9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari kata Co yang artinya bersama – sama, dan Operation yang artinya bekerja. Jadi secara leksikologis kata koperasi mengandung arti bekerja sama. Dari kata tersebut koperasi dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi atau perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan usaha yang secara sukarela bekerjasama untuk mencapai tujuan berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dalam UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi didefinisikan sebagai “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Selain itu, International Cooperative Alliance (ICA) mendefinisikan koperasi sebagai: “Kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jala berusaha bersama dengan saling membantu antar satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsip-prinsip koperasi”. Menurut Abrahamson “badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota yang merupakan pemakai jasa (users). Fakta ini membedakan koperasi dari badan usaha
9
10
(perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya, pada dasarnya adalah para penanam modalnya (investor)”. 2.1.2 Tujuan dan Fungsi Koperasi Tujuan koperasi Indonesia menurut undang-undang perkoperasian No. 25 Tahun 1992 pasal 3 yaitu: “ memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945”. Adapun fungsi yang tertuang dalam pasal 4 undang-undang nomor 25 tahun 1992 bahwa koperasi memiliki empat fungsi: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
11
2.1.3 Pengertian Kredit Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Koperasi adalah Pemberian pinjaman kepada angota yang berupa kredit. Istilah credit berasal dari perkataan latin credo yang berarti I believe, I trust saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Menurut Lester dalam Teguh Pudjo Muldjono menyatakan bahwa “ dalam dunia perniagaan kredit itu dikenal sebagai penyerahan barang atau jasa saat sekarang untuk mendapatkan penggantinya menurut perjanjian dalam pembayaran yang setara dihari kemudian”. Menurut Eric L. Kohler dalam Teguh Pudjo Muldjono
kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu perjanjian dengan suatu janji pembayaran yang akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 11 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian kredit tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kredit adalah suatu pemberian pinjaman uang (barang atau jasa) kepada pihak lain dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan (bunga) yang ditetapkan.
12
2.1.4 Prinsip-Prinsip Kredit pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh koperasi, maka berdasarkan pengertian-pengertian kredit diatas, ada beberapa prinsip dalam pemberian suatu kredit antara lain : 1. Prinsip Kepercayaan yaitu adanya suatu penyerahan uang/penyediaan fasilitas keuangan dari pemberi kredit kepada peminjam atau penyerahan tagihan dari peminjam kepada pemberi kredit yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain dengan harapan pemberi kredit (bank) akan mendapatkan bunga sebagai pendapatan dari pemberian kredit. 2. Prinsip Perjanjian yaitu bahwa pemberian kredit didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai bahwa kedua belah pihak akan mematuhi hak dan kewajibannya masing- masing. 3. Prinsip Kesepakatan yaitu kesepakatan dari pemberi kredit dan peminjam tentang jangka waktu bagi pelunasan hutang dan bunga yang akan diselesaikan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama. 2.1.5 Unsur-Unsur Kredit Pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama, berdasarkan hal-hal tersebut, Maka unsur-unsur dalam kredit menurut Veithzal Rivai (2006 : 5) adalah sebagai berikut :
13
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). 2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit. 3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit pemberi kredit. 4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit. 5. Adanya unsur waktu (time element). Unsure waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dari penerima kredit. 6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit maupun dipihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of devault), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan
bayar
(pinjaman
konsumen)
atau
karena
ketidaksediaan membayar. 7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. 2.1.6 Tujuan Kredit Dalam pemberian kredit melibatkan beberapa pihak yaitu pihak kreditor atau pemberi kredit dan nasabah sehingga dalam pemberian kredit mencangkup pemenuhan tujuan para pelaku tersebut, menurut Veithzal Rivai (2006 : 7) diantaranya kredit memiliki tujuan sebagai berikut:
14
1. Kreditor a. Penyaluran atau pemberian kredit merupakan bisnis utama dan terbesar terutama bagi sebagian bank, b. Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank merupakan sumber pendapatan terbesar, c. Kredit merupakan salah satu instrument/ atau produk bank dalam memeberikan pelayanan pada nasabah, d. Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan, e. Kredit merupakan satu komponen dari asset allocation approach. 2. Nasabah a. Kredit merupakan salah satu potensi untuk mengembangkan usaha b. Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan, c. Kredit merupakan salah satu alternative pembiayaan perusahaan. 2.1.7 Pengertian Kredit Bermasalah Kredit bermasalah bukan saja persoalan yang dihadapi oleh bank akan tetapi kredit bermasalahpun menjadi persoalan yang serius bagi koperasi khususnya koperasi simpan pinjam, Siswanto Sutojo mendefinisikan kredit bermasalah yaitu : “….debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran/sama sekali tidak membayar”. (Siswanto Sutojo, 1997 :11)
15
Hal senada diungkapkan oleh Sinungan (1993 : 57) menyatakan bahwa “kredit macet adalah kredit yang tidak lancar dan telah sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah bersangkutan” Veithzal Rivai memberikan beberapa definisi mengenai kredit bermasalah salah satunya adalah yaitu : “kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit, sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan bank.” (Veithzal Rivai 2006 : 476). Menurut ketentuan dalam dunia perbankan internasional, suatu kredit dapat dikatakan kredit bermasalah bilamana memenuhi tiga syarat, yaitu : 1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh temponya. 2. Tidak dilunasi sama sekali, atau 3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit. (Siswanto Sutojo, 1997 :12) 2.1.8 Gejala-Gejala Kredit Macet Kredit bermasalah bukanlah persoalan yang muncul dengan tiba-tiba. Pada umumnya kredit berkembang menjadi bermasalah melalui tahapan-tahapan yang ada gejala-gejalanya. Menurut Veithzal Rivai (2006:480) Adapun gejala dini dari kredit bermasalah tersebut dapat dideteksi dari keadaan-keadaan sebagai berikut : 1. Ada tunggakan 2. Mengajukan perpanjangan 3. Kondisi keuangan menurun a. Penurunan Likuiditas, perbandingan aktiva lancar terhadap aktiva tetap persentase laba terhadap aktiva , net worth. b. Kanaikan
16
Piutang, persediaan, utang jangka panjang, debt equity ratio, biaya produksi, penjualan, tetapi keuntungan turun, aktiva tetap karena revaluasi. 4. Laporan keuangan terlambat atau yang tadinya selalu diaudit akuntan menjadi tidak 5. Saldo rata-rata giro menurun. 6. Hubungan dengan bank semakin renggang menghindar setiap kali dihubungi 7. Penurunan nilai/hilangnya jaminan 8. Penggunaan kredit tidak sesuai dengan rencana 9. Kehilangan langgan utama 10. Informasi negatif 11. Konflik intern 12. Masalah keluarga 13. Menurunnya kesehatan nasabah, meninggal 14. Masalah perburuhan 15. Resesi, kejenuhan pasar 16. Bencana alam, perubahan peraturan 17. Keterlibatan dalam usaha lain secara diam-diam 18. Enggan dikunjungi tempat usahanya 19. Memberikan laporan tidak benar 20. Terlalu optimis. ( Veithzal Rivai, 2006:480) 2.1.9 Penggolongan Kolektibilitas Kredit Kriteria penilaian kolektibilitas secara kuantitatif didasarkan pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam catatan pembukuan, yaitu mencangkup ketepatan pembayaran/angsuran pokok, bunga maupun kewajiban lainnya.
Sesuai
dengan
surat
keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.
31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 kualitas aktiva produktif (kredit) dinilai berdasarkan, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan membayar. Dari ketiga kriteria tersebut kualitas kredit digolongkan menjadi lancar (L), dalam perhatian Khusus (DPK), kurang lancar (KL) diragukan (D) dan macet (M). Dalam pengelolaan kredit bermasalah, koperasi sendiri mamiliki standar dan kriteria dalam menetapkan kredit bermasalah seperti yang tertuang dalam
17
Standar Operasional Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi yang menggolongkan kualitas kredit menjadi sebagai berikut: 1). Kriteria Pinjaman Kurang Lancar Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini : 1. Pengembalian dengan system angsuran yaitu: a. Terdapat tunggakan angsurn pokok dengan kondisi sebagai berikut: - tunggakan melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 2 bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan ; atau - melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 2 bulansampai 3 bulan; atau - melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau labih; atau b. Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut: - tunggakan melampaui 1 bulan tetapi belum melampui 3 bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau - melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan. 2. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu: a. Pinjaman belum jatuh tempo Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan b. Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan.
18
2). Kriteria Pinjaman Yang Diragukan Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa: a. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan angsurannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bunganya; atau b. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 % dari hutang peminjam. 3). Kriteria Pinjaman Macet Pinjaman digolongkan macet apabila : 1.
Tidak memenuhi criteria kurang lancer dan diragukan atau
2.
Memenuhi criteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan pinjaman.
3.
Pinjaman tersebut penyelsaiannya telah diserahkan kepada pengadilan Negeri atau telah diajukan permohonan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. Penggolongan kualitas kredit yang terdapat pada koperasi pasar masing-
masing berbeda mangingat jangka waktu pinjaman yang diberikan oleh koperasi tidak selalu sama disesuaikan dengn kondisi anggota, sehingga setiap koperasi menetapkan kebijakan jangka waktu pinjaman yang berbeda-beda satu sama lain.
19
Awal Anggota peminjam Surat permohonan pinjaman Mengajukan permohonan ke koperasi/KUD atau kelompok Unit simpan pinjam koperasi/KUD atau kelompok Terima permohonan Teliti pengisian formulir surat permintaan permohonan pinjaman Evaluasi permohonan pinjaman Melakukan interview dengan calon peminjam Peninjauan dan penelitian usaha calon peminjam (bila perlu) Manajer kredit unit S/P dan Pembina lapangan dan pengurus kelompok membahas permohonan pinjaman dan hasil-hasil evaluasi permohonan pinjaman Manajer kredit dan pengurus kelompok mengambil keputusan pinjaman Permohonan disetujui
ditolak manajer S/P dan atau pengurus kelompok memberitahukan penolakan pinjaman
Buat surat pengikatan jaminan Pencairan pinjaman Bagian Kas Unit S/P KUD Atau Bendahara Menyediakan Uang Kredit Bendahara mengeluarkan uang Beri jumlah pinjaman yang disetujui ke anggota peminjam Anggota peminjam Sumber : M. Tohar, 2000:112 Gambar 2.1 Prosedur Permohonan Kredit
20
2.1.11 Faktor- faktor Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah 1. Character Salah satu faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah karakter. Karakter yaitu menyangkut itikad, sikap dan perilaku atau watak dan kepribadian serta kejujuran nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Menurut Herbert G. Hick mengemukakan bahwa watak atau karakter seseorang ditentukan oleh dua macam faktor utama yaitu faktor biologis (biological make up) dan pelajaran serta pengalaman (learning eksperiences) yang dipetik dari lingkungan hidupnya. Maka Herbet menggambarkan proses pembentukan watak :
Faktor biologis +
pelajaran dan pengalaman
=
watak
dari lingkungan
Gambar 2.2 Pembentukan watak
Berdasarkan gambar diatas bahwa watak yang terbentuk dalam diri manusia di tentukan oleh faktor biologis serta adanya pengalaman dan pelajaran dari lingkungan sehingga watak terbentuk dari berbagai aktivitas yang dijalankan dalam kehidupannya. Menurut Veithzal Rivai (2006:288) character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha.
21
Betapa pentingnya menilai suatu karakter seseorang dalam menentukan pemberian suatu kepercayaan seperti yang diungkapkan oleh siswanto sutojo (2007:38) menyatakan bahwa “jujur dan kooperatif merupakan merupakan dua macam watak yang diperlukan bank untuk menjamin kelancaran transaksi kredit mereka dengan debitur”. Karakter nasabah mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesediaannya dalam melunasi kredit dan memenuhi ketentuan perjanjian kredit yang lain. Siswanto Sutojo mengemukakan bahwa : Kredit yang diberikan kepada debitur yang mempunyai watak/karakter buruk, besar sekali risikonya untuk berkembang menjadi kredit bermasalah, disamping itu tugas bank menangani kredit bermasalah yang ditunggak oleh debitur yang berwatak buruk, akan lebih berat dibandingkan dengan debitur biasa. (Siswanto Sutojo, 1997 :73) Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka karakter seseorang dapat dilihat dari sikap kooperatif dan itikad baik serta kejujuran dan kepribadian serta kejujuran nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Dalam karakter anggota akan tercermin dari sikap dan itikad saat melunasi hutangnya. 2. Capital Modal merupakan faktor yang penting yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami kredit bermasalah karena modal yang dimiliki akan sangat menentukan kemampuannya untuk membayar kewajibannya. Capital merupakan Modal yang dimiliki oleh nasabah atau anggota turut menentukan kemampuan anggota dalam mengembalikan kredit kepada koperasi. Seperti yang diungkapkan oleh Veithzal Rivai (2006:290) “bahwa capital merupakan jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah”.
22
3. Capacity Menurut Veithzal Rivai (2006:291) Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diinginkannya. Besarnya kemampuan anggota dalam menghasilkan laba dan pendapatan turut menentukan kemampuan nasabah atau anggota dalam melunasi hutangnya seperti yang diungkapkan oleh Siswanto Sutojo (1997:76) “bahwa semakin besar jumlah laba sesudah pajak yang dihasilkan debitur, semakin besar pula kemampuan mereka melunasi kredit yang dipinjam menurut Suharjono : Kamampuan suatu nasabah dalam mengembalikan hutangnya mencangkup aspek manajemen (kemampuan mengelola usahanya), aspek produksi (kemampuan berproduksi secara berkesinambungan), aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil produksi), aspek personalia (kemampuan tenaga kerja dalam mendukung aktivitas perusahaaan) dan aspek financial(kemampuan menghasilkan laba).Suharjono (2003:199) Capacity atau kemampuan anggota membayar tunggakan dapat dilihat dari kemampuannya memperoleh pendapatan dimana dalam penelitian ini kemampuan anggota melunasi tunggakannya dapat dilihat dari kemampuan anggota mengelola usahanya, kemampuan berproduksi dan memasarkan produknya 4. Collateral Collateral atau agungan menurut farry N. idroes Sugiarto (2006 :98) menyatakan bahwa “ agungan didefinisikan sebagai aktiva debitur yang diserahkan hak penguasaannya kepada kreditur sepanjang masa pinjaman dan akan menjadi subjek untuk disita dalam kejadian tidak bayar hutang”.
23
Hal serupa diungkapkan oleh Veithzal Rivai (2006:439) yaitu : Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh nasabah kepada bank guna menjamin pelunasan utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai dengan waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit . Jaminan mempunyai dua fungsi yaitu pertama untuk pembayaran utang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan mengagungkan atau menjual jaminan tersebut. Sedangkan fungsi kedua sebagai akibat dari fungsi pertama ialah merupakan salah satu faktor penentu jumlah kredit yang dapat diberikan. Jaminan yang diberikan oleh anggota kepada koperasi memiliki fungsi untuk pembayaran hutang dimana seandainya anggota tidak dapat melunasi hutangnya maka jaminan tersebut dapat dijual. Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Jaminan perorangan ( personal guarantee/borgtocht ) adalah suatu perjanjian penanggungan utang dimana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank. 2. Jaminan perusahaan ( corporate guarantee )adalah suatu perjanjian penanggungan utang yang diberikan oleh perusahan lain untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank.
24
3. Jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh nasabah atau pihak ketiga
atas
barang-barang
miliknya
kepada
bank
guna
dijadikanjaminan atas kredit yang diperoleh nasabah. Ditinjau dari jenisnya, jaminan kebendaan terbagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Jaminan kebendaan atas barang bergerak Barang bergerak adalah semua barang yang secara fisik dapat dipindahtangnkan, kecuali karena ketentuan undang-undang barang tersebutditetapkan sebagai barang tidak bergerak. 2. Jaminan kebendaan atas barang tidak bergerak Barang tidak bergerak adalah tanah dan barang-barang lain karena sifatnya oleh undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak. Barang yang dapat dijadikan jaminan kredit harus memenuhi kriteria antara lain: 1. Harus mempunyai nilai ekonomis, artinya dapat dinilai dengan uang dapat dijadikan uang. 2. Harus dapat dipindahtangankan kepemilikannya dari pemilik semula dari pihak lain. 3. Harus mempunyai nilai yuridis, dalam arti dapat diikat sehingga kreditor memiliki hak yang didahulukan terhadap hasil pelelangan barang tersebut.
25
5. Condition of Economy Kondisi ekonomi dari calon debitur turut mempengaruhi kelancaran dalam pengembalian kredit dimana kondisi ekonomi ini berpengaruh pada kemempuan debitur dalam melunasi kewajibannya. Menurut Veithzal Rivai (2006:292) menyatakan bahwa “Kondisi ekonomi yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur”. Hal serupa diungkapkan oleh Mudrajat Kuncoro (2002:470) kredit bermasalah muncul karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya: Faktor eksternal : lingkungan usaha debitur, musibah, persaingan antar bank yang tidak sehat; faktor internal, kebijakan perkreditan yang kurang menunjang, kelemahan system dan prosedur penilaian kredit, pemberian dan pengawasan kredit yang menyimpang dari prosedur, itikad yang kurang baik dari pemilik, pengurus dan pegawai bank. (Mudrajat Kuncoro 2002:470)
Kondisi usaha anggota sangat peka terhadap kondisi ekonomi yang ada baik secara secara makro maupun secara mikro..kondisi ekonomi yang buruk akan sangat mempengaruhi iklim usaha anggota. Kondisi ekonomi yang dialami anggota dapat dilihat dari berbagai aspek seperti yang diungkapkan oleh Suharjono sebagai berikut: Tabel 2.1 Aspek-Aspek dalam Menilai Kondisi Ekonomi Debitur No
Aspek-aspek penting
1.
Pemasok
Hal hal yang perlu diperhatikan Kepastiankontinuitas pasokan bahan baku / barang dagangan, keberadaan pemasok alternative bila
26
pemasok
utama
bermasalah,
lama
menjadi
pemasok, syarat dan kondisi pembelian dan frekuensi pasokan. 2.
Pembeli
Strata pembeli (golongan berpendapatan rendah, menengah,
atau
atas),
keberadaan
pembeli
(dominan / tunggal) lama menjadi pelanggan syarat dan kondisi penjualan (jual putus, jual titip, cicilan, diskon, uang muka dan sebagainya dan daerah asal pembelis) 3.
Persaingan
Jumlah pesaing dari produk yang sama besarnya pangsa pasar yang dikuasai, kulitas produk pesaing keunggulan / kelmahan produk disbanding produk pesaing, lama di pasar dan bentuk persaingan.
4.
Barang substitusi
Ketersediaan barang substitusi di pasar, jumlah penjual barang substitusi dan jenis atau barang substitusi.
5.
Potensi calon pesaing
Kemudahan pesaing masuk ke pasar (barrier to entry) yang dipengaruhi oleh peraturan pemerintah, tingkat keahlian, teknologi dan modal
yang
diperlukan. 6.
Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup
perusahaan.
Misalnya
peraturan tentang AMDAL, UMR, tata niaga dan sebagainya. 7.
Perdagangan
Kemampuan
bersaing
produk
internasional
internasional, kerjasama perdagangan internasional, peraturan perdagangan internasional.
Sumber: Suharjono (2003:210)
dipasaran
27
2.1.12 Penanganan Pinjaman Bermasalah Penanganan pinjaman bermasalah pada KSP/USP koperasi harus berbeda dengan bank. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penanganan pinjaman bermasalah pada KSP/ USP koperasi adalah: 1. Keterbukaan 2. Tanggung jawab bersama dan solideritas anggota 3. Pembinaan yang berkelanjutan kepada anggota 4. Efisiensi dengan memperhatikan prinsip bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Menurut Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pengelompokkan yaitu : 1. Penyelamatan pinjaman kurang lancar a. Meningkatkan intensitas penagihan; b. Memperpanjang jangka waktu pinjaman dengan syarat: - Pinjaman dari KSP / USP koperasi masih terpakai dan berputar pada perusahaan secara efektif (untuk pinjaman produktif). - Modal tersebut masih diperlukan (untuk pinjaman produktif). - Tidak terdapat tunggakan bunga. - Debitur harus bersedia menandatangani perjanjian perpanjangan jangka waktu pinjaman (dan membayar bea materai serta biaya lain/provisi, bila diharuskan oleh peraturan). 2. Penyelamatan pinjaman diragukan a. Penjadwalan kembali (Rescheduling)
28
Mekanisme penjadwalan kembali dilakukan dengan member kesempatan kepada debitur penunggak untuk mengadakan konsolidasi usaha dengan cara menjadwalkan kembali jangka waktu pinjaman tetapi bedanya dengan perpanjangan pada penjadwalan kembali, syarat-syarat yang dikenakan oleh KSP/USP koperasi tidak seberat pada perpanjangan jangka waktu pinjaman karena dianggap perusahaan debitur penunggak menghadapi persoalan berat. Syarat – syarat tersebut antara lain : -
Perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali (untuk pinjaman produktif).
-
Adanya keyakinan bahwa debitur penunggak tersebut akan tetap berniat dan menjalankan usahanya secara sungguh-sungguh (untuk pinjaman produktif).
-
Adanya keyakinan bahwa debitur tersebut masih mempunyai itikad untuk membayar.
b. Persyaratan kembali pinjaman (Reconditioning) Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat pinjaman, misalnya dengan pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga disamping yang menyangkut perubahan jadwal pembayaran/ angsuran pinjaman. c. Penataan kembali pinjaman (Restructuring) Disamping perubahan-perubahan syarat-syarat pinjaman seperti pada reconditioning, maka pada cara restructuring KSP/USP koperasi menambah kembali jumlah pinjaman atau mengkonverasi sebagian atau
29
seluruh pinjaman tersebut menjadi ekuitaspenyertaan KSP/USP koperasi terhadap perusahaan debitur penunggak tersebut. 3. Penyelamatan pinjaman macet a. Penjadwalan kembali jangka waktu pinjaman b. Persyaratan kembali pinjaman c. Penataan kembali pinjaman d. Penjualan asset yang dijadikan jaminan oleh peminjam e. Pengajuan klaim kepada lembaga penjamin / asuransi kredit f. Melalui pengadilan, bagi peminjam yang dalam surat perjanjiannya sudah diatur tentang ini. g. Penjualan perusahaan jika kondisi benar-benar terpaksa sehingga menjual perusahaan dinilai sebagai jalan penyelsaian terbaik. h. Pengambilalihan hutang oleh pihak ketiga yang dinilai dapat menjamin pengembalian kewajibannya. i. Meminta debitur mengupayakan dana dari pihak lain untuk melunasi kewajibannya. j. Mensyaratkan adanya tenaga professional dalam mengelola usaha debitur baik dari pihak lain maupun tenaga dari pihak kreditur yang ditempatkan pada perusahaan debitur. k. Penghapusan (write off) l. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan ternyata masih terjadi perselisihan antara KSP/USP koperasi dengan debitur maka penyelsaian
30
hukum dapat ditempuh yang diatur menurut undang-undang perdata yang berlaku. 2.1.13 Kajian Empirik Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Kajian Empiric Penelitian Terdahulu Nama
Judul Penelitian
Variabel
Ani
Analisis
Sopiani
faktor-faktor intern tingkat
Hasil Penelitian hasil
pengaruh varibel terikat:
kredit menunjukkan hanya manajemen
nasabah dan bank bermasalah tingkat variable bebas :
terhadap kredit
bermasalah 1. karakter
pada
PT
Koperasi Barat
Nurlaely
analisis
Novirulloh
faktor
penelitian
dan
kondisi
keuangan
nasabah
BPR 2. manajemen usaha
yang
Jawa 3. kondisi keuangan
signifikan
berpengaruh
4. pengawasan
tingkat
5. analisis kredit
bermasalah
faktor- variable terikat: yang kelancaran
usaha
terhadap kredit
pendapatan anggota dan hutang anggota
mempengaruhi
pengembalian kredit
memiliki
pengaruh
kelancaran
variable bebas:
yang
signifikan
pengembalian
1.
pendapatan terhadap kelancaran
kredit anggota di anggota koperasi Anggayuh 2. Mukti
jumlah
pengembalian kredit, hutang sementara
yang dimiliki anggota pembinaan
kredit
31
3. pembinaan kredit oleh pengurus tidak oleh pengurus
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap kelancaran kredit Firman
analisis
Bahtiar
faktor
faktor- variable terikat : yang kredit bermasalah
mempengaruhi kredit
variable bebas :
dari hasil pnelitian menunjukkan bahwa proses
persetujuan
bermasalah 1. proses persetujuan kredit,
pengawasan
pada
perum kredit
pegadaian
cabang 2. pengawasan dan kredit dan loyalitas
cimahi
dan
pembinaan
pembinaan kredit
debitur
3. loyalitas debitur
berpengaruh terhadap
tidak
kredit
bermasalah
2.2 Kerangka Pemikiran Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama kelompok inilah yang akan menjadi anggota koperasi yang didirikanya pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan bantuan baik berbentuk barang maupun uang.
32
Menurut Abrahamson dalam Ropke (2003:13) menyatakan bahwa “badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota. Yang merupakan pemakai jasa (users). Fakta ini membedakan koperasi dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya, pada dasarnya adalah para penanam modalnya (investor)”. Dari pengertian tersebut maka dapat dilihat perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya dimana koperasi menerapkan prinsip dual identity, Untuk itu sebagai pemilik juga pengguna jasa anggota sangat diharapkan partisipasi yang baik pada koperasi disisi lain menurut Hanel yang disampaikan oleh A. Jajang W. Mahri dalam Diskusi Kajian Ekonomi diungkapkan bahwa dimensi partisipasi anggota pada koperasi sesuai dengan peran ganda anggota yang ditandai oleh prinsip identitas yaitu : 1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik para anggota : 1.2 Memberikan kontribusinya terhadap pembentukkan dan pertumbuhan perusahaan koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal atau saham, pembentukkan cadangan, simpanan) melalui usahausaha pribadinya; 1.3 Dengan mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya. 2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/ pemakai para anggota mmanfaatkan sebagai potensi yang disediakan oleh perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya.
33
Salah satu partisipasi anggota koperasi dapat dilakukan dengan menggunakan segala fasilitas yang ada dikoperasi yaitu salah satunya menyimpan dan mengajukan kredit guna menunjang usaha anggota. Simpan pinjam merupakan salah satu unit usaha yang dijalankan oleh koperasi khususnya Koperasi Pasar, dalam unit usaha ini melibatkan kegiatan menyimpan dan menyalurkan dana untuk anggota guna memenuhi kebutuhan modal anggota yang dikenal dengan istilah kredit. Menurut Teori Pinjaman Komersial dalam Komaruddin Sastradipoera (2004:251) dimana teori ini berpendapat bahwa likuiditas bisnis perbankan akan terjamin selama hartanya berwujud dalam pinjaman jangka pendek yang dapat dicairkan dalam masa transaksi perdagangan yang normal. Teori pinjaman komersial bekerja berdasarkan anggapan bahwa pinjaman yang diberikan hanya untuk keperluan perdagangan. Bagi teori pinjaman komersial bisnis perbankan berfungsi untuk membiayai aliran barang dari produsen kepada konsumen, teori ini juga menyarankan agar pinjaman hanya memberikan pinjaman jangka pendek yang pengembaliannya dijamin oleh pembayaran dari hasi penjualan barang dagangan debitur atau nasabah Dalam hal ini koperasi tidak berbeda fungsinya dengan bank yang menyalurkan dana pada anggota dalam bentuk kredit untuk memenuhi kebutuhan modal kerja para anggotanya yang merupakan para pedangan di kawasan tersebut. Kredit yang disalurkan tidak saja memberikan peranan yang penting bagi para anggotanya dalam meningkatkan modal usahanya tetapi secara umum kredit memiliki peranan seprti yang diungkapkan oleh Komaruddin Sastradipoera
34
(2004:169) menyatakan bahwa” kredit dalam perekonomian modern ini memiliki peranan sebagai berikut: 1. Kredit ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atu modal dengan meningkatkan produktivitas masyarakat. 2. Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang 3. Kredit dapat meningkatkan arus peredara lalu lintas uang 4. Kredit dapat menjadi alat stabilitas moneter yang dilakukan melalui kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit. 5. Kredit dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menungkatkan pendapatan nasional suatu Negara. 6. Kredit dapat mencitakan daya beli baru bagi para debitur. Selain peranan yang diungkapkan tersebut peranan kredit dalam koperasi merupakan bentuk pelayanan jasa koperasi bagi anggota, kreditpun memiliki resiko yang besar, walaupun dalam koperasi anggota sebagai pemilik akan tetapi pemberian kredit ini perlu adanya suatu penyeleksian dalam penyalurannya mengingat kredit ini berhubungan dengan asset koperasi, resiko yang ditimbulkan dalam kredit diantaranya kredit yang tidak dapat tertagih sesuai dengan ketentuan perbankan tanggal 29 Mei 1993 (PAKMEI 1993) Bank Indonesia membagi kredit bermasalah di Indonesia menjadi tiga golongan, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Koperasi dalam menyalurkan kredit tidak terlepas dari adanya kredit bermasalah untuk itu perlu adanya suatu kehati-hatian dalam penyalurannya seperti yang diungkapkan oleh Komaruddin Sastradipoera (2004:155) “bahwa
35
ada enam prinsip yang utama yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan saat pemberian kredit pada nasabah yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition of Economy”.hal serupa diungkapkan oleh Roger H. Hale (dalam Drs. H. As. Mahmoeddin) menyatakan bahwa ada 18 prinsip dalam pemberian kredit diantaranya : 1. Kualitas kradit adalah lebih penting daripda mengejar peluang baru. 2. Setiap kredit harus memiliki dua jalan keluar. 3. Kejujuran nasabah adalah yang paling utama dalam memberikan skala penilain. 4. Jika bank tidak memahami kondisi usaha nasabah jangan memberikan kredit pada nasabah. 5. Dalam memutuskan kredit harus bebas tanpa tekanan serta rasa hati yang aman dan tak enak tanpa ada beban raa takut dikemudian hari. 6. Tujuan dari kredit harus didasari pelunasan. 7. Jika bank mempunyai data dan fakta yang lengkap maka dapat dibuat putusan yang lengkap. 8. Siklus bisnis tidak dapat dihindari. 9. Kualitas menejemen amat penting walaupun sulit untuk dievaluasi 10. Terlalu naif jika mengandalkan pada kemanan agunan. 11. Pengambilalihan agunan hanya sekedar pengamanan agar asset tersebut tidak dijaminkan pada kreditur lainnya. 12. Pemberian kredit pada pengusaha kecil lebih beresiko dibandingkan kepada pengusaha besar.
36
13. Kurangnya perhatian pada hal-hal kecil. 14. Bank lokal sebaiknya dijadikan partisipan dalam pemberian kredit kepada nasabah setempat. 15. Jika seorang nasabah menginginkan jawaban yang cepat dari permohonan kreditnya maka jawaban yang paling tepat adalah tolak atau tidak. 16. Jika kredit didukung oleh garansi dan bank tergantung pada pembayaran kembali dari
pinjaman maka bank harus tahu bahwa
penjamin tahu akan kewajibannya. 17. Telusuri penggunaan kredit. 18. Berfikirlah pertama-tama untuk bank. Penerapan prinsip tersebut merupakan hal utama bagi koperasi dalam memutuskan untuk memberikan kredit bagi anggota guna menghindari adanya kredit bermasalah, akan tetapi dalam aplikasinya prinsip-prinsip tersebut terkadang tidak berjalan secara maksimal sehingga kredit bermasalah terebut tetap saja selalu ada hal ini diakibatkan banyak faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah baik dari sisi eksteren koperasi maupun intern koperasi seperti yang diungkapkan oleh Robert H. Behrens dalam Siswanto Sutojo (1997:21) menyatakan tiga faktor utama penyebab munculnya kredit korporasi bermasalah yaitu: “Tiga faktor utama yang menyebabkan munculnya kredit bermasalah ketiga faktor tersebut adalah salah urus (missmanagement), kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan dan penipuan (fraud).
37
Dari ketiga faktor yang diungkapkan oleh Robert H. Behrens bahwa kredit bermasalah yang timbul disebabkan oleh Capacity atau kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang diindikasikan dengan kurangnya pengalaman dan salah urus usaha dari anggota selain itu Character dari anggota juga mempengaruhi kredit bermasalah anggota yang diindikasikan dengan adanya penipuan. Menurut sinkey dalam Jurnal yang dikutip oleh Muhammad Akhyar Adnan melihat faktor-faktor penyebab kredit bermasalah yakni character, capacity (dilihat dari DER dan Cash flow) dan Collateral (guarantess), character merupakan a). faktor watak yakni faktor yang paling utama dalam memberikan kepercayaan kepada nasabah dari bank. b).Moral Risk adalah berintikan kemauan membayar hutang dari nasabah. c). Bankchecking adalah kemampuan bank untuk melakukan pengecekan. Hal serupa diuangkapkan oleh Mahmoeddin dalam bukunya yang berjudul melacak kredit bermasalah menyatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan kredit bermasalah adalah : Kredit bermasalah disebabkan oleh pertama faktor interen yaitu kelemahan dalam anlisis kredit, kelemahan dalam dokumen kredit, kelemahan dalam supervisi kredit, kecerobohan petugas, kelemahan bidang agunan, kelemahan sumber daya manusia, kelemahan teknologi dan kecurangan petugas. Kedua faktor ekstern yaitu kelemahan karakter nasabah, kelemahan kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah,kecerobohan nasabah dan kelemahan manajemen nasabah. (Mahmoeddin, 2002:52).
Dilihat dari sisi intern bank yang dalam hal ini sama dengan koperasi Dalam buku yang dikarang oleh George H. Hempel, Alan B. Coleman, dan
38
Donald G. Simon yang berjudul Bank Management : Text and Cases, tahun 1990 (dalam Siswanto Sutojo, 1997:20) mengajukan 20 macam faktor intern Bank yang dapat menimbulkan kredit bermasalah yaitu : 1. Transaksi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya, 2. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dokumentasi kredit diselsaikan, 3. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit atau diusulkan oleh petugas bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan debitur, 4. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pegusaha yang belum berpengalaman, 5. Penambahan kredit tanpa tambahan jaminan yang cukup, 6. Berulang kali bank mengirimkan surat teguran tentang penunggakan pembayaran bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti, 7. Bank jarang mengadakan analisis cash flow dan daya cicil debitur. 8. Account officer tidak sering meneliti status kredit, 9. Tidak ada usaha bank untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakan secara tidak sesuai degan ketentuan perjanjian kredit, 10. Komunikasi antar bank dan debitur tidak berjalan lancar, 11. Tidak ada rencana jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit,
39
12. Bank tidak dapat menerima neraca atau daftar laba/rugi debitur secara teratur, 13. Tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan berbagai argument yuridis, 14. Bank gagal menerapkan system dan prosedur tertulis mereka, 15. Pimpinan puncak bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit, 16. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur, 17. Bank tidak brhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur, 18. Daftar keuangan dan dokumen pendukung yang diserahkan kepada bank telah direkayasa sebelumnya, tidak diauidit atau tidak diverifikasi, 19. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada kurang menguntungkan debitur, 20. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang kearah kredit bermasalah. Selanjutnya kondisi keuangan dalam hal ini kemampuan anggota melunasi hutangnya sangat berpengaruh terhadap kredit bermasalah karena jika kemempuan keuangan nasabah turun maka akan sulit bagi anggota untuk dapat membayar kredit tersebut seperti yang diungkapkan oleh Mudrajat Kuncoro dan
40
Suharjono yang menyatakan ada tiga faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah yaitu : Sisi nasabah yang meliputi faktor keuangan, faktor manajemen dan faktor operasional; sisi bank diantaranya buruknya perencanan financial atas aktiva tetap/ modal kerja. Kelemahan analisis, adanya over kredit, adanya perubahan waktu dalam permintaan kredit musiman, adanya kredit fiktif dll; dari sisi ekstern adalah adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah di sector riil, peningkatan persaingan dalam bidang usahanya, bencana alam dll. (Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, 2002 : 472) Selain kondisi intern nasabah faktor lain yang mempengaruhi kredit bermasalah adalah kondisi perekonomia seperti yang diungkapkan oleh Lukman Dendawijaya yang menyatakan “bahwa faktor ekstern yang dapat mempengaruhi kondisi usaha debitur adalah perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan kegiatan bisnis usaha mereka” berdasarkan pendapat tersebut bahwa selain kondisi dari anggota itu sendiri kondisi ekonomi dan politikpun turut serta mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelsaikan kreditnya. Hal serupa diungkapkan oleh Siswanto Sutojo (1997:3) yaitu: “ kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan kredit dipengaruhi oleh enam macam faktor intern dan ekstern, yaitu kewenangan hukum mereka meminjam dana (Capacity to borrow), watak mereka (character), kemampuan mereka menghasilkan pendapatan (ability to create incomes) kondisi fasilitas produksi yang mereka punya (capital), kondisi dan nilai jaminan kredit yang mereka sediakan (Collateral), serta perkembangan ekonomi umum dan bidang usaha tempat mereka beroperasi(Condition of Economy)” (siswanto sutojo, 1997:3) Berdasarkan pendapat - pendapat yang telah dipaparkan bahwa faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah dapat dilihat dari sisi anggota sebagai penerima kredit
maupun dari sisi koperasi sebagai penyalur kredit akan tetapi dalam
penelitian ini penulis hanya memaparkan dari sisi Character, Capital, Capacity,
41
Collateral dan Condition of Economy, sehingga berdasarkan pemaparan tersebut maka kerangka pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut: Character (X1) Capital (X2) Capacity
Kredit Bermasalah
(X3)
(Y)
Collateral (X4) Condition of Economy (X5)
2.3 Hipotesis Hipotesis merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Sugiyono berpendapat bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah
penelitian, belum jawaban empiris”. (Sugiyono
2004:10) Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
42
2.3.1 Hipotesis Minor 1. Character
anggota
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
kredit
bermasalah. 2. Capital anggota berpengaruh negatif terhadap tingkat kredit bermasalah 3. Capacity anggota berpengaruh negatif terhadap tingkat kredit bermasalah 4. Collateral
anggota
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
kredit
bermasalah 5. Condition of Economy anggota berpengaruh negatif terhadap tingkat kredit bermasalah 2.3.2 Hipotesis Mayor Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition of Economy berpengaruh negatif terhadap tingkat kredit bermasalah pada Koperasi Pasar di Kota Bandung.