BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Akuntansi dan Laporan Keuangan Penulis akan menjabarkan beberapa pengertian dari akuntansi,yaitu Menurut Weygandt (2005) “akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.” Menurut Munawir (2004) “akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.” Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pengidentifikasian dan pencatatan dari peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Proses akuntansi berakhir pada laporan keuangan. Oleh karena itu penulis akan membahas pengertian dari laporan keuangan itu sendiri,yaitu: Menurut Munawir (2004) “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Menurut Kasmir (2008) “Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” 7
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan dari suatu perusahaan mengenai kinerja perusahaan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
II.2 Pengguna Laporan Keuangan Mengacu pada Munawir (2004),maka pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu: 1. Pemilik perusahaan, laporan keuangan akan sangat berguna bagi pemilik perusahaan terutama perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain seperti perseroan,untuk menilai sukses atau tidaknya manager dalam memimpin perusahaan yang diukur atau dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan. 2. Manager atau pimpinan perusahaan, membutuhkan laporan keuangan periode yang baru agar dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. 3. Para investor (penanam modal jangka panjang), bankers maupun para kreditur lainnya sangat berkepentingan atau memerlukan laporan keuangan perusahaan di mana mereka ini menanamkan modalnya. 4. Para kreditur dan bankers sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 5. Pemerintah, di mana perusahaan tersebut berdomisili, sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan tersebut, di samping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat 8
diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.
II.3 Rasio Solvabilitas Mengacu pada Kasmir (2004) rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang, dan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya. Rasio solvabilitas yang digunakan yaitu: 1. Debt to Asset Ratio Mengacu pada Kasmir (2008) debt to asset ratio merupakan utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antar total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Rumus debt to asset ratio adalah: Debt to asset = Total kewajiban (jangka pendek+jangka panjang) Total aktiva (lancar+tidak lancar)
9
2. Debt-To-Equity Ratio Mengacu pada Kasmir (2008) Debt-to-equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara`membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah yang akan disediakan peminjam (kreditor) kepada pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Rumus dari debt-to-equity ratio itu sendiri yaitu: Debt-to-equity = Total kewajiban (jangka pendek+jangka panjang) Ekuitas 3. Longterm debt to Equity Ratio Menurut kasmir (2008) long term debt to equity merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. 10
Rumus long term debt to equity yaitu: Long term debt to equity = utang jangka panjang ekuitas II.4 Neraca Mengacu pada John J. Wild (2004) neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan harta (aktiva) serta kewajiban dan ekuitas (pasiva). Neraca dapat dibuat untuk mengetahui jumlah dan jenis harta, utang, dan modal suatu perusahaan. II.4.1 Aktiva Menurut John. J. Wild (2004), aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Aktiva dapat digolongkan ke dalam dua kelompok—lancar dan tak lancar. Aktiva lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang dapat langsung diubah menjadi kas sepanjang siklus operasi perusahaan. Golongan utama aktiva lancar mencakup kas, setara kas, efek, piutang, derivatif, persediaan, dan beban diterima di muka. Aktiva tak lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada perusahaan selama periode melebihi periode kini. Aktiva tak lancar mencakup properti, pabrik, peralatan, aktiva tidak berwujud, investasi, dan beban-beban yang ditangguhkan. II.4.1.1 Aktiva Lancar II.4.1.1.1 Kas dan setara Kas Menurut John J. Wild (2004) kas adalah aktiva yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana, money orders, dan cek. Setara kas juga tergolong sangat lancar, 11
investasi jangka pendek yang (1) siap dikonversi kas dan (2) hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga harga minimal. Investasi ini biasanya jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang.
II.4.1.1.2 Piutang Menurut John J. Wild (2004) pitang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit. Wesel tagih (notes receivable) mengacu pada jajni tertulis untuk membayar. Beberapa piutang lain sering kali membutuhkan pengungkapan terpisah berdsarkan sumbernya, seperti piutang usaha afiliasi, manajer, direksi, dan pegawai perusahaan.
II.4.1.1.3 Beban Dibayar di Muka Menurut John J. Wild (2004) beban di bayar di muka (prepaid expenses) adalah pembayaran di muka atas jasa atau barang yang belum diterima. Beban di bayar di muka biasanya dikelompokkan dalam aktiva lancar karena mencerminkan jasa yang diberikan yang jika tidak ada akan membutuhkan penggunaan aktiva lancar lain. 12
II.4.1.1.4 Persediaan Menurut John J. Wild (2004) persediaan adalah barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aktiva inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dan aktiva operasi dan langsung memengaruhi penghitungan laba. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabkan oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian aktiva. Metode penilaian persediaan digunakan untuk mengalokasi biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan awal ditambah pembelian) pada harga pokok penjualan (pengurang laba) atau persediaan akhir (aktiva lancar). Karenanya, mengalokasi biaya pada persediaan akan memengaruhi baik pengukuran laba maupun aktiva.
II.4.1.2 Aktiva Tetap Menurut John J. Wild (2004) aktiva tetap (properti, bangunan, dan perlengkapan) adalah aktiva berwujud tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu periode. Karenanya, aktiva ini memiliki periode manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang labih dari satu periode. Aktiva ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena 13
digunakan, dan aktiva ini biasanya merupakan aktiva operasi yang terbesar. Properti terkait denagn biaya real esta: bangunan mengacu pada bangunan dan struktur operasi: dan perlengkapan mengacu pada mesin yang digunakan dalam operasi. Properti, bangunan, dan peralatan jug disebut aktiva produktif, aktiva modal, dan aktiva tetap.
II.4.2 Kewajiban Menurut Wild, J. J., Subramanyam, K. R., Halsey, R. F
(2004)
Aktivitas bisnis perusahaan biasanya didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran di masa depan dalam bentuk uang, jasa, atau aktiva lainnya. Kewajiban (liabilities) merupakan klaim pihak luar atas aktiva dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi dan biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan (financing liabilities) merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa guna usaha. Kewajiban operasi (operating liabilities) merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan, kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban umumnya dilaporkan sebagai lancar (current) atau tak lancar (noncurrent)biasanya didasarkan pada kapan kewajiban tersebut jatuh tempo, dalam waktu satu tahun atau tidak. Ekuitas (equity) merupakan klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan. Klaim pemilik di bawah kreditor, yang berarti klaimnya dipenuhi setelah klaim kreditor diselesaikan. Pemegang ekuitas dihadapkan pada resiko maksimum perusahaan tetapi juga berhak atas 14
seluruh pengembalian residu perusahaan. Efek tertentu lainnya, seperti obligasi konversi, berada di tenah garis yang memisahkan kewajiban dan ekuitas, dan merupakan bentuk pendanaan hasil penyilangan (hybrid).
II.4.2.1 Kewajiban Lancar Menurut Wild, J. J., Subramanyam, K. R., Halsey, R. F (2004) “Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya memerlukan penggunaan aktiva lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya.” Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi, meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka (unearned revenue), uang muka, utang usaha, dan akrual beban operasi lainnya. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek dan bagian utang jangka panjang jatuh temp dalam waktu satu tahun. Perusahaan mengelompokkan kewajiban jangka pendek sebagai tak lancar bila perusahaan berniat untuk mendanai kembali (refinancing) dengan sumber jangka panjang dan dapat menunjukkan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut. Pendanaan kembali jangka panjang atau efek ekuitas atau memperbaruinya untuk periode lebih dari satu tahun dari tanggal neraca. Perusahaan menunjukkan kemampuan pendanaan kembali jangka panjang dengan cara (1) telah menerbitkan efek utang jangka panjang atau efek ekuitas untuk menggantikan kewajiban jangka pendek setelah tanggal neraca namun sebalum diumumkan, atau (2) telah melakukan kesepakatan dengan 15
sumber pendanaan yang menyetujui pendanaan kembali utang jangka pendek saat jatuh tempo. Kesepakatan pendanaan yang dapat dibatalkan karena pelanggaran persyaratan yang dapat dievaluasi secara berbeda oleh pihak yang bersepakat (seperti “perubahan material yang bertolak belakang” atau “kegagalan untuk mempertahankan operasi yang memuaskan”) tidak memenuhi kondisi ini. Banyak kesepakatan pinjaman yang memuat persyaratan untuk melindungi kreditor. Pelanggaran atas persyaratan-persyaratan utang (debt covenant) tak lancar, seperti modal kerja minimum, tidak memerlukan reklasifikasi kewajiban tak lancar ke kewajiban lancar jika salah satu kondisi di bawah ini terpenuhi: 1. Pemberi pinjaman menghapusakan atau kehilangan hak untuk meminta pembayaran untuk lebih dari satu tahun dari tanggal neraca, misalnya
pemberi
pinjaman
kehilangan
hak
untuk
meminta
pembayaran jika setelah tanggal neraca dan utang tidak lagi dapat ditarik kembali pada saat laporan keuangan diterbitkan. 2. Kewajiban tidak dapat ditarik kembali karena terdapat kemungkinan bahwa perusahaan akan mengatasi pelanggaran yang terjadi pada tanggal neraca dalam masa tenggang (grace period) yang ditentukan.
II.4.2.2. Kewajiban Tak lancar Menurut Wild, J. J., Subramanyam, K. R., Halsey, R. F (2004) “Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban yang tidak jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang.” 16
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar beragam bentuknya, dan penilaian serta pengukurannya memerlukanpengungkapan atas seluruh batasan dan ketentuan. Pengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, dan provisi subordinasi. Pengungkapan meliputi pula jaminan, persyaratan penyisihan dana pelunasan, dan provisi kewajiban, termasuk untuk bunga dan pembayaran pokok. Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi bersama tingkat kuponnya menentukan bunga tunai yang dibayarkan atas obligasi bersama tingkat kuponnya menentukan bunga tunai yang dibayarkan atas obligasi tersebut. Penerbit obligasi kadang kala menjual obligasi pada harga di bawah nilai nominal (diskon) atau di atas nilai nominal (premium). Diskon atau premium mencerminkan penyesuaian atas harga obligasi untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang diminta pasar (market’s required rate of return). Diskon diamortisasi sepanjang umur obligasi dan menaikkan tingkat bunga efektif yang dibayar oleh peminjam. Sebaliknya, premium juga diamortisasi namun menurunkan tingkat bunga
efektif.
Kewajiban
tanpa
bunga
(non-interest-bearing-
obligation), atau utang dengan tingkat bunga yang tidak masuk akal, dicatat pada jumlah yang mencerminkan penerapan tingkat bunga yang wajar. Hal ini tidak saja dapat menyajikan utang pada jumlah yang dapat diperbandingkan dngan utang bertingkat bunga (interestbearing-debt) lainnya, namun juga menyediakan perhitungan beban 17
bunga yang realistis. Jika utang timbul dari perolehan aktiva, perhitungan ini membantu meyakinkan bahwa aktiva tersebut dibebani dengan biaya yang wajar. Penerbit obligasi menawarkan beragam insentif untuk mempromosikan penjualan obligasi dan mengurangi tingkat bunga yang diminta. Promosi ini meliputi fitur konversi dan waran untuk membeli saham perusahaan penerbit obligasi. Persahaan dapat menawarkan insentif bagi pemegang obligasi konversi untuk menjalankan hak konversi obligasi manjadi efek ekuitas. Ini biasa disebut sebagai convertible debt sweetener. Perusahaan disyaratkan untuk mengakui insentif konversi ini sebagai beban dan tidak diperbolehkan untuk melaporkannya sebagai pos luar biasa. Kewajiban yang umum lainnya adalah komitmen pembelian. Perusahaan seringkali sepakat untuk membeli persediaan berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun di muka. Komitmen seperti ini memerlukan pengungkapan jika kewajiban pembelian tanpa syarat ini menyediakan pendanaan bagi untuk pemasok dan tidak diakui dalam neraca pembeli. Untuk kewajiban pembelian yang diakui di neraca, perusahaan pembeli harus mengungkapkan pembayaran tiap-tipa tahun selama lima tahun ke depan. Pengungkapan juga disyaratkan untuk pembayaran di masa depan untuk utang jangka panjang dan untuk saham yang dibeli kembali. Pengungkapan ini meliputi: 1. Tanggal jatuh tempo dan persyaratn pencadangan dana pelunasan (sinking funds) tiap-tiap tahunnya selama lima tahun ke depan. 18
2. Persyaratan pelunasan tiap-tiap tahun selama lima tahun ke depan.
II.4.2.2.1 Imbalan Pasca Pensiun Pemberi kerja sering menyediakan imbalan bagi pekerja
pascapensiun.
Terdapat
dua
bentuk
imbalan
pascapensiun (postretirement benefit) ini: (1) imbalan pensiun (pension benefit), di mana pemberi kerja menjanjikan imbalan moneter kepada pekerja pascapensiun, dan (2) imbalan pascapensiun lainnya (other postreirement employee benefitOPEB) di mana pemberi kerja menyediakan imbalan lain ( biasanya non-moneter) pascapensiun-terutama pemeliharaan kesehatan
dan
asuransi
jiwa.
Kedua
jenis
imbalan
menghadirkan tantangan konseptual yang sama bagi akuntansi dan analisis. Standar akuntansi saat ini mensyaratkan pengakuan beban imbalan pascapensiun saat pekerja aktif memberikan jasa, bukan saat imbalan dibayarkan. Estimasi nilai sekarang akrual imbalan pensiun dilaporkan sebagai kewajiban bagi pemberi kerja. Karena waktu dan besaran imbalan ini tidak pasti, biaya imbalan pascapensiun (dan kewajibannya) perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria atas harapan hidup, perputaran pegawai, kompensasi, biaya perawatan kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan tingkat bunga. Imbalan dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan. Selain itu, pensiun menjadi 19
bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi. Saat ini diperkirakan bahwa program pensiun, dengan akriva lebih dari $4 triliun (sekitar 20% dari aktiva negara AS), meilbatkan hampir 50 juta individu. Dana pensiun juga menguasai sekitar 25% nilai saham NYSE, dan terlibat dalam hampir sepertiga volume perdagangan harian. Walaupun dalam jumlah yang lebih kecil, OPEB, khususnya biaya perawatan kesehatan, merupakankomponen paling penting dalam biaya pegawai perusahaan. Hampir sepertiga pekerja AS berpartisipasi dalam program perawatan kesehatan pascapensiun, dengan total kewajiban yang tidak didanai (unfuned liability) berkisar antara $1 sampai $2 triliun. Kewajiban pensiun dan OPEB besar kemungkinan akan berkembang karena perubahan demografis dan meningkatkan harapan hidup. II.4.3 Ekuitas Pemegang Saham Menurut Wild, J. J., Subramanyam, K. R., Halsey, R. F
(2004)
Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan. Ekuitas dipandang klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan. Klaim pemegang efek ekuitas umumnya berada di bawah kreditor, yang berarti klaim kreditor dipenuhi terlebih dahulu. Umumnya terdapat variasi senioritas klaim pemegang saham atas aktiva bersih. Pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang sama, pemegang saham memiliki kemungkinan pengembalian maksimum karena mereka berhak atas seluruh pengembalian setelah hak kreditor terpenuhi.
20
Analisis atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi: •
Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas
•
Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan prioritas mereka dalam likuidasi
•
Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
•
Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dan pembatasan-pembatasan lainnyaatas distribusi laba ditahan.
•
Menilai ketentuan dan provisi efek yang dapat dikonversi (convertible securities), opsi saham, dan kesepakatan lainnya yang berpotensi menerbitkan saham.
II.5 Struktur Modal Menurut Riyanto (2001) “struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri.” Menurut Weston dan Copeland (1992) “struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.” Menurut Menurut Lawrence, Gitman (2000), definisi struktur modal adalah sebagai berikut: ”Capital Structure is the mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Lawrence, Gitman (2000) yaitu modal hutang (debt capital) dan
21
modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya hutang jangka panjang.
II.6 Pengertian Risiko Menurut Brigham & Houston (2006) Risiko adalah peluang akan terjadinya suatu peristwa yang tidak diinginkan. Jadi dapat dikatakan bahwa risiko merupakan suatu peristiwa yang tidak diharapkan yang mungkin terjadi dalam perusahaan.
II.7 Mengukur Risiko Pasar Mengacu pada Richard A. Brealey, Steward C. Myers, Alan J. Marcus (2007) Sebuah aktiva yang dimiliki sabagai bagian dari suatu portfolio akan kurang berisiko jika dibandingkan dengan aktiva yang sama yang dimiliki secara terpisah. Karenanya, sebagina besar aktiva keuangan dimilikinsabagai bagian dari portfolio, bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, reksa dana, dan institusi-institusi keuangan lainnya diharuskan oleh hukum untuk memilki portfoio yang terdiversivikasi. Bahkan investor-investor individual-paling tidak yang kepemilikan atas sekuritasnya menjadi bagian yang signifikan dari seluruh kekayaan mereka-umumnya memiliki portfolio, bukan saham dari hanya satu perusahaan saja. Dalam kondisi seperti ini, sudut pandang investor, adanya fakta bahwa suatu saham tertentu akan naik atau turun bukanlah hal yang penting; yang penting adalah tingkat pengembalian dari portfolionya, dan risiko portfolio tersebut. Logikanya, risiko dan tingkat pengembalian dari masing-masing sekuritas harus dianalisis dari segi bagaimana sekuritas tersebut memengaruhi risiko dan tingkat penegbalian portfolio dimana sekuritas dimiliki. 22
II.8 Risiko dan Diversifikasi II.8.1 Diversifikasi Menurut Richard A. Brealey, Steward C. Myers, Alan J. Marcus (2007) “diversifikasi adalah strategi yang dirancang untuk mengurangi risiko dengan menyebar portfolio di berbagai investasi.” Kita bisa menghitung variabilitas sama baiknya untuk sekuritas individual maupun portfolio sekuritas. Tentu saja, tingkat variabilitas di atas 100 tahun kurang menarik untuk perusahaan tertentu daripada portfolio pasar karena jarang sekali perusahaan menghadapi risiko bisnis yang sama hari ini seperti yang dihadapi seabad yang lalu. Portfolio pasar terbentuk dari saham individual,lalu mengapa variabilitasnya tidak sama dengan variabilitas rata-rata komponennya? Jawabannya adalah diversivikasi mengurangi variabilitas. Diversifikasi portfolio menjadi efektif karena harga saham yang berbeda tidak bergerak persis sama. Ahli statistik menunjukkan hal yang sama ketika mereka berkata bahwa perubahan harga saham lebih kecil daripada korelasi sempurna. Diversifikasi paling efektif ketika pengembalian berkorelasi negatif. Ketika salah satu bisnis melakukan dengan baik, lainnya buruk. Sayangnya, dalam praktiknya, saham yang berkorelasi secara negatif itu jarang terjadi, seperti mencari pedagang es di musim hujan.
II.8.2 Risiko Portfolio Sejarah pengembalian kelas aset yang berbeda memberi bukti yang meyakinkan tentang dilema risiko-pengembalian dan menunjukkan bahwa variabilitas tingkat penegmbalian di masing-masing kelas aset adalah ukuran 23
risiko yang bermanfaat. Akan tetapi, kerentanan pengembalian bisa menjadi ukuran risiko yang menyesatkan untuk aset individual yang dipegang sebagai bagian portfolio. Risiko tambahan saham (yakni, perubahan risiko keseluruhan yang ditambahkan pada portfolio). Secara umum risiko tambahan saham tergantung pada apakah pengembaliannya cenderung bervariasi dengan atau tidak berlawanan dengan pengembalian aset lain dalam portfolio. Risiko tambahan tidak hanya tergantung pada kerentanan saham. Jika pengembalian tidak bergerak mendekati sisa portfolio, saham akan mengurangi kerentanan pengembalian portfolio. Dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Investor peduli tentang ekspektasi pengembalian dan risiko portfolio aset. Risiko
portfolio
keseluruhan
bisa
diukur
dengan
kerentanan
pengembalian, yakni, varians atau standar deviasi 2. Standar deviasi pengembalian suatu sekuritas individual mengukur seberapa berisiko sekuritas itu jika dipegang terpisah. Namun, sorang investor yang memegang portfolio sekuritas hanya tertarik pada bagaimana tiap sekuritas mempengaruhi risiko seluruh portfolio. Kontribusi satu sekuritas pada risiko portfolio tergantung pada bagaimana pengembalian sekritas tersebut bervariasi bersama kepemilikan sekuritas lain investor. Oleh sebab itu, suatu sekuritas yang berisiko jika dipegang terpisah mungkin berprilaku mengurangi variabilitas portfolio jika pengembaliannya tidak bergerak serentak dengan sisa portfolio.
24
II.8.3 Jenis Risiko Menurut Richard A. Brealey, Steward C. Myers, Alan J. Marcus (2007) jenis risiko ada dua yaitu: risiko khas atau risiko tidak sistematis dan risiko pasar atau risiko sistematis. “Risiko khas atau risiko tidak sistematis yaitu faktor risiko yang hanya
mempengaruhi
perusahaan,
juga
disebut
risiko
yang
bisa
didiversifikasikan.” Jadi dapat dikatakan risiko khas atau risiko tidak sistematis yaitu risiko yang bisa dihilangkan dengan diversivikasi. sedangkan “risiko pasar atau risiko sistematis yaitu `sumber risiko dari seluruh perekonomian (ekonomi makro) yang mempengaruhi pasar saham secara keseluruhan.” Jadi dapat dikatakan risiko pasar atau risiko sistematis yaitu risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko khas muncul karena banyak bahaya yang mengelilingi perusahaan individual terkait dengan perusahaan dan mungkin pesaing langsungnya. Risiko pasar berasal dari bahaya di seluruh perekonomian yang mengancam semua bisnis. Risiko pasar menerangkan mengapa saham memiliki kecenderungan untuk bergerak bersama, sehingga portfolio yang terdiversivikasi baik pun terpapar pada pergerakan pasar. Apabila saham yang dimiliki cuma satu saham saja, risiko khas sangat penting: tetapi begitu memiliki portfolio 30 saham atau lebih, diversivikasi melakukan sebagian besar hal yang bisa dilakukan untuk menghapus risiko. Untuk portfolio yang terdiversivikasi baik, hanya risiko pasar yang berpengaruh. 25
II.8.4 Nilai Risiko Menurut John.C. H (2006) Nilai risiko (VaR) merupakan kumpulan nilai tunggal dari total risiko portfolio dalam aset keuangan. VaR merupakan pengukuran yang mudah dimengerti. Rumusnya yaitu: m
=
i i ‐
1
Dimana
i
merupakan nilai dari variabel pasar pada Hari ke-i dan Hari ini
merupakan Hari m.
II.9 Pengertian Beta Menurut Richard A. Brealey, Steward C. Myers, Alan J. Marcus (2007) “beta adalah sensitivitas pengembalian saham terhadap pengembalian portfolia pasar.” Menurut Brigham & Houston (2006) “beta adalah suatu ukuran risiko pasar, yaitu sampai sejauh mana pengembalian dari sebuah saham tertentu mengalami pergerakan di dalam bursa saham.” Jadi dapat disimpulkan beta adalah suatu ukuran risiko yang digunakan perusahaan dengan mengukur pengembalian sekuritas terhadap pengembalian pasar.
II.9.1 Mengukur Beta Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi Beta. Suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel dependen dan returnreturn pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini akan menghasilkan koefisien Beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama masa periode observasi. 26
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi Beta dapat didasarkan pada model indeks-tunggal. Jika digunakan model indeks-tunggal atau model pasar, Beta dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut: R αi βi Rm ei
Dimana Ri merupakan variabel tergantung, βi merupakan koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i, Rm merupakan variabel independen, dan ei merupakan variabel acak. Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut Beta merupakan pengukur volatilitas antara return-retun suatu sekuritas (portfolio) dengan return-return pasar. Jika volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return antara sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar σiM . jika kovarian ini dihubungkan relatip terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar atau σM2 ), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatip terhadap risiko pasar atau disebut dengan Beta. Dengan demikian Beta dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut: β1 =
Return saham merupakan return dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return saham terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut ini: Return Capital gain loss Yield
27
Dimana capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatip dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Menurut Tambunan (2008) ukuran sensitivitas Beta dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) β > 1 : artinya saham umumnya lebih agresif di pasar. Pada suatu kesempatan harganya dapat naik sedemikian cepat melebihi kenaikan pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun pada saat pasar sedang turun, harganya akn turun lebih cepat dari pasar. Artinya, jika pasar sedang naik saham tersebut akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari pasar 2) β = 1 : artinya saham umumnya mengikuti arus pasar. Jika pasar naik, saham tersebut akan mengalami kenaikan yang sama dengan yang dialami pasar atau indeks. Demikian juga sebaliknya, jika pasar turun, saham tesebut akan mengalami penurunan yang sama dengan yang dialami pasar atau indeks. 3) β < 1 : artinya saham umumnya bergerak lebih lambat dari pasar. Jika pasar naik, saham tersebut juga akan naik, namun selalu lebih rendah daripada kenaikan pasar. Demikian juga sebaliknya, jika pasar turun saham tersebut juga akan turun, namun selalu lebih rendah dari penurunan pasar. Capital Asset Pricing Method (CAPM), digunakan untuk menghitung harga saham dengan mempertimbangkan risiko pasar, harga saham hasil perhitungan dengan CAPM akan digunakkan sebagai harga tengah dari harga 28
saham tersebut. CAPM merupakan teori penilaian resiko dan keuntungan aset yang didasarkan koefisien beta.
II.10 Koefisien Korelasi Mengacu pada indriantoro, A., Supomo, B (2002) koefisien korelasi merupakan hubungan antara dua variabel yang bukan hubungan sebab-akibat dan mengukur hubungan tersebut. Rumus koefisien korelasi yaitu:
rxy= ∑ x y √(∑x2) . (∑y2)
Dimana x merupakan variabel dependen dan y merupakan variabel independen. Tabel 2.1 pedoman hubungan koefisien korelasi Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
29