BAB II MOTIVASI DAN KUALITASPENDIDIKAN
A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Menurut Hamzah B. Uno, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya,
berupa
rangsangan,
dorongan,
atau
pembangkit
tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu.1 Dalam buku yang berjudul “Motivasi Dalam Pembelajaran” karya Esa Nur Wahyuni, motivasi berasal dari kata latin moveers yang berarti menggerakkan. Sedangkan menurut Atkinson yang dikutip oleh Esa Nur Wahyuni, motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecendrungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruhpengaruh. Dan menurut pendapat Freud, motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu.2
1
hlm. 3.
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
2
Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang : UIN MALANG PRESS (Anggota IKAPI), 2009), hlm.12.
21
22
Wasty Soemanto mengutip pendapat Mc Donald bahwa motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.3 Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan bahwa motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (Goal) atau perangsang (Incentive).4 Jadi dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu : a.
Menggerakkan
berarti
menimbulkan
kekuatan
pada
individu
memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. b.
Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, dimana tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu untuk mencapai tujuan.
3
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 203-205. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999),
4
hlm.61.
23
c.
Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan - dorongan dan kekuatan - kekuatan individu.5 Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Seseorang senang terhadap
sesuatu,
apabila
ia
ingin
dapat
mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasiuntuk melakukan kegiatan itu. 2) Apabila seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut.6 Pada dasarnya, motivasi memiliki dua elemen, yaitu : 1) Elemen Dalam (Inner Component) Elemen dalam ini berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang, berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan psikologis. Rasa tidak puas atau ketegangan psikologis ini bisa timbul karena keingingan-keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, serta berbagai macam kebutuhan lainnya. 2) Elemen Luar (Outer Compenent) Elemen luar dari motivasi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang itu, namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya.
5
Ibid., hlm.72. Hamzah B. Uno,op.cit., hlm.8.
6
24
Seseorang
yang
diasumsikan
mempunyai
kebutuhan
akan
penghargaan dan pengakuan, maka timbullah tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.7 Motivasi memiliki berapa fungsi, antara lain : a.
Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia.
b.
Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku.
c.
Motivasi memberikan energi dan menahan tingkah laku.8 Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.9 2.
Teori Motivasi Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Ngalim Purwanto, terdapat beberapa teori motivasi, antara lain : a) Teori Hedonisme Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Implikasi pada teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit atau mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.
7
Wasty Soemanto,op.cit., hlm.207. Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm.14-15. 9 Ngalim Purwanto, op.cit., hlm.73. 8
25
b) Teori Naluri Manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok (naluri), yaitu naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri dan naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dan untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c) Teori Reaksi yang Dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup atau dibesarkan. Teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. d) Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. e) Teori Kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis.10 Maslow mengemukan lima tingkat kebutuhan manusia, diantaranya : Tingkat Kebutuhan Manusia ( Maslow)
10
Ngalim Purwanto,op.cit., hlm 74-77.
26
5 Perwujudan diri dan pemenuhan 4 Kebutuhan Tingkat Tinggi
Penghargaan dan Status 3 kebutuhan memiliki dan kebutuhan sosial 2 Rasa aman dan Jaminan
Kebutuhan Tingkat Rendah
1 Kebutuhan fisik yang dasar
Keterangan :
Tabel kebutuhan pada tingkat 1 dan 2 disebut sebagai kebutuhan tingkat rendah, yaitu berupa kebutuhan kelangsungan hidup dan kebutuhan rasa aman dan jaminan . sedangkan pada tingkat kebutuhan tingkat 3, 4, 5 disebut sebagai kebutuhan tingkat tinggi, berupa penghargaan dan status dan perwujudan diri dan pemenuhan . f)
Teori
Keberadaan,
Keterkaitan,
dan
Relatedness, dan Growth ERG) Aldefer
Pertumbuhan
(Existence,
27
Kebutuhan akan keberadaan berkaitan dengan keberadaan manusia dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis serta rasa aman pada hierarki Maslow, sedangkan kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan, dan kebutuhan pertumbuhan berhubungan
dengan
perkembangan
potensi
perorangan
dan
kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukan Maslow.11 g)
Teori Herzberg Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Faktor - faktor tersebut adalah : 1) Faktor motivator (faktor intrinsik), memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya. 2) Faktor higiene (faktor ekstrinsik), memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
h) Teori X dan Teori Y Mc Gregor
11
Hamzah B. Uno,op.cit., hlm.39-43.
28
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori Y (positif).12 Sedangkan menurut Abd. Rachman Abror dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa teori motivasi dibagi menjadi beberapa teori, antara lain : a) Teori Insting (Instink Theory) Teori ini menganggap bahwa semua pikiran dan tingkah laku merupakan insting yang dibawa sejak lahir.Teori ini dikemukan oleh William McDougall (1871-1938). b) Teori Reduksi Dorongan (Drive-Reduction Theory) Teori ini mendasarkan motivasi pada kebutuhan-kebutuhan (needs) jasmaniah yang menimbulkan keadaan tegangan (tension) atau dorongan (drive), kemudian mereduksi dorongan tersebut dengan melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan. c) Teori Insentif (Incentive Theory) Teori ini menekankan terhadap kondisi-kondisi eksternal sebagai motivasi. d) Teori Psikoanalitik (Psychoanalytic Theory) Teori ini dikemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939), menurut beliau bahwa semua tingkah laku berasal dari dua
12
HamdaniAli.“MakalahTeoriMotivasi”.http://hamdanial.blogspot.com/2012/11/makalahteori-motivasi.html/.(30 november 2012). Diakses, 17 Januari 2014.
29
kelompokinsting yang berlawanan yaitu insting untuk hidup dan mempertahankan kehidupan. e) Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Teori ini menekankan interaksi antara tingkah laku dan lingkungan, dengan memusatkan pola-pola tingkah laku yang dikembangkan oleh individu untuk mengatasi lingkungan bukan dipusatkan pada dorongan-dorongan insting.13 3. Orang Tua Menurut Kartini Kartono, orang tua adalah persekutuan primer dan alami di antara seorang pria dan wanita yang diikat oleh tali perkawinan atau cinta kasih yang di dalamnya terdapat unsur hakiki yang sama yaitu saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling melengkapi sesuai kodrat masing-masing.14 Sedangkan menurut Sukirin orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan pusat kehidupan rohaniah dan sebagai penyebab berkembangnya dalam alam luar. Maka setiap reaksi, emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari berpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dulu.15Menurut Asef Umar, orang tua sebagai pribadipribadi yang dekat dengan anak dan memiliki peran yang sangat penting
13
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogjakarta : PT Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 117-118. 14 Katini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Krikik Dan Sugesti, Cet 1(Jakarta: Pradnya Pramita, 1997), hlm. 7. 15 Sukirin, Pokok-Pokok Psikologi Pendidikan(Yogjakarta : Fik IKIP, 1979), hlm 14.
30
untuk mendampingi dan menemani anak.16 Agar anak mendapatkan masukan dan bimbingan yang baik dan motivatif. 17 Orang tua memiliki kewajiban untuk menjadi motivator bagi anak, agar sang buah hati memiliki semangat yang terus menyala dan membara untuk belajar sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemanusian dan kehidupan. Meskipun demikian, dalam memberikan motivasi, orang tua harus menggunakan rambu-rambu dan strategi-strategi. Dengan ini semua, maka anak akan menjadi pribadi unggul dalam banyak bidang, dia akan menjadi juara.18 Menurut Muhaimin dalam bukunya Rekronstruksi PendidikanIslam mengemukan bahwa Orang tua memiliki hak prerogatif untuk memilih sekolah bagi anak-anaknya. Sekolah yang berkaulitas semakin dicari dan yang mutunya rendah akan ditinggalkan. Ini terjadi hampir di setiap kota di Indonesia. Di era globalisasi ini sekolah-sekolah yang bermutu dan memberi muatan agama lebih banyak menjadi pilihan pertama bagi orang tua di berbagai kota. Muatan agama tersebut merupakan dasar atau fondasi hidup individu untuk menangkal pengaruh negatif di era globalisasi. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan di sekolah (negeri atau swasta) tidak lepas dari nilai-nilai, norma perilaku, keyakinan maupun budaya. 19
16
Asef Umar fakhruddin, Terapan Quantum Learning Untuk Keluarga (Yogjakarta : Laksana : 2011), hlm.231. 17 Ibid., hlm.120. 18 Ibid., hlm.237. 19 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 310.
31
Menurut Samsul Munir Amin, orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anaknya. Orang tua hendaknya
memahami
bagaimana
cara
untuk
memotivasi
dan
menbangkitkan semangat agar si kecil tertarik memasuki sekolah.20 Dalam buku Barrnawi dan Mohammad Arifin dijelaskan bahwa dalam menentukan sekolah yang terbaik untuk anak-anak merupakan keputusan yang penting bagi setiap orang tua. Setiap orang tua tentu ingin mendidik anak-anaknya di sekolah yang berkualitas. Dengan begitu, harapan orang tua terhadap anak dapat terwujud. Hal inilah yang membuat orang sering memikirkan sebenarnya mana sekolah yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada beberapa alasan mengapa harus memilih sekolah yang terbaik, dianataranya adalah : a. Anak akan menghabiskan sebagian waktunya di sekolah, waktu yang dihabiskan di sekolah anatar 2 sampai 6 jam. Apa yang didapatkan selama waktu tersebut berpengaruh pada perkembangan kecerdasannya. Jika tidak dipilihkan sekolah yang terbaik, perkembangan kecerdasannya akan terhambat. b. Sekolah tempat membentuk kecerdasan, kreativitas, dan kepribadian anak. Hal ini sangat penting karena sekolah akan memberi pengaruh yang begitu besar tehadap pembentukan si anak, dari semua materi, sistem dan fasilitas yang diberikan, maupun lingkungan yng dibentuk.
20
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami (Jakarta : Amzah),
hlm. 251.
32
c. Anak sangat menghargai waktu di sekolah. anak menyadari bahwa sekolah adalah tempat belajar berbagai hal. Ini dibuktikan dengan rajinnya anak datang ke sekolah dan ada perasaaan bersalah saat ia tidak masuk sekolah. 21 Orang tua harus berhati-hati dalam memilih sekolah untuk anakanaknya. Ada beberapa cara untuk memilih sekolah atau lembaga pendidikan yang benar-benar baik dan islami, diantaranya adalah : a. Pilih sekolah yang bukan namanya saja yang Islami, akan tetapi juga sistem, kurikulum, dan sarana pendidikannya juga Islami. b. Pilih sekolah yang mengutamakan mutu pendidikan dengan konsep Islami. c. Pilih sekolah yang guru-gurunya memiliki latar belakang akidah yang kuat. Paling tidak terlihat dari sikap religiusitas mereka. d. Pilih sekolah yang menerapkan konsep lingkungan atau komunits Islami. Misalnya apakah sekolah tersebut menerapkan nuansa Islami, perilaku pendidik dan anak didiknya apakah menerapkan suasana islami di lingkungan sekolah seperti kebiasaan salam, kebiasaan shalat berjamaah di sekolah, dan kegiatan- kegiatan Agamis lainnya.22 Hasan Langgulung dalam buku “Manusia Dan Pendidikan” mengemukan bahwa orang tua memiliki kewajiban terhadap anak yang harus dipenuhi, diantaranya adalah :
21
Barnawi dan Mohammad Arifin, Branded School : Membangun Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan Mutu (Jogjakarta : AR-Ruz Media, 2013), hlm. 59-60. 22 Samsul Munir Amin, Op.cit., hlm.256.
33
a) Seorang laki-laki memilih bakal isteri yang shaleh yang bakal menjadi ibu bagi anak-anaknya. b) Memilih nama yang baik bagi anak-anaknya. c) Memperbaiki adab dan pendidikan anak-anaknya. d) Bersifat adil terhadap anak-anaknya. e) Bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat untuk menjaga, menyadarkan, dan membimbing anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak dan sosial. f) Menjadi tauladan yang baik terhadap akhlak dan perangai yang diajarkan kepada anak-anaknya dalam rumah tangga yang penuh dengan syi’ar da kebiasaan islami. 23 Dalam buku karya Wahyudin di jelaskan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua dalam menentukan sekolah anak adalah sebagai berikut : 1. Faktor Jarak Apabila menemukan sekolah yang bermutu, namun letaknya jauh dari rumah, hal yang harus dipertimbangkan adalah kemampuan dapat menjangkaunya atau tidak, yangmana harus di sesuaikan dengan ukuran yang dimiliki. 2. Faktor Biaya Sekolah dengan biaya mahal, maka harus di teliti untuk kepentingan apa, untuk kepentingan bisnis sekolah, atau memang untuk 23
Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan (Jakarta : PT Al-Husna Zikra, 1995),
hlm.392.
34
menggaji guru yang profesional, biaya operasional sekolah
(biaya
peningkatan mutu dan pelayanan), atau untuk kegiatan pembelajaran (media, alat peraga). Bermutu memang diperlukan biaya yang tidak sedikit, sekolah yang menarik biaya mahal karena tuntutan mutu dan bukan karena adanya bisnis yang sifatnya mencari untung, maka dapat dipilih. 3. Faktor Guru Dalam memilih sekolah atau institusi pendidikan, hal yang harus dipertimbangkan adalah “Guru”. Guru yang menentukan warna anak kita, guru yang mengarahkan perilaku anak di sekolah. guru yang baik akan membawa pengaruh baik, dan guru yang buruk akan membawa pada pengaruh buruk. 4. Faktor Pembelajaran Faktor ini di lihat dari pendekatan dan strategi yag tepat, kegiatan yang mendorong pada keimanan, ketakwaan, dan berakhlak mulia, kegiataan- kegiatan yang bersifat mendorong kreativitas, kegiatan yang mendorong kemandirian.24 Peran orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas sebagai orang tua. Sesekali orang tua perlu berperan sebagai polisi yang selalu siap menegakkan keadilan dan kebenaran, dan sesekali pula orang tua berperan sebagai guru yang dapat mendidik dengan baik. Alam
24
Wahyudin, A To Z Anak Kreatif, Jakarta : Gema Insani, 2007, hlm.27-29.
35
psikologis orang tua harus beralih ke alam anak-anak, sehingga orang tua dapat merasakan, menghayati, dan mengerti kondisi anak-anak.25 B. Kualitas Pendidikan 1. OrientasiKualitas Pendidikan Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu. Menurut Webster’s New World Dictionary, pendidikan adalah “proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan,
pikiran,
karakter
dan
seterusnya,
khususnya
lewat
persekolahan formal”.26 Sebuah sekolah yang dianggap mempunyai daya tarik, daya saing, dan daya tahan, akan mudah dalam mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Sekolah tersebut proses pembelajarannya bermutu dan hasilnya juga bermutu.
b.
Sekolah
tersebut
biayanya
sebanding
dengan
mutu
yang
diperlihatkannya. c.
Sekolah tersebut memiliki etos kerja tinggi.
d.
Sekolah tersebut didalamnya tercipta suasana yang humanis.27 Sekolah nasional yang berkualitas tentunya harus memenuhi standar
nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
25
Samsul Munir, Op.cit., hlm.171. Ibid., hlm.1. 27 Hasbullah, Otonomi Pendidikan : Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.60-61. 26
36
Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayan pendidikan, dan standar penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, dan pengawasan pendidikan dalam upaya mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.28 Kualitas pembelajaran merupakan salah satu aspek penilaian dari suatu sekolah. Pembelajaran merupakan proses yang sangat vital dalam mencerdasakan kehidupan manusia. Tanpa pembelajaran, guru tidak akan dapat mengarahkan para siswa menenukan pengetahuan, mengembangkan sikap positif, dan melatih potensi psikomotoriknya. Disinilah proses pendewasaan berlangsung. Disinilah momen terjadinya proses transformasi manusia ke arah yag lebih baik.29 2. Komponen Kualitas Pendidikan Dalam buku Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar karya Ace Suryadi dan Tilaar menjelaskan bahwa kualitas pendidikan memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan suatu sekolah, diantaranya adalah
28
Barnawi dan Mohammad Arifin,Op.cit.,hlm.11. Ibid., hlm.13.
29
37
besarnya kelas, faktor guru, buku pelajaran, proses pendidikan dan faktor keluarga murid.30 Sedangkan komponen yang terkait dengan mutu pendidikan, adalah: a. Siswa, meliputi kesiapan dan motivasi belajar. b. Guru, meliputi kemampuan profesional, moral kerja (kemampuan personal), dan kerja sama (kemampuan sosial). c. Kurikulum, meliputi relevansi konten (isi) dan operasionalisasi proses pembelajarannya. d. Sarana dan Prasarana, meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. e. Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi), yaitu partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah.31 Sekolah pilihan merupakan sekolah yang benar-benar berkualitas. Sistem pembelajaran pada sekolah tersebut berbasis multiple intelligence dan holistic learning. Semua jenis kecerdasan pada diri siswa sangat dihargai. Proses pembelajaran mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Ada beberapa poin yang dapat membantu orang tua dalam memilih sekolah yang benar-benar berkualitas bagi masa depan anaknya sebagai berikut : a. 30
Memiliki konsep sekolah yang jelas dan tepat.
Ace Suryadi dan Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, hlm.109-114. 31 Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan (Jogjakarta: Ircisod, 2010), hlm. 151.
38
b.
Pemahaman yang mendalam akan konsep sekolah.
c.
Program pengembangan SDM (sumber daya manusia) yang kontinu.
d.
Melibatkan orang tua dan anak secara aktif dasar rekrutmen guru-guru yang tepat.
e.
Guru yang memahami psikologi perkembangan anak.
f.
Para guru yang menguasai teknik-teknik pengejaran dan pendidikan.
g.
Sistem
dan
pola
pembelajaran
yang
mengacu
pada
proses
perkembangan kemampuan secara berkala, bukan pada ujian akhir. h.
Sistem pendidikan dan pengajaran yang memperdayakan kemampuan unggul “unik” setiap anak.
i.
Tidak menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar.
j.
Mau menenrima masukan dari luar untuk proses pengembangan sistem pembelajaran.
k.
Anak antusias, kreatif, kritis, dan sangat senang bersekolah dan diajak bicara tentang sekolahnya.
l.
Anak kita akan menjadi lebih baik dalam waktu 3 sampai 6 bulan.32 Sekolah pilihan bukanlah sekolah yang biasa-biasa saja, melainkan
memiliki kelebihan yang membuatnya dipilih. Kelebihan itu bisa tersandung pada satu atau beberapa aspek sekolah, aspek-aspek yang biasa dilihat dalam pemilihan sekolah adalah ruang kelas, karya siswa, wajah siswa, cara guru berinteraksi, dan lingkungan sekolah.
32
Barnawi dan Mohammad Arifin,Op.cit.,hlm.75-78.
39
Sekolah pilihan adalah sekolah yang efektif. Sekolah efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan kinerja terbaiknya sehingga mencapai tujuan pendidikan. Dalam perpektif mutu pendidikan, sekolah yang efektif ialah sekolah yang memiliki masukan siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, dapat menyediakanlayanan pembelajaran yang bermutu, memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar, memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refeksi dari kinerja kepemimpinan profesional kepala sekolah. Sedangkan
dalam
perpektif
manajemen,
sekolah
efektif
memanfaatkan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan rasional dan sistematik untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tindakan manajemen bersumber pada kebijakan dan peraturan yang disepakati bersama. Sekolah efektif mencakup dimensi : layanan belajar bagi siswa, pengelolaan dan layanan siswa, sarana danprasarana sekolah, program dan pembiayaan, partisipasi masyarakat, budaya sekolah. dan dalam perpektif organisme, sekolah efektif terus menerus mempertanyakan dua hal yang sangat esensial, yaitu apakah haikat keberadaan sekolah dan apakah yang menjadi tujuan utamanya.33Sekolah Efektif memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah:
33
Ibid., hlm.78-79.
40
a.
Supporting input, yang meliputi dukungan orang tua dan masyarakat, lingkungan belajar yang sehat, dukungan yang efektif dari sistem pendidikan serta kelengkapan buku dan sumber belajat yang memadai.
b.
Enabling condition, yang meliputi kepemimpinan yang efektif tenaga guru yang berkompeten, fleksibilitas, dan otonomi serta waktu di sekolah yang lama.
c.
School climate, yang meliputi harapan siswa yang tinggi, sikap guru yang positif, keteraturan dan disiplin, kurikulum yang terorganisasi. Sitem reward dan intensif bagi siwa dan guru, seta tuntutan waktu belajar yang tinggi.
d.
Teaching learning process, yang meliputi strategi mengajar yang bervariasi, pekerjaan rumah yang sering, penilaian dan umpan balik yang sering, dan partisipasi (kehadiran, penyelesaian studi, dan kelanjutan studi) siswa.34
3. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKualitas Pendidikan Dasar Faktor- faktor strategis yang mempengaruhi kualitas pendidikan dasar adalah : a.
Faktor Kurikulum Kurikulum adalah variabel yanga sangat strategis, kerana melalui kurikulum pengalaman belajar ditata. Dalam hubungan ini, beberapa masalah penting yang harus dijawab oleh kurikulum yang bermutu adalah : (1) relevansi kurilum dengan kebutuhan anak dan
34
Ibid., hlm.79-80.
41
perubahan yang terjadi di lingkungan strategi sekolah, (2) proses dan pengalaman belajar yang hendak ditata dalam rangka pembentukan kognisi, afeksi, maupun keterampilan psikomotorik, (3) beban muatan kurikulum yang juga terkait erat dengan tuntutan sosio-kulturalekonomi masyarakat, dan (4) Kelayakan kurikulum untuk dapat diimplementasikan,
seperti
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
perpustakaan dan laboratorium. b.
Faktor Guru Faktor guru adalah faktor yang sangat mempengaruhi terutama dilihat dari kemampuan guru mengajar serta kelayakan guru itu sendiri. perhatian yang belum sungguh-sungguh terhadap sumber daya pendidikan khususunya guru-guu baik dalam hal peningkatan mutu, kesejahteraan dan kedudukan ssosialnya,proses pendidikan dan perkembangan masyarakat akan lebih memperlebar kesenjangan kualitas guru-guru itu sendiri.
c.
Faktor Ekomomi Disamping
faktor
kurikulum
dan
guru,
dalam
situasi
perekonomian yang belum pulih sepenuhnya, maka kemampuan dukungan dana, saranan dan prasarana masih merupakan kendala terbesar
pada
sebagaian
sekolah
dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan.35
35
Emzir dan Sam Muchtar Chaniago, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 26-28.