BAB II
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.netBAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya dikemukakan dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana bahwa media adalah sebagai berikut: a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru. b. Media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. c. Media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. d. Media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.
TINJAUAN TEORETIS
A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya dikemukakan dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana bahwa media adalah sebagai berikut: a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru. b. Media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. c. Media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. d. Media merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. e. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. f. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengatakan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan menurut Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu. a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba pancaindera. b. Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
d. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. e. Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f. Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen
yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu. Pada intinya media dalam aktivitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Dan dapat dipahami pula bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Dalam ajaran Islam dikisahkan, bahwa usaha para Nabi dalam menanamkan akidah hingga dapat diterima dengan mudah oleh umatnya karena menggunakan media yang tepat, yakni melalui media perbuatan Nabi itu sendiri, atau dengan jalan memberi contoh teladan yang bersifat uswa>tun h}asanah{. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah swt. dalam Q.S. al-Ahzab/33: 21. ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$#
tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ Terjemahnya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dengan ayat di atas, mengajarkan kepada kita bahwa untuk menumbuh kembangkan sifat yang baik terhadap peserta didik, guru Al-Qur’an-Hadis sebagai pendidik harus pula memberi contoh yang terbaik bagi peserta didik. Pemberian contoh guru tersebut itulah yang disebut sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, media pembelajaran dalam pelajaran Al-Qur’an-Hadis tidak mesti ditunjukan dengan alat atau benda-benda tertentu yang bisa digunakan guru, tetapi sikap guru dan keberadaan guru adalah bagian daripada media yang otentik dengan kehidupan anak. Di samping itu, semua alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an-Hadis kepada peserta didik termasuk juga media pembelajaran. Misalnya papan tulis, buku pelajaran, televisi pendidikan, buletin board dan display, radio pendidikan, komputer, gambar-gambar, karya wisata, dan lain-lain. Namun satu hal yang harus diingat oleh seorang guru, bahwa dalam penerapan media pembelajaran bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi lebih dari itu sebagai usaha yang ditunjukkan untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari agama secara sempurna. 2. Fungsi dan Macam Media Pembelajaran a. Fungsi Media Pembelajaran
Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Begitu pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran guru, karena media hanya berupa alat bantu yang memfasilitasi guru dalam pengajaran. Oleh karena itu guru tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya sebagai pengajar dan pendidik untuk tampil di hadapan anak didik dengan seluruh kepribadiannya. Oemar Hamalik mengemukakan, bahwa peran media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Nana sudjana dan Ahmad Rivai memberikan alasan, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain: 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan baginya menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, terutama bagi guru yang mengajar pada setiap jam pelajaran. 4) Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut, sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Menurut Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran berlangsung sebagai berikut: 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dipersingkat. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas. 6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran itu diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran, maka terlihatlah peranannya sebagai berikut: 1) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan. 2) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat
memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa. 3) Media sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Media sebagai bahan konkrit berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik individual maupun kelompok. Kekonkritan sifat media itulah akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan pembelajaran. Jika kita melirik sejenak tentang penerapan media dalam pembelajaran ternyata mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: 1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasaan indera, ruang, dan waktu. 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. Selanjutnya secara metodologis, media pembelajaran berfungsi untuk: 1) Membantu memperjelas pokok bahasan yang disampaikan.
2) Membantu guru memimpin diskusi. 3) Membantu meringankan peranan guru sebagai penyampai informasi. 4) Membantu merangsang peserta didik berdialog dengan dirinya sendiri (internal dialog). 5) Membantu dan mendorong peserta didik untuk aktif belajar. 6) Memudahkan guru mengatasi masalah ruang, tempat dan waktu. 7) Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik. 8) Memberikan perangsang dan pengalaman yang sama kepada seluruh peserta didik. Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. 4) Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Keenam kriteria pemilihan media pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya merupakan pola atau kriteria pemilihan media pembelajaran yang berlaku secara umum, dan yang tak kalah penting juga adalah guru hendaknya dapat memilih media atau peralatan yang lebih ekonomis, efisien, dan mampu ditiru/dibuat sendiri oleh anak. Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pendidik. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik menjadi faktor utama pada kriteria pengelolaan media. Artinya media yang dikelola oleh guru hendaknya dapat bermanfaat dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan sebaik-baiknya. Bila ternyata dapat dimanfaatkan, tentu harapan selanjutnya adalah yang bersifat pertanyaan, apakah kira-kira kamampuan, keterampilan, dan sikap yang dapat mereka peroleh dari hasil belajar tersebut? Jadi, seorang guru yang akan menggunakan media pembelajaran terlebih dahulu harus mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan awal yang dimiliki para peserta didik, sebelum mengikuti pelajaran yang disajikan melalui media pembelajaran yang dikelola
tersebut. Dengan penelitian secara cermat tentang pengetahuan awal maupun pengetahuan prasyarat yang dimiliki oleh peserta didik, guru dapat menentukan secara tepat media apa yang harus digunakan berdasarkan kondisi tersebut. Penelitian ini dapat dilakukan melalui studi kasus tentang materi pelajaran yang menggunakan media, serta relevansinya media dengan taraf pemahaman peserta didik, sehingga pembelajaran yang dirancang dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pembelajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut. 1) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. 2) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang. 3) Terbatasnya sumber pengajaran. 4) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar terlalu lama. Bertolak dari uraian di atas, maka diharapkan pemahaman guru terhadap media menjadi jelas, sehingga dapat memanfaatkan media secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu menentukan media secara terencana, sistematik dan sistemik (sesuai sistem pembelajaran). b. Macam-macam media pembelajaran Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang
sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Adapun macam-macam media pembelajaran yang dikenal dewasa ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. 1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam: a) Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan casset recorder. b) Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan. c) Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. 2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam: a) Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio dan televisi. b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus
seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap. c) Media untuk pengajaran individual. Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer. 3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi ke dalam: a) Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. b) Media kompleks. Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan memadai. Sedangkan R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengelompokkan media pembelajaran menjadi dua jenis, media pembelajaran yang bersifat umum dan media pembelajaran yang bersifat khusus. 1) Media pembelajaran yang bersifat umum Yang dimaksudkan dengan jenis ini ialah alat-alat pembelajaran yang penggunaannya berlaku untuk semua mata pelajaran seperti papan tulis, kapur, spidol, dan penggaris. 2) Media pembelajaran yang bersifat khusus Yang dimaksudkan dengan jenis ini ialah alat-alat pembelajaran yang
penggunaannya berlaku khusus untuk mata-mata pelajaran tertentu, seperti: - Mikroskop, untuk IPA - Jangka, untuk matematika - Kuas, untuk menggambar. Di samping pembagian di atas, media pembelajaran dapat pula dikelompokkan menjadi media pembelajaran klasikal dan media pembelajaran individual: 1) Media pembelajaran klasikal adalah media yang dapat digunakan untuk seluruh kelas sekaligus, seperti papan tulis dan kapur. 2) Media pembelajaran individual adalah alat yang digunakan oleh setiap siswa secara perorangan seperti pensil, kuas, dan mikroskop. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran klasikal digunakan pada saat siswa-siswa dilibatkan dalam kegiatan yang sama, sedangkan media pembelajaran individual digunakan pada waktu siswa-siswa sedang melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Dari beberapa jenis, bentuk dan karakteristik media sebagaimana diuraikan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan agar dapat memilih media yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran Al-Qur’an-Hadis khususnya di Madrasah Aliyah Darussalam Barandasi, media visual lebih sering digunakan guru, karena di samping mudah dikelola, siklus penggunaannya masih relevan dengan materi pelajaran, mudah digunakan dan lebih
bermakna terhadap peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad, bahwa media visual memiliki empat fungsi, sebagai berikut: 1) Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2) Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. 3) Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penilitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan memperhatikan fungsi media di atas, seorang guru sebagai sumber pesan dan penuang pesan kepada peserta didik haruslah seefektif mungkin memainkan perannya dalam mengelola media pembelajaran. Dengan penggunaan media pembelajaran, peserta didik diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengelola informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan dapat
menerima dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi pelajaran yang disajikan, terutama yang bertalian dengan pelajaran Qur’an-Hadis. Belajar menggunakan indera ganda (pandang dengar) akan lebih mendorong peserta didik untuk belajar lebih banyak ketimbang hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Achsin mengatakan, “kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 5 % diperoleh lagi dengan indera lainnya”. Meskipun media visual lebih besar persentasi pemahamannya dibandingkan dengan media audio atau media lainnya, akan tetapi pada mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis pemanfaatan media harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan tidak bertentangan dengan syari’at agama atau melanggar etika agama. Pertimbangan selanjutnya adalah keefisienan penggunaan media tersebut. B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata prestasi diartikan sebagai “hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan kata prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Pengertian lain dari kata prestasi hubungannya dengan abilitas, yaitu “something accomplished, especially by great effort or superior ability” (sesuatu yang dicapai, terutama diperoleh melalui usaha terbaik atau kecakapan yang tinggi).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Sedangkan kata belajar dalam Kamus Bahasa Indonesia bermakna berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari mengamati, membaca, menulis, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dapat pula dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh komponen badan termasuk fisik dan psikis. Kegiatan tersebut, dilakukan secara aktif dan disengaja dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru.
Adapun prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian dari hasil belajar, dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian prestasi belajar dalam kamus bahasa Indonesia adalah: Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah guru mengadakan evaluasi terhadap siswa, yang diadakan setiap akhir tatap muka atau yang disebut dengan post test yang digunakan guru untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. Penilaian tersebut dapat dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran kompetensi atau setelah selesai seluruh kompetensi pembelajaran diberikan. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu dan sebaliknya bila tidak terjadi perubahan pada individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Untuk melihat keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas, maka perlu memperhatikan dua hal, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah, yaitu daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, dan perilaku yang digunakan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Dalam memberikan nilai sebagai tolok ukur keberhasilan peserta didik hendaknya menyangkut tiga aspek, yakni kognitif, afektif dan aspek psikomotorik, sehingga hasilnya
merupakan perwujudan prestasi sebenarnya. Sebab prestasi sebenarnya mengandung kompleksitas dengan berbagai pola tingkah laku sebagai hasil dari belajar. Kemampuan manusia pada ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat dijumpai dalam isyarat yang terdapat di dalam Q.S. al-Nahl/16: 78. !$#ur
Nä3y_t÷zr&
öNä3ÏF»yg¨Bé& @yèy_ur t»|Áö/F{$#ur
w
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
cqßJn=÷ès?
ãNä3s9
$\«øx©
yìôJ¡¡9$#
noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ Terjemahnya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur. Pada ayat tersebut terdapat kata al-sama’ (pendengaran) yang dapat diartikan aspek psikomotor, karena pendengaran salah satu panca indera manusia yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran; kata al-bas}ar (penglihatan) yang dapat diartikan aspek kognitif, karena penglihatan dalam arti pemahaman salah satu unsur pemikiran manusia; dan kata al-afidah (hati) yang dapat diartikan aspek afektif, karena hati terkait dengan salah satu unsur afektif. Selanjutnya ketiga kata tersebut dihubungkan dengan kata sebelumnya yakni lā ta’lamūna syaiā (tidak mengetahui sesuatupun). Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan ketiga potensi yang dimiliki peserta didik tersebut tidak mengetahui sesuatu. Namun, setelah ketiga potensi tersebut dididik dan diajar berbagai pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya melalui kegiatan pembelajaran, maka peserta didik menjadi mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian bahwa pada diri peserta didik terdapat unsur kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang dapat menghasilkan prestasi belajar. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan seseorang ke arah yang positif. Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ngalim Purwanto mengemukakan ada dua hal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, yaitu; a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut individu (intern),
yang
termasuk
faktor
ini
adalah
faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor kesempatan, b. Faktor yang ada di luar individu (ekstern) disebut faktor sosial, yang termasuk ini adalah faktor keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat pengajaran, motivasi sosial, lingkungan dan kesempatan. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Sedangkan Menurut Slameto, tidak jauh beda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, yaitu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah secara garis besarnya dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu : b. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. c. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Untuk lebih jelasnya, penulis terangkan masing-masing faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik sesuai dengan pembagian para ahli pendidikan di atas. 1) Faktor dari dalam diri siswa (internal) a) Faktor-faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis ini menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan
fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera. Faktor ini sangat mendukung terhadap faktor psikologis, seperti masalah kesehatan siswa, tidak terserang penyakit yang membahayakan (menular), tidak mengalami cacat jasmani yang mengakibatkan tidak bisa belajar, seperti buta, dungu atau tuli dan sebagainya. Lebih lanjut Mulyasa mengatakan bahwa selain faktor-faktor sebagaimana dikemukakan di atas, “prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu (time) dan kesempatan (engagement)”.
Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda
sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga di atas, selaku guru yang professional bisa menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. b) Faktor-faktor Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan/intelegensia, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. faktor-faktor ini merupakan hal yang sangat dominan sekali dan perlu mendapatkan perhatian dengan seksama. Akan menjadikan kegagalan dalam proses pembelajaran sangat banyak tergantung pada segi-segi psikologis dari siswa tersebut. (1) Inteligensi siswa Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. (2) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. (3) Bakat siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (4) Minat siswa Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (5) Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme –baik manusia maupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) motivasi intrinsik, dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Mulyasa, berpendapat bahwa “intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar”. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai tergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, semakin tinggi pula kemungkinan tingkat prestasi belajar yang dapat dicapai. 2) Faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal) Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan secara jelas sebagai berikut. a) Faktor Sosial Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia atau sesama manusia, baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu disimpulkan, seperti kegaduhan yang terjadi di kelas lain pada waktu pelajaran sedang berlangsung dan sebagainya. Apabila terjadi di lingkungan keluarga, misalnya: orang tua, saudara-saudara, suasana dan keadaan ekonomi keluarga. Hal ini termasuk faktor sosial juga. Selain itu, juga ada faktor lingkungan pendidikan formal (sekolah/madrasah) di mana siswa belajar, seperti
interaksi antara guru dan murid, metode yang digunakan serta hubungan antara murid dengan murid itu sendiri sebagai teman sehari-hari dalam belajar. Selain kedua faktor itu, faktor lingkungan masyarakat juga mempunyai peranan yang besar sekali, seperti kegiatan-kegiatan di masyarakat, teman pergaulan, cara hidup lingkungan sekitar dan perilaku tokoh-tokoh masyarakat.
b) Faktor Non-Sosial Faktor-faktor ini jumlahnya sangat banyak sekali, karena meliputi faktor-faktor yang berada di luar diri manusia atau dikatakan faktor lingkungan sekitar, seperti: keadaan alam, situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar berlangsung dan sebagainya. Semua itu harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu perbuatan belajar secara optimal. 3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning) Pendekatan belajar dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Faktor pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan surface atau reproductive. C. Kerangka Pikir
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber dari segala sumber hukum, baik yang berkenaan dengan urusan keduniaan maupun yang berkaitan dengan urusan akhirat. Di dalam urusan pendidikanpun Al-Qur’an telah mengaturnya. Di beberapa ayat dalam Al-Qur’an menganjurkan kepada manusia untuk berilmu dan menuntut ilmu, seperti dalam Q.S. al-Zumar/39: 9. 3
ö@è%
ö@yd
bqçHs>ôètÏûïÏ%©!$$#ÈqtGó¡oï
t
$ûïÏ%©!$##ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ Terjemahnya: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Ayat di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dan tidaklah seseorang memiliki ilmu kecuali dengan belajar. Di dalam Q.S. al-Ra'd/13: 19. Allah swt. berfirman: `yJsùr&
ÞOn=÷èt
!$yJ¯Rr&
tAÌRé&
y7øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ,ptø:$# ô`yJx. uqèd
#yJôãr&
4
$oÿ©VÎ)
ã©.xtGt
(#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÈ Terjemahnya: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang
berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. Dalam ayat ini Allah swt. memberi gambaran tentang perbedaan antara orang yang mempunyai pengetahuan dengan yang tidak mempunyai pengetahuan. Orang yang tidak punya pengetahuan seperti orang yang buta, sedang orang yang berpengetahuan adalah orang yang melihat. Maka, pertanyaannya adalah apakah sama antara orang yang melihat dengan orang yang buta. Lalu Allah swt. menegaskan kembali tentang perbedaan dan keutamaan bagi orang yang memiliki ilmu. Orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya, dibanding dengan orang yang tidak berilmu. Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Mujadallah/58: 11. Æìsùöt…. öNä3ZÏB
ª!$#
tûïÏ%©!$#
tûïÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä (#qè?ré&
zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ Terjemahnya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam beberapa Hadis Rasulullah juga menganjurkan bahkan mewajibkan ummatnya untuk senantiasa mencari dan menuntut ilmu. Rasulullah saw. mengatakan bahwa menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah wajib. Sebagaimana sabda beliau. ِمْلِعْلا ُبَلَط َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ٍكِلاَم ِنْب ٍسَنَأ ْنَع ِريِزاَنَخْلا ِدِّلَقُمَك ِهِلْهَأ ِرْيَغ َدْنِع ِمْلِعْلا ُعِضاَوَو ٍمِلْسُم ِّلُك ىَلَع ٌةَضيِرَف
)ةجام نبا هاور( َبَهَّذلاَو َؤُلْؤُّللاَو َرَهْوَجْلا Artinya: Dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi." Di dalam riwayat lain Rasulullah menegaskan tentang keutamaan menuntut ilmu, hal ini mengindikasikan kepada umat Islam untuk terus mencari dan menggali ilmu. Rasulullah bersabda: ْنَم ُلوُقَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا َلوُسَر ُتْعِمَس َلاَق ءاَدْرَد يِبَأ ْنَع َّنِإَو ِةَّنَجْلا ِقُرُط ْنِم اًقيِرَط ِهِب ُهَّللا َكَلَس اًمْلِع ِهيِف ُبُلْطَي اًقيِرَط َكَلَس ُهَل ُرِفْغَتْسَيَل َمِلاَعْلا َّنِإَو ِمْلِعْلا ِبِلاَطِل اًضِر اَهَتَحِنْجَأ ُعَضَتَل َةَكِئاَلَمْلا َلْضَف َّنِإَو ِءاَمْلا ِفْوَج يِف ُناَتيِحْلاَو ِضْرَأْلا يِف ْنَمَو ِتاَوَمَّسلا يِف ْنَم َّنِإَو ِبِكاَوَكْلا ِرِئاَس ىَلَع ِرْدَبْلا َةَلْيَل ِرَمَقْلا ِلْضَفَك ِدِباَعْلا ىَلَع ِمِلاَعْلا اوُثَّرَو اًمَهْرِد اَلَو اًراَنيِد اوُثِّرَوُي ْمَل َءاَيِبْنَأْلا َّنِإَو ِءاَيِبْنَأْلا ُةَثَرَو َءاَمَلُعْلا )دواد وبأ هاور( ٍّظَحِب َذَخَأ ُهَذَخَأ ْنَمَف َمْلِعْلا Artinya: Abu Ad-Darda berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." Dari landasan sumber hukum Islam kedua di atas, memberikan motivasi yang sangat besar kepada ummat Islam, sebuah kewajiban untuk menuntut ilmu, baik itu ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. keutamaan yang didapat bukan hanya keuntungan akhirat tapi sekaligus keuntungan dunia. Bangsa Indonesia juga menyadari akan pentingnya pendidikan, maka di dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar Negara juga telah mengatur tentang pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini tertuang pada Bab I pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Belajar dan proses pembelajaran bagi peserta didik harus diusahakan dan direncanakan, agar peserta didik dapat belajar secara aktif, dan dapat mengembangkan potensi dirinya, sebagaimana diinginkan dari pengertian pendidikan itu sendiri. Setiap pendidik harus dapat memilih dan menggunakan media yang paling tepat untuk dipakai dalam mengajar. Setiap jenis media pembelajaran tidak selamanya dapat dipakai dalam setiap situasi mengajar, tetapi penggunaannya disesuaikan dengan situasi tertentu yang wajar. Suatu media pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu pula, dalam setiap tujuan yang berbeda dan situasi yang berbeda, maka berbeda pula media yang digunakan. Jika rumusan tujuan itu banyak atau lebih dari satu, maka dapat dipakai berbagai macam media. Setiap guru harus benar-benar dapat menguasai berbagai macam media pembelajaran, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya. Media yang efektif dan
efisien digunakan dalam mengajar tentu saja dapat dengan mudah mencapai hasil yang diharapkan. Media pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis tidak mutlak berada pada satu media, akan tetapi dapat menggunakan beberapa media. Dikatakan demikian karena
kondisi dan latar
belakang serta
tingkat
kemampuan peserta
didik
bermacam-macam. Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis dapat digabungkan beberapa media sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Penerapan media pembelajaran dipandang sebagai upaya optimal untuk memperoleh hasil belajar yang berkualitas, bahkan dipandang sebagai kegiatan esensial dalam pengajaran. Media pembelajaran begitu besar sumbangsihnya terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik yang diharapkan mampu menciptakan situasi pembelajaran yang tenang. Untuk lebih jelasnya tentang arah penelitian ini secara skematis penulis gambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut: Skema Kerangka Pikir
Bagan 1. Skema kerangka pikir Berdasarkan pada kerangka di atas, penulis menjabarkan bahwa landasan teori tetap mengacu pada dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis, kemudian landasan yuridis dari penelitian adalah Pancasila dan UUD 1945, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penerapan media pembelajaran Al-Qur’an-Hadis dapat dijabarkan dalam tugas dan tanggung jawab guru yang diterapkan di MA Darussalam Barandasi Maros. Dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, guru diharuskan memiliki kemampuan untuk mengolah media dan segala fasilitas yang ada. Penerapan media pembelajaran oleh guru ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.