BAB II MOTIVASI BELAJAR Bab ini memuat teori-teori tentang variabel besar yang diteliti, peneliti berusaha menguraikan secara lengkap dan konsisten dengan permasalahan yang diajukan serta menghindari melebar serta meluasnya pembahasan dalam penelitian ini. A. Motivasi 1. Teori motivasi a. Teori motivasi menurut Mc. Donald Motivasi menurut Mc. Donald adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan munculnya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting. 1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa /”feeling”, afeksi seseorang. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.1 Dengan ketiga elemen di atas, maka disimpulkan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini di dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. 1
Martinis Yamin, Profesionalisas Guru dan Implementasi KTSP,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 157-158.
17
18
b. Teori motivasi menurut David McClelland David McClelland berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.2 Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan. McClelland
juga
mengemukakan
teori
motivasi
yang
berhubungan erat dengan konsep belajar. Ia berpendapat banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yaitu Kebutuhan akan Prestasi (need for Achievement), Kebutuhan akan afiliasi atau keanggotaan (need for affiliation), dan Kebutuhan akan kekuasaan (need for fower)3: 1) Kebutuhan akan prestasi (need for Achievement)
2
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 9 3 Martinis Yamin. op.cit., hlm. 162
19
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yag tinggi. 2) Kebutuhan akan afiliasi atau keanggotaan (need for affiliation) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. 3) Kebutuhan akan kekuasaan (need for fower). Kebutuhan ini didasari oleh keinginan yang mengatur atau memimpin orang lain. Menurut McClelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasa, yaitu pribadi dan sosial. Menurutnya manakala seseorang terasa sangat mendesak, maka kebutuhan akan termotivasi orang tersebut untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut. McClelland tidak mengklasifikasikan motivasi di dalam hierarki, tetapi sebagai keragaman di antara orang dan kedudukannya.
20
Ia menandai sifat- sifat dasar orang awam berikut dengan kebutuhan pencapaian yang tinggi, yaitu: 1) Selera akan keadaan yang menyebabkan seseorang dapat bertanggung jawab secara pribadi. 2) Kecenderungan
menentukan
sasaran-sasaran
yang
pantas
(sedang) dan memperhitungkan resikonya. 3) Keinginan untuk mendapat umpan balik yang jelas atas kinerja.4 Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk melakukan aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi. 2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai 3) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. 2. Jenis-jenis motivasi Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada
4
Hamzah B. Uno. op.cit., hlm. 47
21
penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. a. Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motifmotif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.5 Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Di antara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, mempertahankan diri, berkelompok, melarikan diri dan rasa ingin tahu. b. Motivasi Sekunder Motivasi Sekunder merupakan motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Seperti contoh, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. Bekerja dengan baik merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia 5
hlm. 86
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),
22
memperoleh gaji berupa uang yang dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar.6 Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap yakni memiliki daya dorong bertindak, relatif bersifat tetap, dapat timbul dari pengalaman dan dapat dipelajari. Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membagi jenis motivasi menjadi dua yaitu perspektif kebutuhan dan perspektif fungsional.7 a. Perspektif kebutuhan Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan oleh Maslow. Menurutnya kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat. Individu merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya kebutuhan itu telah terpenuhi. Kebutuhan- kebutuhan itu adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan- kebutuhan lain terpenuhi. 2) Kebutuhan akan keamanan (security) yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut da kecemasan.
6
Ibid.,hlm. 88 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 254 7
23
3) Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima oleh kelompok, perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain. 4) Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri yaitu kebutuhan berprestasi yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya.8 b. Perspektif fungsional Prespektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak adalah motivasi yang memberi tenaga untuk aktivitas tertentu.9 Tanpa adanya penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas. Penggerak itu bisa datang dari luar diri individu maupun dari dalam individu. Motivasi yang didasarkan kepada harapan merupakan motivasi yang memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan
tertentu
yaitu
harapan
yang
dapat
memuaskan
kebutuhannya. Dan motivasi yang didasarkan kepada intensif adalah motivasi yang muncul oleh adanya tujuan yang nyata. Tujuan tersebut adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan rasa senang. 8
Ibid.,hlm. 255 Ibid., hlm. 256
9
24
B. Belajar Teori belajar menurut psikolog Gestalt seringkali pula disebut field theory atau insight full learning. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight.10
Manusia bukanlah hanya sekedar
makhluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani dan rohani. Sebagai individu manusia bereaksi atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiaannya dan dengan caranya yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap obyek atau realita yang sama. Belajar menurut psikolog Gestalt bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus- respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan.11 Dengan demikian belajar menurut psikolog Gestalt terjadi jika ada pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur- unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami dan dimengerti maknanya. Insight
merupakan
pemecahan
suatu
problem,
dimengertinya
persoalan, inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang
10
Wina Sanjaya. op.cit., hlm. 242 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 100-101 11
25
hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight. Enam macam sifat khas belajar dengan insight itu, yaitu sebagai berikut: a. Insight itu tergantung kepada kemampuan dasar. Kemampuan dasar berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. b. Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan. Walaupun insight itu tergantung kepada pengalaman masa lampu yang relevan, namun memiliki pengalaman masa lampau tersebut belum menjamin dapat memecahkan problem. c. Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental. Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati. d. Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba. Insight bukanlah hal yang jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan adalah hal yang harus dicari. Sebelum dapat memperoleh insight orang harus sudah meninjau problemnya dari berbagai arah dan mencobacoba memecahkannya. e. Belajar yang dengan insight itu dapat diulangi. Jika suatu problem yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang bersangkutan, maka dia akan dengan langsung dapat memecahkan problem itu lagi.
26
f. Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.12 Jadi belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur menyusun kembali pengalamanpengalamannya yang banyak menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya. C. Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkat laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.13 Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Keberhasilan belajar dapat ditentukan oleh motivasi belajar. Seseorang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya seseorang yang motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Karena motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktivitas dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh. 12
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm.
277-279 13
Hamzah B. Uno. op.cit.,hlm.23
27
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.14 1. Ciri-ciri Motivasi Belajar Sardiman Am, Mengemukakan tentang ciri anak yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (konsentrasi dalam bekerja dalam bekerja dan tidak akan berhenti sebelum selesai. b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah pada orang dewasa (misalnya maslah pembangunan, agama, politik dan keadilan). d. Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang bersifat rutin. e. Dapat mempertahankan pendapatnya apabila merasa yakin terhadap sesuatu. f. Senang mencari dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.15 Selanjutnya ia mengutip pendapat dari John Crites yang mengemukakan tentang karakteristik atau ciri individu yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut: a. Dalam mengerjakan sesuatu ingin mencapai hasil yang terbaik. 14
Wina Sanjaya. op.cit.,hlm.249 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cet III, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 83 15
28
b. Adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam. c. Memiliki tujuan yang lebih jelas dalam memandang masa depan. d. Lebih memiliki kepercayaan dari dalam, dalam menghadapi sesuatu.16 2. Indikator Motivasi Belajar Indikator yang merujuk pada pengertian motivasi menurut Elida Prayitno antara lain: a. Minat belajar yang tinggi Anak didik yang selalu belajar dengan disiplin sehingga mendapatkan nilai yang memuaskan. Anak didik supaya mendapat nilai yang memuaskan harus memunyai minat belajar yang tinggi. b. Rajin mengerjakan tugas Anak yang pandai harus mengerjakan tugas-tugas dengan rajin supaya dapat nilai yang memuaskan. c. Semangat untuk belajar Anak didik harus mempunyai semangat belajar yang tinggi supaya dalam mengerjakan tugas akhir dapat mengerjakannya dengan baik. d. Aktif dalam belajar Dalam kegiatan belajar megajar seorang anak didik harus aktif dalam belajar supaya bisa memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.17
16
Ibid.,hlm. 84 Elida Prayitno, Motivasi dalam Belajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan, 1987), hlm. 132 17
29
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Para ahli psikolog berusaha menggolongkan faktor-faktor motivasi yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan. Menurut Woodworth sebagaimana dalam Ngalim Purwanto menggolongkan dan membagi faktor-faktor motivasi tersebut menjadi dua, yaitu faktor motivasi intrinsik dan faktor motivasi ekstrinsik.18 Dua faktor tersebut mempunyai peranan yang sama dalam membangkitkan motivasi dan kedua faktor motivasi tersebut saling bekaitan menjadi satu sistem motivasi yang menggerakkan seseorang untuk belajar. a. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik adalah faktor yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.19 1) Faktor Fisiologis a) Faktor kesehatan Menurut UU No. 23/ 1992 tentang kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.20 Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,
18
Ngalim Purwanto. op.cit.,hlm. 62 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), hlm. 89 20 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan dan Prespektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), hlm. 5 19
30
sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak semangat atau gairah untuk belajar.21 Sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. b) Cacat tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar seseorang sehingga akan mengganggu belajarnya. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2) Faktor Psikologis Kondisi mahasiswa dilihat dari kondisi psikologis berkaitan dengan intelegensi, perhatian, bakat, kematangan dan kesiapan dari individu yang bersangkutan. Sedangkan dilihat dari kondisi fisiologis yaitu kondisi fisik seseorang, misalnya seseorang yang tidak mengikuti kegiatan belajar karena sedang sakit.22 Seorang mahasiswa yang sedang sakit, lapar atau marahmarah akan menggangu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatiannya dalam belajar.
21
M. Dalyono, Psikolog Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hlm. 55 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 2 22
31
a) Intelegensi Intelegesi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu (1) kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, (2) mengetahui atau menggunakan kosep-konsep yang abstrak secra efektif, (3) mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.23 Dengan demikian, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam kaitannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari peran organorgan tubuh lainnya mengingat otak merupakan menara pengontrol hampir semua aktiviitas manusia. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. dalam situasi yang sama, seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih berhasil dari seseorang yang mempunyai intelegensi rendah. Keinginan seorang mahasiswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Dalam situasi yang sama mahasiswa yang mempunyai intelegensi yang berbeda. Intelegensi akan memperkuat motivasi mahasiswa untuk melaksanakan tugas-tugas dan aktif dalam perkuliahan. 23
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.128
32
b) Minat dan Tujuan Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas minat dan tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa.24 Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.25 Seseorang akan tergolong untuk belajar manakala ia memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat
belajar
mengembangkan
merupakan motivasi
salah belajar.
satu
teknik
Beberapa
cara
dalam dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar diantaranya: (a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. (b) Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan. Materi pelajaran yang terlalu sulit dipelajari
24 25
Wina Sanjaya.,op.cit.,hlm. 262 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 38
33
atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa akan tidak diminati. (c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya: diskusi, kerja kelompok, demonstrasi, eksperimen dan sebagainya.26 c) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the capacity to learn. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.27 Apabila pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik, karena ia senang belajarnya dan bisa dipastikan ia akan lebih giat dan semangat lagi dalam belajarnya. d) Kejenuhan dalam belajar Istilah kejenuhan akar katanya adalah jenuh. Kejenuhan bisa berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh juga bisa berarti jemu atau bosan.28 Seseorang yang mengalami kejenuhan dalam belajar, sistem
akalnya
diharapkan
26
dalam
Wina Sanjaya.,op.cit.,hlm. 261 Tohirin.,op.cit.,hlm. 131 28 Ibid.,hlm. 141 27
tidak
dapat
memproses
bekerja
sebagaimana
item-item
informasi
yang atau
34
pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan berhenti (stagnan). b. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar setiap individu yang mendorong untuk melakukan kegiatan belajar.29 Faktor ekstrinsik timbul karena pengaruh lingkungan sekitar. 1) Keluarga Faktor
ekstrinsik
yang
menyangkut
masalah
keluarga
diantaranya berhubungan dengan cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, relasi antar suami istri, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.30 Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumha. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi semangat dalam belajar.31 Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan. Pendidikan awal muncul dari ruang lingkup keluarga. Tanpa 29
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 136 30 Perquin Russen, Pendidikan Keluarga dan masalah kewibawaan, (Bandung: Jemmars, 1982), Hlm.51 31 M. Dalyono, Psikolog Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hlm. 59
35
keluarga kita bukan siapa-siapa. Dorongan dari keluargalah yang menjadikan kita kuat dan selalu semangat dalam menjalankan suatu aktivitas. 2) Teman sebaya Bagi sebagian orang ada yang lebih menyukai belajar sendiri tanpa dukungan orang lain, namun ada pula yang memerlukan interaksi
sosial
menguntungkan
dalam
belajarnya.
karena
dapat
Interaksi
membantu
sosial
sangat
mengembangkan
ketrampilan sosial yang penting seperti menerima, berbagi dan mendengarkan pendapat orang lain. Proses membantu dan bekerja sama dengan orang lain atau sesama teman dapat menjadi motivasi.32 3) Tugas-tugas kuliah Bagi banyak orang, pandangan atau pemikiran tentang tipe tugas tertentu sudah cukup mampu mengurangi motivasi. Keadaan ini merupakan hambatan utama yang harus diatasi agar dapat mempertahankan motivasi. Beberapa pembelajar, jika mereka punya pengalaman kegagalan berulang kali, akan benar-benar berkurang motivasinya dan sama sekali tidak ingin belajar. Karena alasan itulah perhatian besar harus diberikan ketika menyusun tugas untuk menyakinkan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan memotivasi dan yang sangat penting ialah pembelajar percaya tugasnya dapat dikerjakan dengan baik. Perlu 32
Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas:Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2007), hlm. 21
36
pula tugas dipecah menjadi sejumlah langkah kecil dan tiap langkah menunjukkan yang dapat diraih.33 4) Kedisiplinan dan ketepatan Kedisiplinan atau ketepatan berangkat ke sekolah merupakan bentuk semangat untuk belajar. Seseorang selalu disiplin dan tepat waktu berangkat ke sekolah berarti menunjukan seseorang tersebut semangat mengikuti pembelajaran di sekolah. Namun, sebaliknya apabila seseorang tersebut tidak disiplin dan tidak tepat waktu saat berangkat sekolah maka menunjunkan bahwa seseorang tersebut tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. 5) Keadaan cuaca Keadaan cuaca bisa mempengaruhi seseorang untuk belajar. Keadaan cuaca yang mendukung akan memberikan stimulus seseorang untuk semangat belajar. Akan tetapi sebaliknya, keadaan cuaca yang tidak mendukung akan menghambat semangat seseorang untuk belajar. Cuaca panas dan cuaca dingin, apalagi saat hujan turun akan mempengaruhi kegairahan utuk belajar.34 Adanya berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi individu seperti yang telah disebutkan diatas, peneliti memahami bahwa faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dengan motivasi mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1. 33 34
Ibid.,hlm. 20 M. Dalyono, op.,cit. Hlm. 60
37
4. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan dimana motivasi akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi yang dipengaruhi oleh tujuan. Semakin tinggi dan berarti suatu tujuan semakin besar motivasinya, dan semakin besar motivasinya maka semakin kuat. Jadi, fungsi motivasi belajar meliputi: a. Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia. Motivasi sering diasosiasikan sebagai pembimbing, pengarah, dan berorientasi pada tujuan sehingga tingkah laku yang termotivasi akan bergerak dalam suatu arah secara spesifik. Tingkah laku tersebut mempunyai maksud, ketekunan dan kegigihan. b. Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Dengan
adanya
motivasi,
maka
tingkah
laku
individu
mempunyai arah kepada tujusn yang dipilih oleh individu itu sendiri. c. Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku. Motivasi sebagai alasan atau predisposisi perbuatan, berarti menjadi tenaga pendorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadilah perbuatan yang tampak pada organisme. Energi psikis yang tersedia pada diri individu tergantung pada besar kecilnya motivasi yang dia miliki. Jika motivasi kuat (besar), maka akan tersedia energi yang lebih besar. Sebaliknya, jika energi yang tersedia lemah (kecil), maka energi yang tersedia kecil. Semakin besar sebuah motif, maka akan semakin bertambah efisien sebuah tingkah laku. Motivasi juga
38
berfungsi untuk mempertahankan, agar perbuatan (minat) dapat berlangsung terus (lebih lama).35 Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran menyebutkan ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar yaitu: a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar. b. Menginformasikan
tentang
kekuatan
usaha
belajar
yang
dibandingkan dengan teman sebaya. c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar. e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja,
individu
dilatih
untuk
menggunakan
kekuatan
sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.36 Selain fungsi motivasi di atas, ada beberapa fungsi menurut Oemar Hamalik sebagimana dalam bukunya Martinis Yamin, yaitu sebagai berikut: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
35
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran, Cet. I, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 14-15 36 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 94
39
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebgai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.37 5. Peranan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku yang sedang belajar. ada beberapa peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal- hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar. 1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memperlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal- hal yang pernah dilaluinya. Misalnya, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
37
Martinis Yamin, op.cit.,hlm. 161-162
40
Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan seseorang yang dapat memperkuat perbuatan belajar. 2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Seseorang akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya. Sebagai contoh, seseorang akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuannya dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, seseorang tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, seseorang tersebut makin hari makin termotivasi untuk belajar. 3. Peran motivasi dalam menentukan ketekunan belajar. Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar memyebabkan seseorang tekun belajar. sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan
41
hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.38 Dapat disimpulkan bahwa peranan motivasi sangatlah penting dalam belajar dan pembelajaran. Karena peranan motivasi tidak bisa lepas dari aktivitas belajar dan pembelajaran. Seseorang yang belajar atau sedang mengikuti pembelajaran harus mempunyai peranan motivasi. Apabila seseorang tersebut tidak mempunyai peranan motivasi dalam belajarnya maka hasilnya pasti tidak maksimal. D. Teori Niat Mencari Ilmu Dari Sudut Padang Dua Imam 1. Imam Burhanul Islam Azzarnuji Tidak diwajibkan bagi setiap muslim untuk mencari seluruh ilmu, sesungguhnya yang diwajibkan atasnya adalah mencari ilmu yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya, misalnya bila harus menjalankan shalat maka diwajibkan baginya untuk mempelajari ilmu yang cukup untuk menunaikan kewajiban shalat dan lain sebagainya.39 Adapun seorang pelajar hendaknya berniat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridha Allah, bekal di akhirat, membasmi kebodohan dari dirinya dan orang lain, menghidupkan agama dan menegakkan Islam karena Islam akan tegak dengan ilmu, selain tidak dibenarkan zuhud dan takwa yang disertai dengan kebodohan.40
38
Hamzah B. Uno, op.cit.,hlm. 27-28 Imam Burhanul Islam Azzarnuji, Etika Menuntut Ilmu Terjemah Ta’lim Muta’allim (Surabaya: Al Miftah,2009), hlm. 23 40 Ibid.,hlm. 35 39
42
2. Imam Abu Hamid Al-Ghozali Dalam mencari ilmu, apabila berniat untuk mecari popularitas, kebanggaan atau untuk bersaing mengungguli teman-teman sebayanya dan supaya mendapat simpati dari orang banyak, maka engkau sebenarnya telah berusaha menghancurkan agamamu, merusak dirimu sendiri, dan menjual kebahagiaan akhirat dengan kesenangan dunia. Sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya barangsiapa yang menuntut ilmu yang mestinya untuk mencari ridho Allah, tetapi dia menuntutnya untuk mencari keuntungan duniawi (materi/ formalitas), maka dia kelak tidak dapat mencium bau nikmat surga.41 Akan tetapi, apabila niat dan tujuan dalan mencari ilmu itu untuk mencari petunjuk, bukan untuk supaya pandai berbicara atau berpidato, maka bergembiralah engkau sebab ketika engkau berjalan para malaikat telah melebarkan sayapnya dan rela kau injakan, dan ikan-ikan di laut memohonkan ampunan untukmu dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam AtTurmudzi dari Abu Darda’. Menurut Imam Al-Ghozali orang yang mencari ilmu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok42 yaitu pertama, orang mencari ilmu dengan niat untuk bekal akhirat, hanya ingin mendapat ridho Allah SWT. Dan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat. Orang yang mencari
41
Imam Abu Hamid Al-Ghozali, Bidayatul Hidayah Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi, (Surabaya: Al-Hidayah, 1418 H), hlm. 16 42 Ibid.,hlm. 17
43
ilmu dengan niat yang demikian ini termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Kedua, orang mencari ilmu dengan niat untuk kepentingan duniawi, untuk memperoleh kemuliaan, kedudukan dan harta, padahal dia telah menyadari dan merasa di dalam hati kecilnya akan kejelekan niatnya dan kehinaan maksudnya, maka orang yang demikian ini termasuk golongan orang-orang yang sedang dalam keadaan bahaya. Apabila dia meninggal dunia sebelum bertaubat, maka dikhawatirkan meninggal dalam keadaan su’ul khotimah dan persoalannya terserah kepada Allah. Tetapi kalau dia mendapat petunjuk dari Allah hingga mau bertaubat sebelum datang ajalnya dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya serta meluruskan atau membetulkan perbuatan-perbuatan jahat yang telah terlajur dia lakukan, maka dia termasuk golongan orang-orang yang beruntung, karena taubatnya. Sebab orang yang bertaubat itu seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Ketiga, orang yang telah dikuasai oleh syetan yaitu orang yang mencari ilmu semata-mata untuk kepentingan hawa nafsunya. Dia menjadikan ilmu yang dia peroleh sebagai alat mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, mengejar kebanggan diri dengan pangkat kedudukan dan pengaruh. Dia menggunakan ilmunya itu untuk memenuhi kebutuhan materinya. Dapat peneliti simpulkan bahwa pentingnya niat dalam mencari ilmu, hingga para ulama menjelaskan secara gamblang tentang bab niat.
44
Karena dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk mengharap ridho Allah akan mendatangkan suatu kebaikan, namun sebaliknya niat yang tidak di dasari dengan tulus dan ikhlas akan mendatangkan suatu keburukkan baik di dunia maupun di akhirat.