BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1
Motivasi
2.1.1.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dari dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Hamzah B. Uno,2011:3).
Ngalim Purwanto
(2007:60) menyatakan “motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang”.
Ngalim Purwanto (2007:71) kemudian mendefinisikan motivasi
adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuautu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. a. Menggerakan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapatkan kesenangan. b. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
10
11
c. Untuk menjaga dan menopang tingkah lakuotivasi sebagai, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongandorongan dan kekuatan-kekuatan individu. (Ngalim Purwanto, 2007:72). Reksohadiprodjo dalam Sri Tisnaningsih (2003:201) mendefinisikan “motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan”. Pengertian lain “motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya” (Hamzah B. Uno, 2006:3). Selain itu, menurut Abin Syamsudin (2004:37) mengemukakan bahwa motivasi merupakan : 1. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (force) atau daya (energy) atau 2. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organism) untuk bergerak (move, motion, motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Hasibuan (2000:85) memberikan pengertian “motivasi adalah pemberian daya penggerak yang memciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegritas dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan”. Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah, 2002:114) menyatakan bahwa ‘Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactians’. Menurut Mc.Donald (dalam Djamarah, 2002:114) ‘bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy didalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan’.
12
Menurut Mc. Donal dalam Sardiman A.M. (2000:71) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan.
Pengertian tersebut
mengandung tiga elemen penting , yaitu : 1) Motivasi mengalami terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, sehingga penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya persoalan-persoalan kejiwaan, rasa, feeling, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku. 3) Motivasi merupakan respon dari suatu tujuan yang didorong adanya suatu kebutuhan. Siswanto (dalam Chamdan Purnama, 2010:401) merumuskan motivasi sebagai berikut : 1) setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku atau beritndak, 2) pengaruh kegiatan yang menimbulkan perilaku individu, 3) setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang, 4) proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals). Motivasi setiap orang jelas berbeda-beda. Perbedaan ini dapat ditunjukkan dengan kecenderungan setiap orang terhadap ciri-ciri motivasi. Ciri-ciri motivasi sebagaimana dikemukakan Sardiman A.M. (2000:81) adalah sebagai berikut : a) Tekun dalam menghadapi tugas dan ulet dalam menghadapi kesulitan, tetapi cepat bosan pada tugas-tugas rutin. b) Memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah. c) Lebih sering bekerja mandiri d) Dapat mempertahankan pendapat dan tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya. e) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
13
Selanjutnya, Sardiman A.M (2000:83) mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu : 1) Mendorong manusia untuk berbuat atau sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan.
Pengertian motivasi menurut para ahli diatas menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Aktivitas tersebut akan dilakukan bila motivasi seseorang kuat atau memiliki dorongan perasaan yang kuat dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. 2.1.1.2 Jenis – Jenis Motivasi 1. Motivasi Sosial Menurut Arisoteles (dalam Budiyanto, 2006:3) “seorang manusia adalah makhluk sosial, sering disebut zoon piliticon, yaitu makhluk yang pada dasarnya ingin bergaul dengan sesama manusia lainnya”. Status sebagai makhluk sosial, telah melekat pada setiap manusia yang sejak lahir hingga meninggal dunia tidak akan mampu hidup sendirian dan akan selalu membutuhkan bantuan orang lain Apapun pekerjaan yang ia lakukan tidak akan terpisah dari lingkungan masyarakat disekitarnya. Masyarakat sekitar selalu memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa yang orang lain miliki dan kerjakan. Disisi lain, manusia telah memiliki potensi dasar dalam dirinya untuk mengembangkan pergaulannya menjadi lebih luas dan semakin luas lagi, potensi dasar itu menurut Budiyanto
14
(2006:3) diantaranya rasa kasih sayang, kemampuan bekerja sama, dan rasa ingin dihormati, diakui dan dihargai. Karena itulah, seseorang terkadang merasa perlu untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari masyarakat sekitar atas apa yang telah ia kerjakan dari lingkungan dimana ia berada.
Masyarakat lingkungan sekitar
cenderung akan memandang tinggi dan hormat kepada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam pekerjaannya, orang-orang yang memiliki profesi-profesi terhormat, ataupun orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (Aditya Ferdiansyah, 2006:35). Dihormati, mendapat pengakuan dan penghargaan merupakan suatu kebutuhan yang ingin dicapai seseorang dalam setiap perjalanan hidupnya. Hal ini sejalan dengan teori motivasi yang berdasarkan pada kebutuhan manusia. Ngalim Purwanto (2011:77) mengungkapkan bahwa : Teori motivasi yang sekarang banyak dianut oleh masyarakat dan dijadikan acuan dalam meneliti motivasi adalah teori motivasi yang berdasarkan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhuan psikis.
Teori motivasi yang berdasarkan dari teori kebutuhan ini dipopulerkan oleh Abraham Maslow. Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow ada lima tingkatan kebutuhan pokok.
Kelima kebutuhan pokok inilah yang kemudian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. tingkatan kebutuhan pokok tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1.
Kelima
15
Aktualisasi diri (Self actualization) Kebutuhan penghargaan (esteem needs) Kebutuhan Sosial (social needs) Kebutuhan Rasa Aman dan perlindungan (safety and security needs) Kebutuhan fsiologis (physiological needs)
Sumber : Stephen P. Robbins (2007:215) Gambar 2.1 Bagan Tingkatan Kebutuhan Manusia (Maslow)
Kelima tingkatan kebutuhan manusia menurut teori kebutuhan Abraham Maslow dijabarkan lagi sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 2011:78) : 1. Physiological Needs. Kebutuhan ini merupakan yang paling mendasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsifungsi biologis dasar dari organism manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seksual, dan sebagainya. 2. Safety and Security Needs. Jika kebutuhan pertama di atas sudah terpenuhi, muncul safety needs yang bukan saja berkaitan dengan ancaman secara fisik, namun juga mencakup rasa aman secara emosi. Dalam konteks yang luas, kebutuhan keamanan juga mencakup kemantapan, ketergantungan, perlindungan, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, batas-batas, ancaman dari penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan lain sebgainya. 3. Social Needs. Mencakup cinta, kasih sayang dan rasa memiliki, kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, saling tolong menolong serta bekerja sama. 4. Esteem Needs. Seluruh manusia membutuhkan penghargaan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Needs ini terbagi atas dua golongan. Pertama berorientasi internal, seperti rasa pencapaian, kepercayaan diri, dan independensi. Kedua, bersifat eksternal seperti prestise, pengakuan dan reputasi. 5. Self – actualization. Dorongan untuk menjadi seseorang/ sesuatu sesuai ambisinya; yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensial, dan pemenuhan kebutuhan diri.
16
Dari ke lima teori kebutuhan pokok manusia ini, keinginan untuk dihormati, mendapatkan pengakuan dan penghargaan terdapat pada tingkatan ke tiga dan ke empat, yaitu social needs dan esteem needs.
Menurut Abraham
Maslow dalam Ivan Aries dan Imam Ghozali (2006:127) pada dasarnya manusia memiliki keinginan dan memiliki potensi dasar yang mendorong dirinya sendiri untuk mendapatkan kasih sayang, pengakuan dan penghargaan dari masyarakat disekitarnya. Maka dapat pula dikatakan bahwa indikator motivasi sosial adalah sebagai berikut menurut Abraham Maslow (dalam Aditya Ferdiansyah,2006:35) : 1. Membantu masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial akan dengan sendirinya terdorong untuk membantu orang lain, karena pada hakekatnya manusia akan saling membutuhkan bantuan orang lain. 2. Pengakuan dan penghargaan. Keinginan untuk diakui baik dimata keluarga, ataupun dimata masyarakat luas akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha mencapai tujuannya. Ketika kerja kerasnya membuahkan hasil, maka orang tersebut tetap mengharapkan penghargaan sebagai hadiah untuk semua jerih payahnya. 3. Memperluas hubungan sosial. Semakin jauh setiap individu melangkah dalam perjalanan hidupnya, maka ia akan betemu banyak orang yang berbeda dan dengan sendirinya akan memperluas hubungan sosialnya yang pada akhirnya akan membantu dalam pencapaian tujuannya. 4. Kepercayaan diri yang tinggi. Setelah seseorang mampu melangkah lebih maju dari orang lain, maka kepercayaan dirinya akan meningkat. 5. Kebangaan. Kebanggaan yang muncul baik dari diri sendiri ataupun dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman atau kerabat akan mampu mendorong seseorang untuk terus berusaha mewujudkan citacita dalam hidupnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi sosial merupakan dorongan yang timbul karena keinginan seseorang untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.
17
2. Motivasi Karir Menurut Hall dalam Widiastuti (2005:70) karir dapat diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan perjalanan kerja seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Karir juga dapat didefenisikan sebagai semua pekerjaan yang dimiliki seseorang sepanjang kehidupan kerjanya (Werther dan Davis) dalam Widiastuti (2005:70). Gittman dan McDaniel yang diadaptasi oleh Widiastuti (2005:70) mengemukakan bahwa keefektifan suatu karir tidak hanya ditentukan oleh individu saja tetapi juga oleh organisasi itu sendiri yang terlihat dalam empat tahapan karir yaitu: 1) Entry merupakan tahap awal pada saat seseorang memasuki suatu lapangan pekerjaan/organisasi. 2) Tahap pengembangan keahlian teknis. 3) Midcareer years yaitu suatu tahap dimana seseorang mengalami kesuksesan dan peningkatan kinerja. 4) Late career merupakan suatu tahap dimana kinerja seseorang sudah stabil.
Instituisi pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan karir seorang akuntan. Siegel, Blank, dan Rigsby dalam Widistuti (2005:70) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara struktur organisasi institusi pendidikan akuntansi dengan perkembangan profesional selanjutnya bagi para auditor. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa struktur organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan profesi selanjutnya para auditor. Auditor yang mempunyai latar belakang pendidikan profesional akuntansi membutuhkan lebih sedikit waktu untuk dipromosikan menjadi auditor senior dan atau manajer.
18
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Accounting Principals, anak perusahaan dari Professional Services,Inc., Jancksonville, Florida terhadap 230 perusahaan di Amerika Serikat, 70% profesional dalam bidang akuntansi dan keuangan menyatakan bahwa alasan utama dalam pemilihan karir mereka adalah karena adanya kesempatan promosi. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir para akuntan, pengacara, insinyur, dan ahli fisika pernah dilakukan Paolillo dan Estes pada tahun 1982. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 25% akuntan memilih karir profesi mereka sebelum memasuki perguruan tinggi dan 40,3% memutuskan memilih profesi tersebut setelah mereka masuk pada tahun pertama dan kedua, sedangkan 74,4% insinyur teknik dan 64,2% ahli fisika memilih karir mereka sebelum memasuki perguruan tinggi (Jurnal Akuntansi dan Manajemen,2005:70). Wambsganss dan Kennet dalam Widiastuti (2005:71) menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa jurusan akuntansi adalah pragmatis dan memilih jurusan akuntansi karena adanya kesempatan karir yang luas di bidang akuntansi. Herzberg F. dalam bukunya Work and The Nature of Man yang dikutip oleh Hasibuan (2003:109-110) memaparkan bahwa ada lima indikator yang menjadikan seseorang termotivasi untuk bekerja dan berkarir, diantaranya : 1) Prestasi (achievement). Persaingan membuat masing-masing individu berlomba untuk memperoleh prestasi. 2) Pengakuan (recognition). Kebutuhan lain dalam hidup seseorang adalah pengakuan dalam hal apapun, diakui sebagai individu yang mampu bekerja sendiri ataupun dalam sebuah kelompok, baik pengakuan dari keluarga, masyarakat atau lingkungan yang lebih luas lagi. 3) Pekerjaan itu sendiri (Work it self). Setiap individu berbeda cara pandangnya terhadap pekerjaannya, bila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang disenangi dan sesuai dengan bidangnya, maka ia akan giat
19
terus bekerja dan terus memotivasi dirinya untuk bertahan dalam pekerjaannya itu. 4) Tanggung Jawab (Responsibility). Pemberian tanggung jawab merupakan hal yang lain yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. 5) Pengembangan potensi diri (Advancement). Kehidupan yang terus berjalan menghantarkan manusia untuk terus berusaha dalam mengembangkan dirinya agar tidak tertinggal atau terlindas oleh arus kemajuan jaman.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi karir adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka mencapai kedudukan, jabatan, atau karir yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Motivasi Ekonomi Penghargaan finansial merupakan salah satu bentuk sistem pengendalian manajemen. Untuk memastikan bahwa segenap elemen karyawan dapat mengarahkan tindakannya terhadap pencapaian tujuan perusahaan, maka manajemen memberikan balas jasa atau reward dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya financial reward atau penghargaan financial (Widiastuti, 2005:71). Masing-masing perusahaan dapat menetapkan berbagai kebijakan yang berbeda berkaitan dengan penghargaan finansial yang akan diberikan kepada karyawan. Secara umum penghargaan finansial terdiri atas penghargaan langsung dan tidak langsung. Penghargaan langsung dapat berupa pembayaran upah dasar atau gaji pokok, overtime atau gaji lembur, pembayaran untuk hari libur, pembagian laba (profit sharing), opsi saham, dan berbagai bentuk bonus berdasarkan kinerja lainnya. Sedangkan penghargaan tidak langsung meliputi
20
asuransi, pembayaran liburan, tunjangan biaya sakit, program pensiun, dan berbagai manfaat lainnya Siegel dan Marconi (dalam Widiastuti,2005:71). Carpenter dan Strawser (dalam Widiastuti,2005:71) melakukan penelitian untuk mengetahui kriteria mahasiswa jurusan akuntansi pada tingkat akhir di Pennsylvania State University dalam memilih karir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sifat pekerjaan, kesempatan promosi, dan gaji awal merupakan tiga karakter terpenting dalam pemilihan karir diantara 11 faktor pekerjaan. Sedangkan Albrecht dan Sack (dalam Widiastuti,2005:71), menyatakan bahwa salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa akuntansi selama kurun waktu 1995 hingga 1999 yang mencapai 23% adalah akibat lebih rendahnya gaji awal pada profesi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut
teori
ekonomi
Myrdal
(dalam
Konversi
Lahan,2010:6)
”pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab – menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal dibelakang menjadi semakin terhambat”. Hal ini mendorong manusia untuk terus berusaha dalam meningkatkan pendapatannya karena mereka tidak ingin masuk dalam kondisi tidak tercukupi. Gunnar Myrdal dalam Konversi Lahan (2010:6) mengatakan bahwa indikator motivasi ekonomi adalah sebagai berikut : 1. Hidup tercukupi. Kebutuhan hidup sehari-hari bisa terpenuhi 2. Memperoleh kemakmuran. Memiliki rasa nyaman dan bahagia dalam menjalani kehidupannya. 3. Peningkatan taraf hidup. Keinginan untuk meningkatan strata perekonomian. 4. Pendapatan meningkat. Memiliki gaji yang besar ditambah dengan mendapatkan bonus dan tunjangan-tunjangan.
21
Berdasarkan penjelasan tersebut, motivasi ekonomi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan finansial yang diinginkan. Secara umum penghargaan finansial terdiri atas penghargaan langsung dan penghargaan tidak langsung. 2.1.2
Minat
2.1.2.1 Pengertian Minat Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:650) “minat yaitu perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu; keinginan”. Menurut Widyastuti et.al. (2005:72) “minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya”. Menurut Benny dan Yuskar (2006:4), “minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. Menurut Tengker dan Morasa (2007:6), “minat menunjukan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan atau kecenderungan hati pada sesuatu.
Dengan demikian pula, dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada minat ini, yaitu: a. Minat merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan sesuatu. c. Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang diusahakan seseorang untuk melakukan sesuatu. d. Minat menunjukkan seberapa suka seseorang terhadap sesuatu.
22
Minat merupakan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Hilgard (dalam Slameto, 2003:57) mengungkapkan bahwa ‘interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content’.
Dari pengertian tersebut
menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat bukan hanya rasa suka yang timbul dalam diri individu tersebut akan tetapi dapat timbul dari interaksi dengan luar dirinya. Pada dasarnya minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah perasaan suka yang timbul dalam diri individu atau interaksi dengan luar dirinya terhadap sesuatu untuk memusatkan perhatian dan keinginannya dalam mencapai keberhasilan yang diinginkan.
Minat yang timbul dapat timbul dalam diri
individu itu sendiri atau melalui suatu interaksi dengan luar dirinya. 2.1.2.2 Indikator Minat Minat merupakan rasa suka atau ketertarikan seseorang terhadap sesuatu obyek yang dapat diekspresikan melalui aktivitas individu tersebut. Ekspresi individu yang mencerminkan rasa suka terhadap suatu obyek merupakan salah satu indikator minat. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Slameto (dalam Djamarah, 2002:157) bahwa : Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula diimplementasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk member perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut”.
23
Indikator lain dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya. Hal ini sesuai dengan Sukartini (dalam Suhaebah, 2005:16) menyatakan bahwa yang menjadi indikator minat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu Obyek-obyek atau kegiatan yang disenangi Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu.
2.1.2.3 Cara Meningkatkan Minat Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mencapai suatu hal. Minat memiliki peran yang penting dalam mempermudah dan memperlancar proses pencapaian tujuan seseorang karena dengan minat yang tinggi maka akan meningkatkan rasa suka seseorang pada suatu hal tersebut. Oleh karena itu, perlu sekali untuk meningkatkan minat seseorang. Menurut Suhaebah (2005:27) dalam skripsinya “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA di Kota Bandung”, salah satu cara untuk meningkatkan minat seseorang adalah dengan memberikan informasi tentang tujuan dan kegunaan suatu kegiatan atau suatu hal yang akan dipilih seseorang sehingga dapat menimbulkan minat orang tersebut. 2.1.3
Pendidikan Profesi Akuntansi Kurikulum pendidikan akuntansi Indonesia yang diatur dalam Undang-
Undang No. 34/1954 memberikan diskriminasi gelar akuntan bagi lulusan mahasiswa S1 akuntansi. Lulusan mahasiswa akuntansi Perguruan Tinggi Negeri
24
(Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada dan Universitas Sumatra Utara) dapat secara otomatis memperoleh gelar akuntan setelah menyelesaikan pendidikan S1.
Sedangkan Perguruan Tinggi Swasta dan Perguruan Tinggi
Negeri lainnya masih harus menyelesaikan Ujian Negara Akuntansi (UNA) terlebih dahulu. Selain itu Perguruan Tinggi yang bersangkutan tersebut harus memperoleh persamaan dari Pemerintah untuk memperoleh hak pemberian gelar akuntan. Upaya memperbaiki kurikulum telah dilakukan Pemerintah dengan mengeluarkan kurikulum pendidikan akuntansi baru. Berdasarkan UndangUndang No. 34/1994 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0313/U/1994 tersebut pemberian sebutan akuntan bisa diperoleh setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan profesi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih belum terlaksana dengan baik. Dilatarbelakangi oleh diskriminasi tersebut, Departemen Pendidikan Nasional memberlakukan kurikulum baru tahun 2000 yang disusun berdasar Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000. Isinya memberikan kejelasan tentang pemberian gelar akuntan. Kurikulum baru ini memberikan pemisahan antara jalur pendidikan akademik dan jalur pendidikan profesi. Dengan demikian tidak ada lagi diskriminasi pemberian gelar akuntan (Kurniawati, 2003:12). Perbaikan kurikulum pendidikan akuntansi ini dipertegas dengan Surat Keputusan
Menteri
Pendidikan
Nasional
No.
179/U/2001
tentang
penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Surat Kesepakatan
25
Mendiknas No. 180/P/2001 tentang Pengangkatan Panitia Ahli Persamaan Ijazah Akuntan.
Kesepakatan ini ditandatangani antara Ikatan Akuntan Indonesia
dengan Dirjen Dikti Depdiknas pada tanggal 28 Maret 2002 (Kholis, 2003:13). Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan pendidikan tambahan diluar pendidikan akademik yang bertujuan menghasilkan lulusan dalam menguasai keahlian bidang profesi akuntansi dan memberi kompetensi keprofesian akuntansi. PPAk dapat ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan S1. PPAk merupakan pendidikan yang tidak wajib diikuti oleh setiap lulusan S1 akuntansi, dengan kata lain lulusan mahasiswa akuntansi S1 diperbolehkan tidak mengikuti PPAk. Kurikulum Pendidikan Profesi Akuntansi mempunyai beban antara 20 SKS sampai 40 SKS dan ditempuh 2 sampai dengan 6 semester. Kandungan pendidikan yang terdapat dalam PPAk adalah : Table 2.1 Kurikulum dan Silabus Pendidikan Profesi Akuntansi No Mata Kuliah SKS 1 Etika Bisnis dan Profesi 3 2 Seminar Perpajakan 3 3 Praktik Auditing 3 4 Lingkungan Bisnis 3 5 Pengetahuan Pasar Modal 3 6 Seminar Akuntansi Keuangan 3 7 Seminar Akuntansi Manajemen 3 Jumlah 21
Sumber : Buku Panduan PPAk (2009:13) Mengacu kepada SK Menteri Pendidikan Nasional Nomor 179/U/2001 yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti, pemberian gelar akuntan bukan lagi monopoli Perguruan Tinggi Negeri tertentu sebagai hak istimewa oleh Depdiknas, akan tetapi saat ini setiap Perguruan Tinggi mempunyai hak yang sama dalam pemberian
gelar
akuntan.
Saat
ini
setiap
Perguruan
Tinggi
boleh
26
menyelenggarakan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) termasuk Perguruan Tinggi Swasta dengan melalui syarat-syarat yang telah direkomendasikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Winarno, 2002:14). Beberapa
persyaratan
sebagai
penyelenggara
Pendidikan
Profesi
Akuntansi (PPAk) yang harus dipenuhi antara lain: 1. Perguruan Tinggi tersebut harus mengikuti kurikulum sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 2. Perguruan Tinggi tersebut harus lolos seleksi kesiapan infrastruktur dan rasio staf pengajar dengan mahasiswa yang memadai. 3. Ditentukan oleh sidang Panitia Ahli dengan mempertimbangkan beberapa hal (Winarno,2002:14).
2.1.3.1 Profesi Akuntan Istilah profesi berasal dari bahasa Yunani, professues berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat religius, sehingga ada ikatan batin bagi seseorang yang memiliki profesi tersebut untuk tidak melanggar dan memelihara kesucian profesinya (Media Akuntansi “Penegakan Etika Profesi Upaya Menciptakan Akuntan yang Profesional” 2002:28). Menurut International Federation of Accountants dalam Regar dalam Ellya Benny dan Yuskar (2006:5), yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi. Keahlian tersebut mencakup bidang akuntan publik, akuntan internal yang bekerja pada perusahaan, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Richard
H.
Hall
dalam
artikel
”Professionalization
and
Bureaucratization” pada American Sociological Review edisi Februari 1968
27
seperti yang dikutip Media Akuntansi edisi 28 September 2002, menyatakan bahwa profesi bercirikan sebagai berikut: 1. Pelayanannya bersifat untuk kepentingan publik (service to public). 2. Pengaturan kinerjanya ditentukan dan diawasi sendiri oleh profesi (self regulation). 3. Menguasai suatu keahlian pada bidang tertentu (dedicated to one’s field). 4. Mandiri dalam pembiayaan pengembangan kinerja profesi (autonomy). Selanjutnya, Azizul Kholis (2002:5) menyebutkan ciri-ciri dari sebuah profesi yaitu: 1. Memiliki pengetahuan yang seragam (common body of knowledge) yang diperoleh dari proses pendidikan yang teratur yang dibuktikan dengan tanda lulus (ijazah) yang memberikan hak untuk melakukan suatu pekerjaan. 2. Pengakuan masyarakat atau pemerintah mengenai kewenangan untuk memberikan jasanya kepada khalayak ramai karena keahliannya yang merupakan monopoli profesi untuk memberikan jasa di bidang tertentu. 3. Suatu wadah kumpulan dari anggota berupa organisasi profesi untuk mengatur anggotanya serta dilengkapi dengan koe etik. 4. Mengutamakan dan mendahului pelayanan di atas imbalan jasa, tetapi tidak berarti bahwa jasanya diberikan tanpa imbalan. Cara ini yang membedakannya dengan kegiatan usaha. Selanjutnya ciri dari suatu profesi sebagaimana disebut oleh J.L. Carey dalam Ellya Benny dan Yuskar (2006:5) antara lain, adalah keahlian yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari lembaga yang diakui yang memberikan kewenangan untuk melayani masyarakat dalam bidang keahlian tersebut. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tidak semua jenis pekerjaan yang dijalankan oleh seseorang dapat disebut sebagai profesi. Suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi jika pekerjaan tersebut berasal dari pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan khusus, memberikan pelayanan
28
jasa tertentu, memiliki kode etik profesi, serta memiliki sebuah wadah organisasi profesi yang menaungi para anggotanya. Hal lain yang tak kalah penting pada profesi adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan pengakuan masyarakat terhadap kualitas jasa yang diberikan akuntan. Tanpa kepercayaan, profesi akuntan tidak akan bertahan lama. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Profesi akuntan
biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Supaya dikatakan profesi ia harus
memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya. 2.1.4
Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi Minat adalah kondisi yang menimbulkan perasaan senang karena ada
ketertarikan, partisipasi, pengetahuan, dan bukan karena paksaan, serta mempunyai tujuan yang terarah dalam bentuk kegiatan ataupun pengalaman. Oleh karena minat dapat menimbulkan perasaan senang, ketertarikan dan sesuai dengan tujuan, maka orang cenderung mengulang kondisi seperti itu. Keadaan seperti ini apabila dilakukan secara berulang, menimbulkan minat yang semakin besar seseorang terhadap sesuatu objek. Jadi dari beberapa teori mengenai minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat mengikuti PPAk adalah keinginan yang timbul karena adanya ketertarikan, partisipasi, pengetahuan, dan bukan karena
29
paksaan serta mempunyai tujuan tertentu dalam mengikuti PPAk yang akan menimbulkan motivasi untuk meraihnya (Ira Rchmawati,2009:42). 2.1.5
Hubungan Motivasi terhadap Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi Minat setiap mahasiswa akuntansi mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) tidak sama. Perbedaan itu tergantung pada jenis motivasi yang mendasari minat tersebut. Jenis motivasi yang dimiliki mahasiswa akan sesuai dengan besarnya dorongan mengikuti PPAk. Ada beberapa jenis motivasi antara lain ; motivasi untuk mendapatkan penghargaan dan diakui dalam kehidupan sosial (Aditya Ferdiansyah,2006:11) yang merupakan pengertian dari motivasi sosial, motivasi untuk meningkatkan jenjang karir (motivasi karir) dan motivasi ekonomi untuk meningkatkan penghasilan atau status ekonomi (Kurniawati 2003:4). Menurut Santrock dalam Wahab R. dan Solehuddin (1999:290) ada tiga motivasi yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, diantaranya sebagai berikut : Minat mengikuti PPAk yang didasari oleh motivasi sosial akan mendorong mahasiswa untuk mengikuti PPAk agar dapat diakui dan mendapatkan penghargaan sebagai manusia terdidik dan memiliki kemampuan lebih di bidang akuntansi dan motivasi peningkatan karir, akan memberi dorongan mengikuti PPAk yang bertujuan meningkatkan jenjang karir sebagai akuntan professional. Sedangkan minat mengikuti PPAk yang didasari oleh motivasi ekonomi akan memberikan dorongan mengikuti PPAk dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatannya setelah mendapatkan gelar akuntan.
30
2.2 Penelitian Terdahulu 1. Ira Sri Rahmawati (2009), dalam penelitiannya di kota Bandung mengenai pengaruh motivasi beradasarkan teori motivasi Clayton Alderfer terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukan bahwa existence needs, relatedness needs dan growth needs secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. 2. Ellya Benny dan Yuskar (2006) dalam penelitiannya di kota Padang mengemukakan bahwa variabel otivasi kualitas dan karir berpengaruh terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), sedangkan motivasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). 3. Victor S. G. dan Jenny Morasa (2007) dalam penelitiannya di kota Manado mengemukakan bahwa motivasi karir berpengaruh secara signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, hal ini dapat disebabkan karena adanya dorongan dalam diri mahasiswa tersebut untuk memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya, khusunya di bidang profesi akuntansi. 4. Sri Suranta dan Muhammad Syafiqurrahman (2006) dalam penelitianya di kota Surakarta mengemukakan bahwa variabel motivasi karir dan motivasi kualitas berpengaruh, sedang variabel motivasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap variabel minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
31
5. Muhammad
Ikbal
(2011)
dalam
peneletiannya
di
kota
Semarang
mengemukakan bahwa mahasiswa memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) karena Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dianggap dapat membantu. 2.3 Kerangka Pemikiran Dengan terbitnya Sk Mendiknas No 179/U/2001, perihal gelar akuntan (Ak), kepada lulusan Strata 1 Program Studi Akuntansi, di Perguruan Tinggi tersebut telah berakhir pada tanggal 31 Agustus 2004, maka sejak saat itulah seluruh lulusan S1 Jurusan Akuntansi tidak lagi bergelar Akuntan.
Dengan
demikian, bagi mereka yang ingin mendapatkan gelar Akuntan untuk kepentingan tertentu haruslah mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Ada berbagai motivasi yang mendorong mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk tersebut.
Analisa mengenai motivasi kemungkinan besar
berperan dalam menentukan minat seorang mahasiswa untuk mengikuti PPAk. PPAk penting bagi mahasiswa akuntansi sebab PPAk dapat memberikan kontribusi untuk menjadi seorang akuntan yang profesional.
Mengingat
pentingnya PPAk bagi mahasiswa akuntansi maka diperlukan motivasi dari dalam diri yang dapat mendorong mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Motivasi atau dorongan merupakan gerakan jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan tenaga yang menggerakan mahasiswa untuk berminat mengikuti PPAk, yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan mahasiswa tersebut.
32
Menurut Arisoteles (dalam Budiyanto, 2006:3) “seorang manusia adalah makhluk sosial, sering disebut zoon piliticon, yaitu makhluk yang pada dasarnya ingin bergaul dengan sesama manusia lainnya”. Status sebagai makhluk sosial, telah melekat pada setiap manusia yang sejak lahir hingga meninggal dunia tidak akan mampu hidup sendirian dan akan selalu membutuhkan bantuan orang lain Apapun pekerjaan yang ia lakukan tidak akan terpisah dari lingkungan masyarakat disekitarnya. Masyarakat sekitar selalu memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa yang orang lain miliki dan kerjakan. Disisi lain, manusia telah memiliki potensi dasar dalam dirinya untuk mengembangkan pergaulannya menjadi lebih luas dan semakin luas lagi, potensi dasar itu menurut Budiyanto (2006:3) diantaranya rasa kasih sayang, kemampuan bekerja sama, rasa ingin dihormati, diakui dan dihargai. Karena itulah, seseorang terkadang merasa perlu untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari masyarakat sekitar atas apa yang telah ia kerjakan dari lingkungan dimana ia berada.
Masyarakat lingkungan sekitar
cenderung akan memandang tinggi dan hormat kepada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam pekerjaannya, orang-orang yang memiliki profesi-profesi terhormat, ataupun orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (Aditya Ferdiansyah, 2006:35). Keinginan untuk mengikuti pendidikan juga didasarkan pada cita-cita seseorang atas karirnya dalam pekerjaan.
Menurut Hall dalam Widiastuti
(2005:70) karir dapat diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan perjalanan kerja seseorang sepanjang kehidupan kerjanya.
33
Karir juga dipandang sebagai rangkaian “promosi” atau tranfer lateral untuk memperoleh pekerjaan yang mempunyai beban tanggung jawab lebih tinggi /penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya (Cascio dan Awad dalam Widiastuti,2005:70). Institusi pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan karir seorang akuntan atau auditor.
Siegel et.al. (dalam
Widiastuti,2005:70) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara struktur organisasi pendidikan akuntansi dengan perkembangan profesional selanjutnya bagi para auditor. Penelitian tersebut menunjukan bahwa struktur organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan profesi selanjutnya auditor.
Auditor yang mempunyai latar pendidikan profesional
akuntansi membutuhkan lebih sedikit waktu untuk dipromosikan menjadi auditor senior atau manajer. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir para akuntan,insinyur, dan ahli fisika pernah dilakukan Paolillo dan Estes (dalam Widiastuti,2005:70). Penelitian tersebut menunjukan bahwa 25% akuntan memilih karir profesi mereka sebelum memasuki perguruan tinggi dan 40,3% memutuskan memilih profesi tersebut setelah mereka masuk pada tahun pertama dan
kedua
di
perguruan
tinggi.
Wambsganss
dan
Kennet
(dalam
Widiastuti,2005:71) menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa akuntansi adalah pragmatis dan memilih jurusan akuntansi karena adanya kesempatan karir yang luas di bidang akuntansi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi karir sering menjadi alasan mengapa seseorang menempuh suatu pendidikan tertentu.
34
Penghargaan finansial merupakan salah satu bentuk sistem pengendalian manajemen. Untuk memastikan bahwa segenap elemen karyawan dapat mengarahkan tindakannya terhadap pencapaian tujuan perusahaan, maka manajemen memberikan balas jasa atau reward dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya financial reward atau penghargaan financial (Widiastuti, 2005:71). Carpenter dan Strawser (dalam Widiastuti,2005:71) melakukan penelitian untuk mengetahui kriteria mahasiswa jurusan akuntansi pada tingkat akhir di Pennsylvania State University dalam memilih karir. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sifat pekerjaan, kesempatan promosi, dan gaji awal merupakan tiga karakter terpenting dalam pemilihan karir diantara 11 faktor pekerjaan. Sedangkan Albrecht dan Sack (dalam Widiastuti,2005:71), menyatakan bahwa salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa akuntansi selama kurun waktu 1995 hingga 1999 yang mencapai 23% adalah akibat lebih rendahnya gaji awal pada profesi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut
teori
ekonomi
Myrdal
(dalam
Konversi
Lahan,2010:6)
”pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab – menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal dibelakang menjadi semakin terhambat”. Hal ini mendorong manusia untuk terus berusaha dalam meningkatkan pendapatannya karena mereka ingin selalu bisa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu caranya adalah dengan menjadi ahli di bidang akuntansi, yang sebelumnya harus mengikuti program PPAk.
Apabila seseorang telah berhasil mendapatkan gelar sebagai
35
seorang Akuntan maka ia dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang lebih meningkat dibanding jika ia adalah hanya seorang sarjana saja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran berikut : motivasi sosial (X1) motivasi karir (X2)
minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk (Y)
motivasi ekonomi (X3) Gambar 2.2 Model Penelitian Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk mengikuti PPAk
2.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian kuantitatif, dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002: 73) Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan adalah: 1.
Motivasi Sosial, Motivasi Karir, Motivasi Ekonomi berpengaruh terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).