BAB II LANDASAN TEORI
II. 1. Pengertian Akuntansi dan Laporan Keuangan Penulis akan menjabarkan beberapa pengertian dari akuntansi dan akan menjelaskan tentang isi laporan secara keseluruhan. Niswonger, Warren, Reeve dan Fees yang diterjemahkan oleh Sirait,A dan Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “ Akuntansi adalah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan” (h.6) Munawir (2004) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan, dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya” (h.5). Skousen, Stice (2000) menyatakan, “Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial is nature, about economic entities that is intended to be useful in making economic decision- in making reasoned choices among alternative courses of action” (p.5). Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi keuangan yang terjadi didalam suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi informasi ekonomi untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menetapkan pilihan yang tepat diantara alternatif tindakan bagi pihak-
6
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Produk akhir dari suatu proses sistem akuntansi adalah terciptanya suatu laporan keuangan. Oleh karena itu sebelum membahas lebih lanjut tentang laporan keuangan terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertiannya. Niswonger, Waren, Reeve dan Fess yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, M. (1999) mendefinisikan, “laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang menghasilkan informasi”(h.18). IAI (1998) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut, “Laporan Keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”(h.2). Munawir (2004) mendefiniskan, “ laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”(h.2). Dari definisi tentang laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat diambil simpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil ringkasan data keuangan yang dapat memberikan informasi keuangan tentang keadaan perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat dijadikan sebagai salah satu dasar didalam pengambilan keputusan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
7
IAI (1998) menjelaskan, terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat dibandingkan (h.7). Mengacu pada penjelasan IAI (1998) tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan, maka dapat dijabarkan penjelasannya sebagai berikut: 1. Dapat dipahami Kualitas penting dari informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. 2. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini ataupun masa depan. 3. Keandalan Informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dan wajar. 4. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode, untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan. II.2. Bentuk Laporan Keuangan II.2.1. Neraca (Balance Sheet) Munawir (2004) mendefinisikan “Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”(h.13).
8
Niswonger, Waren, Reeve dan Fess yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, M. (1999) mendefinisikan, “Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun”(h.18). Dari pengertian diatas dapat ketahui bahwa neraca (balance sheet) terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva (asset), kewajiban (liabilities) dan modal pemilik (owner’s equity) A. Aktiva (assets) Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan. Aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepatlambatnya aktiva tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Munawir (2004) menyatakan,” Pada dasarnya aktiva diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar” (h.14) 1.
Aktiva Lancar IAI (1998) menjelaskan, “suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut: a. Diperkirakan akan direaliasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
9
b.
Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
c.
Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi. (h.10) Penyajian dalam pos-pos aktiva di neraca didasarkan pada urutan
likuiditasnya (berdasarkan urutan cepat-lambatnya aktiva dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi). Penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai yang paling tidak likuid. Munawir (2004) mendefinisikan, “aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau di konsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)”(h.14). Berdasarkan definisi yang dijelaskan Munawir, maka aktiva lancar dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Kas (Cash) Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Yang termasuk kas adalah cek dari pelanggan dan simpanan di bank yang dapat diambil setiap saat.
b.
Investasi Jangka Pendek (Short-term Investment/ surat-surat berharga atau marketable securities); Adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek), bersifat marketable; artinya investasi tersebut dapat dijual setiap saat 10
perusahaan membutuhkan uang dengan harga yang pasti. Contoh investasi jangka pendek adalah
deposito dibank, surat-surat
berharga yang berwujud saham, obligasi dan surat hipotek, sertifikat bank. c.
Piutang Wesel (Notes Receivable) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d. Piutang Dagang (Account Receivable) Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau pelanggan)
karena adanya penjualan barang dengan cara
kredit. e. Persediaan (Inventories) Pada perusahaan dagang, persediaan adalah semua barang-barang dagang yang belum laku dijual atau masih berada di gudang sampai dengan tanggal neraca. Pada perusahaan manufaktur (perusahaan yang memproduksi barang) persediaan meliputi persediaan barang mentah, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi. f.
Piutang Penghasilan/ penghasilan yang masih harus diterima (Unearned Revenue) Adalah penghasilan yang
menjadi hak perusahaan karena
perusahaan telah memberikan jasanya, tetapi pembayaran belum diterima.
11
g. Biaya Dibayar Dimuka (Prepaid Expenses) Adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi jasa pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan untuk periode yang lain/ berikutnya 2.
Aktiva tidak lancar Munawir (2004) mendefinisikan, ”Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempuyai umur ekonomi lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijabarkan yang termasuk aktiva tidak lancar adalah: a. Investasi Jangka Panjang (long-term investment) Investasi jangka panjang dapat berupa: (1) saham dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman kepada perusahaan lain; (2) aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan , ataupun; (3) dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu. b.
Aktiva Tetap (Fixed Assets) Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya terlihat (konkrit), digunakan dalam operasi yang bersifat permanen, mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak habis dalam satu periode kegiatan perusahaan).
c.
Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets) Aktiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak terlihat. Yang termasuk dalam aktiva tetap tidak berwujud 12
.
antara lain: Hak Cipta, Merek Dagang, Lisensi.
d.
Beban Yang Ditangguhkan (Deffered Expenses) Deffered Expense menunjukkan adanya suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah: Biaya Pemasaran, Diskonto Obligasi, Biaya Penelitan.
e. Aktiva lain-lain Menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya: Gedung dalam Proses, Tanah dalam Penyelesaian. B. Kewajiban/ Hutang (Liabilities) Munawir (2004) mendefinisikan, “Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”(h.18). Hutang dapat dibedakan ke dalam Hutang Lancar (hutang jangka pendek) dan Hutang Jangka Panjang. 1.
Hutang lancar Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain: a.
Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagang secara kredit
13
b.
Hutang Wesel (Notes payable), adalah hutang yang disertai janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.
c.
Hutang Pajak (Tax Payable), baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d.
Biaya yang Masih harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayaran.
e.
Hutang Jangka Panjang Yang Segera jatuh Tempo, adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f.
Penghasilan Yang Diterima Dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/ jasa yang belum direalisasi.
2.
Hutang jangka panjang Hutang Jangka Panjang, adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang meliputi: a. Hutang Obligasi, b. Hutang Hipotik, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, c. Pinjaman Jangka Panjang Lainnya.
C. Modal Dyckman
et
al.
menyatakan.”Ekuitas
pemilik
menggambarkan
kepentingan residu pemilik atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan 14
kewajiban. Ekuitas pemilik terdiri dari modal disetor (contributed or paid in capital) dan laba ditahan (retained earnings)” (h.183). Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos Modal (Modal Saham),
laba
ditahan. II.2.2 . Laporan Laba Rugi (Income Statement) Munawir (2004), mendefinisikan, “Laporan Laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu (h.26) Menurut IAI (1998), laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: a.
Pendapatan
b.
Laba rugi usaha;
c.
Beban pinjaman;
d.
Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yan diperlakukan menggunakan metode ekuitas;
e.
Beban pajak;
f.
Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan;
g.
Pos luar biasa;
h.
Hak minoritas;
i.
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. (h.14)
15
Mengacu pada penjelasan Munawir (2004) dan IAI (1998) diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan laba-rugi adalah ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk periode tersebut. Bentuk laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut: a.
Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok, dan semua biaya menjadi satu kelompok. Sehingga untuk menghitung laba atau rugi hanya mengurangkan jumlah penghasilan dengan biaya. Tabel 2.1 laporan laba rugi single step PT XYZ Laporan Laba rugi Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2006
penghasilan Penghasilan pokok (operating Revenue) ……………Rp xxx Penghasilan non-operasionil……………………….....Rp xxx Penghasilan insidentil…………………………………Rp xxx (+) Total penghasilan………………………………………………………Rp xxx Biaya-biaya Hrga pokok penjualan……………………………… Rp xxx Biaya operasionil…………………………………… Rp xxx Biaya non-operasionil……………………………….Rp xxx Kerugian insidentil…………………………………..Rp xxx (+) Total biaya…………………………………………………………….Rp xxx (-) Pendapatan bersih……………………………………………………..Rp xxx 16
b. Bentuk multiple step, yaitu dengan melakukan pengelompokkan penghasilan dan biaya secara teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum. Tabel 2.2 laporan laba rugi multiple step
PT XYZ Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2006 Penghasilan dari penjualan Penjualan bruto……………………………Rp xxx Potongan dan retur penjualan……………. Rp xxx (-) Penjualan netto…………………………………Rp xxx Harga pokok penjualan……………………………………. Rp xxx (-) Laba penjualan…………………………………Rp xxx Biaya-biaya operasi Biaya penjualan…………………………...Rp xxx Biaya umum dan administasi……………...Rp xxx (+) Total biaya operasi……………………………..Rp xxx (-) Laba bersih operasionil……………………………………. Rp xxx Penghasilan dan biaya non- operasionil Penghasilan………………………………..Rp xxx Biaya………………………………………Rp xxx (-) Total penghasilan non-operasionil………………Rp xxx (+) Rp xxx Rugi/ laba insidentil………………………………………… Rp xxx (+) Pendapatan netto sebelum pajak…………………………... Rp xxx
17
II.2.3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity) Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan tentang peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama periode berjalan IAI (1998) menjelaskan, perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan: a. Laba atau rugi bersih periode; Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas; b. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait; c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi modal kepada pemilik; d.
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya;
e.
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
II.2.4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selam periode tertentu dan arus kas yang terdiri dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Mengacu pada IAI (1998), unsur-unsur laporan arus kas terdiri dari:
18
1. Aktivitas operasi Arus kas dari kegiatan operasi antara lain dapat berupa arus kas dari transaksi penjualan, pembayaran ke pemasok, karyawan, bunga beban opersional lainya dan pajak penghasilan. 2. Aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. 3. Aktivitas pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan antara lain dapat berupa penerimaan kas dari saham dan obligasi, pembayaran dividen, serta pelunasan pinjaman. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. II.2.5. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) IAI
(1998)
menjelaskan
bahwa
catatan
atas
laporan
keuangan
mengungkapkan: a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas;
19
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian yang wajar (h.17). II.3. Tujuan dan Peranan Laporan Keuangan IAI (1998) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka (h.2). Mengacu pada definisi yang dijelaskan IAI diatas maka pengguna laporan keuangan atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan antara lain: a. Investor. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi. b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan keditor usaha lainnya. Mereka tertarik dengan infomasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
20
e. Pelanggan.
Para
pelangan
berkepentingan
terhadap
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang. f. Pemerintah. Pemerintah dan lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumberdaya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar menyusun statistik pendapatan nasional dan pendapatan lainnya. g. Masyarakat. Perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Selain pihak-pihak yang telah disebutkan diatas, manajer atau pimpinan perusahaan juga berkepentingan terhadap laporan keuangan. Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan periode lalu maka dapat disusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. Bagi manajemen laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. II.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Munawir (2004) menjelaskan, Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu bentuk progress report laporan keuangan terdiri dari datadata yang merupakan suatu kombinasi antara: 21
a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti laporan keuangan dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia untuk perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva yang dimiliki perusahaan. Pencatatan ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan jumlah yang tercatat adalah sesuai dengan harga-harga pada saat transaksi/ peristiwa terjadi. Dengan demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan daam kondisi perekonomian yang paling akhir, karena bersifat historis. b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data yang dicatat berdasarkan prosedur yang merupakan Prinsip-prinsip Akuntansi yang
Berlaku
Umum (General Accepted Accounting Principal), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. c. Pendapat pribadi (Personal Judgement), dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau ketetapan yang menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaannya tergantung dari akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan (h.7). Laporan
keuangan
mempunyai
beberapa
keterbatasan.
Munawir
(2004)
menyebutkan beberapa keterbatasan laporan keuangan, yaitu: a.
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuiditas atau realisasi di mana dalam interim report ini terdapat atau terkandung pendapat22
pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan. b.
Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti atau tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
c.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga
diikuti
kenaikan
tingkat
harga-harga.
Jadi
suatu
analisa
dengan
memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yag keliru (misleading). d.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dapat dinyatakan dengan saham uang (dikwantifisir), misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya 23
II.5. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mengimplementasikan alat-alat analisis dan teknik terhadap laporan keuangan dan data-data lain yang berhubungan untuk menghasilkan perkiraan-perkiraan yang berguna dalam keputusan bisnis. II.5.1. Metode analisis Laporan Keuangan 1. Metode horizontal Metode ini membandingkan laporan keuangan dari beberapa waktu periode tertentu sehingga terlihat fluktuasinya dari tahun ke tahun. Umumnya laporan keuangan tahun pertama dari urutan laporan keuangan yang dianalisis sebagai tahun dasar. Kemudian setiap pos-pos dari laporan keuangan dibandingkan dengan pos-pos yang sama dari laporan keuangan yang menjadi tahun dasar. Melalui analisis horizontal dapat diketahui pos-pos yang
mempunyai
kecenderungan yang menurun, meningkat atau tetap. Sehingga dapat dinilai apakah kecenderungan tersebut menguntungkan atau tidak bagi perusahaan tersebut. 2. Metode vertikal Analisis vertikal sering juga disebut dengan analisa commom-size atau analisis statis, disebut statis karena analisis ini hanya menunjukkan proporsi dari masing-masing pos yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi pada masing-masing tahun yang dianalisis. Untuk mendapatkan besarnya proporsi untuk setiap pos, harus ditetapkan dasar atau jumlah yang digunakan sebagai perbandingan. Bagi neraca, dasar atau jumlah yang digunakan sebagai perbandingan adalah total aktiva atau total pasiva yang dinyatakan sbagai dasar
24
100% untuk setiap periode neraca yang dianalisis. Sedangkan untuk laporan laba rugi, dasar pembandingnya adalah total penjualan. II.5.2. Teknik analisis Laporan Keuangan 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan (comparative financial statement analysis), adalah metode dan analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: a. Data-data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase, d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio, e. Persentase dari total. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan (Trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau menurun. 3. Laporan dengan Persentase Per Komponen (common size statement or common size percentage or component percentages), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi biaya yang dikeluarkan dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Anailis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
25
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas pada periode tertentu. 6. Analisis Rasio (Ratio Analysis), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analsis Perubahan Laba Kotor (gross profit Analyis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain, atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. 8. Analisis Titik Impas (break even analysis), adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu peruahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini maka dapat diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. II. 6. Analisis rasio Rasio adalah suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya secara sistematis sehingga dapat mengetahui keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio merupakan suatu teknik analisa untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan dimana dimungkinkan untuk dapat mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas atau leverage, aktivitas serta profitabilitas dari suatu perusahaan.
26
Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaahi. Tidak ada rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat memberi jawaban mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dan dari satu industri ke industri lain. II.6.1. Analisis rasio Likuiditas Rasio Likuiditas bisa juga disebut dengan Rasio Modal Kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisis dan mengintrepetasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga dapat membantu manajemen untuk memeriksa efisiensi modal kerja, yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu penting juga untuk para kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga dimasa yang akan datang. Munawir (2004) menyebutkan bahwa Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila: a. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak eksternal); b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak internal); c. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan; d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. (h.72)
27
1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang.
Aktiva lancar
Rasio lancar =
Kewajiban lancar Helfert (1997) menyebutkan, “Semakin tinggi nilai rasio lancar, maka akan semakin baik posisi pemberi pinjaman” (h.95). 2. Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio) Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaannya memerlukan waktu yang cukup lama untuk direalisasikan menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir menjadi uang kas. aktiva lancar – persediaan Rasio Cepat = Kewajiban lancar II.6.2 Analisis Rasio Leverage Rasio-rasio leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, mengandung berbagai implikasi. Pertama, para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk
28
menentukan besarnya margin pengaman (margin of safety). Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka risiko perusahaan ditanggung terutama oleh para kreditor. Kedua, dengan dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi yang terbatas. Ketiga, jika perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian (return) kepada para pemilik akan meningkat. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga mendapatkan pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. 1. Rasio total Hutang terhadap total aktiva (Debt to assets) Rasio ini mengukur presentase total dana yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar dan semua hutang jangka panjang. Total hutang Rasio hutang terhadap total aktiva = Total aktiva 2. Rasio total hutang terhadap modal (Debt to Equity) Rasio ini dapat digunakan untuk menilai batasan dalam meminjam uang. Pemberi pinjaman pada umumnya menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin rendah rasio maka semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi kerugian.
29
total hutang Rasio total hutang terhadap modal = Total ekuitas 3. Laba Terhadap Beban Bunga (Times Interest Earned) Rasio laba terhadap beban bunga bisa juga disebut dengan rasio penutupan (Coverage Ratio). Rasio ini mengukur sejauh mana laba perusahaan dapat menutupi / membayar beban bunga tahunan.
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Laba terhadap Beban Bunga = Beban Bunga II 6.3 Analisis rasio aktivitas Rasio
aktivitas
mengukur
tingkat
efektifitas
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Semua rasio-rasio ini menyangkut perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva A. Aktivitas piutang 1. Perputaran piutang (Account Receivable Turnover) Rasio ini menginformasikan berapa kali piutang diputar (diubah menjadi kas) dalam setahun.
30
Penjualan kredit Perputaran piutang = Piutang 2. Periode penagihan rata-rata Adalah ukuran jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.
360 Periode penagihan rata-rata
= Perputaran piutang
B. Aktivitas persediaan 1. Perputaran persediaan (Inventory Turnover) Rasio ini untuk menilai keefektifan manajemen dalam mengelola persediaan. harga pokok barang yang telah dijual (COGS) Perputaran persediaan = Persediaan
Secara umum, semakin tinggi perputaran persediaan, semakin efisien manajemen persediaan perusahaan. 2. periode perputaran persediaan rasio ini menujukkan banyaknya rata-rata hari sebelum persediaan berubah menjadi piutang melalui penjualan
31
360 periode perputaran persediaan = perputaran persediaan
C. Aktivitas aktiva 1. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) Mengukur efisiensi relatif dari aktiva tetap untuk meningkatkan penjualan
penjualan Perputaran aktiva tetap = Aktiva Tetap 2. Perputaran total Aktiva (Total Assets Turnover) Mengukur efisiensi relatif dari total aktiva untuk meningkatkan penjualan
Penjualan Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva
II.6.4 Analisis rasio profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakkan dan keputusan organisasi. Rasio profitabilitas yang biasa digunakan adalah: 1. Rasio marjin laba kotor (gross profit margin) Rasio ini menunjukkan laba perusahaan relatif terhadap penjualan.
32
laba kotor Gross profit Margin = Penjualan bersih 2. Rasio marjin laba operasi (operating profit margin) Rasio ini menunjukkan laba operasi/ laba usaha perusahaan relatif terhadap penjualan
laba usaha Operating profit Margin = Penjualan bersih
3. Rasio marjin laba bersih (net profit margin) Rasio ini mengukur seluruh laba perusahaan setelah diperhitungkn semua beban dan pendapatan.
laba bersih Net profit margin = Penjualan bersih 4. Rasio operasi (operating Ratio) harga pokok + biaya operasi Operating Ratio = Penjualan bersih
33
5. Pengembalian investasi a. pengembalian atas ekuitas (Return On Equity) rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan
didalam
perusahaannya
sendiri.
Rasio
ini
juga
menunjukkan profitabilitas dan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini maka makin baik, karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau profitabilitas modal sendiri semakin baik.
laba bersih ROE = Total ekuitas b. pengembalian atas total aktiva rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Makin tinggi rasio ini makin baik. laba bersih (sesudah pajak) ROA = Total aktiva Laba per lembar saham (Earning per share/ EPS) Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa besar laba yang diperoleh pemegang saham biasa atas setiap lembar saham yang dimiliki.
laba bersih sesudah pajak EPS = Saham biasa yang beredar
34
Dividen per lembar saham (Dividend per share/ DPS) Pemegang saham dan calon investor sangat memperhatikan nilai dividen. Dividend per share menunjukkan arus kas utama dari perusahaan kepada pemegang sahamnya.
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa DPS = Saham biasa yang beredar
35