BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Konsep Koperasi 2.1.1
Pengertian Koperasi dan Ciri-Ciri Koperasi Menurut Sri Edi Swasono secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata
Cooperation (Latin), atau Cooperation (Inggris), atau Co-operatie (Belanda), atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama. (Sudarsono dan Edilius, 2005: 1). Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, pasal 1 mengatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, 2009: 3) Menurut pernyataan ICA (international co-operatipe alliance, 2002: 9) tentang jati diri Koperasi, mengemukakan Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. Koperasi adalah perusahaan yang dimiliki secara kolektif oleh anggotanya, dengan tugas utama menghasilkan pelayanan-pelayanan yang menunjang peningkatan kesejahteraan anggota. (Ramudi Arifin, 2002: 10)
10
11
Menurut Ropke (1985, h. 24) dalam Hendar dan Kusnandi, 2005: 21 menjelaskan, Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik / anggotanya adalah pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu Koperasi akan merupakan dalil / prinsip identitas yang membedakan unit usaha Koperasi dari unit usaha lainnya. Sejalan dengan pendapat Ropke, Munker (1989, h. 40) memberikan definisi Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: 1. Adanya sekelompok orang yang menjalin hubungan antar sesamanya atas dasar sekurang-kurangnya satu kepentingan yang sama (kelompok Koperasi). 2. Adanya dorongan (motivasi) untuk mengorganisasikan diri dalam kelompok guna memenuhi kebutuhan ekonomi melalui usaha bersama atas dasar swadaya dan saling tolong menolong (motivasi swadaya). 3. Adanya perusahaan yang didirikan dan dikelola secara bersama-sama (perusahaan Koperasi) dan 4. Tugas perusahaan tersebut adalah untuk memberikan pelayanan kepada anggota (promosi anggota). Kemudian kriteria-kriteria pokok menurut A. Hanel, 1989 adalah sebagai berikut: 1. Adanya sejumlah individu yang bermaksud menolong diri sendiri (self help), siap mengambil keputusan sendiri (self reliance), dan bertanggung jawab kepada diri sendiri (responbility) bersatu ke dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya karena ada satu kepentingan ekonomi yang sama dan beritekad diselesaikan secara bersama-sama disebut swadaya Koperasi (selfhelp cooperative). 2. Anggota-anggota kelompok bertekad mewujudkan tujuan atau kepentingan yang sama secara lebih baik melalui usaha-usaha bersama saling membantu atas dasar kekuatannya sendiri yang kemudian disebut kelompok Koperasi (cooperative group). 3. Sebagai alat untuk mewujudkan pencapaian tujuan atau kepentingan kelompok tersebut kemudian dibentuk perusahaan yang didirikan, dimodali, dibiayai, dikelola, diawasi, dan dimanfaatkan sendiri oleh para anggotanya dan perusahaan ini disebut sebagai perusahaan Koperasi (cooperative enterprise). 4. Tugas pokok perusahaan Koperasi adalah menyelenggarakan pelayananpelayanan barang dan jasa yang dapat menunjang perbaikan perekonomian
12
rumah tangga anggotanya atau unit ekonomi / usaha anggota, kemudian disebut sebagai tugas pokok Koperasi, yaitu mempromosikan anggotanya (members promotion). (Andang K. Ardiwidjadja, 2008: 23). Untuk memperjelas pengertian terhadap kriteria atau ciri-ciri tersebut, disusunlah struktur universal organisasi Koperasi sebagai suatu sistem sosio ekonomi yang terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini: Gambar 2.1 Struktur Organisasi Koperasi sebagai Sistem Sosio Ekonomi A
A
A
Anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa
Kelompok Koperasi / Rapat Anggota
Pengawas Dan Pengurus
H U B U N G A N P A S A R
Promosi anggota
Hubungan kepemilikan
EA
EA
EA
EA
Perusahaan Koperasi Hubungan Koperasi dengan bukan anggota
Hubungan Koperasi dengan pesaing Koperasi Pesaing Koperasi
EA
Sumber: Hanel, 1992: 32 dalam Ramudi Arifin, 2002: 17 Di mana:
A = Anggota EA = Ekonomi Anggota NA = Non Anggota
H U B U N G A N P A S A R
13
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam struktur internal Koperasi terdapat anggota individu dengan kepentingan atau kegiatan ekonomi yang sama. Terhadap kepentingan ekonomi yang sama itulah perusahaan Koperasi bertugas menyelenggarakan pelayanan-pelayanan barang dan jasa untuk menunjang atau memperbaiki kondisi ekonomi anggotanya. Kelompok Koperasi akan terlihat eksistensinya secara nyata pada saat para anggota berkumpul menyelenggarakan rapat anggota di dalam upaya mengembil keputusan-keputusan kolektif. Perusahaan Koperasi merupakan alat untuk berinteraksi dengan pasar dan atau melaksanakan fungsi kegiatan tertentu di dalam kerangka melaksanakan keputusan-keputusan kolektif tersebut. Status anggota adalah sebagai pemilik perusahaan Koperasi dan sekaligus juga sebagai pelanggan. Status ganda anggota Koperasi oleh Dulfer (1986) disebut sebagai identitas anggota Koperasi yang bersifat ganda (dual identity, dual principle, identity principle). Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Koperasi merupakan kumpulan orang seorang atau badah hukum yang menjalin hubungan antar sesama atas dasar kepentingan / tujuan yang sama, kemudian untuk mewujudkan kepentingan / tujuan tersebut maka Koperasi mendirikan perusahaan yang dikelola secara bersama-sama dan dikendalikan secara demokratis. Anggota merupakan pemilik (owners) sekaligus pengguna (users) dari pelayanan yang diberikan Koperasi dan merupakan pembeda antara perusahaan Koperasi dengan yang lainnya, kemudian dalam melakukan kegiatannya berlandaskan pada prinsipprinsip Koperasi.
14
2.1.2 Prinsip-Prinsip Koperasi Prinsip-prinsip yang merupakan jantung dari Koperasi adalah tidak independen yang satu dari yang lainnya. Saling berkaitan, bilamana yang satu diabaikan maka secara keseluruhan menjadi kurang. Adapun tujuh prinsip dalam pernyataan 1995 adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keanggotaan sukarela dan terbuka. Pengendalain oleh anggota secara demokratis. Partisipasi ekonomi anggota. Otonomi dan kebebasan Pendidikan, pelatihan, dan informasi. Kerjasama antar Koperasi. Kepedualian terhadap komunitas. (International Co-operetipe Alliance (ICA), 2002:23) Sejalan dengan ketujuh prinsip Koperasi di atas, dalam kegiatannya
Koperasi Indonesia selalu berlandaskan kepada prinsip-prinsip Koperasi, Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 5 UU No. 25 tahun 1992, yaitu: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian. Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut: 6. Pendidikan perkoperasian. 7. Kerjasama antar Koperasi Prinsip-prinsip Koperasi secara komulatif adalah darah kehidupan gerakan Koperasi. Diperoleh dari nilai-nilai yang mengisi gerakan Koperasi sejak semula, prinsip-prinsip ini membentuk struktur-struktur dan menentukan sikap hidup yang memberikan persfektif yang khas pada gerakan Koperasi.
15
Prinsip-prinsip di atas merupakan garis penuntun bagi para Koperasiawan untuk berusaha dan bekerja keras untuk mengembangkan organisasi Koperasi mereka. Prinsip ini dilihat dari kandungannya merupakan prinsip-prinsip yang praktis, memperoleh banyak pembaharuan menurut tuntunan jaman sebanyak yang dibangkit kembangkan oleh pengalaman dan pemikir falsafah. Sebagai konsekuensinya, prinsip-prinsip ini menjadi kenyal, dapat diterapkan dalam tingkat-tingkat detail yang berbeda bagi jenis-jenis Koperasi yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Prinsip-prinsip Koperasi ini menhendaki Koperasiawan-Koperasiawan untuk mengambil keputusan-keputusan, misalnya mengenai sifat demokratis dari lembaga-lembaga
mereka,
peran
berbagai
pihak
yang
berkepentingan
(stakeholder), dan alokasi surplus yang tercipta. Prinsip-prinsip ini adalah kualitas-kualitas yang esensi yang membuat Koperasiawan berperan efektif, Koperasi-Koperasi menjadi berbeda, dan membuat gerakan Koperasi menjadi berharga. (Andang K. Ardiwidjadja, 2008: 12).
2.1.3 Tujuan, Fungsi, dan Peran Koperasi Dalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 dikatakan bahwa “Koperasi bertujuan mamajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umunya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945”.
16
Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang di dalamnya terdapat perusahaan Koperasi sebagai alat untuk mencapai tujuan Koperasi. Organisasi merupakan kumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain menurut cara-cara yang sesuai dan terikat oleh system keanggotaan bersama. Organisasi muncul ketika orang-orang tidak mampu mencapai tujuan secara individu. Bekerja sama di dalam kelompok dapat meraih hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri, begitulah yang dijelaskan oleh Huczynski dan Buchanan (1991: 8) dalam Ramudi Arifin, 2002: 28. Selanjutnya dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 dinyatakan tentang fungsi dan peran Koperasi, yaitu: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya. 4. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, 2009: 4) Keempat fungsi dan peran di atas, adalah sebagai turunan dari tujuannya, sehingga berdasarkan gambaran tersebut Koperasi Indonesia mempunyai tugas yang sangat berat. Dihubungkan dengan pendapat para pakar ekonomi Koperasi, tidak ada yang berpendapat bahwa Koperasi harus mempromosikan non anggota. Menurut Hanel, 1992 kalaupun Koperasi mempunyai dampak bagi ekonomi non anggota adalah sebagai dampak mikro tidak langsung. Jadi jelas bahwa adanya Koperasi untuk mempromosikan ekonomi anggotanya. Adapun jika Koperasi
17
melakukan hubungan bisnis dengan non anggota itu semata-mata untuk mempromosikan ekonomi anggota dan Koperasi sudah mempromosikan ekonomi anggotanya.
2.1.4
Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Koperasi Mahasiswa (KOPMA) sebagai Koperasinya mahasiswa, yang
masa pendidikannya di perguruan tinggi juga disiapkan sebagai insan pembangunan masa depan, mestinya juga melalui pengkajian keterkaitan antara Koperasi dengan program industrialisasi yang dilaksanakan sebagai bagian pembangunan. (Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, 2007: 203). Musyawarah Nasional (Munas) Koperasi mahasiswa Indonesia 1 (satu) dalam Pandji Anoraga dan Ninik Widiyati (2007: 203) merumuskan model KOPMA dalam gerakan Koperasi Nasional sebagai berikut: 1. Koperasi mahasiswa adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial yang merupakan wadan transformasi nilai-nilai Koperasi dalam usaha mensejahterakan anggota dan kehidupan berbangsa. 2. Koperasi mahasiswa merupakan lembaga pengkaderan yang fungsional, ideal, kreatif, dan konstruktif. 3. Koperasi mahasiswa merupakan lembaga yang memperjuangkan nilai-nilai ekonomi dan merupakan katalisator dalam iklim kondusif. 4. Koperasi mahasiswa merupakan suatu lembaga ekonomi yang berwatak sosial bertujuan meningkatkan perekonomian bangsa dan kesejahteraan anggota. Perumusan model KOPMA di atas, berlandaskan sejarah gerakan Koperasi dan berpegang pada trend masa yang akan datang. Landasan konstitusional rumusan tersebut adalah UUD 1945, UU Perkoperasian, dan GBHN. Lebih penting lagi adalah rumusan ini dijiwai oleh tekad untuk mewujudkan demokrasi ekonomi.
18
Hereg Muljanto dalam Panji Anoraga dan Ninik Widiyawati, 2007: 205 mengemukakan bahwa “lewat gerakan ini, diharapkan jiwa kekoperasian dan kesadaran akan masa depan bangsa akan lahir lewat kegiatan KOPMA dan akan dapat membantu memecahkan masalah bangsa secara mendasar”. Jadi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bertempat di lingkungan kampus dan merupakan wadah pembelajaran Koperasi yang riil. Tujuan Koperasi mahasiswa selain sebagai tempat untuk mencetak kader Koperasi yang memiliki jiwa Koperasi, kemudian untuk mencetak entrepreneur yang dibentuk oleh bisnis-bisnis yang dilakukan KOPMA. KOPMA dalam keberadaanya juga untuk mempromosikan ekonomi anggota.
2.2 Konsep Partisipasi Anggota 2.2.1 Pengertian Partisipasi Anggota Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing “participation”, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Kemudian partisipasi anggota berarti mengikutsertakan anggota Koperasi dalam kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama. Hendar dan Kusnadi, (2005: 91) Menurut Dudung Abdul Adjid, (1998) dalam Andang K. 2008: 15 yang mengemukakan bahwa, partisipasi adalah suatu pandangan yang hakiki mengenai kemampuan dari masyarakat untuk bertindak dalam kebersamaan (keterpaduan) yang teratur menanggapi kondisi lingkungan, sehingga dapat bertindak sesuai dengan logika dan nilai yang dikandung oleh kondisi lingkungan.
19
Menurut John W. Newstrom, 2003: 179 “Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong seseorang untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu”. Sedangkan menurut Herman Soewardi, (1985) dalam Andang K. 2008: 15 mengemukakan bahwa partisipasi anggota yang ideal adalah jika keikut sertaan anggota secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan arah dan langkah usaha, dalam pengawasan terhadap jalannya usaha, dalam permodalan usaha, dalam pemanfaatan pelayanan usaha dan menikmati Sisa Hasil Usaha (SHU). Berangkat dari pengertian partisipasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan pemanfaatan hak seorang anggota Koperasi terhadap Koperasinya.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Anggota Menurut Etzioni. A., 1961, dalam Andang K. Ar. Bunyamin dkk., 2008 mengemukakan bahwa, terdapat 3 (tuga) partisipasi, yaitu: 1. Partisipasi aliatif Partisipasi yang tumbuh karena ada pihak lain yang memaksa atau memanipulasikan kepentingannya kepada orang lain. 2. Partisipasi Moral Partisipasi yang timbul karena komitmen berdasarkan internasionalisasi normanorma atau karena tekanan-tekanan kelompok sosial. 3. Partisipasi Kalkulatif Yang berorientasi pada keuntungan (manfaat) dan risiko (kerugian).
20
Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 92), bila dipandang dari segi dimensinya, partisipasi dibagi menjadi empat yaitu: 1. Partisipasi dapat dipaksakan (forced) dan dapat pula sukarela (voluntary). Partisipasi sukarela terdapat apabila manjemen memulai gagasan tertentu dan bawahan menyetujui untuk berpartisipasi 2. Partisipasi formal, biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan (misalnya serikat kerja, dewan pengurus), dan partisipasi non formal,biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan mengenai bidang partisipasi. 3. Partisipasi bisa bersifat langsung, terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. Dan partisipasi bersifat tidak langsung akan ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota 4. Partisipasi kontributif dan kontribusi insentif. Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus pelanggan. Dalam kedudukannya sebagai pemilik. Maka: - Para anggota meberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan Koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela), dan - Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan, dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan Koperasi. Kemudian kedudukannya sebagai pelanggan / pengguna, maka para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan Koperasi dalam menunjang kepentingannya. Bentuk partisipasi menurut A. Hanel (1992) dalam Andang K. Ar. Bunyamin dkk., 2008: 17 dihubungkan dengan prinsip identitas ganda anggota, yaitu: 1. Sebagai anggota harus turut serta mengambil keputusan, evaluasi, dan pengawasan terhadap jalannya perusahaan Koperasi yang biasanya dilakukan pada waktu rapat anggota. 2. Sebagai pemilik anggota harus turut serta melakukan kontribusi modal malalui berbagai bentuk simpanan, untuk memodali jalannya usaha perusahaan Koperasi. 3. Sebagai pemilik anggota harus turut serta mananggung risiko usaha Koperasi yang disebabkan oleh kesalahan manajemen, dan 4. Sebagai pengguna / pelanggan / pekerja / nasabah anggota harus turut serta mamanfaatkan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan anggota yang memanfaatkan
21
pelayanan koperasinya, secara otomatis berpartisipasi dalam membiayai Koperasinya. Kemudian bentuk partisipasi menurut Ropke, 2003: 52 bahwa partisipasi dijelaskan dalam tiga aspek sebagai berikut: 1. Partisipasi dalam memberikan kontribusi atau menggerakan sumber-sumber daya. 2. Partisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan, implementasi / pelaksanaan, dan evaluasi). 3. Partisipasi dalam berbagai keuntungan. Pendapat Ropke di atas jika digambarkan maka akan terlihat seperti Gambar 2.2 berikut: Gambar 2.2 Jenis-Jenis Partisipasi Sumber-sumber daya
Partisipasi
Pengambilan keputusan
Manfaat Sumber: Ropke, 2003: 52 Berdasarkan penjelasan di atas maka bentuk-bentuk partisipasi anggota Koperasi dalam kedudukannya sebagai pemilik dan sebagai pengguna dapat dirincikan sebagai berikut: a. Partisipasi anggota sebagai pemilik 1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi dalam pengawasan jalannya kegiatan Koperasi.
22
3. Partisipasi dalam kontribusi modal, baik melalui simpanan yang menentukan kepemilikan (simpanan pokok dan simpanan wajib) maupun simpanan yang tidak menentukan kepemilikan (simpanan sukarela dll). 4. Partisipasi dalam menanggung risiko, baik risiko pelayanan kepada anggota maupun risiko bisnis dengan non-anggota. b. Partisipasi anggota sebagai pengguna 1. Partisipasi dalam membeli barang / jasa kebutuhan konsumsi (dalam koperasi konsumen). 2. Partisipasi dalam memanfaatkan jasa simpanan dan pinjaman (dalam Koperasi simpan pinjam). 3. Partisipasi dalam pembelian bahan baku dan input lainnya untuk kebutuhan produksi anggota (dalam Koperasi produsen atau Koperasi pengadaan). 4. Partisipasi dalam menjual hasil produksi atau output produksi (dalam Koperasi produsen atau Koperasi pemasaran). 5. Partisipasi dalam memanfaatkan pelayanan jasa lainnya, misalnya: jasa asuransi, penjaminan hari tua, dan jasa-jasa lainnya.
2.3 Konsep Kualitas Pelayanan 2.3.1 Pengertian Pelayanan Dikalangan para pakar muncul berbagai macam definisi. Setiap pakar memberikan definisi kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Philip Crosby mendefinisikan kualitas sebagai sama / sesuai dengan persyaratan.pakar kualitas William E. Deming menyatakan bahwa kualitas adalah
23
suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.sementara itu J.M. Juran mengartikannya sebagai cocok untuk digunakan (fitness for use). Sedangkan definisi yang cakupannya cukup luas adalah yang dinyatakan oleh Goestsch dan Davis (1995) dalam Fandy Tjipto 2005: 20. Menurut kedua pakar ini, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Jadi pengertian kualitas tidak terbatas pada produk akhir yang dihasilkan suatu perusahaan. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian kualitas maka dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini: Gambar 2.3 Pengertian Kulaitas dari Perspektif Produsen dan Konsumen Pengertian Kualitas
Persepektif Konsumen
Persepektif Produsen
Produksi
Quality of Conformance Kesesuaian terhadap spesifikasi
Quality of Design Karakteristik kualitas
Biaya
Harga
Pemasaran
Cocok untuk digunakan pelanggan
Sumber: Fandy Tjiptono, 2005: 20
24
Bila ditelusuri lebih lanjut, beraneka ragamnya definisi mengenai kualitas ini dikarenakan adanya perbedaan persepektif atau pandangan yang digunakan. Dalam buku Fandy Tjiptono tentang strategi bisnis, Menurut Garvin,paling tidak ada lima alternative perseptif kualitas yang digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Transcendental Approach Menurut pendekataan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan secara persis atau akurat. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni musik, seni tari, dan seni rupa. 2. Product-Based Approach Pendekatan ini sifatnya obejektif dan menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan atau dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki berbagai produk. 3. User- Based Approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Persefektif yang paling subjektif dan demand oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas begi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan. 4. Manufacturing Based Approach Persefektif ini bersifat supply based dan terutama memperhatikan praktikpraktik perekayasaan dan pemakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan persyaratan (conformance to requirements). 5. Value Based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence dalam arti produk dengan kualitas yang dapat diterima pada tingkat harga yang wajar. Menurut Fandy Tjipto (2001: 34) mengatakan bahwa “kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan anggota’. Jadi kualitas pelayanan adalah suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam hal ini hendaknya pelayanan menjadi prioritas yang lebih utama. Lebih dari itu Koperasi hendaknya juga terus berupaya
25
agar pelanggan menjadi pelanggan yang setia dan loyal. Pada organisasi Koperasi pelanggan adalah anggota sendiri sebagaimana menurut Ropke, 2000, Koperasi merupakan organisasi yang anggotanya sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan.
2.3.2 Dimensi Pelayanan Dalam mengevaluasi kepuasaan terhadap perusahaan atau produk tertentu, ada beberapa atribut / dimensi yang dipergunakan. (Garvin dalam Lovelock, 1994) dalam buku Fandi Tjiptono, 2005: 38, yakni: 1. Kinerja karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli. 2. Ciri-ciri tambahan, yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. Kehandalan, yaitu sangat kecil risiko terjadi kerusakan (tidak dapat dipergunakannya suatu produk). 4. Kesesuaian dengan spesifikasi dan standar yang telah di tetapkan. 5. Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus dipergunakan (baik umur teknis maupun umur ekonomis). 6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan untuk direparasi, serta penangan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. 8. Perceived Quality, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Disamping penjelasan di atas, Sutaryo Salim dalam buku manajemen strategic Koperasi dengan editor Tati Suhartati Joesron, 2005: 15. terdapat pula 5 (lima) dimensi utama yang bisa digunakan untuk menilai kepuasaan terhadap jasa atau layanan tertentu, kelima dimensi tersebut terdiri dari: 1. Reliability (keandalan) merupakan kemampuan yang dapat diandalkan dalam memberikan jasa secara cepat, tepat, akurat, dan konsisten sehingga dapat memuaskan anggota sebagai pelanggan. 2. Responsiveness (daya tanggap) adalah keinginan pribadi para staff dan karyawan perusahaan yang secara sadar ingin membantu pelanggan dan memberikan jasa sesegera mungkin sehingga dapat memuaskan pelanggan.
26
3. Assurance (keterjaminan) mencakup pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff dan karyawan sehingga menjamin pelanggan terhindar dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan, dan kekecewaan. 4. Emphaty (empati) yang mencakup perhatian individu / pribadi dalam memahami kebutuhan pelanggan, kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan mudah dipahami. 5. Tangible (keberwujudan fisik) meliputi sarana fisik seperti bangunan dan perlengkapan, penampilan karyawan, sarana komunikasi, dan keberwujudan fisik lainnya yang dapat menjadi perhatian pelanggan. 2.4 Konsep Promosi Ekonomi Anggota 2.4.1 Pengertian Promosi Ekonomi Anggota Dalam PSAK No. 27 Reformat 2007 dijelaskan bahwa Promosi ekonomi anggota adalah peningkatan pelayanan Koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota Koperasi. Tujuan Koperasi Indonesia adalah memajukan kesejahteraan anggota dan misinya adalah meningkatkan kemakmuran anggota, karena kesejahteraan ditinjau dari aspek ekonomi dapat disebut kemakmuran. Hal tersebut senada dengan kriteria-kriteria pokok menurut A. Hanel, 1989 dalam (Andang K. Ardiwidjadja, 2008: 23).yang merupakan tujuan didirikannya Koperasi adalah sebagai berikut: 1. Adanya sejumlah individu yang bermaksud menolong diri sendiri (self help), siap mengambil keputusan sendiri (self reliance), dan bertanggung jawab kepada diri sendiri (responbility) bersatu ke dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya karena ada satu kepentingan ekonomi yang sama dan beritekad diselesaikan secara bersama-sama disebut swadaya Koperasi (selfhelp cooperative). 2. Anggota-anggota kelompok bertekad mewujudkan tujuan atau kepentingan yang sama secara lebih baik melalui usaha-usaha bersama saling membantu atas dasar kekuatannya sendiri yang kemudian disebut kelompok Koperasi (cooperative group). 3. Sebagai alat untuk mewujudkan pencapaian tujuan atau kepentingan kelompok tersebut kemudian dibentuk perusahaan yang didirikan, dimodali, dibiayai, dikelola, diawasi, dan dimanfaatkan sendiri oleh para anggotanya dan perusahaan ini disebut sebagai perusahaan Koperasi (cooperative enterprise).
27
4. Tugas pokok perusahaan Koperasi adalah menyelenggarakan pelayananpelayanan barang dan jasa yang dapat menunjang perbaikan perekonomian rumah tangga anggotanya atau unit ekonomi / usaha anggota, kemudian disebut sebagai tugas pokok Koperasi, yaitu mempromosikan anggotanya (members promotion). Sifat collegial cooperative perusahaan / unit usaha Koperasi adalah bahwa perusahaan Koperasi bertugas, bertujuan, dan berfungsi untuk membantu mempermudah tercapainya tujuan masing-masing anggotanya secara individu. Dalam literatur ilmu ekonomi Koperasi, tugas, dan tujuan Koperasi adalah mempromosikan para anggotanya (members promotion). Oleh karena itu, pembahasan sifat dari perusahaan Koperasi dan perusahaan / rumah tangga konsumsi anggota berkaitan dengan tujuan dan fungsi Koperasi. Tujuan Koperasi secara universal ditegaskan oleh kriteria-kriteria keempat yang dijelaskan di atas, yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Menurut Hendar dan Kusnandi, 2005: 36, manfaat disini diartikan sebagai nilai subjektif dari suatu alternative yang terbuka bagi seseorang. Bila benefit atau manfaat yang dihasilkan Koperasi bagi seseorang anggota adalah lebih besar daripada manfaat yang dapat dicapai oleh individu itu bila ia tetap tinggal di luar Koperasi, maka individu itu barangkali akan tetap tinggal dalam Koperasi itu dan Koperasi bahkan dapat menarik anggota baru. Secara lebih spesifik lagi, setiap individu akan mendasarkan keputusan mereka dengan membandingkan advantages (keunggulan / kelebihan) dengan disadvantages (ketidak unggulan) sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4 berikut ini:
28
Gambar 2.4 Dasar Memasuki Koperasi Keanggotaan dalam Koperasi Keanggotaan dalam suatu Koperasi Suatu perusahaan menghasilkan Perusahaan melahirkan
Manfaat, keunggulan (advantages) = Insentif untuk masuk Jika manfaat / keunggulan (advantages)
Jika manfaat / keunggulan (advantages)
>
<
Kerugian (disanvantages)
(disadvantages)
> < =
Kerugian (disadvantages) Dis insentif untuk masuk Orang akan masuk / tetap menjadi anggota Koperasi / meningkatkan kegiatannya dalam Koperasi Orang akan meninggalkan Koperasi / menurunkan tingkat kegiatannya dalam Koperasi
Sumber: Jochen Ropke, 2003: 32 Berdasarkan Gambar 2.4 di atas, jika manfaat (utility) atau keunggulan yang diberikan oleh Koperasi bagi seseorang lebih tinggi dari manfaat (utility) yang dapat diperoleh / dicapai olehnya pada saat ia tidak menjadi anggota Koperasi, maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota Koperasi dan melakukan usaha dengan Koperasinya atau dengan kata lain, Koperasi dapat menarik anggotanya. Menurut H. Munker (1988) yang mengungkapkan, “dorongan (motiv) yang mendasari pembentukan dan penggabungan dirinya ke dalam organisasi koperasi itu untuk menikmati keuntungan ekonomis sebesar mungkin bagi perusahaan / usaha tani / rumah tangganya sendiri anggota dengan cara menciptakan dan memanfaatkan perangkat Koperasi itu sebagai alat pencapaian kemanfaatan
29
Pertama, harus dilihat net advantages yang dapat diberikan oleh suatu organisasi / badan usaha bagi seseorang, yang dapat di definisikan sebagai suatu perbedaan antara manfaat (advange) dan biaya (disadvantage). Orang tersebut akan mendasarkan keputusannya pada perbandingan antara manfaat (advantage) dan Biaya (disadvantage), (Ropke, 2003: 31). Mengingat Koperasi adalah organisasi bisnis yang bertujuan meningkatkan taraf hidup anggotanya dan ini merupakan tanggung jawab dan tugas ekonomi, maka komitmen harus dilihat hanya dari aspek-aspek ekonomi. Keterlibatan anggota terhadap Koperasi tergantung dari sejauh mana Koperasi dapat menawarkan manfaat-manfaat ekonomi kepada para anggotanya, dan yang merupakan nilai nyata dari manfaat tersebut adalah besarnya hasil perbandingan antara biaya-biaya transaksi dengan efisiensi pemasaran. Factor terpenting sebagai pengikat komitmen anggota adalah manfaat-manfaat pasar Koperasi dan biayabiaya transaksi yang dihasilkan dari pertukaran barang.
2.4.2 Bentuk-Bentuk Promosi Ekonomi Anggota Sejalan dengan pendapat Ropke (1985) dan Burhan Arif (1990), Yuyun Wirasasmita (1991) dalam Hendar dan Kusnadi, 2005: 42 berpendapat bahwa anggota Koperasi seharusnya mendapat manfaat khusus dari Koperasi karena sebagai pelanggan yang sekaligus sebagai pemilik anggota akan mendapatkan promosi khusus.
30
Manfaat utama yang diharapkan dari keanggotaan Koperasi adalah dukungan Koperasi terhadap kelancaran / kesetabilan usaha dan kebutuhan konsumsi para anggota, seperti: 1. Pemasaran hasil produksi para anggota dengan harga jual yang lebih tinggi dan atau lebih stabil. 2. Pengadaan input untuk anggota dengan harga beli yang lebih rendah dan atau lebih stabil. 3. Pengadaan kebutuhan konsumsi dengan harga yang lebih rendah dan atau stabil. Kemudian ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari adanya manfaat intergasi vertikal. Integrasi vertikal adalah Koperasi dapat membentuk pemusatan dari primer menjadi sekunder atau dari sekunder menjadi tersier. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dengan wilayah yang lebih luas. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Economies of scale Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi memungkinkan penghematan biaya pemasaran masing-masing anggota, penurunan harga beli, dan biayabiaya pembelian sehingga biaya persatuan masing-masing anggota bias menurun. 2. Manfaat external economies Termasuk dalam manfaat ini misalnya produktivitas anggota karena penyebaran informasi pasar dan teknologi.
31
3. Manfaat non ekonomi Misalnya peningkatan keterampilan, peningkatan tanggung jawab social, dan lain-lain. 4. Reduksi biaya transaksi Yaitu biaya-biaya lain yang timbul di luar biaya produksi yang berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit, seperti biaya informasi, biaya monitoring, biaya kontrak, dan lain-lain. Demikian juga Koperasi akan terhindar dari kerugian-kerugian yang timbul karena prilaku oportunistis rekan berkontrak bila tanpa integrasi vertical. 5. Mengurangi risiko ketidak pastian Ketidak pastian muncul karena tidak ada hubungan kepemilikan antara pemilik input dengan pengguna input tersebut. Akibatnya pemilik input masih belum pasti dalam menuplai inputnya, sebab penawaran input akan sangat bergantung pada permintaan input tersebut. Keputusan individu bergabung ke dalam
Koperasi
adalah
agar
memperoleh beberapa manfaat, antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Meningkatkan efisiensi biaya. Meningkatkan kualitas produk dan melaksanakan pengembangan produk. Kemudahan memperoleh sumber-sumber pembiayaan. Pengurangan risiko-risiko usaha. Pengembangan fungsi-fungsi baru dan atau meningkatkan fungsi-fungsi yang sudah ada. Kemudian bentuk-bentuk promosi ekonomi anggota atau manfaat ekonomi
bagi anggota menuurt PSAK No. 27, promosi ekonomi anggota dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
32
1. 2. 3.
Manfaat Ekonomi Langsung (MEL), yaitu manfaat ekonomi yang diterima anggota pada saat melakukan transaksi. Penerimaan pengambilan Sisa Partisipasi Anggota (SPA). Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu anggota menerima pembagian laba Koperasi dari hasil bisnis dengan non anggota. Bentuk-bentuk promosi atau Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) bagi
anggota bergantung kepada kegiatan pelayanan dan usaha Koperasi, yaitu: 1. Koperasi yang melakukan kegiatan pelayanan pengadaan barang dan jasa bagi kebutuhan anggota (pembelian bersama atau produksi bersama) pada jenis Koperasi konsumen atau Koperasi produsen yang bergerak dalam input produksi, yaitu memperoleh manfaat ekonomi berupa efisiensi pembalian bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi. Selain itu, anggota dapat juga memperoleh manfaat ekonomi berikut ini: - Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota. - Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya Koperasi. 2. Koperasi yang melakukan kegiatan pemasaran barang dan jasa yang dihasilkan anggota (penjualan bersama atau joint marketing) pada jenis Koperasi produsen yang bergerak dalam pemasaran output, yaitu memperoleh manfaat ekonomi berupa efektivitas penjualan bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi. Selain itu anggota juga memperoleh memperoleh manfaat ekonomi berikut ini:
33
- Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota. - Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya Koperasi. 3. Koperasi yang melakukan kegiatan proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu yang memperkerjakan anggota (produksi bersama) pada jenis Koperasi produksi, yaitu memperoleh manfaat ekonomi berupa efektivitas penerimaan upah bagi anggota dari hasil bekerja pada Koperasi. Selain itu anggota juga memperoleh memperoleh manfaat ekonomi berikut ini: - Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota. - Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya Koperasi. 4. Koperasi yang melakukan kegiatan penerimaan simpanan dan penyaluran pinjaman (pengelolaan uang / dana bersama) pada Koperasi simpan pinjam, yaitu memperoleh manfaat ekonomi berupa efektivitas simpanan dan efisiensi penerimaan pinjaman. Selain itu anggota juga dapat memperoleh manfaat ekonomi berikut ini: - Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota. - Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya Koperasi.
34
Selain manfaat / promosi ekonomi sebagaimana diuraikan di atas, anggota mungkin menerima manfaat ekonomi lain yang belum terukur, manfaat non ekonomi. Potensi manfaat Koperasi bagi anggota dapat dirumuskan seperti berikut ini: 1. Manfaat ekonomi, antara lain: 1) Manfaat ekonomi terukur, terdiri dari: a. Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) - Efisiensi biaya pembelian input atau barang konsumsi. - Efisiensi biaya bunga pinjaman. - Efisiensi biaya administrasi pinjaman. - Efektivitas simpanan - Efektivitas penjualan output - Efektivitas penerimaan upah b. Penerimaan kembali Sisa Partisipasi Anggota (SPA) c. Manfaat ekonomi tidak langsung (METL), yaitu penerimaan pembagian laba Koperasi (SHU) dari hasil bisnis dengan non anggota. 2) Manfaat ekonomi belum terukur 2. Manfaat non ekonomi, antara lain: 1) Berkembangnya kemampuan Sumber daya Anggota (SDA). 2) Bertambah banyak dan luasnya jaringan informasi. KOPMA merupakan jenis Koperasi konsumen, yaitu Koperasi yang melakukan kegiatan pelayanan pengadaan barang dan jasa bagi kebutuhan anggota (pembelian bersama), jadi manfaat ekonomi / promosi ekonomi anggota
35
yang diperoleh, yaitu manfaat ekonomi berupa efisiensi pembalian bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi. Selain itu, anggota dapat juga memperoleh manfaat berikut ini: - Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota. - Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya Koperasi. - Manfaat Ekonomi Langsung (MEL), yaitu efisiensi biaya pembelian input atau barang konsumsi. - Manfaat non ekonomi, yaitu Berkembangnya kemampuan Sumber daya Anggota (SDA) dan Bertambah banyak dan luasnya jaringan informasi.
2.5 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian 2.5.1
Penelitian Cowandi D. Lagasius (MM. 04118) Penelitian tesis pada tahun 2008 dengan judul “Analisis Beberapa Faktor
yang Memperngaruhi Partisipasi Anggota Sebagai Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) (Studi Kasus Pada Unit Kopra)”. Dari penelitian ini dihasilkan: 1. Pendidikan anggota yang masih terbatas pada Koperasi. Karena itu terhadap anggota diperlukan penyebaran informasi bahkan berbentuk forum-forum diskusi dan atau pendidikan dan pelatihan mengenai pengertian, nilai, norma, dan prinsip-prinsip Koperasi. 2. Tingkat pemahaman anggota yang masih rendah membuktikan bahwa pendidikan yang tinggi tidak menjamin tingginya pengertian dan pemahaman
36
pada Koperasi. Hal ini Koperasi perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan Koperasi. 3. Manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota belum cukup untuk memacu / mendorong partisipasi anggota sebagai pelanggan. Meskipun KUD sudah memberikan selisih harga itu belum signifikan sebagai manfaat ekonomi.
2.5.2 Penelitian Fatimah (L3E97070) Penelitian disertasi pada tahun 2003 dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pelayanan Koperasi Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelangganan Anggota (Survei Pada Koperasi Pegawai Negeri dan Koperasi Konsumsi di Propinsi Sumatera Selatan)”. Dari penelitian ini dihasilkan: 1. Loyalitas pelangganan anggota dipengaruhi oleh kemampuan Koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota. 2. Koperasi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diperlukan untuk menciptakan keseimbangan yang harmonis dan adil menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Peningkatan
kualitas
sumber
daya
manusia
dalam
pembinaan
dan
pembangunan Koperasi akan menghasilkan Koperasi-Koperasi yang mampu bersaing. 4. Keterpaduan kurikulum dan relevansi empiris menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran.
37
5. Keterbatasan dalam kehidupan dapat mendorong kreativitas seseorang guna mencapai keberhasilan yang diinginkan apabila memahami teknik-teknik pengembangan kreativitas.
2.5.4 Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Terbuka (LPUT) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2002 dengan judul “Hubungan Antara Faktor Anggota dan Partisipasi Terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi di Kabupaten Bogor”. Dari penelitian ini dihasilkan: 1. Pengujian secara parsial menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor anggota (kesesuaian layanan, pendidikan, jarak tempat tinggal, tingkat pengetahuan Koperasi, dan motivasi anggota) terhadap partisipasi anggota (kehadiran rapat, kesedian membayar simpanan, dan pemanfaatan layanan Koperasi). 2. Motivasi anggota merupakan faktor yang memiliki kontribusi terbesar (8%) diantara faktor-faktor anggota lainnya terhadap partisipasi anggota, sedangkan usia merupakan faktor anggota yang tidak signifikan terhadap partisipasi anggota. 3. Pengujian secara simultan menunjukan bahwa ke enam faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi anggota. 4. Banyak sedikitnya anggota belum menjamin keberhasilan Koperasi. Anggota yang aktiflah yang dominan dalam mendukung keberhasilan Koperasi.
38
2.5.5 Penelitian Cucu Samsih Penelitian skripsi pada tahun 2002 dengan judul “ Hubungan Partisipasi Anggota dan Struktur Modal Dengan Keberhasilan Usaha Koperasi Susu di Kabupaten dan Kota Bandung”. Dari penelitian ini dihasilkan: 1. Partisipasi anggota memiliki pangaruh yang positif terhadap keberhasilan usaha Koperasi susu, artinya semakin semakin tinggi partisipasi anggota maka keberhasilan usaha Koperasi susu semakin tinggi. 2. Struktur modal asing mempunyai pengaruh yang negatif terhadap keberhasilan usaha Koperasi susu, artinya semakin tinggi struktur modal asing, maka keberhasilan usaha Koperasi susu semakin menurun. 3. Partisipasi anggota dan struktur modal asing secara simultan mempunyai pengaruh yang positif terhadap keberhasilan usaha Koperasi susu.
2.5.6 Penelitian Diding Ahmad Badri Penelitian skripsi pada tahun 2005 dengan judul “Pengaruh Sikap Anggota Terhadap Koperasi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Partisipasi Anggota Serta Implikasinya terhadap Perkembangan Usaha”. (Studi Kasus pada Koperasi Unit Desa di Kabuparten majalengka). Dari penelitian ini dihasilkan: 1. Sikap anggota terhadap Koperasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi anggota. 2. Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap partisipasi anggota. Artinya semakain tinggi kualitas pelayanan maka, akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota kepada Koperasi.
39
3. Sikap anggota dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi anggota. Artinya semakin baik sikap anggota kepada Koperasi dan tingginya kualitas pelayanan maka, akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota terhadap Koperasi. 4. Partisipasi anggota mempunyai pangaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha.
2.6 Kerangka Pemikiran Koperasi Mahasiswa (KOPMA) sebagai Koperasi pembelajaran bagi mahasiswa yang berada di lingkungan kampus perkembanganya kurang menggembirakan atau dengan kata lain belum mencapai keberhasilan. Di mana KOPMA volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) KOPMA mengalami perkembangan fluktuatif atau dengan kata lain perkembangan usaha KOPMA tidak memenuhi harapan. Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan usaha Koperasi Mahasiswa (KOPMA) tidak memenuhi harapan. Penyebab usaha KOPMA tidak memenuhi harapan adalah masih kurang dan rendah partisipasi. Berhubungan dengan hal tersebut, hipotesis dari Ropke, (1987) dalam Andang K., 2008 yang menyatakan bahwa, partisipasi anggota lebih menentukan tingkat keberhasilan suatu Koperasi dibandingkan dengan profesionalisme manajemen. Kemudian menurut Hanel (1989: 32) dalam Ramudi Arifin 2002: 66, menyatakan bahwa keberhasilan suatu Koperasi di dalam menjalankan misinya akan tergantung antara lain kepada partisipasi anggota di dalam kedudukannya sebagai pelanggan
40
akan menentukan skala usaha Koperasi dan partisipasi anggota sebagai pelanggan ditentukan oleh besar kecilnya manfaat harga ekonomi. Berdasarkan pendapat Hanel di atas di atas dapat di simpulkan bahwa keberhasilan suatu Koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seorang anggota terhadap Koperasinya. Menurut A. Hanel (1992) dalam Andang K. dihubungkan dengan prinsip identitas ganda anggota, yaitu: 1. Sebagai anggota harus turut serta mengambil keputusan, evaluasi, dan pengawasan terhadap jalannya perusahaan Koperasi yang biasanya dilakukan pada waktu rapat anggota. 2. Sebagai pemilik anggota harus turut serta melakukan kontribusi modal malalui berbagai bentuk simpanan, untuk memodali jalannya usaha perusahaan Koperasi. 3. Sebagai pemilik anggota harus turut serta mananggung risiko usaha Koperasi yang disebabkan oleh kesalahan manajemen, dan 4. Sebagai pengguna / pelanggan / pekerja / nasabah anggota harus turut serta mamanfaatkan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi. Kemudian bentuk-bentuk partisipasi anggota menurut Ropke J. (1987) dalam Andang K. (2008: 16) terdiri dari: 1. Voice adalah melibatkan dialog, persuasi, dan upaya terus menerus untuk mempengaruhi
kepemimpinan
Koperasi
khususnya
manajemen
untuk
bertindak (ats dasar) kepentingan anggota. 2. Vote adalah alat untuk mengekpresikan pilahan melalui kotak suara. 3. Exit adalah menggambarkan kepelikan pengendalian kinerja koperasi melalui exit.
41
Gambar 2.5 Model Kesesuaian Partisipasi Program
Keberhasilan Partisipasi
keputusan
Permintaan Anggota
Manajemen Koperasi
Voice Vote Exit
Sumber : Ropke, 2003: 54
Berdasarkan Gambar 2.5 di atas, kualitas partisipasi anggota tergantung kepada interaksi tiga variabel, yaitu para anggota, manajer Koperasi, dan program. Dari ketiga variable terasebut harus terdapat kesesuaian, yaitu: 1.
Kesesuaian antara program yang dikeluarkan oleh Koperasi dengan kebutuhan dan keinginan para anggota.
2.
Kesesuaian
antara
permintaan
anggota
dengan
keputusan-keputusan
pelayanan Koperasi, dan 3.
Kesesuaian antara tugas program Koperasi dengan kemampuan manajemen Koperasi. Koperasi dalam melaksanakan pelayanan yang disediakan Koperasi akan
berhasil apabila ada kesesuaian antara anggota, program, dan manajemen. Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran (output) program Koperasi program disini dimaksudkan sebagai kegiatan usaha utamayang dipilih atau ditentukan oleh
42
manajemen, seperti penydiaan sarana produksi, pembelian hasil produksi anggota, penjualan barang konsumsi, penyediaan fasilitas, pelayanan jasa-jasa seperti penerimaan pembayaran rekening listrik, telepon, PDAM, dan lain-lain. Telah diakui oleh para pakar manajemen dan para praktisi perusahaan, bahwa keberhasilan perusahaan kapitalis ditentukan oleh kepercayaan publik / konsumen dan profesionalisme manajemen. Sedangkan para pakar Koperasi dan Koperasiawan meyakini bahwa, keberhasilan Koperasi sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi anggota, sehingga tingkat partisipasi anggota sebagai pilar atau sebagai parameter keberhasilan Koperasi. Artinya partisipasi anggota sebagai faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan Koperasi. Kemudian anggota akan berpartisipasi aktif dalam Koperasi apabila anggota Bila benefit atau manfaat yang dihasilkan Koperasi bagi seseorang anggota adalah lebih besar daripada manfaat yang dapat dicapai oleh individu itu bila ia tetap tinggal di luar Koperasi, maka individu itu barangkali akan tetap tinggal dalam Koperasi itu dan Koperasi bahkan dapat menarik anggota baru. untuk melihat hubungan manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini: Gambar 2.6 Hubungan Manfaat Ekonomi dan Partisipasi Anggota Manfaat Ekonomi Anggota
Prilaku Anggota
Preferensi Anggota
Motivasi Anggota
Sumber: Andang K. Ardiwidjadja, 2008: 50
Partisipasi Anggota
43
Berdasarkan uraian dan Gambar 2.6 di atas maka, dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota mempunyai hubungan sebab akibat dengan manfaat ekonomi yang diterima anggota (dampak ekonomi atau promosi ekonomi anggota). sebagaimana menurut Ropke (2003: 30) yang menyatakan bahwa “jika manfaat atau keunggulan yang diberikan oleh Koperasi bagi anggota lebih tinggi dari manfaat yang dapat diperolehnya pada saat tidak menjadi anggota, maka orang tersebut akan berpartisipasi dan melaksanakan usaha dengan Koperasi”. Menurut Alfred Hanel (1989: 76), bahwa manfaat yang diperoleh anggota Koperasi meliputi: 1. Manfaat ekonomi, yaitu menfaat pelayanan untuk memperoleh barang atau jasa dengan kualitas baik, harga lebih rendah dengan cara yang lebih mudah serta memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU). 2. Manfaat social, yaitu meningkatkan status social, keterampilan, harga diri serta nyaman. Para anggota akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan perusahaan Koperasi apabila menunjang kepentingan, yaitu sesuai dengan kebutuhannya dengan harga, mutu, dan syarat lebih baik dari pada pihak lain. Sebagaimana pendapat Menurut Tati Suhartati Joesron, (2005: 16) bahwa partisipasi ditentukan oleh kualitas pelayanan kepada anggotanya, khususnya dalam bentuk promosi ekonomi yang terukur dalam satuan uang. Anggota yang puas bukan saja akan membentuk loyalitas tapi juga sebagai sarana promosi Koperasi. Pelanggan yang puas akan menunjukan prilaku yang dengan sendirinya merupakan ukuran kepuasan para anggota, sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi anggota. 2. Menjadi lebih setia. 3. Memberikan komentar yang favourable tentang koperasi dan servicenya.
44
4. Kurang memperhatikan pada produk pesaing dan kurang sensitif terhadap harga. Kemudian dalam melakukan pelayanan manajemen membutuhkan informasi yang cukup banyak untuk pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan Koperasi. Kendatipun informasi dari luar organisasi Koperasi juga penting untuk pengambilan keputusan, tetapi informasi yang relevan sebagian besar dari anggota Koperasi itu sendiri. Dalam hal ini manajemen Koperasi mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mengumpulkan informasi. Setiap manajemen Koperasi tidak mungkin mengetahui informasi yang diperlukan setiap waktu. Informasi itu harus ditemukan dan mekanisme untuk menemukan informasi baru sesuai dengan pelayanan yang diberikan perusahaan Koperasi dalam kepentingan (interest) anggota melalui proses partisipasi berikut ini: Gambar 2.7 Proses Partisipasi Kebutuhan
Pemakai
Partisipasi dalam pelayanan
Pelayanan
Kebutuhan yang bersaing
Kekuatan bersaing
Sumber: Hendar dan Kusnadi, 2005: 98 Gambar 2.7 di atas menunjukan ada dua factor utama yang mengharuskan Koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggota. Pertama adalah adanya
45
tekanan pesaing dari organisasi lain (terutama organisasi non Koperasi) dan kedua adalah perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradabanperubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh Koperasi. Bila Koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar daripada pesaingnya, maka tingkat partisipasi anggota terhadap Koperasi akan meningkat. Untuk meningkatkan pelayanan Koperasi memerlukan informasi-informasi yang dating terutama dari anggota Koperasi. Apabila di gambarkan maka hubungan manfaat pelayanan Koperasi dengan partisipasi anggota akan terlihat pada Gambar 2.8 berikut ini: Gambar 2.8 Hubungan Manfaat Pelayanan Koperasi dengan Partisipasi Anggota Manfaat Koperasi
Kepuasaan anggota
Prilaku Preperensi
Motivasi anggota
Partisipasi anggota
Umpan Balik
Sumber: Andang K. 2008:23 Berdasarkan Gambar 2.8 di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat Koperasi bagi anggota (members benefit) mempunyai hubungan sebab akibat dengan kepuasan anggota (members satisfaction), prilaku preferensi homo anggota (members behavior,preferensi, dan homo), motivasi anggota (members motivation), kemudian akan berhubungan sebab akibat dengan partisipasi anggota sebagai pemilik maupun pengguna. Untuk itu perkerja (manajer dan karyawan) akan berusaha sejauh mungkin mamanuhi segala kebutuhan para anggotanya. Anggota yang memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik (owners) dan
46
sebagai pelanggan (customers) semestinya di berikan pelayanan oleh Koperasi. Hal ini sesuai dengan tujuan Koperasi, yaitu untuk mensejahterkan anggotanya atau mempromosikan ekonomi anggota. Berkaitan dengan motivasi, Lindung (1989) yang mengacu pada pendapat Hanel dan Ropke, mengatakan bahwa “motivasi ekonomi anggota sebagai pemilik akan mempersoalkan dana-dana (simpanan-simpanan) yang telah diserahkan, apakah menguntungkan atau tidak. Sedangkan anggota sebagai pelanggan akan mempersoalkan kuantitas pengadaan kebutuhan barang dan jasa, menguntungkan tidaknya pelayanan Koperasi jika dibandingkan penjual / pembeli di luar Koperasi. Sejalan dengan ungkapan tersebut, H. Munker (1988) dalam andang dkk, 2008: 23 mengungkapkan bahwa “motif (dorongan) yang mendasari pembentukan dan penggabungan dirinya ke dalam organisasi Koperasi itu adalah untuk menikmati keuntungan ekonomis sebesar mungkinbagi perusahaan / usaha tani / rumah tangganya sendiri anggota dengan cara menciptakan dan memanfaatkan perangkat-perangkat Koperasi itu sebagai alat pencapaian kemanfaatan. Dalam hal ini organisasi koperasi merupakan suatu sarana / alat bagi anggota. Kepuasaan (satisfaction) terhadap pelayanan Koperasi, akan mendorong motivasinya untuk melakukan partisipasi yang efektif (tinggi), kemudian secara sinergis menjadi landasaan kuat bagi perkembangan Koperasi. Berdasarkan uraian di atas, secara ringkas kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat pada Gambar 2.9 sebagai berikut:
47
Gambar 2.9 Kerangkan Pemikiran Penelitian Kualias Pelayanan (X1)
Partisipasi Anggota (Y) Promosi Ekonomi Anggota (X2)
2.7 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiono, 2008: 96). Hopotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 2.7.1 Hipotesis Mayor Kualitas pelayanan, promosi ekonomi anggota berpengaruh secara simultan terhadap partisipasi anggota. 2.7.2 Hipotesis Minor 1. Kualitas pelayanan berpengaruh secara positif terhadap partisipasi anggota. 2. Promosi ekonomi anggota berpengaruh secara positif terhadap partisipasi anggota.