BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA
A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang berarti menggerakan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakan. Secara istilah motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku.1 Motivasi merupakan dorongan psikis dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berlaku secara tertentu, terutama di dalam suatu lingkungan.2 Motivasi dapat juga dikatakan suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.3 Abdul Rahman Shaleh menjelaskan bahwa
motivasi
dapat
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Pada titik ini, motivasi menjadi daya penggerak perilaku sekaligus menjadi
1
Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2010),
2
Dwi Indrianti, Masalah Bina Diknakes (Jakarta: PT. Wahana Multiguna Mandiri, 2003),
3
Chatidjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994),
hlm. 13 hlm.22 hlm. 145
16
penentu perilaku. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku meliputi pengaturan, pengarahan, dan tujuan dari perilaku.4 Oemar Hamalik menjelaskan bahwa dalam motivasi terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu: Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Mulamula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif, dan Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan.5 2. Fungsi Motivasi Beberapa pendapat dari para ahli tentang fungsi motivasi diantaranya menurut Syaeful Bahri Djamarah menjelaskan ada tiga fungsi motivasi: 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
4
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 183 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2001), hlm. 161
17
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.6 Menurut Ngalim Purwanto, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa ada tiga fungsi motivasi: 1) Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia. Motivasi sering diasumsikan sebagai pembimbing, pengarah, dan berorientasi pada tujuan, sehingga tingkah laku yang termotivasi akan bergerak dalam suatu arah secara spesifik. Tingkah laku tersebut memiliki maksud, ketekunan, dan kegigihan. 2) Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Dengan adanya motivasi, maka tingkah laku individu mempunyai arah kepada tujuan yang dipilih oleh individu itu sendiri. 3) Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku. Motivasi sebagai alasan perbuatan, berarti menjadi tenaga pendorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadilah perbuatan yang tampak pada organisme. Motivasi juga berfungsi untuk mempertahankan agar perbuatan (minat) dapat berlangsung terus (lebiih lama).7 3. Tujuan Motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil 6
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2002) hlm.
7
Esa Nur Wahyuni, Op Cit., hlm. 14-15
123
18
atau tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.8 4. Teori Motivasi a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan Hedonisme,
manusia
pada
hakikatnya
adalah
makhluk
yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan, manusia lebih memilih menyelesaikannya
dengan
sesuatu
yang
dapat
mendatangkan
kesenangan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang
8
akan
cenderung
menghindari
hal-hal
yang
sulit
dan
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),
hlm. 73
19
menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.9 b. Teori Naluri Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang memengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Menurut teori ini, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan.10 M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut juga naluri, yaitu, (1) Naluri mempertahankan diri (2) Naluri mengembangkan diri, dan (3) Naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis. Kebiasaankebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. c. Teori Reaksi yang Dipelajari Teori ini beranggapan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup 9
Ibid., hlm. 74 Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm. 188
10
20
dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. d. Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain, semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendrong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakng kebudayaan masing-masing.11 e. Teori Kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu: 1) Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, dan sebagainya.
11
M. Ngalim Purwanto, Op Cit., hlm. 76
21
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya. 3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama. 4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan sebagainya. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) antara lain seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.12 f. Teori Atribusi Atribusi ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alasan terhadap) kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya.13 g. Teori Psikoanalitik Teori ini berpendapat bahwa setiap tindakan manusia berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap
12 13
Ibid., hlm. 77-78 Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm. 190
22
tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.14 5. Macam-macam Motivasi Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Seperti halnya menurut Chaplin, motivasi dapat di bagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological motives ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Social motives adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis.15 Motivasi juga dibedakan dari beberapa sudut pandang, diantaranya: a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, motifmotif ini sering diisyaratkan secara biologis. 2) Motif-motif yang dipelajari, maksudnya yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari. b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, misalnya seperti kebutuhan untuk makan, minum, bernafas dan sebagainya. 2) Motif-motif darurat, misalnya dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, dan sebagainya.
14
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 15 Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm. 192
23
3) Motif-motif objektif, motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.16 c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah Motivasi menurut beberapa ahli ada yang menggolongkan jenis motivasi menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflek, instink otomatis. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.17 d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik 1) Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. 2) Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang datang karena adanya rangsangan dari luar.18 B. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua diartikan sebagai Ayah dan Ibu.19 Menurut Kartini Kartono, “orang tua adalah persekutuan hidup primer dan dialami di antara seorang pria dan wanita yang diikat oleh tali perkawinan atau cinta kasih yang di dalamnya terdapat unsur
16 17
Syaeful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 118 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),
hlm. 88 18 19
Ibid. hlm 194 Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm. 987
24
hakiki yang sama, yaitu saling ketergantungan, membutuhkan, melengkapi sesuai dengan kodratnya masing-masing”.20 Sukirin menerangkan bahwa, orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan
pusat
kehidupan
rohaniyah
dan
sebagai
penyebab
berkembangnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari berpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dulu.21 Menurut Hery Nur Aly orang tua adalah orang dewasa yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan sebab secara alamiah anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya, dari merekalah anak mengenal pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan kepada anaknya segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau anak sendiri yang ingin mengetahuinya.22 Orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya, karena secara kodrati bapak dan ibu diberi anugrah oleh tuhan berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang dan merasa bertanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, dan melindungi serta mengawasi anak-anak mereka.23
20
Kartini kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Kritik dan sugesti, Cet.1, (Jakarta: Paramita, 1997), hlm. 7 21 Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1979), hal.14 22 Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 81 23 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 338
25
2. Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua a. Peran orang tua Kehidupan anak tak lepas dari keluarga karena sebagian banyak waktu yang dilalui anak ada dalam keluarga. Karenanya orang tua memiliki peran penting. 1) Peran Ibu Pada kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peran penting terhadap anaknya. Ada beberapa peran ibu yaitu: Sumber dan pemberi rasa kasih sayang. Pengasuh dan pemelihara. Tempat mencurahkan isi hati. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga. Pembimbing hubungan pribadi. Pendidik dari segi-segi emosional. 2) Peran ayah Ayah juga memegang peran penting dalam keluarga. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tinggi prestasinya. Kegiatan ayah terhadap pekerjaanya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak. Ada beberapa peran ayah, yaitu: Sumber kekuasaan di dalam keluarga. Penghubung intern keluarga dengannmasyarakat atau dunia luar. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
26
Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan. Pendidik dalam segi-segi rasional.24 b. Tanggung Jawab Orang Tua Faktor yang sangat penting dalam mendidik anak terletak pada pundak orang tua. Anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah, seorang anak sewaktu dilahirkan belum bisa mengetahui baik dan buruk suatu tingkah laku, sedangkan yang membina anak untuk menentukan anak menjadi baik dan buruk di masa remaja adalah orang tuanya. Orang tua adalah orang yang pertama kali bertanggung jawab kepada anak-anaknya, yaitu bertanggung jawab secara material, spiritual dan psikologis. Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Anak merupakan amanat Allah bagi kedua orang tuanya, ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang. Bila ia sejak kecil dibiasakan dengan baik, ia tumbuh dan berkembang menjadi baik pula, dan sebaliknya apabila ia di biasakan buruk maka anak akan berbuat buruk pula. Orang tua mempunyai banyak tanggung jawab kepada anak, diantaranya: 1) Tanggung Jawab Masalah Ekonomi Kebutuhan anak terdiri dari kebutuhan jasmani dan rohani. Karena anak belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, maka orang tua harus memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan jasmani 24
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2000), hal. 82-83
27
anak seperti tempat tinggal, makan, dan pakaian. Kebutuhan jasmani anak diatur dari kandungan ibu agar anak selalu sehat dengan cara memberi makan yang sehat, bergizi dan halal. 2) Tanggung Jawab Masalah Pendidikan Tanggung jawab orang tua pada anaknya yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan, salah satu kewajiban orang tua kepada ankanya termasuk mendidik budi pekerti yang baik. Orang tua harus bertanggung jawab atas pendidikan anaknya, karena bahagia atau celakanya seorang anak terletak ditangan orang tuanya. Sebagaimana pendapat Zakiyah Daradjat, “pendidikan banyak menentukan kehidupan seseorang, apakah ia akan menderita ataukah ia akan menjadi orang yang baik. Pendidikan yang akan menentukan apakah anak akan menjadi orang yang cinta pada bangsa dan tanah air ataukah akan menjadi penghianat bangsa dan negara. Demikian pula kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunan beragama ditentukan pula oleh pendidikan yang dilaluinya sejak kecil.”25 3) Orang Tua Sebagai Penolong dan Pemelihara Orang tua sebagai pemelihara keluarga berarti orang tua harus memelihara keselamatan dan kehidupan keluarga baik moril atau materil yang dibutuhkan oleh keluarga. Dengan jalan memberikan
25
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental¸(Jakarta: Gunung Agung, 1988), hal. 64
28
bantuan berupa mencari nafkah, memberikan perlindungan dari berbagai macam ancaman baik yang datang dari luar atau dari dalam keluarga yang akan merugikan kehidupan anggota keluarga. Kewajiban orang tua lainya yang harus dipenuhi dengan sungguhsungguh adalah memenuhi hak anak. Hak-hak anak sangat banyak diantaranya adalah: 1) Hak Nasab Nasab adalah hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan ibu, karena sebab-sebab yang sah menurut syara’, yaitu jika si anak dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang oleh syara’ diakui keabsahannya. Dengan demikian, setiap anak yang lahir langsung dinasabkan kepada ayahnya untuk lebih menguatkan perkawinan kedua orang tuanya. Salah satu contoh dari hak nasab ini adalah hak penyusuan di mana setiap bayi yang lahir berhak atas susuan pada periode tertentu dalam kehidupan, yaitu periode pertama ketika ia hidup. Adalah suatu fitrah bahwa ketika bayi dilahirkan ia membutuhkan makanan yang paling cocok dan paling baik untuknya, yaitu air susu ibu. 2) Hak Pemeliharaan Anak
berhak
mendapatkan
asuhan,
yaitu
memperoleh
pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihannya pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa). Yang dimaksud pemeliharaan di sini dapat
29
berupa pengawasan dan penjagaan terhadap keselamatan jasmani dan rohani anak dari segala macam bahaya yang mungkin dapat menimpanya agar tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan pelayanan yang penuuh kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan pakaian. Oleh karena itu, pada usia balita seorang anak belum mempunyai kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat tergantung pada ayah dan ibunya. Hak asuh bagi anak adalah agar dirawat dengan penuuh kasih sayang, diperhatikan dan dipilihkan makanan dan minuman yang baik serta dilindungi dari berbagai penyakit demi kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dengan kasih sayang, anak akan tumbuh dengan kepribadian yang sempurna dan sehat sehingga
menghasilkan
orang-orang
yang
baik.
Dengan
memperhatikan makanan, minuman, dan kesehatannya berarti akan menciptakan orang-orang yang sehat, kuat jasmani dan rohaninya. 3) Hak mendapatkan nafkah Anak
berhak
mendapatkan
nafkah,
yaitu
pemenuhan
kebutuhan pokok. Nafkah terhadap anak adalah untuk kelangsungan hidup dan pemeliharaan kesejahteraanya. Dengan demikian anak terhindar dari kesengsaraan hidup di dunia karena mendapatkan kasih sayang orang tuanya melalui pemberian nafkah tersebut. Hak mendapatkan nafkah merupakan akibat dari nasab, yaitu nasab
30
seorang
anak
terhadap
ayahnya
menjadikan
anak
berhak
mendapatkan nafkah dari ayahnya. 4) Hak Mendapatkan Pendidikan Orang tua pendidikan
atas
memiliki
kewajiban untuk
anaknya.
Dengan
memenuhi hak
pendidikan,
anak
dapat
mengembangkan potensi-potensi dan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga ia akan menjadi generasi-generasi yang kuat, kuat dari faktor psikologis maupun fisiologis. Seprang anak merupakan generasi penerus dari generasi sebelumnya. Setiap generasi ke generasi akan memiliki pengaruh yang ditimbulkan dari generasi sebelumnya, generasi yang lemah akan mewariskan kelemahan kepada generasi berikutnya begitu juga dengan generasi yang kuat akan mewariskan kekuatan kepada generasi sesudahnya. Dengan memenuhi hak anak atas pendidikan diharapkan akan menjadi generasi yang kuat yang dapat mewariskan kekuatan pada generasi berikutnya. Dalam pendidikan ilmiah, orang tua memiliki fungsi sebagai guru pertama sebelum sang anak dilepas kepada guru disekolahnya. Orang tua terlebih dahulu harus membekali mereka dengan pemahaman yang benar, memberikan semangat dalam belajar, dan menuntut ilmu, mengarahkan kepada ilmu-ilmu syariat yang bermanfaat. Orang tua tidak boleh mengarahkan anaknya hanya untuk mempelajari ilmu dunia, melainkan orang tua seharusnya
31
harus mengarahkan anaknya untuk mempelajari ilmu yang bersifat keduniawian dan juga ilmu agama yang lebih mendekatkan kepada Allah dan kecintaan kepada kehidupan akhiratnya.26
26
Astrida. “peran dan fungsi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak”.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8 &ved=0CEQQFjAH&url=http%3A%2F%2Fsumsel.kemenag.go.id%2Ffile%2Ffile%2FBANYUA SIN%2Fpfyl1341188835.pdf&ei=UIhBVeDMJI6MuASVpoCwAg&usg=AFQjCNENuQkRjTqTd HEquGvjpVCFYXvE9g&bvm=bv.92189499,d.c2E. Diakses, 5 April 2015.
32