untuk belajar.
12
Kooperatif learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah “rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan” Sanjaya dalam Rusman (2012:203). Menurut Hamdani (2011:30) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekarja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif menurut pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa dalam
mencapai
tujuan
pembelajaran.
Diharapkan
dengan
penggunaan
pembelajaran kooperatif ini merubah peran guru yang dulunya belajar berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa dengan kelompokkelompok kecil. Jadi guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu dan menfasilitasi siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri melalui kerja kelompok. Beberapa ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:31), sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Setiap anggota memiliki peran Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi secara langsung antar siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memungkinkan setiap siswa memiliki peran dalam kelompoknya sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap kerja kelompok. Dengan adanya pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa maka peran guru disini sebagai fasilitator.
13
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (Berpikir Berbicara Menulis) Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model ini didasarkan pada tiga tahapan
melalui berpikir, berbicara, dan menulis.
Pelaksanaan model Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir secara individu setelah proses membaca ataupun menyimak, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan teman sekelompoknya sebelum menulis. Pembelajaran ini akan lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Kelompok ini siswa diminta membaca ataupun menyimak, membuat catatan kecil, menjelaskan, dan membagi ide bersama teman kelompok, kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Ada tiga tahap yang dilakukan dalam model pembelajaran Think Talk Write, yaitu sebagai berikut: a.
Tahap Think (Berpikir) Tahap ini dilakukan pada siswa bahwa berpikir itu dimulai dengan proses membaca maupun menyimak terlebih dulu kemudian siswa dapat mengungkapkan ide atau penyelesaian masalah secara tertulis dengan membuat semacam catatan kecil. Proses berpikir pada tahap ini akan terlihat ketika siswa membaca masalah atau lembar kerja yang diberikan guru kemudian siswa menuliskan apa yang diketahuinya atau penyelesaian masalahnya.
b.
Tahap Talk (Berbicara atau Berdiskusi) Pada tahap ini siswa melakukan diskusi atau bertukar pendapat dalam kelompok kecil. Ketika siswa dapat menyampaikan ide atau pendapatnya dalam kegiatan diskusi, berarti siswa sudah mampu mengungkapkan idenya secara lisan (Talk). Tahap ini juga memberikan kesempatan bagi siswa agar lebih terampil berbicara dan membangun komunikasi yang baik antar siswa.
c.
Tahap Write (Menulis) Pada tahap ini merupakan tahap dimana siswa menuliskan hasil diskusi kelompok kecil dan hasil dari catatan kecil masing-masing siswa.
14
Kemungkinan apa yang siswa tulis dalam tahap ini berbeda dengan apa yang siswa tuliskan pada cacatan individual (tahap think ). Hal ini terjadi karena setelah siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil, ia akan memperoleh ide yang baru untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Langkah-langkah umum pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut: a. Guru membagi lembar kerja siswa yang memuat permasalahan dan petunjuk pengerjaannya. b. Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi. c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. d. Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dalam bentuk tulisan (write).
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan a.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni Anggi (2012). Pengaruh penerapan model cooperatif learning tipe Think Talk Write (TTW) terhadap pemahaman konsep pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung dalam mata pelajaran ekonomi. “The results of the study showed that the implementation of Think Talk Write (TTW) from the Cooperative Learning Model gave positive impacts toward students’ conceptual comprehension of Economics. This was shown from the difference of students’ conceptual comprehension in the experimental and control groups. Based on the statistical results, students in the experimental group exhibited an increase of 0,34 in average, while students from the control group exhibited an increase of 0,24 in average regarding their level of conceptual comprehension of Economics”. Artinya “Hasil belajar dari implementasi Think Talk Write (TTW) dalam Model Pembelajaran Kooperatif memberikan akibat positif kepada siswa
15
berhubungan dengan pemahaman ekonomi. Ini menunjukkan pentingnya hubungan dengan pemahaman siswa dalam bereksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil statistik, siswa dalam kelompok eksperimen menunjukkan sebuah kenaikan dengan rata-rata 0,34, sedangkan siswa dari kelompok kontrol menunjukkan sebuah kenaikan dengan rata-rata 0,24 sehubungan dengan tingkat hubungan dengan pemahaman ekonomi. b.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Annas Nur Istiqomah (2009). Pembelajaran matematika dengan strategi Think Talk Write (TTW) dalam upaya meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bambanglipuro Bantul. Strategi Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan peran aktif dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Peningkatan peran aktif terjadi ileh setiap tahapan strategi TTW, yaitu berpikir (Think)yang dilalui dengan proses membaca, diskusi (Talk), mengkolaborasikan catatan individu dengan hasil diskusi (Write) dan presentasi sebagai diskusi dalam kelompok besar. Kegiatan yang dilakukan dapat memberikan dampak bagi siswa, diantaranya adalah meningkatkan siswa dalam mengungakapkan ide atau gagasan baik lisan maupun tertulis, kemampuan bertanya, menyelesaikan masalah, bekerjasama, menggunakan kesempatan, dan mendengarkan orang lain. Seluruh kegiatan yang dilakukan menignkatkan peran aktif siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Peran aktif siswa secara kuantitatif mengalami penignakatan disetiap
siklusnya,
hasil
perhitungan
angket
menunjukkan
adanya
peningakatan peran aktif siswa dari pra siklus ke siklus I sebesar 10,74%, dari siklus I ke siklus II sebesar 5,99% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 8,28%. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, nilai rata-rata tes siklus I sebesar 64,14 siklus II sebesar 74,33, dan siklus III sebesar 85,08. Hasil belajar siswa telah memenuhi target penelitian yang mencapai 60%, hasil perhitungan akhir mrnunjukkan presentase sekitar 85,08%. Beberapa hasil penelitian di atas menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write akan dapat meningkatkan hasil belajar. Diharapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write juga dapat meningkatkan hasil
16
belajar Bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan menulis. Karena pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write ini menekankan siswa kedalam tiga tahapan yang nantinya mengacu pada keterampilan menulis. Namun demikian, perlu dibuktikan lagi pada penelitian tindakan kelas ini.
2.3 Kerangka Berpikir Pada kondisi awal pembelajaran di kelas 5 diduga masih tergolong konvensional, dimana peran guru dalam pembelajaran sangat kuat, kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia. Adapun hal lain seperti pikiran-pikiran yang ada dalam diri siswa bahwa bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sepele, mungkin hal ini dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar kita sehari-hari. Tapi dilihat dari hasil ulangan bahasa Indonesia ada 13 siswa dari 23 siswa yang nilainya di bawah KKM. Maka untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa dengan variasi diskusi kelompok yang berciri khas, guru menyediakan atau memberikan siswa permasalahan kemudian siswa berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan membuat catatan kecil sebelum sharing dalam kelompok dan kemudian menuliskannya. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa dalam pembelajaran dan berdampak baik untuk meningkatkan hubungan atau komunikasi antar individual dalam kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write diharapkan terjadi perubahan sikap dan kemampuan siswa terutama dalam menulis yang terlihat dari hasil belajar bahasa Indonesia.
17
2.4 Hipotesis Tindakan Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: diduga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia khususnya tentang meringkas isi buku dengan memperhatikan penggunaan ejaan di SD Negeri Jamusan kelas 5 Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013.