BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
LANDASAN TEORI Bab ini akan menguraikan pengertian Motivasi, Intelligent Quotient,
Emotional Quotient, Spritual Quotient, Pengetahuan, Minat dan Pendidikan Profesi Akuntansi. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. 2.1.1. Motivasi Motivasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:61) dalam Kusumastuti (2013) motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu tersebut. Kekuatan tersebut menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan pencapaian sesuatu tujuan. Menurut Hasibuan (2003:95) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai
9
Universitas Sumatera Utara
kepuasan. Secara etimologis, Winardi (2002:1) menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan, kemudian diserap dalam bahasa inggris menjadi motivation berarti pemberian motif penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Siagian (2002), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi. Menurut Heidjachman dan Husnan (2003) dalam Pasaribu (2015), motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja ada dua hal yang harus dilakukan: pertama, carilah pembayaran pekerjaan individual seseorang; dan kedua, bantu mereka mencapai pembayaran untuk setiap tugas tambahan yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi maupun individu tercapai. Menurut As'ad (2003), motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Lebih lanjut Wexley dan Yukl (dalam Pasaribu 2015), memberikan batasan mengenai motivasi sebagai the process by which behavior is energized and directed. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri
10
Universitas Sumatera Utara
menjadi bagian dari organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, salah satunya adalah agar mereka dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Seseorang yang mempunyai motivasi diri yang kuat akan sesuatu hal pasti cenderung akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hal tersebut. Sehingga ia akan melakukan apapun untuk mencapai hal yang diinginkanya. Motivasi diri dapat digambarkan dengan kemauan untuk maju, kemampuan dalam mengambil inisiatif dan bertindak efektif, serta kemampuan dalam menghadapi kegagalan. Mahsiswa akuntansi yang memiliki motivasi diri yang kuat untuk menjadi akuntan publik pasti akan selalu berusaha sebaik mungkin agar dapat mencapai keinginanya tersebut. 2.1.2. Intelligent Quotient Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Intelektual berarti cerdas, berakal, dan
berpikiran
jernih
berdasarkan
ilmu
pengetahuan
(Depdikbud, 2000). Intelligent Quotient merupakan interpretasi hasil tes inteligensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang (Azwar, 2004:51). Binet dan Simon (Azwar, 2006 : 5) dalam Gusmayani (2016) mendefinisikan
Kecerdasan
Intelektual
sebagai
1)
kemampuan
untuk
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, 2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan 3) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism.
11
Universitas Sumatera Utara
Dalam kehidupan sehari-hari orang bekerja, berfikir menggunakan pikiran inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantungpada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelektualnya kita dapat mengatakan cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan yang mempunyai kecerdasan tinggi terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman (Zakiah 2013). Menurut Jahja (2011), “Intelektual atau intelegensi berasal dari bahasa Latin Intelligence yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan, atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together)”. Menurut panitia istilah pedagogis yang mengangkat pendapat Stern, yang dimaksud Intelektual adalah “daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya”. Menurut Syarif (2014 ), “Istilah Intelek yang berasal dari bahasa Inggris Intellect berarti antara lain, 1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir, 2) suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktifitas yang berkenaan dengan berpikir, (misalnya untuk menghubungkan, menimbang dan memahami, dan 3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir”. Menurut Syarif (2014 : 70) Tanpa mempertentangkan kedua kelompok tersebut, pekembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas, dan lingkungan. Jadi, pengaruh faktor kedua tersebut terhadap perkembangan Intelektual dapat dijelaskan sebagai berikut ini : 1. Faktor Keturunan /Hereditas
12
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori Nativisme dari Schopenhauer & Lombrosso mengatakan bahwa, perkembangan Individu ini tergantung sepenuh – penuhnya pasa faktor hereditas. Makdudnya hereditas adalah proses penurunan sifat –sifat atau ciri – ciri dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui plasma benih. Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat – sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, diatas normal, atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Ada
2
unsur
lingkunagan
yang
mempengaruhi
perkembangan
intelektualnya : a. Keluarga Peran orang tua atau keluarga sangat penting untuk memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki informasi yang banyak yng merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang digunakan, misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide- ide tersebut. b. Universitas
13
Universitas Sumatera Utara
Universitas adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : • Untuk menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. • Member kesempatan kepada mahasiswa untuk berdialog dengan orang – orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu, serta menunjang, serta menunjang perkembangan intelektual anak. Dari berbagai definisi inteligensi yang dikemukakan oleh para ahli, Freeman mengklasifikasikan definisi tersebut ke dalam tiga kelompok, yaitu: a) Kelompok yang menekankan pada kemampuan adaptasi, b) Kelompok yang menekankan pada kemampuan belajar, dan c) Kelompok yang menekankan pada kemampuan abstraksi (Fudyartanta, 2004:12). Kelompok yang menekankan pada kemampuan adaptasi mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk mengorganisasi pola-pola tingkah laku seseorang sehingga dapat bertindak lebih efektif dan lebih tepat dalam situasisituasi baru yang berubah-ubah. Kelompok yang menekankan pada kemampuan belajarmengartikan bahwa semakin inteligen (cerdas) seseorang maka semakin besar ia dapat dididik, semakin luas dan semakin besar kemampuannya untuk belajar. Kelompok yang menekankan pada kemampuan abstraksi menekankan inteligensi pada pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi situasi-situasi terutama dalam memecahkan masalah-masalah. Dari ketiga macam klasifikasi di atas, inteligensi dapat didefinisikan sebagai
14
Universitas Sumatera Utara
kemampuan individu untuk berperilaku atau bertindak secara tepat dan efektif (Fudyartanta, 2004:14).
2.1.3. Emotional Quotient Goleman (2005) mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai berikut: “Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”. Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran – pikiran yag khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan emotional quotient sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual. Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2005) dalam Zakiah (2013) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Menurut Ginanjar (2005 : 23) dalam Gusmayani (2016) Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk tepat untuk menangani masalah. Menurut (Mubayidh, 2006),
15
Universitas Sumatera Utara
Kecerdasan Emosional adalah “kemampuan untuk menyikapi pengetahuanpengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya. Kecerdasan emosional merupakan hasil penelitian yang menggemparkan dari Goleman tentang otak dan perilaku yang memperlihatkan faktor – faktor yang terkait mengapa orang yang ber- IQ tinggi gagal dan orang yang ber- IQ sedang / rata-rata menjadi sangat sukses. Ada tujuh unsur utama kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan emosioanl yaitu : 1) keyakinan, 2) Rasa ingin tahu, 3) Niat, 4) Kendali diri, 5) Keterkaitan, 6) kecakapan Komunikasi, 7) Kreatif. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
2.1.4. Spritual Quotient Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain. (Zohar & Marshall, 2002). Spritual Quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain.
16
Universitas Sumatera Utara
Eckersley memberikan pengertian yang lain mengenai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi yang dalam terhadap
keterhubungan
dengan
dunia
luas
didalam
hidup
manusia
(Eckersley 2000, dalam Choiriah 2013.) Istilah kecerdasan spiritual mulai muncul karena banyak orang yang memperdebatkan tentang IQ dan EQ yang dipandang hanya menyumbang sebagian dari penentu kesuksesan seseorang dalam kehidupan. Faktor lain yang juga ikut berperan adalah kecerdasan spiritual yang lebih menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja (Hoffman, 2002 dalam Choiriah 2013). Indikasi dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup:1) Kemampuan untuk bersikap fleksibel 2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi 3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan 4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit 5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai 6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu 7) Kecenderungan untuk berpandangan holistik 8) Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana” dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban mendasar 9) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan dunia kerja, menurut Ashmos dan Duchon 2000 (dalam Choiriah 2013) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaan spiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri sebagai kerja yang memiliki arti dalam komunitas.
17
Universitas Sumatera Utara
.
Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan
spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu.
2.1.5. Pengetahuan Pengetahuan merupakan suatu hasil pengalaman ataupun terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran (Notoatmojo, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : 1. Umur Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. 2. Pendidikan Berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat
18
Universitas Sumatera Utara
pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. 3. Lingkungan Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran sempit. 4. Pekerjaan Serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing.Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. 5. Sosial Ekonomi Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
19
Universitas Sumatera Utara
6. Informasi yang diperoleh Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan.Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
informasi
sekaligus
menghasilkan
informasi.Jika
pengetahuan berkembang sangat cepat maka informasi berkembang sangat cepat pula.Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan baru bermunculan. 7. Pengalaman Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007). Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Tiap-tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjadi jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Menurut Suriasumantri (2001) dalam Pasaribu (2015) Pengetahuan adalah pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
20
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nawawi (2003) Pengetahuan itu diungkapkan atas dasar keinginan untuk diketahui semata-mata sampai memperoleh kejelasan tentang mengapa demikian atau apa sebabnya harus demikian.
2.1.6. Minat Sebagaimana yang telah digambarkan pada latar belakang penelitian, minat merupakan pilihan penulis yang digunakan sebagai pendukung motivasi, Intelligent Quotient, Emotional Quotient dan Spritual Quotient jika seorang mahasiswa mempunyai minat yang sangat kuat akan diperkirakan pemahaman akuntansinya juga sangat baik. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia minat dapat diartikan sebagai suatu perhatian, kesukaan (kecenderungan hati) pada sesuatu yang diinginkan. Pengertian minat menurut Djaali (2007:122) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Secara terminologi, minat adalah keinginan, kesukaan, dan kemauan terhadap suatu hal. (Sukardi. 1993:46) Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, takut, cemas dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada pilihan tertentu. Menurut Widyastuti (2004) dalam Pasaribu (2015) minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan, setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
21
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jahja (2011), Minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukannya. Menurut Jahja (2011), Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut : 1. Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain. 2. Minat menimbulkan efek diskriminatif. 3. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan di pengaruhi motivasi 4. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorng terhadap kegiatan Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan individu terhadap suatu hal dan individu tersebut merasa senang berkecimpung didalamnya. Apabila seseorang telah memiliki minat terhadap sesuatu maka ia akan memberikan perhatian dan perlakuan khusus terhadap hal tersebut. Sehingga ia akan terus belajar dan berusaha untuk memiliki dan memahami hal tersebut.
2.1.7
Pendidikan Profesi Akuntansi Pendidikan
Profesi
Akuntansi
merupakan
pendidikan
yang
diselenggarakan setelah menempuh pendidikan S1 dengan tujuan untuk mendapatkan gelar Akuntan (Ak). Hal ini sesuai dengan isi SK Mendiknas No. 179/U/2001, perihal pemberian gelar Akuntan (Ak), yaitu sejak tanggal 31 Agustus 2004 seluruh lulusan S1 Jurusan Akuntansi tidak lagi bergelar Akuntan
22
Universitas Sumatera Utara
(Ak). Dasar hukum pelaksanaan PPAk adalah Naskah Kerjasama Ikatan Akuntan Indonesia dan DIKTI, SK Mendiknas 179/U/2001 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi. Adanya Pendidikan Profesi Akuntansi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya akuntansi. Munawir (1999:32) menyebutkan bahwa profesi akuntan berhubungan erat dengan kemampuan atau kompetensi orang yang bersangkutan untuk bertindak sebagai seorangahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Kompetensi seorang auditor ditentukan oleh tiga faktor sebagai berikut: (1) pendidikan formal tingkat universitas, (2) pelatihan teknis dan pengalaman dalam bidang auditing, dan (3) pendidikan profesional yang berkelanjutan (continuing professional education) selama menjalani karier sebagai auditor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menjadi seorang akuntan yang kompeten, diperlukan syarat-syarat lain selain harus memiliki pendidikan di tingkatuniversitas. Ciri-ciri dari suatu profesi sebagaimana disebut oleh Carey dan Yuskar (2006) dalam Pasaribu (2015) antara lain, adalah keahlian yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari lembaga yang diakui yang memberikan kewenangan untuk melayani masyarakat dalam bidang keahlian tersebut. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tidak semua jenis pekerjaan yang dijalankan oleh seseorang dapat disebut sebagai profesi. Suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi jika pekerjaan tersebut berasal dari pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan khusus memberikan pelayanan
23
Universitas Sumatera Utara
jasa tertentu, memiliki kode etik profesi, serta memiliki sebuah wadah organisasi profesi yang menaungi para anggotanya. Hal lain yang tak kalah penting pada profesi adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan pengakuan masyarakat terhadap kualitas jasa yang diberikan akuntan. Tanpa kepercayaan profesi akuntan tidak akan bertahan lama.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sari (2012) melakukan penilitian mengenai “Pengaruh Intelligent Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi S-1 Di Universitas Sumatera Utara”. Hasil penilitian menunjukkan bahwa 1) Intelligent Quotient (IQ) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi 2) Emotional Quotient (EQ) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi 3) Spiritual Quotient (SQ) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Choiriah (2013) melakukan penilitian mengenai “Pengaruh Kecerdasan, Emosional Intelektual, Kecerdasan Spritual, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris Pada Auditor dalam Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan Pekanbaru)”. Hasil penilitiannya adalah : 1. Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. 2. Kecerdasan intelektual berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. 3. Kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor.
24
Universitas Sumatera Utara
4. Etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Kusumastuti (2013) melakukan penilitian mengenai “Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan UU No.5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Megikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)”.Hasil penelitian mengenai pengaruh Motivasi Karir terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan. Zakiah (2013) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan
Emosional
dan
Kecerdasan
Spiritual
terhadap
Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas Jember)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Pasaribu (2015) melakukan penilitian mengenai “Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan tentang Profesi Akuntan Publik terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2011-2012 Universitas Sumatera Utara)”.Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa dan
25
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang profesi akuntan publik secara signifikan berpengaruh terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan denganMotivasi, Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Spritual Quotient, Pengetahuan, Minat dan Pendidikan Profesi Akuntansi yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu No.
Nama Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1..
Riri Zulia Sari (2012)
Pengaruh Intelligent Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi S-1 Di Universitas Sumatera Utara
Variabel independen:Int elligent Quotient, Emotional Quotient, Spiritual Quotient
Pengaruh Kecerdasan, Emosional Intelektual, Kecerdasan Spritual, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris
Variabel dependen : Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual, dan Etika Profesi
Secara Parsial Intelligent Quotient, Emotional Quotien berpengaruh signifikan terhadap Pemahaman Akuntasi. Spiritual Quotienttidak berpengaruh signifikan terhadap Pemahaman Akuntansi. Hasil penilitian menunjukkan :1) Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. 2) Kecerdasan intelektual berpengaruh positif signifikan
2
Anis Choiriah (2013)
Variabel dependen: Pemahaman Akuntansi
Variabel independen : Kinerja
26
Universitas Sumatera Utara
Pada Auditor Auditor dalam Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan Pekanbaru)
3
Farah Zakiah(2013)
4.
Rita Kusumastuti (2013)
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas Jember)
Variabel independen: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Spritual
Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan UU No.5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik
Variabel Independen : Motivasi, Pengetahuan
Variabel dependen: Pemahaman Akuntansi
Variabel Dependen :
terhadap kinerja auditor. 3)Kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. 4) Etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi.. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominant terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. Hasil penelitian mengenai pengaruh Motivasi Karir terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi
27
Universitas Sumatera Utara
5.
Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Megikuti Pendidikan Profesi Akuntansi ( PPAk) Latifa Hannum Pengaruh Pasaribu (2015) Motivasi dan Pengetahuan tentang Profesi Akuntan Publik terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2011-2012 Universitas Sumatera Utara)
Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi
Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi berpengaruh positif dan signifikan.
Variabel Independen : Motivasi, Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa dan pengetahuan tentang profesi akuntan publik secara signifikan berpengaruh terhadap minat mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
Variabel Dependen : Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi
28
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan masalaah penelitian, maka peneliti
mengembangkan kerangka konsep penelitian yang akan diuji secara simultan dan parsial sebagaimana telihat pada gambar 2.1. X Motivasi
Intellegint Quatient
Emotional Quatient
H1
H2 Y
H3
H6
H4 Spritual Quatient Pengetahuan Tentang Profesi Akuntan Publik
Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah yang akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian dan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat lebih efektif.
29
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan variabel dependen yang digunakan adalah Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Y).Variabel Independen (X) yaitu Motivasi (X1), Intelligent Quotient (X2), Emotional Quotient (X3), Spritual Quotient (X4), dan Pengetahuan Tentang Profesi Akuntan Publik (X5). Motivasi juga pernah menjadi salah satu variabel Independen yang diteliti pengaruhnya terhadap minat mahasiswa akuntansi mengikuti pendidikan profesi akuntansi, hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rita Kusumastuti (2013) dan Latifa Hannum Pasaribu (2015). Intelligent Quotient, Emotional Quotient , Spritual Quotient juga pernah menjadi salah satu variabel Independen yang diteliti pengaruhnya terhadap pemahaman akuntansi, hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riri Zulia Sari (2012), Fara Zakiah (2013). Serta Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Spritual Quotient, juga pernah menjadi salah satu variabel Independen yang diteliti pengaruhnya terhadap kinerja auditor dalam akuntan publik, hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anis Choiriah (2013). Pengetahuan tentang profesi akuntan publik juga pernah menjadi salah satu variabel Independen yang diteliti pengaruhnya terhadap minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi akuntansi, hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rita Kusumastuti (2013) dan Latifa Hannum Pasaribu (2015).
2.4.
Hipotesis penelitian Hipotesis menurut Erlina (2011) adalah preposisi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan satu 30
Universitas Sumatera Utara
pernyataan yang dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau mempredisksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. H1
: Motivasi berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
H2
: Intelligent Quotient berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
H3
: Emotional Quotient berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
H4
: Spritual Quotient berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
H5
: Pengetahuan tentang profesi akuntan publik berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
H6
: Motivasi, Intelligent Quotient , Emotional Quotient , Spritual Quotient dan Pengetahuan tentang profesi akuntan publik berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.
31
Universitas Sumatera Utara