BAB II I METODOLOG I PE NELI TIAN
3.1. PERSI APAN DAN PEN GUJIAN MATERIAL Material – material yang akan digunakan sebagai penyusun beton pada penelitian ini terlebih dahulu harus diteliti untuk menge tahui karakteristik dan unsur penyusun dari material tersebut. 3.1.1. Agregat Persiapan a gregrat yang akan digunakan antara lain melakukan penyucian dan pengeringan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan agregat yang bersih sehingga komposisi untuk agregat adalah murni berat dari agrega t. Material material yan g menempel pada agregat seperti pasir dan lumpur dapat men yebabkan hasil ya ng didapat kurang optimal. 3.1.2. Geopolimer Bahan geopolimer dalam penelitian ini menggunakan fly ash sebagai prekurs ornya dan campuran larutan sodium hidroksida [NaOH] dan sodium silikat
[Na2Si3 ] sebagai alkali activator . Fly ash yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan fly ash hasil limbah buangan pembakaran batu bara pada PLTU Suralaya. Sedangkan larutan sodium silikat, atau biasa disebut waterglass , dan senyawa NaOH, didapatkan dengan membeli di toko kim ia. Pengujian material geop olimer yang perlu dilakukan adalah hanya untuk bahan prekursor, untuk mengetahui komposisi kandungan unsur – unsur di da lamnya, karena material fly ash di beberapa tempat pembangkit listrik mempu nyai kompos isi ya ng berbeda.
38 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik f ly ash adalah uji X-Ray Fluorescence (XRF) dan X-Ray Difraction (XRD). Pengujian XRF berfungsi untuk mengetahui persentase komposisi unsur – unsur yang terkandung da lam fly ash , dimana diharapkan sebagian besar unsur penyusun dari fly ash adalah unsur alumina dan silika. Seda ngkan pengujian XRD dilakukan untuk mencari sifat struktur dari f ly ash. Pengujian XRF dan XRD akan dilakukan pada Laboratorium Fisika Fakultas MIPA Universitas Indonesia.
3.2. PERHITUNGAN CAMPURAN BETON Penelitian ini mengguna kan metode pendekatan desain beton geopolimer sesuai dengan beton semen konvensional. Hal ini berarti ke dua jen is beton tersebut didesain dengan kuat tekan rencana yang sama menurut standar perhitungan beton konvensional. Karena sampai saat ini belum terdapat standar
mengenai desain campuran ( mix design) beton geopolimer, maka un tuk mencapai target kuat tekan beton geopolimer tertentu, peran pasta semen pada beton semen diganti dengan pasta geopolimer. Begitup un dengan komposisi agregat murni sesuai den gan uji karakt eristiknya, menjadi referensi komposisi agrega t limbah be ton dalam penelitian ini. Sehingga dibutuhkan pengujian terhadap be ton semen dengan target kuat tekan yan g sama, sebagai data pembanding terhadap beton
geopolimer. 3.2.1. Perhitungan Kompos isi Pasta Geopolimer Tahap pertama dalam menentukan campuran be ton geopolimer adalah mencari komposisi yang tepat dari material geopolimer itu sendiri. Untuk men dapatkan komposisi ya ng tepat, penulis membuat sampel material geopolimer berukuran kecil den gan perhitungan desain campuran melalui metode trial and error . Metode trial and error dilakukan denga n memvariasikan kompos isi prekurs or dengan aktivator alkali untuk menc ari kompo sisi yang paling optimal.
39 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
M. Fajar Hermansyah (2007) memperoleh komposisi pa sta geopolimer berbahan dasar fly ash dari PLTU Sura laya den gan hasil kuat tekan paling optimal sebesar 45.1 MPa. Dari komposisi ter sebut, terlihat rasio fly ash : air = 4.44 : 1. Komposis i ini merupakan salah satu referens i utama, tetap i pada saat melakukan penelitian, penulis tetap akan melakukan metode trial and error , terleb ih da lam variasi rasio H2O, untuk mendapatkan hasil paling optimal sesuai dengan kondisi lapangan saat melakukan produksi benda uji. Detail perbandingan komposisi tiap material dan bahan kimia yang digunakan merupakan hak kekayaan intelektual peneliti, sehingga tidak ditampilka n dalam lap oran skripsi ini.
3.2.2. Perhitungan Mix Design Beton Desain komposisi be ton geopolimer selanjutnya adalah desain campuran material geopolimer dengan agregat (komposisi matriks-inklusi). Pada penelitian ini akan dibandingkan kekuatan beton geopolimer dengan beton semen dimana kedua be ton tersebut memiliki perbandingan matriks-inklusi yang sama. Beton geopolimer dan beton konvens ional pada penelitian in i didesa in dengan target kuat rencana K400 atau setaraf dengan kuat tekan fc’ = 40 MPa. Perhitungan campu ran beton geopolimer didesain sesuai dengan perhitungan mix
design beton konvensional, menggunakan metode US Bureau, dengan mengganti jumlah pasta semen yang dibutuhkan menjadi pasta geopolimer, dan menggant i proporsi well-graded aggregate dengan agregat limba h beton semen.
3.3. PERHITUNGAN KEBU TUHAN BEND A UJI Hal selanjutnya yan g harus dilakukan adalah men ghitung jumlah benda uji yang dibutuhkan, agar dapat memperkirakan jumlah kebutuhan material dan besar
biaya yang dikeluarkan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terhadap beberapa penelitian sebelumnya di Departemen Sipil FTUI mengenai properti material Beton Geopolimer. Pengujian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah
40 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
pengujian lendutan dan regangan balok beton akibat diberikan beban statis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan balok beton bertulang ganda
geopolimer. Sebe lum mencapai tahap pengu jian lendutan dan regangan, terlebih dahulu akan dibuat sampe l beton untuk 2 jenis beton, yaitu beton geopolimer dan beton
konvensional, untuk ditelaah karakteristik materialnya dengan tes kuat tekan dan kuat tarik. Hal ini dilakukan untuk membuktikan hasil penelitian – penelitian sebelumnya. 3.3.1. Tes Kuat Tekan Tes kuat tekan beton dilakukan ketika beton telah mengeras. Karena wak tu yang dibutuhkan untuk beton mengeras pada beton geopolimer dan beton konvensional berbeda, maka pengujian kuat tekan akan dilaku kan secara variasi
waktu pada hari ke-3, ke-7, dan ke-28 s etelah pembukaan cet akan. Untuk masing – masing pengujian dibua t 1 samp el untuk setiap jenis material. Tes kuat tekan menggunakan benda uji kubus 150x150x150 mm3 sesuai dengan ASTM Designation: C 39 – 94 tahun 1996 untuk pengetesan terhadap material beton.
Gambar 3.1. Sample kubus beton 3.3.2. Tes Kuat Tarik Tes kuat tarik dilakukan di cetakan angka 8 pada saat beton telah men geras. Tes kuat tarik dilakukan hanya pada beton geopolimer untuk
41 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
membu ktikan hipotesa awal bahwa kuat tarik beton geopolimer adalah dua kali lipat kuat tekannya [8]. 3.3.3. Uji Lendutan Uji lend utan dan regangan dilakukan bersamaan pad a sampel ba lok beton, men ggunakan alat uji LVDT untuk uji lendutan. Sampel balok beton yang diuji berukuran 200 x 300 x 1500 mm3 . Dari hipotesa awal kekuatan tarik beton geopolimer dua kali lipat beton konvensional, maka akan ditinjau pengaruh reinforcement tulan gan baja pada struktur beton geopolimer. Selain hipotesa tersebut, reaksi kimia antara unsur – unsur alumina dan silica akan memberikan reaksi korosif pada tulangan besi b aja. Hal itu pulalah y ang akan diamati pada ketiga jenis str uktur balok beton di atas.
3.4. PRODUKSI BENDA UJI Setelah diperoleh perhitungan desain campuran beton geopolimer dan be ton konvensional, maka dilaku kanlah proses produksi be nda uji. 3.4.1. Persiapan Tahap Persiapan merupakan tahap penunjan g di awal proses produksi. Hal-hal yang termasuk di dalamnya diantaranya :
(1) Persiapan Peralatan a] Concrete mixer , dengan volume concrete mixer yang akan dipakai adalah
± 1 m3 b] Bekisting, sesuai den gan ukuran benda uji yan g telah disebutkan di atas. Sebe lum pencetakan, dinding – dinding bekisting dibe ri pelumas agar mempermudah pembukaan bekisting. Khu sus untuk pencetakan beton geopolimer, dinding be kisting harus dilapisi plastik agar mudah dibuka. c] 1 set peralatan slump test
d] Sendok semen, wadah (baskom), dan peralatan penunjang lainnya
42 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
(2) Persiapan Bahan a] Prekursor Bahan prekursor yang digunakan adalah abu terban g (fly ash) yang berasal dari PLTU Suralaya. Sebelum digunakan untuk produksi, fly ash terlebih dahulu digiling untuk mendapatkan luas permukaan yang besar. Setelah digiling, f ly ash disaring dengan menggunakan saringan No. 200. Hal ini bertujuan agar reaksi polimerisasi da pat berlangsung dengan baik.
b] Aktivator alkali Aktivator yang digunakan pada percobaan ini ad alah campuran sodium silikat dengan sodium hidroksida. Sodium hidroksida yang berben tuk pelet
dilarutkan dalam sodium silikat yang berbentuk cairan. Komposisi sodium hidroksida dan sodium silikat pada saat pencampuran dihitung agar didapatkan komposisi larutan dengan
molaritas
tertentu. Hal ini
berpengaruh dalam reaksi polime risasi yang akan terjadi. c] Agregat Agregat mineral yang digunakan berupa agregat kasar dan agrega t halus
dari hasil cru shing dan penyaringan limbah sisa beton semen. d] Air Air yan g digunakan harus memenuhi syarat untuk bahan beton pada umumnya, yaitu air dengan kualitas air minum. 3.4.2. Pembuatan Campuran B eton (Mixing) & Uji Slump Beton Proses pencampuran dilakukan setelah melakukan proses desain, dimana komposisi berat tiap bahan beton telah ditentukan sesuai dengan kriteria yang diinginkan menurut standart desain beton konvens ional. Proses pencampuran meliputi ra ngkaian kegiatan berikut ini :
(1) Mencampur agregat kasar dan agregat halus dalam keadaan kering. Masukkan hasil pencamp uran ke dalam concrete mixer .
(2) Membuat larutan aktivator alkali dalam wadah . Setelah terjadi reak si dalam larutan (ditandai dengan kenaikan suhu), masukkan fly ash dan air ke dalam larutan kemudian aduk merata, seh ingga setiap butiran fly ash bersentuhan
43 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
dengan larutan. Bahan ini merupakan material geopolimer yan g berfungsi sebagai matriks ( mortar).
(3) Masukkan mortar dan air ke dalam concrete mixer dan aduk sampai mendapatkan kondisi homog en.
(4) Melakukan tes slump untuk mengetahui besar slump yan g didapat. 3.4.3. Pencetakan (Moulding) Metode
pencetakan
berperan
dalam
menentukan
kepadatan
dan
homogenitas beton pada saat keras, serta besar pori yang timbul. Proses pencetakan meliputi ran gkaian kegiatan berikut ini:
(1) Pastikan dinding-dinding bekisting telah diberi pelumas (plas tik untuk bekisting beton geopolimer) , dan bekisting telah bersih dari segala macam benda asing.
(2) Beton segar yang telah tercampur den gan baik dimasukkan ke dalam bekisting. Pr oses pencetakan dibagi menjad i tiga lapisan , tiap lapisan dipadatkan den gan menggunakan batang besi sebanyak 25 kali tusukan. Pad a bekisting lentur, banyak tusukan yan g diberikan ditentukan sampai kondisi beton terlihat padat.
(3) Setelah bekisting terisi penuh, tut up permukaan beton segar dengan film. Film yang digunakan dapat berupa bahan plastik termoset yang tahan panas 100° 120° C. Hal ini bertujuan untuk menjaga terlepasnya air melalui proses penguapan. Penguapan air yang berlebihan akan men gganggu proses polimerisasi serta menyebabkan thermal shrinkage . 3.4.4. Proses Pengerasan (Hardening) Berbeda dengan material semen yang menghasilkan panas hidrasi tinggi, material geopolimer membutuhkan e nergi ak tivasi tambahan untuk mempercepat proses polimerisasi. Hal ini disebabkan karena panas yang dihasilkan kurang tinggi. Agar proses perkerasan berlangsung cepat, benda uji yan g telah dicetak dimasukkan ke dalam oven dengan suhu ± 70° C selama ± 24 jam sampai
44 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
men geras, dimana beton yang telah mengeras diindika sikan dengan kondisi pada saat pelepasan bekisting beton tidak mengalami keruntuhan. 3.4.5. Pera watan (Curing) Proses perawatan beton geopolimer berbeda dengan beton semen, yaitu setelah pembukaan bekisting, sampel uji dibiarkan pada suhu kamar.
3.5. PENGUJIAN B ENDA UJI Pengujian yang dilakukan adalah peng ujian lendutan dan regangan pada ba lok, untuk menganalisa kekuatan struktural dan hubungan stress – strain dari material beton geopolimer jika dibandingk an dengan material beton konvensional. Sebe lum pengujian balok struktural, terlebih dahulu akan dilaku kan pengujian ku at tekan dan kuat tarik terhadap sampel material. 3.5.1. Pengujian Sampel T ekan Tes ini dida sarkan pada ASTM Designation: C 39 – 94 tahun 1996 (Standard Test Method for Compressiv e Strength of Cylindrical Concrete Specimens ). Seperti telah dibahas di atas, pada pengujian kuat tekan diguna kan sampel kubus, oleh karena itu agar mengikuti standa r pengujian ASTM akan dilakukan pengkonversian benda uji kubus ke dalam silinder. Hasil yang diperoleh dalam pengu jian ini adalah kuat tekan optimal dari material beton
geopolimer. 3.5.2. Pengujian Sampel Ta rik Tes ini menggunakan cetakan angka delapan, kemudian cetakan ditar ik
dengan mesin direct tension . Nilai kuat tarik diperoleh hingga sampel beton angka de lapan putus.
3.6. HUBUNGAN MOMEN LENTUR DAN KURVATUR Pengertian tentang deformasi pada balok diaw ali de ngan hubungan antara momen lentur dan kurvathur. Terdapat hubungan differensial dan integral ant ara kurvatur dengan deformasi yang berupa rotasi da n lendutan.
45 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
Kurvatur pada balok disebabkan oleh momen len tur. Kurvatur akan men imbulka n deformasi sepanjan g bentang ba lok. Gaya geser juga menimbulkan
deformasi pada balok, tetapi kecuali untuk balok yang sangat pendek dan tebal, deformasi yang disebabkan oleh geser dapat diabaikan karena sangat kecil diba ndingkan dengan defor masi yang disebabkan oleh mome n lentur Balok sangat flex ibel, sehingga deformasinya kadang-kadang merupakan faktor kontrol pada perencanaan struktur. Sebagai contoh, plafon dapat ret ak jika ba lok tumpuannya sangat fleksibe l, walaupun balok tersebut memenuhi syarat tegangan. Pelat atap yang bertumpu pada balok yang sangat fleks ibel dapat men galami deformasi ya ng sangat berlebihan, sehingga saat hujan dapat men yebabkan terjadinya genangan.
Kasus -kasus tersebut menggambarkan
perlunya informasi mengenai deforma si balok, kh ususnya lendutan yang terjad i. 3.6.1. Deformasi Elastis yang Disebabka n oleh Momen Lentur Akibat momen len tur, elemen pendek (panjang ? x) dari sebuah balok lurus berdeformasi menjadi bentuk circular, ditunjukkan pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Elemen balok berdeformasi men jadi bentuk circular ak ibat momen lentur Besarnya tegangan akibat regangan pada fiber longitudinal berdasarkan Huk um Hooke adalah :
σx = Dimana :
sx
Ey ...........................................(3.1) r
= Tegangan beton
46 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
E
= Modulus Young
y
= Jarak dari serat terluar ke sumbu yang ditinjau
r
= Radius kurvatur
Gambar 3.3 Gaya tarik-tekan yang berkerja pada balok Distribusi tega ngan di atas ditunjukkan pada gambar 3.3. Tegangan pada setiap serat proporsional terhadap jaraknya terhadap sumbu netral nn. Anggap dA sebagai elemen area perpotongan pada sejarak y dari sumbu netral. Gaya yang
bekerja pada elemen area adalah hasil dar i tegangan (persamaan 3.1 ) dan area dA, ( Ey / r)dA. Dikarenakan fakta bahwa semua gaya didistribus ikan melalui perpotongan menggambarkan suatu sistem equivalen , resultan dari gaya-gaya ini pada arah x harus sama dengan nol dan kita menemukan
Ey E dA = ∫ r r
∫ y dA = 0
Momen akibat gaya bekerja pada elemen dA, terhadap sumbu netral adalah ( Ey / r). dA. y. Menambahkan semua momen yang disalurkan pada perpotongan dan meletakkan resultannya sama dengan momen M akibat gaya luar, persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari radius kurvatur r
EI z E 2 y dA = =M ∫r r Dengan
membandingkan
atau
1 M = r EI z
persamaan
(3.1)
....................... (3.2) dengan
(3.2)
menghilangkan nilai r , mak a akan didapatkan persamaan tegangan yan g lain
47 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
dan
σx =
My ....................................................(3.3) Iz
Sesuai teori balok Timoshenko, di dalam mendesain suatu balok, perhatian biasanya tidak hanya ditunjukka n kepada tegangan-tegangan yang timbul akibat aksi beban, tetapi juga kepada defleksi yang ditimbulkan oleh beban ini.
Gambar 3.4. Rotasi balok ak ibat pembebanan Misalkan kurva AmB pada gamb ar 3.4 mewakili be ntuk sumbu batang setelah melendut. Lendutan terjadi pada bidang simetri oleh karena gaya-gaya lintan g yang bekerja pada bidang tersebut. Kurva ini dinamakan kurva defleksi ( deflection curve). Untuk mendapatkan persamaan differensial kuva ini, kita tarik sumbu-sumbu koordinat seperti pada gambar dan asu msikan bah wa k urvatur dari defleksi pada setiap titik ber gan tung hanya pada besarnya momen M di titik tersebut. Pada kasus seperti ini, hubunga n antara kurvatur dan bending momen adalah :
1 M = ......................................................(a) r EI z Untuk mendapatkan suatu persamaan yang menyatakan hubungan an tara lengkungan dan ben tuk kurva, kita perhatikan titik m dan m1 yang terletak pada kurva defleksi dan dipisah kan dengan jarak ds. Jika sudut yang diben tuk oleh
48 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
sumbu x dan garis singgung di titik m adalah ? , maka sudut ant ara normal-normal terhadap kurva di titik m dan m1 adalah d? . Titik perpotongan O dari normal normal ini merupakan pusat kurvatur dan menentukan panjang r dari jari-jari kurvatur. Maka : ds = r d θ
dan
1 dθ = .................................(b) r ds
Garis-garis tanda mutlak menandakan bahwa kita hanya me mperhitungkan harga numerik kurvatur. Memperhatikan tanda, maka momen lentur kita anggap positif dalam persamaan (a). Kurvatur positif apab ila pusat kurvatur berada d i atas kurva seperti pada gambar, namun bila dilihat bahwa pada lengkungan seperti ini sudut ? menjadi semakin kecil seiring de ngan perpindahan titik m sepanjang kurva dari A ke B. Dengan demikian suatu pertambahan ds yang positif berhubungan dengan suatu d? yang negatif. Jad i untuk mendapatkan tanda yang tepat, persamaan (b) sebaiknya dituliskan dalam bentuk :
1 dθ =− ....................................................(c) r ds Pada prakteknya, defleksi batang yang diijinkan biasanya kecil sekali dan kurva defleksi sanga t datar. Dalam keadaan-keadaan seperti ini kita dapat membuat asumsi yang cukup akurat bahwa :
ds ≈ dx
dan
θ ≈ tan θ = dy / dx ...........................(d)
Dengan men substitusi harga-harga ds dan ? dalam persamaan (c), kita dapatkan :
1 d2y = − 2 .............................................(e) r dx Maka persamaan (a) menjad i : EI z
d2y = − M ......................................... (3.4) dx 2
3.6.2. Kurvat ur P ada Balok Pada gambar 3.5 diperlihatkan eleme n penampang balok den gan momen ujung dan gaya aksial yang sama be sar. Jari-jari kurvatur ? diukur sampai dengan sumbu netral. Jari-jari kurvatur, jarak sumbu netral kd , regangan b eton pada serat
49 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
tekan terluar ec, dan regangan tulan gan baja tarik e s akan bervariasi sepanjang bentang karena saat retak, beton sedikit ikut menahan tarik.
Gambar 3.5 Defor masi balok akibat lentur Dengan memperhatikan elemen kecil (panjang dx) dan menggunakan notasi dari gambar 3.5, rotasi antara ujung -ujung elemen dirumuskan sebagai berikut :
ε dx dx ε c dx = = s ρ kd d (1 − k ) εs 1 εc = = ρ kd d (1 − k ) 1 adalah kurvatur pada elemen tersebut (rotasi per unit panjang balok ), diberi ρ simbol f. Mak a : ϕ=
εc εs ε + εs = = c ....................................(3.5) kd d (1 − k ) d
Hubungan antara momen lentur M dan kurvatur f dinyatakan den gan persamaan berikut : EI = Mρ =
M .........................................................(3.6) ϕ
50 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
3.6.3. Perhitungan Defor masi Balok dari Kurvatur Rotasi dan lendutan balok dapat dihitung dengan mengitegralkan kurvatur pada sepanjang balok. Kurvatur didefinisikan sebagai rotasi per unit panjang ba lok. Maka rotasi antara dua titik A da n B pada balok dirumuskan sebagai berikut : B
θ AB = ∫ ϕ dx ........................................(3.7) A
Dimana dx adalah elemen dari panjang balok .
Gambar 3.6 Lendutan yang disebabkan deformasi lentur elemen Pada gambar 3.6 diperlihatkan kantilev er dengan deformasi yang disebabkan oleh rotasi d? pada elemen dengan panjan g dx. Rotasi d? sama dengan f dx, dimana f adalah kurvatur elemen tersebut. Lendutan tranversal d? di titik A adalah x d? atau xf dx. Karena itu lendutan tranversal pada titik A yang disebabkan oleh kurvatur sepanjang balok antara titik A dan titik B ini adalah sebagai berikut : B
∆ AB = ∫ xϕ dx ....................................(3.8) A
Dimana x adalah jarak elemen dx dari A.
51 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
Persamaan ini da pat digunakan untuk mengh itung rotasi dan lendutan ba lok jika diketahui hubungan momen-kurvatur dan distribus i mome n lentur sepan jang balok.
3.7. METODE INTEGRAL Formu la Newton -Cotes adalah bentuk integrasi numerik yang paling umum. Formula ini didasarkan pada strateg i penempatan fungsi yang rumit dengan suatu pendekatan yang mudah untuk diingr asi b
b
a
a
I = ∫ f ( x ) dx ≈ ∫ f n ( x) dx Diman a fn(x) adalah polinomial da ri bentuk
f n ( x ) = a 0 + a1 + ... + a n −1 x n −1 + a n x n ............................(3.9) 3.7.1. Aturan Trapesium Tunggal Aturan Trapesium adalah formula integrasi tertutup pertama NewtonCotes. Aturan ini digunakan untuk kasus dimana polinomia l pada persamaan 3.9 adalah orde pertama b
b
a
a
I = ∫ f ( x ) dx ≈ ∫ f1 ( x) dx Dengan persamaan garis lurus adalah f1 ( x ) = f ( a) +
f ( b) − f ( a ) ( x − a) b−a
Maka luas area dibawah garis lurus ini adalah hasil integral dari f(x) an tara ba tas a dan b b
f (b) − f ( a) I ≈ ∫ f (a ) + ( x − a ) dx b−a a Hasil da ri integr asi tersebut adalah I ≈ (b − a )
f ( a) + f (b) ....................................................... (3.10) 2
52 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
3.7.2.
Aturan Trapesium Majemuk Salah satu cara untuk meingkatkan akurasi dari aturan trapesium adalah
dengan membagi interval integral menjadi beberapa segmen dan menerapkan metode integral tunggal yang sama pada tiap -tiap segmen. Bila terdapat n segme n maka,
h=
(b − a ) n
Jika a dan b dinyatakan dengan xo dan xn , maka integ ral total dapat dinya takan deng an
I=
x1
x2
xn
x0
x1
x n −1
∫ f ( x) dx + ∫ f ( x) dx + ... + ∫ f ( x) dx Subtitusikan aturan trapesium pada setiap pe mbagian integral maka,
I ≈h
f ( x 0 ) + f ( x1 ) f ( x1 ) + f ( x 2 ) f ( x n −1 ) + f ( x n ) +h + ... + h .............. (3.11) 2 2 2
3.8. METODE BAGI DUA ( BISECTION METHOD ) Dengan menerapkan teknik grafik dalam menentukan akar persamaan, dapat dilihat pada gambar 3.7 bahwa f(x) berubah tanda pada pihak yang berlawanan dari akar. Secara umum, jika f(x) bernilai nyata (real) dan menerus
(continous ) dalam selang dari x l hingga x u serta f(x l) dan f(xu) berlawanan tanda, sehingga f ( x l ). f ( x u ) < 0 ....................................... (3.1 2) Maka terdapat paling sedikit satu akar nyata antara x l dan xu .
53 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
Gambar 3.7. Pendekatan grafis da lam menetukan akar persamaan .
Metode bagi-dua (bisection method), yang dina makan pemenggalan biner ( binary chopping), pemaruhan selang (interval halving), atau Metode Bolzano ( Bolzano’s Method), merupakan salah satu jenis incremental search method dimana selang selalu diba gi dua. Jika suatu fungsi berubah tanda pada suatu selang, maka nilai fungsi dihitung pada titik tengah. Kemudian lokasi akar ditentukan terletak pada titik tengah selang bagian tempat terjadinya perubahan tanda. Proses tersebut diulang untuk memperoleh taksiran yang lebih ha lus. Pelukisan grafis meto de ini d isajika n dalam gambar 3.8.
54 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra
Gambar 3.8. Penggambaran grafis metode bagi- dua Algoritma un tuk metode bagi-dua ini adalah sebaga i berikut : Langkah pertama : Pilih x l bawah dan x u puncak taksiran untuk akar, sehingga perubahan fungsi mencakup seluruh interval. Hal ini dapat diperiksa dengan memastikan f(x l).f(x u) < 0. Langkah kedua
: Taks iran akar x r ditentukan oleh xr =
Langkah ketiga
xl + xu 2
: Buat evalua si berikut untuk memastikan pada bagian interval mana akar berada : a. Jika f(x l).f(x r) < 0, akar berada pada bagian interval bawah,
maka xu = xr, dan kembali pada lang kah 2. b. Jika f(x l).f(x r) > 0, akar berada pada bagian interval atas, maka xl = xr, dan kembali pada langkah 2. c. Jika f(x l).f(x r) = 0, akar sama dengan xr, maka kompu tasi
dihentikan.
55 Widhatra, FTUI, 2008 Analisa numerik perilaku...,Hendra