22
BAB II BIMBINGAN ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK A. BIMBINGAN ORANG TUA 1. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua Tugas dan tanggung jawab orang tua adalah membina anakanaknya, membina keluarga sehingga anak mendapat suri tauladan dalam pergaulan anggota keluarga secara langsung. Orang tua juga berkewajiban dalam memberikan bantuan kepada anak-anaknya yang sedang mengalami kesulitan, sehingga dengan bantuan dan bimbingan tersebut dapat mengurangi kesulitan yang dihadapinya. Mendidik anak merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua, termasuk di dalamnya aspek psikologisnya, motivasi, religius, cara praktis untuk menanamkan sikap tersebut antara lain : dengan memberikan tauladan yang baik, menunaikan dan melaksanakan ajran agama (membaca Al-Qur’an, shalat, dan sebagainya). Orang tua merupakan pendidik paling utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. 1 Adapun tugas dan tanggung jawab orang tua di antaranya yaitu: 1) Mendidik Keluarga Untuk Beribadah Kepada Allah Pengertian mendidik di sini sangat luas, misalnya mendidik 1
M. Sugeng Sholehudin, Teori dan Model Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2004), hal. 176
23
keluarga untuk bisa membaca Al-Qur’an, shalat, puasa, berakhlak mulia, serta melaksanakan ajaran Islam dan menjauhi larangannya. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan orang tuanya. 2 Peran orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, rasa aman, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Dalam Al-Qur’an tidak secara langsung mengemukakan tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan, namun perintah atau statemen tersebut tersirat dalam beberapa ayat yang mengisyaratkan tentang hal itu. Sebagaimana firman Allah : برةُ َعلَ ْيهَب َ يَب أَيُّهَب الَّ ِذينَ آَ َمنُىا قُىا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَب ًرا َوقُى ُدهَب النَّبسُ َو ْال ِح َج َّ ََملَئِ َكةٌ ِغ ََلظٌ ِشدَا ٌد ََل يَ ْعصُىن ََّللاَ َمب أَ َم َزهُ ْم َويَ ْف َعلُىنَ َمب ي ُْؤ َمزُون Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S.At-Tahrim: 6)3
2
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)hal. 177 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: AlHidayah, 1998), hal. 951 3
24
Berdasarkan ayat tersebut dapat dimengerti bahwa supaya keluarga dalam hal ini orang tua, terbebas dari siksa neraka maka harus mendidik dan membina keluarganya ( anak-anaknya ). Disinilah letak tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat dari Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. 2) Menafkahi dan Memenuhi Kebutuhan Hidup Keluarga Setiap orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Baik kebutuhan primer (seperti sandang, pangan, dan perumahan) maupun kebutuhan sekunder (tambahan). Suami atau ayah bertanggung jawab mengusahakan nafkah untuk keluarganya. Ayah tidak boleh kikir terhadap anak dan keluarganya sehingga mereka hidup dalam kekurangan. Jika terjadi keadaan demikian, maka ibu dibenarkan mengambil harta suami atau ayahnya guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. 3) Hidup Dengan Rukun dan Cinta Kasih Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memperhatikan dan mengurus keluarga, terutama anak-anak sebagai amanat dari Allah. Tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak dan keluarganya tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani (sandang, pangan, papan dan pendidikan) saja, akan tetapi juga harus memenuhi kebutuhan rohaninya
25
(mengasihi dan memberikan rasa aman kepada anak-anaknya dan keluarganya). Menurut Ngalim Purwanto pendidikan orang tua meliputi : a. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu segi pendidikan yang penting. Pendidikan jasmani erat sekali hubungannya dengan pertumbuhan badan, keadaan jasmani yang sehat akan mempengaruhi proses belajar mengajar anak dibandingkan dengan keadaan jasmani yang kurang sehat. 4 b. Pendidikan Kecakapan Pendidikan kecakapan adalah pendidikan yang bermaksud mengembangkan daya fikir (kecerdasan) anak-anak dan menambah pengetahuan anak.
5
Islam sangat menaruh perhatian besar kepada
pemeluknya untuk selalu belajar dari lahir sampai meninggal dunia. Allah selalu menyuruh kepada kita agar selalu bertanya kepada ahlinya tentang sesuatu permasalahan dengan beratnya berarti kita telah belajar tentang hal yang tidak kita tahu. c. Pendidikan Agama Tujuan dalam pendidikan agama islam bagi anak adalah : 1. Untuk menjadi hamba Allah
4
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), Cet-12, hal. 151 5 Ibid, hal. 153
26
Hamba Allah mengandung implikasi bahwa kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya. 6 2. Membentuk akhlak yang mulia Orang tua memberi contoh kepada anaknya dengan berpegang teguh akhlak yang mulia, sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai dirinya tentu tidak sanggup meyakinkan anaknya untuk memegang akhlak mulia yang diajarkan. d. Pendidikan Kesusilaan Kesusilaan (akhlak) merupakan barometer bagi manusia, maka meninggikan nilai-nilai akhlak anak adalah tugas hidup dan tanggung jawab orang tua. Suksesnya mengemban tugas ini berarti membawa kedudukan yang istimewa. Maksud dan tujuan pendidikan kesusilaan membimbing agar anak setia mengerjakan sesuatu yang baik, meninggalkan yang buruk atas kemampuan sendiri dalam hal dan setiap waktu dengan singkat mendidik anak menjadi orang yang mempunyai motivasi dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari. e. Pendidikan Keindahan Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan, kesehatan, dan keindahan (3K) tidak bisa dipisah-pisahkan, tapi merupakan satu kesatuan. 3K tidak hanya mengenai benda-benda dan keadaan luar manusia saja melainkan mengenai batin setiap anak, jadi tidak hanya 6
hal. 49
Ahmad D. Marimba, Pengantar filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1999),
27
bersih badan dan pakaian saja tetapi juga sehat otak, pikiran dan jiwanya.
Pendidikan
keindahan
tidak
lepas
dari
pendidikan
kesusilaan.7 f. Pendidikan Kemasyarakatan Manusia menurut pembawaannya selain sebagai makhluk individu juga sebagi makhluk sosial. Sejak kecil anak sudah termasuk ke dalam suatu masyarakat kecil yang disebut keluarga, dimana dalam keluarga terdapat tata tertib dan aturan yang tidak tertulis yang ditaati oleh anggota keluarga itu. Masyarakat adalah kumpulan dan paduan keluarga-keluarga yang di dalamnya juga terdapat hukum-hukum, tata tertib dan aturan-aturan dan tata tertib yang tidak tertulis. 2. Pengertian Bimbingan Orang Tua a. Pengertian Bimbingan Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berarti bantuan atau tuntunan, ada juga yang mengartikan pertolongan. 8 Berdasarkan arti ini secara etimilogis bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Jika dikaitkan dengan upaya pemberian bimbingan belajar dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua 7
Ibid, hal. 27 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) hal.16 8
28
melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua
dituntut
untuk
memberikan
bimbingan
belajar di
rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru di sekolah dengan orang tua di rumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak. Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang dengan memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidup secara bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain. Pengertian ini menekankan bahwa bimbingan adalah proses bantuan kepada seseorang dengan tujuan yang jelas, yakni kemandirian, di mana terlebih dahulu pembimbing membawa orang yang dibimbing untuk mengenali dirinya, mengenali potensinya sehingga mampu mengembangkan dirinya serta mampu menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.9 Apabila merujuk kepada proses perkembangan individu yang dibimbing, maka bimbingan juga berarti proses bantuan yang diberikan agar individu yang dibimbing mencapai perkembangan yang optimal. Apabila merujuk kepada persoalan-persoalan yang dihadapi 9
26-09-2014
http://istigfar.blogspot.com/2010/12/pola-bimbingan-orangtua.html diunduh Jum’at,
29
individu, bimbingan sebagai proses bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengenal, menghadapi dan memecahkan masalahmasalah dalam hidupnya. Selanjutnya, apabila merujuk kepada kemandirian individu yang dibimbing, maka bimbingan bisa dikonsepsikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu yang dibimbing agar dapat mencapai kemandirian. 10 Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa : 1. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya kegiatan bimbingan tidak dilakukan secara kebetulan atau asalasalan melainkan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berencana dan terarah kepada tujuan. 2. Bimbingan merupakan proses membantu mengarahkan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya secara optimal. 3. Bantuan yang diberikan adalah kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya. 4. Bimbingan merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kapasitas potensinya. 5. Bimbingan bertujuan agar individu dapat berkembang secara optimal sesuai lingkungannya, bisa memperoleh kebahagiaan hidup di tengah-tengah masyarakat dan bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.
10
Tohirin, M.Pd. Op Cit. hal. 18
30
6. Proses bimbingan hendaknya mencerminkan suasana kasih sayang, keakraban,
saling
menghormati,
saling
mempercayai
dan
didasarkan pada aturan atau norma-norma yang berlaku. 7. Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu agar dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah hidupnya sendiri sehingga dapat menikmati hidup secara bahagia. 11 Kesimpulannya bahwa bimbingan merupakan suatu proses memberikan bantuan kepada individu agar individu yang dibimbing dapat mengenal dirinya, dapat mencapai kemandirian dengan menggunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat dalam suasana asuhan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga ia dapat menikmati hidupnya dengan bahagia. b. Pengertian Orang Tua Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua adalah bapak dan ibu, orang yang sudah tua, orang yang dianggap tua atau dituakan (pandai, cerdik). 12
11 12
hal.798
Ibid, hal. 21 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000),
31
Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan dan mendidik anak. Panggilan ayah atau ibu dapat diberikan untuk pria atau wanita yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini, contohnya adalah pada orang tua angakat (karena adopsi). Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa dan
sosial pertama bagi anak. Hal ini
karena orang tua (ayah) adalah orang yang pertama kali malafadzkan adzan di telinga anak diawal kelahirannya. Orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga yang lainnya. Orang tua juga orang yang pertama kali mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya.13 Dengan demikian orang tua adalah ayah, ibu, dan seorang anak, baik melalui hubungan biologis ataupun sosial. Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak, karena dalam lingkungan keluargalah anak pertama kali belajar bersosial dengan lingkungan sekitarnya. c. Pengertian Bimbingan Orang Tua Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan bimbingan orangtua adalah proses pemberian bantuan yang sifatnya psikologis yang diberikan orang tua kepada
13
Ainun Jriyah, Psikologi Pendidikan Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 52
32
individu ( anak ) agar tercapai kemampuan untuk mengenali diri dan potensinya, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, bersikap mandiri dan mampu mengatasi masalah hidupnya serta bertanggung jawab, sehingga dapat menikmati hidup dengan bahagia. 3.
Pentingnya Bimbingan orang Tua Keluarga merupakan persatuan antara dua orang atau lebih yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Terjadinya persatuan oleh adanya pertalian perkawinan sehingga saling mengikat. Menurut Joko Siswoyowono bahwa ayah dan ibu sebagai orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya di rumah penting sekali dalam memberikan suri tauladan yang baik karena sebagai panutan bagi anaknya, dan penting sekali adanya hubungan timbal balik yang serasi yaitu antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, maupun antara ibu dengan anak. 14 Orang tua di jaman sekarang harus lebih hati-hati dan memberikan pengawasan lebih kepada seorang anak. Karena di jaman sekarang banyak sekali pengaruh negative dari lingkungan. Apalagi dengan kesibukan kedua orang tua yang keduanya sama-sama bekerja. Anak merasa bebas dan tidak ada yang mengawasi. Moral seorang anak sangatlah penting. Hal ini akan mempengaruhi moral bangsa di masa yang akan datang. Moral bangsa ini harus lebih diperhatikan, mulai dari hal-hal kecil di lingkungan sekitar, mulai dari keluarga kita sendiri. Kalau setiap anggota keluarga memiliki moral yang baik maka akan membentuk satu keluarga yang 14
Joko Siswoyono, Hubungan Antara Bimbingan Orang dan Metode Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 6 Batang (skripsi), (Yogyakarta: STKIP Catur Sakti, 2004), hal 6-7.
33
memiliki moral yang baik. Dan dari satu keluarga akan menjadi satu masyarakat, dan dari kumpulan masyarakat ini akan membentuk menjadi suatu bangsa. Pola asuh dan pola membimbing orang tua kepada anaknya dalam aktivitas belajar di rumah, juga berperan memberi petunjuk tentang sikap sopan santun terhadap orang tua, guru dan sesama teman di sekolah, kemandirian belajar di sekolah dalam upaya meningkatkan kecerdasan mereka sehingga mampu memperoleh prestasi belajar yang baik. Elizabeth B Hurlock dalam bukunya Develeopmental Psycology (1980) alih bahasa Istiwidayanti, Sujarwo dan Ridwan Max S, menerangkan bukti pentingnya hubungan orang tua dengan anak dalam membimbing bahwa hubungan antar keluarga mempunyai peran penting dalam menentukan pola sikap-sikap dan perilaku anak kelak, maka orang tua memberi contoh dalam berperilaku baik kepada anaknya. 15 Orang tua yang baik dalam membimbing anak, adalah dengan memberikan nasehat dan petunjuk secara lemah lembut, menyenangkan dan berpenampilan menarik, anak menjadi lebih mandiri, serta anak tidak cenderung berontak, nakal dan menolak saat diperintah. Khususnya peran ibu yang lebih banyak berada bersama anak dari pada kepada ayah, sehingga ibu lebih banyak mengerti perilaku anak, oleh karena itu dalam membimbing anak dengan memperlihatkan sikap meneladani dengan
15
7 Elizabeth B. Hurlock, Develeopmental Psycology, 1980, (Alih Bahasa) Istiwidayanti, Sujarwo dan Ridwan Max S, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi ke lima, Cetakan VI, (Jakarta: Erlangga, 1997), hal. 93
34
penuh kesabaran dan tidak memperlihatkan sikap kritis terhadap hal-hal yang tidak disukai anak.16 Orang tua dalam mengasuh dan membimbing anak khususnya pada akhir masa kanak-kanak merupakan usia yang menyulitkan, karena pada suatu masa di mana anak tidak mau lagi menuruti perintah, dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sabaya dari pada orang tua dan anggota keluarga, dan kadang terjadi pertengkaran antar kakak beradik, hal ini selain kesabaran dari orang tua juga diberikan nasehatnasehat disertai dengan nada-nada hukuman atau ancaman. 17 4.
Pola Bimbingan Orang Tua prestasi belajar anaknya tergantung dari pola asuh dan pola bimbingan orang tua itu sendiri. Pola bimbingan orang tua meliputi : 18 1. Pola membimbing dan mendidik yang kurang terbuka yaitu tidak adanya sikap terbuka di dalam keluarga atau saling menutup diri di antara anggota keluarga. 2. Pola membimbing dan mendidik secara otoriter yaitu orang tua dalam membimbing putra putrinya bersifat sepihak, anak tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pendapat dalam proses bimbingan orang tuanya. 3. Pola membimbing dan mendidik secara bebas yaitu orang tua yang memberikan kebebasan secara penuh kepada anak tentang langkah-
16
Ibid, hal. 131 Ibid, hal. 146 18 Eddy Hendratno, Supriyo dan Sugiyo, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: IKIP, 1987), hal. 59 17
35
langkah yang dilakukan anak, orang tua selalu mengijinkan kemanapun si anak, dan jarang memberikan pengarahan. 4. Pola membimbing dan mendidik yang terlalu memanjakan anak, yaitu sikap orang tua yang selalumemberikan bantuan kepada anak 5. Pola membimbing dan mendidik secara terbuka (demokratis) yaitu orang tua memberikan bimbingan bersifat terbuka terhadap semua anggota keluarga, sehingga ada perhatian dan hubungan yang akrab dan harmonis dalam keluarga. Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani danrohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.19 Gunarso mengatakan pola asuh merupakan cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak perilaku tertentu secara individu maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak.
20
Pola asuh yang diberikan orang tua
kepada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam
tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang
diberikan. Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud
19
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika (Jakarta: Arcan, 1991) Cet. Ke-1, hal. 94 20 Yulia Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hal. 37
36
menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Semua sikap dan perilaku anak dalam keluarga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Dengan kata lain pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak, sehingga sudah sepatutnya orang tua memilih pola asuh yang ideal untuk anak, namun dalam pelaksanaannya banyak orang tua masih kaku dan terbatas dalam menerapkan satu pola asuh saja dan tidak disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Secara garis besar menurut Baumrind, yang dikutip oleh Kartini Kartono terdapat empat macam pola asuh orang tua, yaitu : 1.
Pola asuh Demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kemampuan anak, tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh seperti ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut : a) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkanalasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak. b) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang harus dipertahankan oleh anak dan yang tidak baik agar ditinggalkan.
37
c) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian. d) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga. e) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua, anak dan sesama keluarga. 2.
Pola asuh otoriter Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, otoriter berarti berkuasa sendiri dan sewenang-wenang.21 Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua itu tidak segan-segan untuk menghukum anak. Adapun ciri-ciri pola asuh atoriter di antaranya adalah sebagai berikut : a. Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah. b. Orang tua cenderung mancari kesalahan anak kemudian menghukumnya. c. Orang tua cenderung memberi perintah dan larangan kepada anak. d. Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak dianggap pembangkang.
21
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) Cet Ke15. Hal. 692
38
b. Tidak ada komunikasi antara orang tua dan ank. 22 3.
Pola asuh Permisif Pola ini memberi pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan
yang
cukup
dan
sangat
sedikit
memberibimbingan kepada anak. Adapu yang termasuk pola asuh permisif adalah sebagai berikut : a) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya. b) Mendidik anak bersikap pasif, acuh tak acuh dan masa bodoh. c) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu bebas tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan orang tua). d) Kurang sekali keakraban dan kehangatan dalam keluarga. 23 4.
Pola asuh penelantar Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, memberikan biaya yang cukup minim untuk kebutuhan anak. Sehingga selain kurangnya perhatian, bimbingan kepada anak juga tidak diberikan oleh orang tua. 24
22
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1992), Cet. Ke-2, hal. 88 23 Ibid, hal. 89-90 24 Kartini Krtono, Peran Orang Tua Dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press,
39
Pola asuh penelatar memiliki ciri-ciri antara lain : a) Orang tua banyak menghabiskan waktu di luar rumah. b) Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak. c) Orang tua membiarkan anak bergaul bebas di luar rumah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak, antara lain : 1) Jenis Kelamin Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding dengan anak laki-laki. 2) Kebudayaan Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran antara wanita dan laki-laki dalam suatu kebudayaan masyarakat. 3) Status Sosial Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkat ekonomi kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi dibanding mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten. 25
B. PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK 1. Teori Perilaku 1. Teori Insting 1992), hal. 39 25 M. Enoch Markum, Anak, Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), Cet. II, hal.41
40
Teori ini dikemukakan oleh Mc Douglas sebagai pelopor dari psikolog social. Menurutnya perilaku itu disebabkan karena insting, dan Douglas mengajukan suatu daftar insting, insting merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2. Teori Dorongan (drive theory) Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongandorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. 2. Teori Insentif Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif disebut juga reinforcement (positif dan negative). Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan reinforcement negative adalah berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif akan mendorong organisme berbuat, sedangkan reinforcement negative akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku.
41
5. Teori Atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (missal motif, sikap dan sebagainya) ataukah oleh keadaaan eksternal. Teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. 6. Teori Kognitif Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan memilih alternative perilaku yang akan membawa manfaat yang sebsarbesarnya bagi yang bersangkutan. Ini disebut sebagai model subjective expected utility (SEU). Dalam model SEU kepentingan pribadi yang menonjol
tetapi
dalam
seseorang
berperilaku
kadang-kadang
kepentingan pribadi dapat disingkirkan.26 2. Karakteristik Perilaku Menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfudh, karakteristik tingkah laku siswa yang positif dan matang dapat dibedakan karakter-karakter sebagai berikut : 1. Mampu menguasai diri 2. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya 3. Mau bekerjaasama. 4. Mampu saling mencnitai dan mempercayai. 5. Mampu saling memberi dan menerima.
26
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Op cit., hal. 15-16
42
6. Bisa diajak kerjasama dan mendorong perkembangan dan kemajuan. 7. Mampu memperhatikan orang lain. 8. Mampu menghadapi pergumulan, ketakutan, kegelisahan, dan perasaan bersalah. 9. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain berbuat hal yang sama. 10. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. 3. Macam-Macam Perilaku Jenis Atau macam perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku yang refleksif Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Reaksi atau perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat susunan saraf atau otak, sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendali dari perilaku manusia. Dalam perilaku yang refleksif respon langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu langsung respon timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak. Perilaku refleksif pada dasarnya tidak dapat dikendalikan karena merupakan perilaku yang alami, bukan perilaku yang dibentuk. 2. Perilaku yang non-refleksif
43
Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan hal ini stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat saraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respons melalu afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikilogis. Perilaku non refleksi pada dasarnya merupakan perilaku yang dibentuk dan dapat dikendalikan, karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses belajar. 27 Menurut para ahli psikologi, macam-macam tingkah laku (perilaku) dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Tingkah laku yang intelektual atau yang tinggi. Maksudnya sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri-cirinya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. 2) Tingkah laku mekanistis atau refleksif Maksudnya respon yang timbul pada manusia secara mekanis dan tetap. 28 4. Pengertian Perkembangan Perilaku Anak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perkembangan adalah perihal berkembang.29 Perkembangan (development) merupakan suatu 27
Ibid, hal 13 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), Cet. Ke-2, hal. 274 28
44
proses yang dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat agresif, progresif serta sistematis dalam diri manusia.30 Perkembangan merupakan perubahan individu kearah yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai akhir hayat dan berlangsung terus menerus. Para ahli mengemukakan bahwa perkembangan,
khusunya
perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. 31 Secara singkat, perkembangan adalah suatu proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Perubahan perilaku sama halnya dengan perubahan tingkah laku atau juga akhlak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia prilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.32 Tingkah laku adalah segala kegiatan atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak kelihatan, yang disadari maupun tidak disadari. Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih saying, atau sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri dan dengki sehingga memutuskan hubungan
29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 538 30 http:// definisimu.blogspot.com (Selasa, 14 Agustus), Diakses, 25 Agustus 2014 31 "http://www.alwanku.com/2012/02/definisi" perkembangan, (Tuesday, februari 19 2013 Diakses, 25 Agustus 2014 32 Departemen Pendidikan Nasional, Op cit. hal. 859
45
silaturahmi.33 Maka jika sifat yang tertanam dalam jiwa setiap manusia tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, tindakan tersebut dinamakan akhlak yang baik atau perilaku terpuji, Tetapi apabila sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang tidak baik, maka dinamakan akhlak yang buruk atau perilaku tercela. Semakin banyak kesempatan yang diberikan kepada anak untuk brtingkah laku sepantasnya, semakin kecil kemungkinan mereka untuk bertingkah laku tidak sepantasnya. 34 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku, yaitu : a.
Faktor Personal Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktural biologis terhadap perilkau manusia. Pengaruh biologis ini bisa berupa insting atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi insting disebut juga spesies kharateristik behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-lainnya. Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri 33 34
Wahyudin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia,1999), Cet. Ke-3 hal. 4 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Op cit., hal. 15-16
46
dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi. Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas. Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relatife. b.
Faktor Situasional Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa:
Faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
Faktor temporal, misal keadaan emosi
Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
Teknologi
Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
47
Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.35 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia tersebut bisa
berasal dari faktor internal atau faktor eksternal. Perilaku yang disebabkan faktor internal adalah perilaku yang berada di bawah kendali individu. Sedangkan perilaku yang disebabakan faktor eksternal adalah perilaku yang dihasilkan oleh penyebab dari luar, yaitu perilaku seseorang dilihat sebagai akibat dari tekanan situasi. 36 6. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Perilaku Anak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peran merupakan “seperangkat tingkat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus dilakukan” (Depdikbud, 1998:667). 37 Setiap orang tua memiliki peran dan tanggung jawab penuh terhadap anaknya. Peran orang tua memiliki posisi yang tidak dapat tergantikan tingkat kepentingannya. Apabila mengaitkan peran orang tua dengan pendidikan dalam pengembangan karakter dan tingkah laku anak, peran
orang tua khususnya
seorang ibu tidaklah dapat dipungkiri
merupakan peran sentral yang sangat penting.38 Agama Islam pun menyampaikan bahwa ibu adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama, artinya anak akan dapat berkembang dengan baik sangat
35
"http://massofa.wordpress.com/2008/03/26/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilakudalam-berkomunikasi", diakses tanggal 25 Agustus 2014 36 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), hal. 12 37 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op Cit hal. 38 "http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1781/E1.%20Nurina UMS%20%28fixed%29.pdf?sequence=1", diakses Minggu, 11 Oktober 2014
48
tergantung pada bagaimana ibu mampu mengoptimalkan peranannya dalam mendidik anak-anaknya. Adapun peran yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah keikutsertaan orangtua dan lingkungan (guru, sekolah dan masyarakat) dalam mempengaruhi perkembangan perilaku anak. Setiap orang tua pasti ingin agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan perilaku sopan, mulia dan penuh dengan kasih sayang, artinya tumbuh dan berkembang suatu karakter positif dalam dirinya. Peran orang tua adalah sebagai teladan dalam segala hal bagi anak-anaknya, karena pada awalnya anak akan selalu belajar dari lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua. Mereka menyerap informasi mengevaluasi diri, seberapa berhasilkah orang tua sudah menjalankan peranannya, suatu cara yang paling mudah adalah dengan melihat bagaimana karakter anak-anak yang ditunjukkan dalam perilakunya. Secara kongkritnya, bagaimana kualitas karakter anak dapat dilihat dari bagaimana pergaulannya, cara bersikap, berbicara, menyelesaikan masalah. Mengenai tugas dan kewajiban orang tua disebutkan oleh Drs. Amir Daen Indrakusuma, bahwa : “Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.”
49
Untuk menghindari perkembangan jiwa yang tidak wajar, Islam mengajarkan mengenai beberapa prinsip yang akan dilakukan orang tua dalam mendidik putra-putrinya. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah: 1.
Anak ketika baru lahir berada dalam keadaan tidak berdaya dan dalam keadaan fitrah dengan potensi-potensi untuk bertumbuh dan berkembang. Hal ini mengundang bantuan dan pengaruh orang tua untuk mengarahkan dan memanfaatkannya sesuai dengan perkembangan dan kesiapan anak untuk menerimanya berlandaskan nilai-nilai dan norma-norma Islam.
2.
Hubungan dan suasana kekeluargaan yang memberikan rasa aman dan cinta kasih kepada anak. Suasana rumah tangga yang baik ditandai oleh hubungan dan suasana kekeluargaan yang harmonis, sehingga setiap anggotanya merasakan aman dan tentram yang diliputi oleh rasa cinta kasih sayang. Kasih sayang tidak dapat berperan baik dalam membuat anak merasa aman, kecuali apabila anak merasa bahwa dirinya diterima dalam keluarga, ia mendapat tempat dalam keluarga dan anak merasa orang tuanya telah berkorban untuk kebahagiaannya.
3. Orang tua adalah pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Syariat Islam telah menjadikan orang tua bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dengan dasar bahwa anak adalah amanah
50
Tuhan untuk dipelihara dan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan kelak. 4.
Kewibawaan orang tua sebagai pendidik anaknya dirumah. Orang tua yang memiliki kewibawaan adalah orang tua yang mengetahui norma dan perilaku yang baik serta berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini, sehingga anak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan pribadi orang tuanya.
5. Orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya. Orang tua dalam mendidik anak-anaknya tidak cukup hanya dengan nasehat-nasehat, dalam arti memberikan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang baik saja, akan tetapi harus dimulai dengan mendidik diri sendiri, yaitu dengan memberi contoh terlebih dahulu kepada anakanaknya. Sikap dan perilaku terpuji orang tua terhadap anaknya mencerminkan ia mempunyai kepribadian luhur yang akan dijadikan contoh ideal bagi perilaku pribadinya sehari-hari. 6.
Penanaman budi pekerti yang baik dalam keluarga adalah tugas utama oang tua terhadap anaknya. Seseorang yang berbudi pekerti baik adalah seseorang yang perbuatan dan perilakunya sesuai dengan nilai dan norma yang baik yang berlaku dalam masyarakat. Untuk tercapainya keseimbangan antara norma dalam keluarga dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, maka orang tua di rumah selalu menanamkan akhlak yang baik agar anak hidup serasi dan bahagia
51
dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Sebagai ciri pokok seseorang yang berakhlak mulia adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab adalah mengetahui nilai dan norma, terutama hak dan kewajiban dan berusaha hidup sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini. 39
39
http://futicha-turisqoh.blogspot.com/2009/12/peranan-orang-tua-terhadap-akhlak-anak, diakses Minggu, 11 Oktober 2014