BAB II MOTIVASI REMAJA DAN PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C
A. Motivasi Remaja
Motivasi remaja terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan remaja, dalam hal ini penulis akan menguraikan pengertian motivasi dan remaja. 1. Pengertian Motivasi
Istilah motif (motive) dan motivasi (motivasion) pada mulanya menjadi topik dalam psikologi yang kemudian meluas kebidang-bidang lain seperti dalam bidang pendidikan dan manajemen.1 Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin ‘movore’, yang kemudian menjadi ‘motion’, yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi, motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu.2 Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan inilah yang kita sebut motif.3 1 Abd Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm.114.
2
Ibid.
3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 70.
1
2
Secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang disampaikan oleh para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Esa Nur Wahyuni, antara lain: Atkinson, yang menyatakan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. Freud, menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu dalam Printich & schunk. Clauhan, mengutip pendapat A.W Bernard yang mendefinisikan motivasi sebagai sebuah fenomena yang melibatkan stimulation perangsang tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu dimana sebelumnya kecil atau bahkan tidak ada. Beberapa ahli lain seperti Halpin, Payne, & Ellert, freehill & Mc Donald, Zilli, menekankan bahwa motivasi merupakan karakteristik personal yangmenjadi energi, antusisme, semangat, kekuatan, keteguhan, dan kebutuhan untuk berperilaku dan mencapai prestasi dalam Dai, Moon, dan Fedhusen.4 Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atu aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi. b) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.5 4 Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2010), hlm. 12.
3
Dapat pula disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: 1)
Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan
2)
Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan
3)
Adanya pengharapan dan cita-cita
4)
Penghargaan dan penghormatan atas diri
5)
Adanya lingkungan yang baik
6)
Adanya kegiatan yang menarik.6
Motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Motivasi yang berasal dari luar diri individu diberikan oleh motivator seperti orangtuanya, guru, konselor, ustadz atau ustadzah, orang dekat atau teman dekat, dan lian-lain. Sedangkan motivasi yang besal atu timbul dalam diri seseorang, dapat disebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk dapat menggapai sesuatu (cita-cita) dan lain sebagainya.7 5 Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analis di Bidang Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), hlm. 9.
6
Ibid., hlm. 10.
7 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.320.
4
2. Macam-macam Motivasi
Dalam dunia pendidikan, untuk mempermudah mempelajari motif dilakukan klasifikasi. Berikut ini adalah di antara ahli yang melakukan klasifikasi motif. Pertama, Woodworth dan Marquis dalam bukunya Purwa Atmaja Prawira. Kedua orang ahli ini membagi motif menjadi tiga macam: Motif organis, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhankebutuhan biologis individu, seperti motif-motif untuk makan dan minum, seks, beristirahat, bergerak, dan lain-lain. Motif objektif, mencakup motif-motif lain yang bukan sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, melainkan juga kebutuhan-kebutuhan di atasnya, seperti motif-motif belajar, bekerja, beragama, berlibur, dan lain-lain. Motif darurat, yaitu motif-motif yang timbul dalam keadaan darurat, genting, kritis, dan semua hal itu menuntut suatu tindakan yang cepat, seperti motif-motif berlari menyelematkan diri dari bahaya yang mengancam jiwanya. Kedua, S.S. Chauhan. Dikutip dari Purwa Atmaja Prawira ahli ini juga membagi motif menjadi tiga golongan: Motif fisiologis, yaitu motif yang sangat esensial untuk melangsungkan hidup individu, seperti motif-motif makn dan minum, seks, metabolisme, emosi,dan kehangatan. Motif sosial, yaitu motif-motif yang dipe;ajari dalam lingkungan sosial yang dipengaruhi oleh warisan kultural dan pandangan hidup bangsanya, seperti motif belajar. Motif personal, yaitu motif yang berkaitan dengan proses sosialisasi manusia, seperti motif-motif yang berhubungan dengan inters, sikap, nilai, tujuan, dan konsep diri.8 Ketiga, berdasarkan atas jalarannya, maka orang membedakan adanya dua macam motif, yaitu: 1) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi karena adanya
perangsang dari luar, seperti misalnya oarang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, oarang membaca sesuatu karena diberi 8
Ibid , hlm. 322-323
5
tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebeluam ia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya 2) Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi tidak usah
dirangsang dari luar. Memang dari dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya.9
3. Fungsi dan Tujuan Motivasi
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi maka
tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.10 9
10 161.
Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm. 72.
Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), hlm.
6
Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat penting peranannya. RBS. Furdyartanto sebagaimana dikutip oleh Purwa Atmaja Prawira menuliskan fungsi-fungsi motivasi sebagai berikut. Pertama, motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu. Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai pembimbing, pengarah, dan pengorientasi suatu tujuan tertentu dari individu. Tingkah laku dikatakan bermotif jika bergerak menuju ke arah tertentu. Dengan demikian, suatu motif dipastikan memiliki tujuan tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak. Kedua, motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu yang bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih yang telah diniatkan oleh individu tersebut. Ketiga, motif memberi energi dan menahan tingkah laku individu. Motif diketahui sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme. Motif ini juga mempunyai fungsi untuk mempertahankan agar perpuatan atau minat dapat berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama.11 Secara umum dapat dikatakan
bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dpat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.12 4. Teori-teori Motivasi 11
Purwa Atmaja Prawira, op. cit., hlm. 320-321.
12 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 73.
7
a. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenagan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-ahal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. b. Teori naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu: 1) Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri 2) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri 3) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya seharihari mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena
8
itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benarbenar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara ‘teori naluri’ dengan ‘teori reaksi yang dipelajari’. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah umum. Menurt teori ini, bila seorang pemimpin dan pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. e. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha
9
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.13 5. Pengertian Remaja
Sering kali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susuah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Tetapi, mendefinisikan remaja ternyata tidak semudah itu.14 Remaja merupakan kelompok usia yang menjadi perhatian banyak kalangan: Psikolog, Sosiolog, Pendidikan dan sebagainya. Secara pisik mereka dalam kondisi yang optimal karena berada pada puncak perkembangnnya. Namun dari sisi psikologi mereka berada pada fase yang mengalami banyak masalah baik yang menyangkut hubungan dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.15 Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescense, berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
13
Ibid, hlm.74-76.
14
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajwali Press:2013), hlm. 2.
15 Sugeng Sholehudin, Psikologi Perkembangan dalam Prespektif Pengantar (Pekalongan: STAIN Press, 2008), hlm. 136.
10
kematangan”. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.16 Menurut Hurlock yang dikutip M. Ali dan M Asrori bahwa perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan oarang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase ‘mencari jati diri’ atau fase ‘topan dan badai’. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.17 Orang Barat menyebut remaja dengan istilah ‘puber’, sedangkan orang Amerika menyebutnya ‘adolesensi’. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewas. Sedangkan dinegara kita ada yang menggunakan istilah ‘akil baligh’, ‘pubertas’, dan yang paling banyak menyebutnya ‘remaja’.18 16 M Ali dan M Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 9.
17
Ibid., hlm. 10.
18 Zulkifli L, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 63-64.
11
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu bilogis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa dimana: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri. Kemudian WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO membagi kurun usia tersebut kedalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam pada itu Perserikatan BangsaBangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia remaja.19 Walaupun demikian, sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
19
Sarlito W Sarwono, op. cit., hlm. 11-12.
12
1) Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria spesifik) 2) Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig,
baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial) 3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologis) 4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang nagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua 5) Dalam definisi diatas, status perkawinan sangat menentukan, seseorang
yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.20 Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu: Peningkatan emosional yang terjadi secra cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional 1) 20
Ibid., hlm. 18-19.
13
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Pada masa ini banyak tuntutan dan ketakan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. 2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan porporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. 4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa anak-anak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa. 5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab.21 B. Pendidikan Kesetaraan Paket C 1. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Paket C
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.22 Progam kesetaraan melingkupi progam kelompok belajar paket A setara SD/MI, kelompok belajar paket B setara SMP/MTS dan kelompok belajar paket C 21
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 235-236.
setara SMA/MA. Kelompok belajar paket C setara SMA/MA merupakan progam baru di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, karena progam ini baru berkembang sekitar tahun 2003. Hal ini sejalan dengan ditetapkannya UU Sisdiknas No.20/2003 Pendidikan kesetaraan adalah progam pendidikan non formal yang diselenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA yang mencakup progam paket A, paket B, dan paket C.
Penjelasan berikutnya menyebutkan: pendidikan kesetaraan dapat
dilaksanakan pada satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis ta’lim, serta satuan pendidikan yang sejenis.23 Program Paket C setara SMA adalah program pendidikan lanjutan dari Paket B setara SLTP. Kurikulum dan Mata Pelajaran yang digunakan di SMA. Sedangkan pengertian Program Paket C dalam buku terbitan Direktorat Kesetaraan Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Adapun Program Paket C ditujukan bagi warga masyarakat yang karena keterbatasan sosial, ekonomi, waktu, kesempatan dan geografi
22 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI NO. 20 Tahun 2003), cet. Ke-3 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 20.
23 Mustofa Kamil, Pendidikan Non formal Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Komikan di Jepang) (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 96-97.
tidak dapat mengikuti pendidikan Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Lulusan Paket C berhak mendapatkan ijazah dan diakui setara dengan ijazah SMA/MA.24 Program pendidikan kesetaraan paket C ada dibawah binaan Direktorat Pendidikan Kesetaraan. Sebagai sebuah program rintisan, maka belum banyak PKBM yang mengembangkan progam ini. Sasaran program paket C adalah masyarakat lulusan paket B, siswa atau siswi lulusan SMP/MTS, serta masyarakat yang telah mengikuti pendidikan in formal yang disetarakan. Begitu pula masyarakat yang putus sekolah SMA/MA. Progam ini dikembangkan sebagai progam alternatif pendidikan atau pilihan masyarakat, karena progam paket C dikembangkan lebih profesional dan bersaing dengan kualitas pendidikan sekolah (formal). Program paket C dipadukan dengan berbagai jenis ketrampilan yang menjadi pilihan warga belajar atau masyarakat. Program paket C dikembangkan lebih kompetitif, terutama untuk menjawab berbagai keraguan masyarakat terhadap kualitas pendidikan nonformal. Jumlah warga belajar dalam progam paket C antara 40 sampai denga 50 orang.25 2. Tujuan Pendidikan Kesetaraan Paket C
Adapun tujuan umum diselenggarakannya Program Paket C setara SMA menurut Juklak Program Pendidikan Kesetaraan adalah memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi masyakat putus sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan 24 Arif Nasdianto. “Program Paket C setara SMA Merupakan Pendidikan Kesetaraan Pada Jalur Pendidikan Nonformal”. http://jaktimpnf.blogspot.com/2008/11/program-paket-c-setarasma-merupakan.html. ( 10 Nopember 2008). Diakses, 26 pebruari 2015.
25
Mustofa Kamil, op. cit. hlm. 98.
keterampilan sehingga memiliki kemampuan setara SMA/MA dan dapat meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinngi.26 Kemudian tujuan khususnya pendidikan kesetaraan paket C, sebagai berikut: a) Meningkatkan pengetahuan warga belajar untuk mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia kerja b) Meningkatkan kemampuan sikap dan prilaku warga belajar sebagai individu dan
sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, ekonomi dan alam sekitarnya c) Menigkatkan
pengetahuan keterampilan dan kemampuan warga belajar untuk
bekerja, usaha mandiri, serta memberikan peluang bagi yang memenuhi persyaratan dan ketentuan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan tujuan program peket C dalam buku berjudul acuan rekruitmen peserta didik dan tutor pendidikan kesetaraan yang tertuang dalam tujuan diselenggarakannya pendidikan kesetaraan adalah sebagai berikut : a) Menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung (putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah), khususnya perempuan, minoritas etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang, miskin, terpencil, atau sulit dicapai karena letak geografis, dan atau keterbatasan transportasi. b) Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup. c) Menghapus ketidak adilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah. 26
Arif Nasdianto, op. cit.
d) Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.27 3. Fungsi Pendidikan Kesetaraan Paket C
Program Paket C setara SMA/MA fungsinya adalah memberikan layanan yang berjenjang melalui jalur pendidikan nonformal bagi warga masyarakat yang tidak atau belum mendapatkan pelayanan pendidikan pada jenjag SLTA, memberikan peluang pada masyarakat yang telah menyelesaikan program Paket B setara SLTP dan telah menyelesaikan pendidikan setingkat SLTP serta lulusan MTs , yang tidak melanjutkan ke SLTA atau putus sekolah SLTA. Fungsi berikutnya memberikan bekal keterampilan untuk bekerja atau usaha mandiri. 4. Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Paket C a. Kurikulum.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum tingkat satuan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip : berpusat pada kehidupan, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyeluruh dan berkesinambungan, dan prinsip belajar sepanjang hayat. Artinya kurikulum pendidikan kesetaraan program paket C lebih memuat konsep terapan, tematik dan berorientasi kecakapan hidup.28 27
Ibid.
28 Ibid.
Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dan silabus Program Paket C setara SMA ditetapakan oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidangnya, berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan kompetensi lulusan dan dikembangkan melibatkan pemangku kepentingan serta berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan Pendidikan Kesetaraan yang disusun oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan.29 Adapun mata pelajaran Paket C setara SMA pada umumnya terdiri dari program pengajaran kelas I/kelas 10 (mahir 1), kelas II / kelas 11( mahir 2) dan kelas III / kelas 12 (mahir 2) adalah sebagai berikut : 1). Materi Pelajaran Kejar Paket C kelas I/ kelas 10 (mahir 1) terdiri dari : a). Pendidikan Kewarganegaraan b). Geografi c). Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia d). Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum e). Biologi. f). Ekonomi g). Fisika h). Matematika i). Bahasa Inggris j). Kimia k). Keterampilan 2). Materi Pelajaran Kejar Paket C kelas II / kelas 11 (mahir 2) terdiri dari: Mata Pelajaran Jurusan IPS a). Pendidikan Kewarganegaraan b). Geografi c). Bahasa dan Sastra Indonesia
29 Ibid.
Mata Pelajaran Jurusan IPA a). Pendidikan Kewarganegaraan c). Bahasa dan Sastra Indonesia b). Sejarah Nasional Indonesia
dan
d). Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum Sejarah Umum d). Biologi. e). Ekonomi e). Fisika f). Matematika f). Matematika g). Bahasa Inggris g). Bahasa Inggris h). Sosiologi h). Kimia i). Keterampilan i). Keterampilan
3). Materi Pelajaran Kejar Paket C kelas III / kelas 12 (mahir 2) terdiri dari:30 Mata Pelajaran Jurusan IPS Mata Pelajaran Jurusan IPA a). Pendidikan Kewarganegaraan a). Pendidikan Kewarganegaraan b). Geografi c). Bahasa dan Sastra Indonesia c). Bahasa dan Sastra Indonesia b). Sejarah Nasional Indonesia Sejarah Umum d). Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Umum d). Biologi. e). Ekonomi e). Fisika f). Matematika f). Matematika g). Bahasa Inggris g). Bahasa Inggris h). Sosiologi h). Kimia i). Keterampilan i). Keterampilan
dan
b. Tenaga Pendidik atau Tutor.
Tutor pada Program Paket C setara SMA harus memiliki kalifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, juga memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan kesetaraan/nonformal. Adapun Kompetensi seorang tutor meliputi kompetensi pedagogik dan andragogik (mengelola pembelajaran nonformal) , kompetensi kepribadian (berakhlak mulia dan menjadi tauladan), kompetensi profesional (menguasai materi pembelajaran) dan kompetensi sosial. (berkomunikasi dan bergaul secara efektif). 30 Ibid.
Tutor atau Nara Sumber Teknis (NST) program Paket C diutamakan guru SLTA atau Aliyah dan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar paket C sesuai dengan bidangnya, dan minimal berpendidikan S1. c. Peserta didik/Warga belajar.
Warga belajar program Paket C setara SMA adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan, antara lain : 1) Lulusan Paket B setara SMP/MTS 2) Lulus SMSP/MTs 3) Putus SMA/MA, SMK/MAK 4) Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri 5) Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum dan keyakinan) d. Sarana dan Prasarana. 1) Tempat Belajar, yang dapat menjadi tempat belajar program Paket C setara SMA adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Masjid, Gereja, Balai Desa, Pondok Pesantren, Kantor Organisasi Kemasyarakatan, dan tempat-tempat lainnya yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.31 2) Administrasi, untuk keperluan kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan sarana administrasi sebagai berikut : a) Papan Nama kelompok belajar b) Papan struktur organisasi penyelenggara
31 Ibid.
c) Kelengkapan administrasi penyelenggaraan dan pembelajaran yang meliputi ; (1) Buku Induk warga belajar, tutor,dan tenaga kependidikan, (2) Buku daftar hadir warga belajar, tutor dan tenaga kependidikan, (3) Buku keuangan/Kas, (4) Buku Inventaris, (5) Buku agenda pembelajaran, (6) Buku laporan bulanan tutor, (7) Buku agenda surat masuk dan keluar, (8) Buku daftar nilai warga belajar, (9) Buku tanda terima Ijazah. e. Pembiayaan. Pembiayaan penyelenggaraan diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) , Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Swadaya masyarakat dan sumber dana lain yang tidak mengikat. f. Penyelenggara/Tenaga Kependidikan. Penyelengara program Paket C setara SMA adalah PNS dan Non PNS. Penyelenggara program Paket C sekurang-kurang terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan dan tenaga laboran. g. Waktu Belajar Waktu belajar pada program Paket C setara SMA adalah fleksibel dengan alokasi waktu untuk kelas I/kelas 10 (mahir 1) adalah 1 tahun atau 969 jam, sedangkan untuk kela II/kelas 11 dan kelas III/kelas 12 (mahir 2) lama belajar 969 jam. Adapun jadwal pelaksanaan belajar diatur bersama oleh tutor, warga belajar dan penyelenggara.32
h. Evaluasi Belajar
32 Ibid.
Evaluasi belajar peserta didik (warga belajar) dilakukan oleh tutor untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta Paket C secara berkesinmabungan. Dalam evaluasi belajar tutor perlu menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum. Evaluasi hasil belajar berorientasi pada : 1) Acuan atau Patokan, Semua kompetensi warga belajar dinilai menggunakan acuan kriteria berdasarkan pada indikator hasil belajar. Keberhasilan hasil belajar dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dengan kriteria pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Ketuntasan Belajar, ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran tingkat pencapaian kompetensi sebagai syarat penguasaan kompetensi lebih lanjut. 3) Multi Alat dan Cara Penilaian, evaluasi belajar dapat menggunakan alat test dan nontes hal ini untuk memantau dan mendapatkan informasi kemajuan hasil belajar peserta didik secara otentik. Proses penyetaraan hasil pendidikan kesetaraan Program Paket C setara SMA dilakukan melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Proses penilaian tersebut melalui Ujian Nasional, khususnya kelas III atau kelas 12.33
33 Ibid.
5. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Kesetaraan Paket C Dalam hal ini pendidikan kesetaraan merupakan bagian dari pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah (PLS), kelebihan dan kekurangan dalam pendidikan tersebut antara lain: a. Kelebihan-kelebihanya, antara lain: 1) Segi biaya lebih murah apabila dibandingkan dengan biaya yang digunakan dalam
pendidikan formal. 2) Progam pendidikan nonformal lebih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, 3) Pendidikan nonformal dalam hal ini pendidikan kesetaraan memiliki progam yang
fleksibel, fleksibilitas ini ditandai oleh: a)
Tujuan progam berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat setempat atau kebutuhan lembaga tempat peserta didik itu bekerja. b)
Adanya hubungan erat antara isi progam pendidikan dengan dunia kerja
atau kegiatan usaha yang ada di masyarakat. c)
Pengorganisasian progam pendidikan dilakukan dengan memanfaatkan
pengalaman belajar peserta didik. d)
Progam pendidikan diarahkan untuk kepentingan peserta didik bukan
mengutamakan kepentingan penyelenggara program. e)
Kegiatan belajar tidak dipisahkan dari kegiatan bekerja atau kefungsian
peserta didik.34 34 D Sudjana S, Pendidikan Nonformal: Wawasan Sejarah Perkembangan, Filsafat dan Teori Pendukung, Serta Asas (Bandung: Falah Production, 2004), hlm. 39-40.
b. Kekurangannya adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya koordinasi, disebabkan oleh keragaman dan luasnya progam yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak. 2) Tenaga pendidik atau sumber belajar profesional masih kurang. 3) Motivasi belajar peserta didik relatif rendah, kelemahannya berkaitan dengan: a) Adanya kesan umum bahwa pendidikan nonformal, yang tidak menekankan pada
peranan ijazah, lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang peserta didikanya memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah. b) Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar belakang
pengalaman pendidikan formal dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan nonformal pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat peserta didik. c) Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan
dengan lulusan pendidikan formal.35
35
Ibid.