ANALISIS KENDALA DAN KEBUTUHAN REMAJA AKAN LAYANAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Soepri Tjahjono Moedji Widodo Abstrak Remaja masih menghadapi kendala kebijakan dan hukum dalam mengakses jenis layanan kesehatan reproduksi ini. Kendala lain adalah perasaan malu ketika remaja harus mengakses pelayanan kesehatan reproduksi di klinik, takut kalau akan kehilangan kepercayaan diri, dan juga anggapan dari para tenaga medis yang akan menekan remaja secara judgmental. Kendal teknis bisa juga muncul seperti persoalan kesesuaian waktu layanan dengan waktu luang remaja, kurangnya alat transportasi dan biaya yang cukup mahal. Pada diri remaja, rasa takut, cemas dan malu akan menghambat mereka dalam mengakses layanan kesehatan reproduksi. Hal ini berangkat dari kekurangan pengetahuan tentang kebutuhan mereka sendiri akan kesehatan reproduksi. Dari sini mereka terkadang justru menghindari dari layanan kesehatan reproduksi. Metode penelitian yang dugunakan dengan kombinasi Pendekatan Kuantitif dan Kualitatif. Artinya, data yang sifatnya kuantitif, yang diambil dengan angket, diperdalam menggunakan data-data yang sifatnya kualitatif yang digali lewat metode wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kesehatan reporduksi remaja secara kuantitaif bisa dikatakan cukup tinggi. Akan tetapi pengetahuan ini masih terbatas pada pengetahuan teoretik dan dalam konteks yang dihapal saja. Pengetahuan jenis ini tidak banyak berpengaruh pada pola perilaku seksual mereka. Perilaku seksual remaja tercatat cukup mengkhawatirkan dalam hasil analisis kuantitaif. Demikian juga beberapa mitos seksual masih dipercayai oleh remaja, terutama mitos seputar kehamilan. Ditemukan pula kebijakan yang tidak akomodatif pada kebutuhan remaja akan layanan kesehatan reproduksi ini terutama layanan yang berpihak kepada remaja.
kesehatan
PENDAHULUAN Remaja
15–24
tahun
di
organ
konsekuensi tersendiri, baik pada perkembangan fisik / biologis, mental maupun sosial.
seluruh penduduk yang berjumlah 237,6 juta jiwa.
Perkembangan reproduksi ini beriringan
Sementara jumlah penduduk 10 – 14 tahun dengan
berjumlah 22,7 juta. Menurut data Susenas 2009
proses
adaptasi
lingkungan sosial
menujukkan remaja usia 15 – 19 tahun yang
remaja
terhadap
di mana mereka hidup.
Perkembangan fisik dan psikis pada diri remaja
berstatus kawin sebesar 3 persen (wanita 5,4
meminta konsekuensi yang tidak sederhana.
persen dan pria 0,6 persen), sedangkan remaja
Keinginan bereksperimentasi dalam segala hal,
usia 20 – 24 tahun sebesar 16,8 persen (wanita
menjadikan remaja berperilaku yang terkadang di
25,2 persen dan pria 8,6 persen). (BKKBN, 2011) menghadapi persoalan
Kematangan
seksual yang mereka alami memiliki konsekuensi-
Indonesia
berdasarkan SP 2010 berjumlah 40,75 juta dari
Remaja
reproduksinya.
luar garis norma sosial yang ada.
yang
Dengan semakin jelasnya perkembangan
cukup kompleks ketika berhadapan dengan
hidup remaja, usaha-usaha untuk memenuhi
52
kebutuhan kelompok ini sudah seharuysnya
sekaligus
dilaksanakan. Salah satu kebutuhan kelompok
menghalangi remaja dalam mengakses layanan
remaja
terhadap
kesehatan reproduksi tersebut, baik dari kalangan
pemeliharaan kesehatan reproduksi mereka. Jenis
provider, pihak pembuat kebijakan, konstruksi
pelayanan ini sampai saat ini disadari oleh
sosial-budaya sekitar, maupun dari pihak remaja
masyarakat diperuntukkan hanya untuk pasangan
sendiri.
ini
adalah
pelayanan
yang sudah menikah. Kebutuhan remaja yang belum
menikah
dalam
kaitannya
memetakan
jenis
kendala
yang
Responden penelitian ini adalah remaja di
dengan
bangku SMA, yang tersebar di 5 SMA, yakni
kesehatan repeoduksi sama sekali terabaikan.
SMA Pangudi Luhur, SMK Marsudi Luhur,
(Judith Senderowitz, 1999).
SMKN II, SMKN III, SMU Tiga Maret dan
Permasalahan Penelitian
SMAN 11, dengan jumlah responden 50 siswa.
Sejauh mana pengetahuan kesehatan reproduksi dan perliaku seksual remaja yogyakarta? 1. Apakah
remaja
membutuhkan
PEMBAHASAN layanan
Pada penelitian kali ini terekam pengetahuan
kesehatan reproduksi?
remaja tentang tanda-tanda pubertas. Dari tabel di
2. Apa yang menjadi kendala bagi remaja untuk
atas bisa kita kethaui bahwa responden yang
mengakses layanan kesehatan reproduksi ?
menjawab benar tentang pertanyaan seputar
Tujuan dan Manfaat Peneliatian :
reproduksi laki-laki berjumklah 25 orang (48,1%),
Penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut :
sedangkan yang salah berjumlah 27 0rang
1. Mengetahui lebih dalam kehidupan seksualitas
(51,9%). Untuk pertanyaan tanda pubertas pad
remaja yogyakarta dalam hal pengethuan,
perempuan, responden yang menjawab benar ada
mitos dan perilaku seksual.
27 orang (51,9%) dan yang menjawab salah ada
2. Mendalami jenis dan bentuk layanan kesehatan
25 orang (48,1%).
reproduksi yang diharapkan oleh remaja
Dalam
Metodologi Penelitian Jenis
penelitian
mengatakan adalah
jenis
penelitian
remaja dengan remaja yang lain. Ketika didalami,
metode wawancara dan Focus Group Discussion
sebagian
(FGD). (Moeloeng, 2000) Hal ini dilakukan
gambaran
yang
lengkap
tentang
mulai
memiliki intensitas yang berbeda antar satu
data-data yang sifatnya kualitatif yang digali lewat
untuk
mereka
yang terjadi pada dirinya. Akan tetapi perasaan ini
diambil dengan angket, diperdalam menggunakan
upaya
ketika
remaja
alat resproduksi, mereka merasa „ada yang lain‟
Artinya, data yang sifatnya kuantitaif, yang
sebuah
bahwa
kebanyakan
merasakan timbulnya tanda-tanda kematngan pada
“kombinasi Pendekatan Kuantitaif dan Kualitatif”.
sebagai
FGD,
mereka sudah siap dengan adanya
perubahan yang akan terjadi pada reproduksi
memperoleh
mereka. Informasi yang mereka dapat dari orang
fenomena
tua, terutama Ibu kepada remaja putrinya,
seksualitas remaja dikaitkan dengan kebutuhan
membantu remaja dalam menyikapi „perubahan‟
mereka tentang layanan kesehatan reproduksi,
55
dalam dirinya. Sebagimana dituturkan oleh remaja
responden (84,6%) dan hanya 8 responden
putri :
(15,4%) yang menjawab salah.
“saya tahu dari ibu dulu, jadi waktu mengalami
Jawaban benar juga ditemukan pada
sudah tidak kaget lagi. Dari buku juga pernah saya
petanyaan sel telur bertemu sperma oleh sebanyak
baca,
31
perempuan
pada
umur
sekian
akan
mendapat bulan .. ya jadi saya tidak kaget lagi “
reproduksinya
(mimpi
(59,6%),
perilaku
beresiko
kehamilan yang tidak dikehendaki 31 rsponden
Sedangkan pada remaja laki-laki, tanda kematangan
responden
(59,6%) Usia aman hamil oleh 40 responden
basah)
(76,9%). Perkecualian terjadi pada pertanyaan
terkadang tidak bisa diingat secara tepat, kapan
tentang „apa yang dialami perempuan hamil‟.
terjadinya. Yang mereka rasakan tiba-tiba setelah
Hanya
bangun ada yang „lengket‟ di celana mereka.
benar. Data terakhir ini menyiratkan kesan bahwa
Sebagaimana penuturan remaja putra (17 tahun) :
responden
“yang saya rasakan ya …tiba-tiba pagi-pagi kok
kehamilan lebih sebagai teori yang dihapal, bukan
lengkett… tapi kapannya lupa saya mas.. saya ga
sebagai sebuah keadaan yang harus dipahami dan
cerita ke siapa-siapa, dan bisa saja. Mulanya
disadari.
25 rsponden
remaja
(48,1%) yang menjawab
mengetahui
persoalan
memang bertanya .. iki opo to (ini apa sih-pen) …
Dalam Fokus Group Discussion, hal ini
tapi setelah ngobrol dengan temen-temen jai
terbukti dengan perspektif remaja yang sangat
ngerti … “
terbatas
Kesiapan remaja dalam menghadapi
pada
persoalan
kehamilan
dalam
praksisnya. Mereka secara singkat memahami
kematangan pada alat reproduksi dipengaruhi oleh
kehamilan
arus informasi yang mereka dapatkan sebelumnya.
sperma
(Rosalia, 1995) Sikap remaja laki-laki dan
perbincangan lebih dalam, beberapa mitos seputar
perempuan tentang tanda kematangan ini berbeda.
kehamilan dan pencegahannya mereka mengaku
Remaja putrid kebanyakan mengaku bercerita
tidak mengethuinya. Salah satu ungkapan remaja
kepada orang tua mereka, terutama Ibu, ketika
putra (19 tahun, kelas III) membuktikan hal ini :
mengalami menstruasi pertama kali. Sedangkan
“Hamil itu ya .. ketika sel telur ketemun dengan
remaja
sperma … itu yang penting. Jadi kalau tidak
putra
terkesan
„membiarkan‟
ketika
hanya
dengan
ya
proses ovum.
tidak
hamil
teknis Akan
…
bertemunya tetapi
kalau
ketika
mengalami mimpi basah, dan kemudian mereka
ketemu
sperma
bercerita kepada teman-teman yang sama laki-laki
dikeluarkan di luar (senggama terputus -pen) tidak bisa hamil …”
Pada pertanyaan tentang Hormon lakilaki, sebagian besar responden menjawab dengan
Pengetahuan remaja tentang IMS dan
benar yakni sejumlah 45 orang (86,5%) dan yang
HIV
salah berjumlah 7 orang (13,5%). Pertanyaan
pengetahuan mereka seputar kehamilan. Secara
tentang Hormon perempuan juga dijawab benar
teoretis sebagian besar responden bisa menjawab
oleh 34 responden (65,4%). Pertanyaan tentang
angket dengan benar. (lihat tabel). Akan tetapi
tanda kehamilan juga dijawab benar oleh 44
ketika di dalami lewat FGD, peserta hanya bisa
56
dan
AIDS
setali
tiga
uang
dengan
menyebutkan 3 jenis IMS saja, yakni Sipilis,
yang menjawab benar (23,1%). 40 responden
Herpes dan Aids. Salah satu ungkapan peserta
lainnya menjawab salah (76,9%).
perempuan (17 thaun, kelas II) yang diikuti juga
Demikian juga untuk pertanyaan yang
oleh peserta lain menunjukan hal ini :
sifatnya riil lainnya, seperti „Resiko kehamilan
“Yang saya tahu selama ini … karena sering
remaja‟ hanya 16 responden (30,8%) yang benar ;
denger aja … ya ada sipilis, AIDS herpess .. dan
pertanyaan „Pendapat yang benar tentang KTD‟
ya Cuma itu … yang lain ngga tahu”
hanya 8 reposnden benar;
Persoalan riil yang dihadapi dan akan
juga
(15,4%) yang m,enjawab
pertanyaan
„Cara
menghindari
dihadapi remaja terkadang tidak terpikirkan oleh
kehamilan‟ hanya 21 reponden (40,4%). Akan
mereka. Asumsinya adalah pengetahuan mereka
tetapi
hanyalah pengetahuan yang bersifat hapalan.
menjawab benar pertanyaan „Aborsi yang aman‟,
Dalam analisis angket terbukti, ketika remaja
yakni sebanyak 34 responden (65,4%) dan
ditanya kerugian apa yang akan mereka terima
pertanyaan „apa yang terjadi ketika HUS 1x pada
ketika menikah usia remaja, hanya 12 responden
usia baligh‟ oleh 31responden (59,6%) dijawab
di sisi lain , sebagian besar mereka
dengan benar. Tabel.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepercayaan RespondenTerhadap Mitos Seksual Sikap Responden Sangat Tidak Sangat No Mitos seksual percaya percaya percaya percaya N % n % n % n 1 1 1,9 3 5,8 18 34,6 30 Renang di kolam renang umum bisa menyebabkan hamil 2 1 1,9 26 50,0 17 32,7 8 Onani menyebabkan dengkul kopong 3 7 13,5 25 48,1 18 34,6 2 Senggama terputus tidak menyebabkan hamil 4 10 19,2 20 38,5 19 36,5 3 Payudara bisa diperbesar dengan diremas 5 10 19,2 7 13,5 23 44,2 12 HIV dan AIDS adalah penyakit amoral 6 13,5 20 38,5 18 34,6 7 Kehamilan dapat dicegah dg 7 melompat2 7 11 21,2 19 36,5 20 38,5 2 Minum sprite/jamu dapat mencegah hamil 8 3 5,8 19 36,5 27 51,9 3 Onani dapat menyebakan kemandulan 9 8 15,4 24 46,2 17 32,7 3 Perawan harus mengeluarkan darah pada HUS 1x 10 8 15,4 25 48,1 18 34,6 1 Petting tidak menyebabkan hamil 11 10 19,2 15 28,8 13 25,0 14 Perawan / tidak, bisa dilihat dari bentuk fisik luar
57
tidak % 57,7
15,4 3,8 5,8 23,1 13,5 3,8 5,8 5,8
1,9 26,9
Secara garis besar bisa dilihat dari tabel,
Dalam FGD, remaja juga membuktikan
bahwa mitos seputar seksualitas masih cukup
tingkat kepercayaan pada mitos-mitos tersebut.
dipercayai oleh remaja. Jenis mitos yang paling
Kenyataan
menonjol adalah mitos seputar perilaku seksual
mengandalkan teman sebaya dan media sebagai
dan
sangat
sumber informasi seksualitas bisa jadi memicu hal
mempercayai mitos bahwa „petting tidak akan
ini. Sebagiaman diungkap dalam penelitian Yayah
bisa menyebabkan kehamilan‟. Demikian juga
Khisbiyah dkk (1996), bahwa sebanyak 62,4 %
mitos tentang „minum jamu dan sprite bisa
remaja masih mengandalkan media dan teman
mencegah kehamilan‟.
sebaya sebagai sumber informasi mereka.
kehamilan.
Remaja
masih
bahwa
Tabel 2. Proporsi Kebutuhan Remaja Akan Layanan Kesehatan reproduksi Jawaban No Pertanyaan Ya n 1 50 Remaja membutuhkan layanan 2 14 Remaja terlalu muda untuk layanan 3 38 Remaja bisa konsultasi kerhamilan / kontrasepsi 4 48 Remaja belum menikah boleh mendapat layanan 5 21 Menemukan tempat yang tepat tidak
sebagain
besar
Tidak n 0 36 12 2 29
% 96,2 26,9 73,1 92,3 40,4
masih
% 0 69,2 23,1 3,8 55,8
Sebagian besar remaja (69,2%) menganggap
keterbatasan jumlah penyedia (provider) layanan
bahwa mereka tidaklah „terlalu muda‟ untuk
kesehatan reproduksi. Dalam dunia pelayanan
mendapat layanan kesehatan reproduksi. Bahkan
jasa, dikenal istilah “provider reduced demands”
angka lebih besar lagi (92,3%) dari keseluruhan
yang bisa
responden menunjukkan bahwa remaja belum
penyedia akhirnya berimbas pada permintaan jasa
menikah pun sudah bisa mendapat layanan kes-
tersebut. Tabel di atas merekam realitas tersebut.
pro. Di layanan itu, remaja pun boleh mendapat
Hanya
layanan yang berhuungan dengan kehamilan dan
menemukan tempat yang tepat dalam layanan
kontrasepsi. Hal ini diungkapkan oleh 73,1 %
kesehatan reproduksi, selebihnya, yang lebih
responden.
besar
40,4
diartikan
%
(55,8%)
keterbatasan pada
responden
yang
mengatakan
mengaku
sebaliknya.
Kebutuhan akan pentingnya layanan kespro remaja terkadang terbentur juga dengan \
Tabel 3 Distribusi Sikap Responden Terhadap Penyedia dan Dukungan Jawaban No Pertanyaan Ya n % 1 32 61,5 Penyedia mampu menjawab pertanyaan remaja 2 45 86,5 Penyedia memahami masalah remaja 3 35 67,3 Orang tua mendukung 4 32 61,5 Orang dewasa mendukung 5 40 76,9 Bisa merubah sikap orang dewasa
58
Tidak n 18 5 15 18 10
sisi
% 34,6 9,6 28,8 34,6 19,2
Kebutuhan
remaja
layanan
remaja, dan itu bisa dilakukan apabila provider
kesehatan reproduksi akan berbanding lurus
juga dekat dan akrab dengan persoalan remaja.
dengan kesiapan para provider. (Widjanarko,
Dalam FGD, peserta juga mengatakan bahwa
1999) Bagi remaja provider, ini amatlah penting.
provider seharusnya orang yang tidak terlalu
Tabel di atas menunjukkan tingkat kepercayaan
jauhumurnya dari remaja, sehingga persoalan
remaja pada provider yang akan bisa membantu
remaja bisa didekati secara empati. Sebagai
remaja dalam persoalan seksualitas mereka.
peuturan seorang remaja putri (18 tahun) :
61,5% responden mengakui kesiapan provider,
“… yang penting konsultan itu umurny tidak
dan 86,5% responden mengatakan bahwa provider
terlalu jauh dari remaja, biar ia tahu betul
juga akan bisa memahami persoalan remaja.
permasalahan remaja. Ia bisa memberikan solusi
Dengan pembacaan lain, juga bisa dikatakan
yang tepat untuk reamaja biar bisa keluar dari
bahwa remaja sebagain besar meginginkan bahwa
masalah yang dihadapi …”
provider haruslah bisa
akan
menjawab persoalan
Tabel 4 Distribusi Sikap Responden Tentang Jenis Layanan Dan Dokter Jawaban No Pertanyaan Ya n 1 43 Laki-laki diterima di layanan ini 2 40 Melayani perempuan, keluarga dan laki-laki 3 46 Ingin fasilitas khusus remaja 4 Fasilitas terpadu, akan tetapi ada jam khusus 43 remaja 5 36 Ditangani dokter berjenis kelamin yang sama 6 12 Ditangani dokter berjenis kelamin yang berbeda 7 17 Jenis kelamin dokter tidak masalah
% 82,7 76,9 88,5 82,7
Tida n 7 10 4 7
% 13,5 19,2 7,7 13,5
69,2 23,1 32,7
14 38 33
26,9 73,1 63,5
Proses kemandirian di atas juga bisa dijadikan alat
menginginkan ada waktu khusus untuk remaja
analisa untuk membaca persepsi remaja atas jenis
(82,7%). Keinginan akan layanan khusus ini
layanan kesehatan reproduksi remaja. Sebagain
menjawab salah satu kendala remaja yang
besar remaja menginginkan layanan ini bersifat
terkadang tyerhambat dalam mengakses layanan
khusus untuk remaja (88,5%). Walaupun jenis
kesehatan reproduksi di tempat layanan umum
layanan itu merupakan layanan terpadu, mereka
atau terpadu. Contoh terdekat adalah puskesmas.
KESIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa semua
bentuk layanan ini bisa digabungkan dengan
Kesehatan
berbagi fasilitas yang bersifat “fun”. Mereka
Reproduksi. Secara kuantitaif tercatat 100 %
membutuhkan kombinasi layanan ini dalam
responden yang mengisi angket menjawab
rangka meminimalisasi dampak pergaulan
“Ya” pada kebutuhan akan layanan kesehatan
remaja yang negatif sekaligus bisa menjadi
remaja
membutuhkan
reproduksi.
layanan
Mereka juga
menginginkan
59
tempat sosialisai dan berkreasi bagi para
3. Ada kendala yang dihadapi oleh remaja dalam
remaja.
akses layanan kesehatan reproduksi. Dalam
2. Pengetahuan kesehatan reporduksi remaja
aspek
kebijakan,
remaja
belum
bisa
secara kuantitaif bisa dikatakan cukup tinggi.
sepenuhnya terakomodasi hak reproduksinya
Akan tetapi pengetahuan ini masih terbatas
disebabkan dalam beberapa program yang
pada pengetahuan teoretik dan dalam konteks
dijalankan oleh pihak yang berwenang tidak
yang dihapal saja. Pengetahuan jenis ini tidak
masksimal. Konstruksi budaya dan sosial
banyak
perilaku
sejauh ini juga masih menganggap tabu
seksual mereka. Perilaku seksual remaja
persoalan seksualitas untuk diakses remaja.
tercatat cukup mengkhawatirkan dalam hasil
Hal ini berimbas pada rasa malu yang dialami
analisis kuantitaif. Demikian juga beberapa
remaja ketika mereka akan mengakses layanan
mitos seksual masih dipercayai oleh remaja,
kesehatan reproduksi.
berpengaruh
pada
pola
terutama mitos seputar kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2011.Policy Brief.Jakarta: BKKBN
Scortino, Rosalia, 1995., Pendekatan Sosial dalam Penelitian Kesehatan Reproduksi, Mimeograf, Jakarta
Lexy J Moeloeng., 2000 ,. Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung
Yayah Khisbiyah, Desti Murdijana, dan Wijayanto., 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja, PPK UGM, Yogyakarta
Widjanarko, Mochamad. 1999. Seksualitas Remaja, Pusat Penelitan Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
60