BAB II KAJIAN TEORI
1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi Belajar menurut Sardiman (2001) Motivasi belajar merupakan pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Motivasi memberikan suatu nilai atau intensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya. Menurut Mc.Donald yang dikutip Sardiman (2001), dalam motivasi belajar mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy didalam system “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energy manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia ), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
12
persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menuntukan tingkahlaku manusia 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini yang menyangkut dengan kebutuhan. Menurut Winkel (2004) motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Dalyono (2005) memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. Dalam bukunya Ngalim Purwanto (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan
yang
kompleks
didalam
suatu
organisme
yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).
13
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
2.1.2 Ciri- Ciri Orang yang Mempunyai Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2004)
siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dapat dicirikan sebagai berikut: 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa). 3. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 4. Lebih senang kerja mandiri. 5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya. 8. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Berdasar akan pentingnya motivasi belajar untuk mencapai suatu tujuan pendidikan maka dibuat program peningkatan motivasi belajar siswa. 14
2.1.3 Jenis-jenis Motivasi Belajar Jenis-jenis motivasi belajar, menurut Sardiman (2001) motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik: 1. Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya. 2. Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah: a. Belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkaplengkapnya.
15
b. Belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat. Sedangkan yang tergolong motivasi ekstrinsik antara lain: a. Belajar demi memenuhi kebutuhan. b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam. c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan. d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial. e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang. f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Linda S. Lumden (1994) terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: 1. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan 2. Motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. 16
Dorongan seseorang untuk belajar menurut Sardiman (2001) yang mengutip dari Maslow sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya. b. Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan. c. Kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok). d. Kebutuhan
untuk
mengembangkan bakat
mewujudkan
diri
sendiri,
yakni
dengan usaha mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi. Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar yang merupakan dorongan intrinsik. Menurut Sardiman (2001) beberapa cara menumbuhkan motivasi belajar di sekolah adalah dengan: a. Memberikan angka b. Hadiah c. Saingan / kompetisi d. Pujian e. Hukuman f. Hasrat untuk belajar g. Minat
17
h. Tujuan yang diakui
2.2. Bimbingan Kelompok 2.2.1. Pengertian Bimbingan Prayitno
dan
Erman
Amti
(dalam
Salahudin,
2010)
mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Menurut Bimo Walgito (2004) mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
hidupnya,
agar
individu
dapat
mencapai
kesejahteraan dalam hidupnya.
2.2.2 Pengertian Kelompok Menurut Johnson dan Johnson (dalam Romlah, 2001) kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, mengetahui secara pasti individu-individu lain yang menjadi anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan yang positif dalam mencapai tujuan bersama.
18
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kelompok tidak terlepas dari unsur-unsur berupa keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.3 Jenis Kelompok Prayitno (1995) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. 1. Kelompok Bebas/Terbuka Kelompok bebas dilaksanakan dengan ciri-ciri sebagai berikut : tidak ada persiapan, arah dan isi kehidupan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada seluruh anggota kelompok (topik ditentukan atas kesepakatan anggota), topik yang disampaikan adalah yang tidak mempribadi, dibutuhkan kesiapan pemimpin untuk dapat mengamati, mengatur jalannya kegiatan, mempersiapkan kegiatan selingan. 2. Kelompok Tugas/Tertutup Kelompok ini arah dan isi kegiatan kelompok sudah ditetapkan oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok sebagai fasilitator, topik yang dipilih adalah topik yang bersifat umum (strategi belajar disekolah, pemanfaatan fasilitas sekolah untuk
19
mendukung
tugas
siswa,
dan
sebagainya).
Semua
anggota
berkonsentrasi untuk tugas itu. Tujuan penyelesaian tugas tidak mengurangi
pentingnya
tujuan
bimbingan
kelompok
yaitu
pengembangan sikap, ketrampilan dan keberanian sosial yang bertenggang rasa.
2.2.4 Pengertian Bimbingan Kelompok Menurut Tohirin (2007) bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu atau siswa melalui kegiatan kelompok. Romlah (2001) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu pendekatan bimbingan yang memberi bantuan pada individu dalam situasi kelompok. Prayitno (1995) bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok atau lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok sebagai jiwa dan olah gerak kelompok. Menurut Gazda (dalam Romlah, 2001) mengemukakan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok pada umumnya dilakukan di kelas dengan jumlah siswa antara 20-35 orang. Kegiatan bimbingan
20
kelompok berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi.
2.2.5 Tujuan Bimbingan Kelompok Romlah (2001) tujuan bimbingan kelompok adalah membantu individu
menemukan
menyesuaikan
diri
dirinya, dengan
mengarahkan lingkungannya.
diri
dan
Prayitno
dapat (1995)
menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu siswa mencapai pengembangan pribadi dan membahas masalah / topik-topik secara umum dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada siwa untuk belajar hal penting yang berguna untuk mengarahkan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
2.2.6 Teknik Bimbingan Kelompok Menurut Tohirin (2007), kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa untuk
21
berpartisipasi secara baik. Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri. Menurut Romlah (2001), beberapa teknik yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu antara lain: 1. Pemberian informasi atau ekspositori. Teknik pemberian informasi sering juga disebut dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pemberian informasi tidak hanya diberikan secara lisan, tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagai media, misalnya papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman (tape recorder), video dan film. Keuntungan teknik ini antara lain adalah, a) Dapat melayani banyak orang, b) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, c) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas untuk melaksanakannya, d) Mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan teknik yang lain, dan sebagainya. 2. Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, malahan dapat dikatakan sebagai jantungnya bimbingan kelompok. Hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, misalnya permainan peranan, karya-wisata, permainan simulasi, pemecahan masalah, homeroom, dan pemahaman diri melalui proses kelompok. Meskipun ada berbagai macam bentuk diskusi, misalnya diskusi kelas, diskusi kelompok kecil (buzz group discussion), dan diskusi panel, tetapi pada prinsipnya aturan-aturan dasarnya sama. Keuntungan teknik ini antara lain adalah, a) Membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat kesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan pada kelompok, b) Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan dan nilai-nilai, yang akan membuat persoalan yang dibicarakan menjadi lebih jelas, c) Anggota kelompok belajar mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok 22
yang lain, d) Memberi kesempatan pada anggota untuk belajar menjadi pemimpin. 3.Pemecahan masalah (problem-solving) Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques) digunakan untuk menyebut ”suatu proses yang kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusankeputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya”. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa teknik pemecahan masalah merupakan teknik yang pokok untuk hidup dalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-perubahan. Keuntungan teknik ini adalah mengajar individu untuk mengalami proses berfikir analitis sintetis, yaitu mengumpulkan data yang relevan, menghubung-hubungkan data dan menarik kesimpulan. Selain itu individu juga belajar mencari informasi dari sumber-sumber lain yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. 4.Penciptaan suasana kekeluargaan (home-room) Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa diluar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor. Yang ditekankan dalam pertemuan ”homeroom” adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti suasana rumah yang menyenangkan. Dengan suasana yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapat mengungkapkan masalah-masalah yang tak dapat dibicarakan dalam kelas pada waktu jam pelajaran bidang studi. Keuntungan teknik ini antara lain adalah, a) Karena siswa mengikuti kegiatan ”homeroom” yang dipimpin oleh guru atau konselor tertentu selama satu tahun atau lebih, maka kontinuitas dan kemajuan kegiatan bimbingan dapat direncanakan dengan lebih baik, b) Waktu yang lama dalam mengikuti kegiatan ”homeroom” memungkinkan untuk membina kepercayaan dan kohevisitas kelompok, yang merupakan elemenelemen penting untuk bimbingan kelompok yang efektif. 5. Permainan peranan (Roleplaying) Permainan peranan adalah suatu alat belajar untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertianpengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Salah satu faktor yang penting yang menentukan dalam permainan peranan yang akan menghasilkan perubahan perilaku adalah pengurangan hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan yang biasa timbu adalah perasaan takut dikritik, 23
takut dihukum, atau ditertawakan. Hambatan-hambatan ini harus dihilangkan supaya perubahan dapat terjadi. Permainan peranan menyediakan kondisi yang dapat menghilangkan rasa takut atau cemas, karena dalam permainan peranan individu dapat mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut kena ”sanksi” sosial terhadap perbuatannya. Macam-macam permainan peranan antara lain : sosiodrama, psikodrama, permainan peranan terstruktur (fasilitator menentukan struktur dan menjelaskannya pada peserta permainan) , permainan peranan tidak terstruktur atau permainan peranan yang bersifat pengembangan adalah permainan peranan dimana hubungan antara pemeran utama dengan pemeran-pemeran lain dalam permainan tidak ditentukan oleh fasilitator tetapi oleh para anggota kelompok. 6. Karyawisata (field trip) Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi obyek-obyek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksananakan untuk tujuan belajar secara khusus. Keuntungan metode karyawisata adalah sebagai berikut: a) Anak mendapat pengalaman-pengalaman pribadi yang nyata dan langsung, b) Anak dapat mengamati kejadian-kejadian dalam situasi yang sebenarnya, c) Anak dapat belajar berbagai macam hal dalam waktu yang bersamaan. 7. Permainan simulasi Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik bermain peranan dengan teknik diskusi. Dalam perminan simulasi para pemainnya berkelompok dan berkompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan mentaati peraturanperaturan yang ditetapkan bersama. Permainan simulasi cocok dipakai untuk memotivasi anak belajar, terutama bila bahan pelajaran yang dipelajarinya kurang menarik. Permainan simulasi selain berguna untuk memperkenalkan konsep dan menanamkan pengertian tentang sesuatu hal, juga mempunyai kekuatan untuk membangkitkan minat dan perhatian anak.
2.2.7 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ada empat tahapan, yaitu:
24
a. Tahap I Pembentukan Tahap ini disebut juga tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti bimbingan kelompok, kegiatan
kelompok
dan
mengapa
bimbingan
kelompok
dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya,
mereka
akan
mengerti
bagaimana
cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka. b. Tahap II Peralihan Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2)Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) Membahas suasana yang terjadi; 4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
25
c. Tahap III Kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguasaan serta penuh empati. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini, yaitu: 1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu. 3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas 4. Kegiatan selingan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan terungkapnya masalah dan terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas. Seluruh anggota diharapkan mengikuti kegiatan secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. d. Tahap IV Pengakhiran Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok utama pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu sehingga 26
mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan demi mencapai tujuan bersama. Dalam tahap ini kelompok bersepakat sampai kapan mereka berhenti melakukan kegiatan dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Beberapa kegiatan pada tahap ini, yaitu: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan. Tujuan pada tahap ini anggota kelompok diharapkan mampu menerapkan hal-hal yang dipelajari (dalam suasana kelompok),
pada
kehidupan
nyata
sehari-hari,
mendapat
kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya dan memiliki rasa tanggung jawab.
2.3 Kajian Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Giyanti (2003) tentang motivasi belajar setelah mengikuti bimbingan kelompok motivasi belajar siswa kelas VII E SMP N 1 Getasan, dari hasil penelitian ini diperoleh p=0,001 < 0,050 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi bimbingan motivasi belajar.
27
Riyanti (2000) tentang hubungan layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga, dari hasil penelitian diperoleh (rxy=0,365**, p=0,000 < 0,001). Artinya terbukti secara empirik ada koefisien korelasi sebesar 0,365 antara layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar. Teki Margawati (2007) tentang meningkatkan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok siswa kelas VII B SMP N 3 Tuntang, dari hasil penelitian diperoleh p=0,000 < 0,050 artinya kegiatan layanan bimbingan kelompok berhasil meningkatkan motivasi belajar.
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Motivasi belajar siswa meningkat melalui bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.
28