pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PEDAHULUA 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit mempunyai tugas utama memberikan jasa pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit tidak boleh mengesampingkan kualitas dan profesionalisme dalam mewujudkan tugastugasnya. Rumah sakit membutuhkan begitu banyak pembiayaan untuk menjalankan pelayanan kesehatan yang bersifat sosial ini. Rumah sakit dituntut bisa memberikan solusi yang tepat dalam hal pembiayaan agar semua berjalan baik dan pihak rumah sakit bisa menjalankan organisasinya dalam jangka panjang. Salah satu caranya adalah dengan mengelola aktivitas perusahaan dengan baik agar dapat menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh dalam menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum (BLU) oleh Departemen Keuangan dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit harus banyak berbenah dari sisi keuangan dan akuntabilitasnya. Good Governance telah menjadi isu sentral saat ini dan akuntabilitas manajemen menjadi suatu unsur yang sangat penting. Untuk mengakomodir akuntabilitas terutama dalam tarif layanan rumah sakit, penghitungan unit cost menjadi suatu yang penting untuk dibuat sehingga pengambilan keputusan yang diambil mempunyai dasar yang kuat. Tarif merupakan salah satu komponen penting dalam pembiayaan rumah sakit. Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat lemah terutama rumah sakit pemerintah. Bagi rumah sakit pemerintah, tarif memang telah diatur melalui SK Menkes RI Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit. Besarnya tarif diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit sejenis. Terdapat tambahan peraturan daerah yang mengatur tentang tarif dengan tetap berpedoman pada SK Menkes untuk rumah sakit pemerintah
I-1
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah. Salah satu contohnya adalah RSUD Pandan Arang yang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang melayani kesehatan bagi masyarakat sekitar kabupaten Boyolali. Tarif diatur melalui Peraturan Bupati Boyolali Nomor 24 Tahun 2007. Besarnya tarif dari setiap layanan diatur oleh peraturan tersebut. Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam penentuan tarif pelayanan rumah sakit. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain penghitungan unit cost kurang rinci sehingga mengabaikan beberapa komponen penyusunnya seperti penghitungan biaya listrik untuk ruang administrasi, faktor depresiasi, dan lain-lain. Selain itu RSUD Pandan Arang belum mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi tarif secara lengkap seperti perubahan nilai uang,di masa yang akan datang dan pembebanan biaya overhead belum tepat. Pembebanan biaya overhead dikatakan belum tepat karena pembebanannya belum berdasarkan aktivitas nyata yang dilakukan dari setiap tipe kamar. Selain itu sudah beberapa tahun RSUD Pandan Arang belum melakukan penghitungan tarif baru sehingga sudah saatnya rumah sakit melakukan evaluasi tarif sebagai langkah awal perubahan menjadi sebuah Badan Layanan Umum Daerah. Salah satu jasa perawatan yang dimiliki RSUD Pandan Arang adalah jasa rawat inap, dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan tarif rawat inap. Pembebanan biaya overhead yang kurang tepat menyebabkan tarif yang terbentuk dari setiap tipe kamar tidak sesuai dengan penggunaan nyata sumber daya dari aktivitas setiap tipe kamar tersebut. Hal tersebut menyebabkan tarif yang terbentuk belum menggambarkan biaya yang dikeluarkan dari setiap tipe kamar rawat inap secara nyata. Melihat permasalahan tersebut, penelitian ini akan memberikan solusi dengan mengimplementasikan penghitungan unit cost menggunakan metode Activity-Based Costing (ABC) sebagai metode untuk menghitung tarif jasa rawat inap. Metode ABC berpedoman pada aktivitasaktivitas signifikan perusahaan dalam mengelola aliran produk mulai awal sampai akhir, baik aktivitas secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini
I-2
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan aktivitas rawat inap yang terjadi selama tahun 2009, karena merupakan tahun terbaru dimana semua aktivitas yang dilakukan rumah sakit terangkum secara lengkap pada tahun tersebut. Metode ABC dinilai baik digunakan dalam penghitungan tarif jasa rawat inap. Hal tersebut karena metode ABC menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang menghasilkan produk (Hansen dan Mowen, 1999). Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya sehingga pembebanan biayanya sudah menggambarkan konsumsi sumber daya dari aktivitas setiap produk dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk yang beraneka ragam. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat menyajikan informasi secara tepat dan akurat mengenai aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan (Soenarjo, 2005). 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana menentukan tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan Arang dengan mempertimbankan metode Activity Based Costing?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan Arang dengan mempertimbangkan metode Activity Based Costing. 2. Merancang alat bantu penghitung tarif rawat inap pada RSUD Pandan Arang Boyolali.
I-3
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dapat diimplementasikan dan atau dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan alternatif cara penghitungan tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan Arang dengan mempertimbangkan metode Activity Based Costing. 2. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan metode Activity Based Costing dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan Arang. 3. Membantu RSUD Pandan Arang dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan sebagai bahan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah dan DPRD.
1.5 Pembatasan Masalah Dalam pembahasan ini permasalahan yang ada dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut : 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data aktivitas rawat inap RSUD Pandan Arang selama bulan Januari s.d Desember tahun 2009. 2. Untuk mempermudah penghitungan, penentuan biaya yang diserap oleh beberapa aktivitas dihitung dengan membagi sumber daya secara proporsional diantara aktivitas-aktivitas tersebut.
1.6 Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Besarnya biaya dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian. 2. Tidak terjadi perubahan sistem manajemen rumah sakit dalam hal peningkatan layanan untuk tahun selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, diberikan uraian setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut :
I-4
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I :
PEDAHULUA Pendahuluan perumusan
menjelaskan masalah,
tentang
tujuan
latar
belakang
penelitian,
manfaat
masalah, penelitian,
pembatasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika pembahasan. BAB II :
TIJAUA PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi gambaran umum perusahaan, mulai dari sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi sampai fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan penjelasan secara terperinci mengenai
teori-teori
yang
dipergunakan
sebagai
landasan
pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber. BAB III :
METODOLOGI PEELITIA Metodologi
penelitian
menjelaskan
tentang
tahap-tahap
pembahasan masalah yang diangkat dalam penelitian secara sistematis dan berurutan. Bab ini juga menjelaskan secara detail mengenai setiap tahap pembahasan masalah. BAB IV :
PEGUMPULA DA PEGOLAHA DATA Pengumpulan dan pengolahan data merupakan tahap penyajian data serta langkah-langkah pengolahan data yang diperoleh dari RSUD Pandan Arang, sesuai dengan usulan pemecahan masalah yang digunakan.
BAB V :
AALISIS DA ITERPRETASI HASIL Analisis dan interpretasi hasil berisi pembahasan mengenai permasalahan yang ada berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data.
BAB VI :
KESIMPULA DA SARA Kesimpulan dan saran merupakan bab akhir yang memaparkan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah
I-5
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan bagi perusahaan tempat pengamatan berlangsung dan untuk penelitian yang lebih lanjut.
I-6
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TIJAUA PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum RSUD Pandan Arang Boyolali 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan RSUD Pandan Arang Boyolali Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang merupakan rumah sakit milik pemerintah yang berada di Kabupaten Boyolali. RSUD Pandan Arang beralamat di Jln. Kantil No.14 Boyolali. Rumah sakit ini merupakan kategori rumah sakit Kelas C dan diresmikan pada tanggal 12 November 1991. Rumah sakit ini memiliki motto “Kami Melayani Dengan Hati Nurani” (RSUD Pandan Arang, 2009). 2.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Visi, misi dan tujuan dari RSUD Pandan Arang adalah sebagai berikut (RSUD Pandan Arang, 2009) : a. Visi Terwujudnya Rumah Sakit Umum sebagai pusat pelayanan dan rujukan kesehatan terbaik, ditunjang dengan pelayanan yang profesional dan familiar menjadi pilihan utama masyarakat b. Misi Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu kepada seluruh lapisan masyarakat melalui organisasi pembelajar/learning organization, sumber daya manusia yang profesional, produktif dan berkomitmen serta manajemen yang mandiri, efektif dan efisien. c. Tujuan – Tekadku Pelayanan Terbaik – Pelayananku untuk Kesembuhan – Pengabdianku untuk Meringankan Penderitaan 2.1.3 Struktur Organisasi Menurut Peraturan Bupati Boyolali Nomor 14 Tahun 2008, tugas masingmasing bagian organisasi di RSUD Pandan Arang adalah sebagai berikut:
II - 1
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Direktur Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan tugas membantu bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan.
2.
Bagian Umum Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan manajemen umum meliputi urusan umum, tata usaha, rumah tangga rumah sakit dan perlengkapan, kepegawaian dan diklat, kehumasan dan hukum, serta penyelenggaraan kegiatan pengumupulan data dan informasi dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS). Bagian umum terdiri dari : a. Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas urusan administrasi, pengelolaan kearsipan dan urusan kerumahtanggaan serta pengelolaan barang. b. Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat Sub
Bagian
Kepegawaian
dan
Diklat mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan urusan administrasi kepegawaian, menyusun rencana kebutuhan tenaga, pengadaan, pengembangan dan peningkatan kualitas SDM, mutasi dan pensiun pegawai serta ketatausahaan pegawai. c. Sub Bagian Hukum, Humas dan Sistem Informasi Manajemen Sub Bagian Hukum, Humas dan Sistem Informasi Manajemen mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan evaluasi terhadap urusan kehumasan dan pemasaran, menyelesaikan masalah hukum dan pengaduan masyarakat, melaksanakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data rekam medis. 3.
Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pelayanan medis dan penunjang medis, standar mutu profesi dan pengembangan tenaga medis serta keperawatan, mengkoordinasikan kebutuhan dan kegiatan pelayanan medis dan penunjang medis serta keperawatan.
II - 2
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,
mengkoordinasikan,
pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi pelayanan medis dan keperawatan. b. Seksi Pelayanan Penunjang Medis Seksi
Pelayanan
Penunjang
Medis
mempunyai
tugas
pokok
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan penunjang medis. 4.
Bidang Penunjang Pelayanan Seksi Penunjang Pelayanan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pelayanan pemeliharaan, sarana, prasarana logistic medis dan non medis rumah sakit, mengkoordinasikan kebutuhan dan kegiatan penunjang pelayanan medis. a. Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi monitoring penyelenggaraan kebutuhan dan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana kegiatan penunjang pelayanan medis dan penunjang non medis, dan melakukan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit, merencanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan pemeliharaan, perbaikan dan evaluasi penggunaan fasilitas saran dan prasarana. b. Seksi Logistik Medis dan on Medis Seksi Logistik Medis dan on Medis mempunyai tugas pokok merencanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi monitoring penyelenggaraan kebutuhan dan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana kegiatan penunjang diagnotis, pelayanan radiologi, laboratorium, dan penunjang medis lainnya dan penyelenggaraan pelayanan farmasi dan gizi pasien serta pengawasan penggunaannya.
5.
Bidang Keuangan Bidang Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan,
monitoring
II - 3
commit to users
dan
evaluasi penyusunan
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit serta melaksanakan kegiatan penatausahaan
keuangan,
penyusunan
program
dan
laporan,
mengoordinasikan kebutuhan dan kegiatan keuangan. a. Seksi Anggaran dan Pendapatan Seksi
Angaran
dan
Pendapatan
mempunyai
tugas
pokok
menyelenggarakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi tatausaha keuangan serta pengelolaan perbendaharaan pendapatan dan belanja rumah sakit, melaksanakan administrasi keuangan, pembukuan dan pemeriksaan, penelitian setiap penerimaan dan pengeluaran keuangan rumah sakit. b. Seksi Perencanaan dan Mobilisasi Dana Seksi Perencanaan dan Mobilisasi Dana mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja, perhitungan anggaran, melaksanakan kegiatan, mobilisasi dana serta melaksanakan laporan keuangan. 6. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional adalah sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seseorang koordinator yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan fungsional di bidang masing-masing sesuai dengan keahliannya. 2.1.4 Fasilitas Pelayanan Fasilitas pelayanan yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain (RSUD Pandan Arang, 2009) : a. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam b. Instalasi Rawat Jalan c. Instalasi Rawat Inap d. Instalasi Kamar Operasi e. ICU f. ICCU g. PICU h. NICU II - 4
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.5 Fasilitas Pelayanan Medis Fasilitas pelayanan medis yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain (RSUD Pandan Arang, 2009) : a. Medical Check Up b. Dokter Umum c. Dokter Gigi d. Dokter Spesialis / Sub – Spesialis 2.1.6 Fasilitas Penunjang Medis Fasilitas penunjang medis yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain (RSUD Pandan Arang, 2009) : a. Instalasi Radiologi – USG b. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik c. Instalasi Farmasi d. Instalasi Gizi e. Instalasi Rehabilitasi Medis f. Instalasi Pemulasaraan Jenazah g. Satuan Rekam Medis h. Satuan Keamanan, Ketertiban & Kendaraan i. Satuan Taman, Kebun dan Linen j. Pelayanan Darah k. Hemodialisa l. Peratalatan Modern : Fundoscopy, EEG, ECG, CSSD, Treadmil dan lain-lain. 2.1.7 Instalasi Rawat Inap RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali memiliki 230 Tempat Tidur, yang terdiri dari (RSUD Pandan Arang, 2009): – Kelas Utama
: 17 TT
– Kelas Teladan
: 58 TT
– Kelas I
: 40 TT
– Kelas II
: 50 TT
– Kelas III
: 65 TT
II - 5
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.8 Fasilitas Tiap Ruangan Rawat Inap Masing-masing ruangan rawat inap memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang ditawarkan di setiap kelas (RSUD Pandan Arang, 2009) yaitu : 1.
Utama Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu yang multi fungsi, meja makan tarik, lemari pasien, TV, kulkas, AC, wastafel, jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 1 orang pasien.
2.
Teladan Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, wastafel, jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 2 orang pasien.
3.
Kelas 1 Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasienjemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 2 orang pasien.
4.
Kelas II Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 4 orang pasien.
5.
Kelas III Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 8 orang pasien.
2.1.9 Prosedur Rawat Inap Pasien yang akan menjalani kegiatan rawat inap di RSUD Pandan Arang harus menjalani prosedur yang berlaku, yaitu: a. Pasien Umum / Bayar Tunai 1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau Poliklinik RSUD Pandan Arang. 2. Pasien mengisi idetintas diri secara lengkap dan benar sesuai dengan yang tertera pada KTP, SIM ataupun identitas lainnya. 3. Pasien mengikuti prosedur yang berlaku di RSUD Pandan Arang.
II - 6
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pasien Jaminan Perusahaan / Kerjasama 1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau Poliklinik RSUD Pandan Arang . 2. Pasien membawa/menyerahkan Surat Pengantar dari Perusahaan, dengan mencantumkan hak Kelas Perawatan, diserahkan ke bagian loket pendaftaran RSUD Pandan Arang, selambatnya 2 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap. 3. Pasien harus menempati kamar perawatan yang sesuai dengan hak kelas perawatan yang tercantum di dalam surat pengantar dari perusahaan. 4. Apabila Pasien menempati kamar yang lebih tinggi dari hak kelas perawatan, maka pasien membayar selisih tarif yang berlaku. c. Pasien Jaminan ASKES PNS / Pensiunan PNS, TNI dan Veteran 1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau Poliklinik RSUD Pandan Arang . 2. Pasien harus mengurus Surat Jaminan Perawatan (SJP) pada Kantor PT. ASKES selambatnya 2 x 24 Jam setelah pasien masuk Rawat Inap. 3. Apabila pasien menempati kelas yang lebih tinggi dari jaminan perawatan, maka pasien membayar selisih tarif yang berlaku. 2.1.10 Tarif Jasa Rawat Inap Tarif jasa rawat inap yang berlaku di RSUD Pandan Arang pada tahun 2009 adalah sebesar (RSUD Pandan Arang, 2009): 1. Kelas Utama
: Rp 155.000,00
2. Kelas Teladan
: Rp 75.000,00
3. Kelas 1
: Rp 60.000,00
4. Kelas II
: Rp 30.500,00
5. Kelas III
: Rp 21.000,00
2.1.11 ama-nama ruangan rawat inap Nama-nama ruangan rawat inap yang ada di RSUD Pandan Arang adalah (RSUD Pandan Arang, 2009): a. Ruang Anggrek b. Ruang Bougenvile
II - 7
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Ruang Cempaka d. Ruang Edelweis e. Ruang Flamboyan f. Ruang ICU g. Ruang Perinatologi h. Ruang Sindoro i. Ruang Semeru j. Ruang Merapi k. Ruang Merbabu
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang menyelenggarakan layanan kesehatan dengan memanfaatkan tenaga medis profesional, terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen, asuhan keperawatan berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Hasibuan, 2005). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/VI/2003 batasan rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik dalam bentuk promotif, kuratif maupun rehabilitatif secara paripurna. a. Rumah Sakit di Indonesia Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, rumah sakit di Indonesia dibedakan atas beberapa macam. Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Ditinjau dari kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi lima macam klasifikasi yaitu Rumah Sakit Kelas A, Kelas B, Kelas C, Kelas D dan Kelas E (Hasibuan, 2005) . 1. Rumah Sakit Kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas, ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referal hospital) atau disebut pula sebagai Rumah Sakit Pusat.
II - 8
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas, direncanakan didirikan disetiap ibu kota provinsi. Rumah Sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Kelas B. 3. Rumah Sakit Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai 4 macam pelayanan spesialis dasar yaitu penyakit dalam, bedah, anak, kebidanan dan kandungan, direncanakan dibangun di setiap ibu kota kabupaten yang mampu menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. 4. Rumah Sakit Kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi akan menjadi kelas C, kemampuan pelayanan yang dimiliki adalah kedokteran umum dan gigi, menampung rujukan dari puskesmas. 5. Rumah Sakit Kelas E adalah rumah sakit rumah sakit khusus yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit jiwa, kista, paru, kangker, dan lain-lain.
2.2.2 Pengertian dan Klasifikasi Biaya A. Pengertian Biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi serta objek atau tujuan tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek yang dimaksud adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain (Mardiasmo,1994). B. Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya menurut Hongren dkk (2005) adalah : a.
Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan total kegiatan atau volume yang berkaitan dengan biaya variabel tersebut.
b.
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya sama selama periode waktu tertentu, meskipun terjadi perubahan besar pada total kegiatan/volume yang berkaitan dengan biaya tetap tersebut
II - 9
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Hongren dkk (2005) dalam suatu kegiatan produksi terdapat biaya yang merupakan unsur dari suatu harga pokok produksi. Tiga unsur utama yang terdapat dalam biaya produksi adalah : 1.
Biaya langsung, yaitu semua biaya yang diidentifikasikan dari barang jadi. Dalam pelayanan rumah sakit biaya tersebut misalnya berupa biaya obat, biaya rontgen, biaya pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain.
2.
Biaya tenaga kerja langsung yaitu upah tenaga kerja yang langsung terkait dengan proses produksi dari awal hingga akhir barang jadi, seperti jasa kunjungan dokter dan jasa operasi dokter.
3.
Biaya produksi tak langsung yaitu semua biaya yang tidak termasuk biaya langsung dan bukan pula biaya tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan proses produksi. Biaya ini disebut biaya overhead. Contohnya adalah biaya administrasi.
2.2.3 Analisis Biaya Analisis biaya dalam Hasibuan (2005) adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara total maupun per unit, dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit/pusat biaya serta mendistribusikan ke unit-unit produksi yang kemudian dibayar oleh pasien. Tujuan analisis biaya adalah (Hasibuan, 2005): 1. Mendapatkan gambaran mengenai unit/bagian yang merupakan pusat biaya (cost centre) serta pusat pendapatan (revenue centre). 2. Mendapatkan gambaran berupa biaya satuan program atau unit pelayanan kesehatan sehingga dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk program atau pelayanan kesehatan. Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu (Gani, 2000): a. Pricing Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (unit cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang merugi, break even, atau menguntungkan. Seberapa besar subsidi yang dapat diberikan kepada unit pelayanan juga dapat diketahui misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah sakit.
II - 10
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Budgeting /Planning Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan biaya satuan (unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran. c. Budgetary control Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat biaya (cost centre) yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakit. d. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Analisis biaya bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan RS secara keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak berkepentingan. Biaya yang ada di rumah sakit menurut Hongren dkk (1991) dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1. Departemen pusat laba (revenue centre), biaya ini juga mempunyai biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung dari jasa yang dihasilkan. Contoh dari departemen pusat laba adalah rawat jalan, rawat inap, laboratorium, kamar operasi, gawat darurat dan radiologi. 2. Departemen pusat biaya (cost centre), dianggap sebagai departemen pembantu. Biaya yang ditimbulkan dikategorikan sebagai biaya tidak langsung bagian cost centre, karena tidak dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap jasa yang dihasilkan di rumah sakit. Contoh biaya ini adalah biaya manajemen, laundry, makanan, rekam medis, dan lain-lain. Menurut Berman (1993) dalam Hasibuan (2005) pada prinsipnya cost centre ada tiga kategori yaitu : a. Overhead yaitu biaya yang hanya dikonsumsi oleh departemen lain dalam rumah sakit bukan oleh pasien misalnya alat tulis kantor, pemeliharaan, dan kebersihan. b. Intermediate yaitu biaya yang dikonsumsi oleh departemen lain dan pasien secara langsung misalnya laboratorium dan kamar operasi.
II - 11
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Langsung yaitu biaya yang dikonsumsi langsung oleh pasien bukan oleh departemen di rumah sakit misalnya pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat.
2.2.4 Analisis penetapan tarif rumah sakit Menurut Wiyono (1999) dalam Hasibuan (2005) analisis penetapan tarif rumah sakit adalah: 1. Batasan Pengertian tarif tidak sama dengan harga, sekalipun keduanya menunjukkan pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen. Pengertian tarif lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan. Sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang. 2. Faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan tarif Menurut Gani (1993) dalam Hasibuan (2005) tarif rumah sakit di Indonesia sangat rendah. Bahkan tarif tersebut lebih rendah dari biaya satuan operasional dan pemeliharaan (biaya satuan tanpa biaya investasi). Tarif rendah tersebut juga terdapat pada beberapa rumah sakit swasta yang tarifnya ditentukan oleh Peraturan Daerah (Perda) tempat rumah sakit itu berada. Penentuan tarif pelayanan rumah sakit merupakan hal yang sangat kompleks disebabkan banyaknya variabel atau faktor yang perlu dipertimbangkan, sehingga sulit ditentukan suatu rumus praktis untuk menghitungnya. Faktor yang diperhitungkan dalam penentuan tarif menurut Gani (1993) dalam Hasibuan (2005) adalah : 1. Produk pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit sangat beragam. Hal ini menyebabkan beragamnya biaya satuan untuk masing-masing jenis pelayanan. 2. Rumah sakit mempunyai tujuan sosial dan ekonomi, perkembangan teknologi menyebabkan rumah sakit lebih cermat dalam perhitungan ekonomi. Paduan dua tujuan adalah pelaksanaan subsidi silang, yaitu profit dari kelas VIP dan kelas I (kelas perawatan bagi masyarakat golongan
II - 12
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ekonomi kuat) digunakan untuk membiayai kelas III (kelas perawatan bagi masyarakat tidak mampu) 3. Biaya satuan (unit cost) setiap pelayanan yang dihasilkan. Perhitungan biaya satuan ini belum banyak dilaksanakan, selain disebabkan metode yang kompleks dan data yang diperlukan tidak tersedia karena sistem informasi tidak dirancang dengan tujuan tersebut. 4. Tingkat utilisasi pelayanan medis maupun penunjang medis. Bed Occupatient Rate (BOR) yang rendah semakin buruk jika dilakukan kenaikan tarif, sedangkan pada BOR yang tinggi tidak akan berpengaruh banyak sejauh kenaikan tersebut masih dalam batas “kemauan dan kemampuan” pasien. 5. Kemauan dan kemampuan membayar penduduk yang biasa disebut “Ability to pay”(ATP) dan “Willingness to pay” (WTP). Tarif yang dibawah ATP dan WTP menyebabkan adanya “consumer surplus”. 6. Khusus untuk rumah sakit pemerintah, penentuan tarif juga harus mempertimbangkan kemampuan pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat. Kalau kemampuan subsidi terbatas, pemerintah bisa memberlakukan tarif tinggi untuk kelas VIP, I, II dan membatasi pemberian subsidi untuk pelayanan kelas III. 7. Besarnya surplus penerimaan yang direncanakan dan jangka waktu berapa lama pay back period ( jangka waktu pengembalian modal usaha) yang diinginkan. 8. Tarif dan mutu pelayanan pihak pesaing. Mutu yang dimaksud disini berarti luas termasuk aksestabilitas pelayan tersebut dari segi transportasi. Penentuan harga (pricing) suatu hasil produksi menurut Hongren dkk (1991) adalah hal yang sangat penting karena penentuan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan kerugian. Ada tiga hal yang mempengaruhi penetapan harga satuan produk yaitu : 1. Pelanggan Manajer harus mengkaji masalah penetapan harga dari sudut pelanggan. Pelanggan mungkin akan menolak produk/jasa dan memilih pengganti (substitute) dengan biaya yang lebih efektif.
II - 13
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pesaing Ada atau tidaknya reaksi pesaing akan mempengaruhi keputusan penetapan harga. 3. Biaya Harga maksimum yang ditetapkan adalah harga yang tidak akan membuat pelanggan lari. Bentuk penetapan harga berdasarkan biaya dapat digunakan sebagai pegangan pengambilan keputusan adalah : 1. Biaya produksi variabel + margin (laba) 2. Total biaya variabel + margin 3. Total biaya produksi + margin 4. Total biaya + margin Komponen margin dapat berupa persentase atau rupiah.
2.2.5 Kebijakan Subsidi Silang Menurut Fuchs (1986) dalam (Hasibuan, 2005) penduduk beberapa Negara mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat yang tidak mampu. Di negara berkembang hal ini identik dengan asuransi kesehatan nasional. Kebijakan subsidi yang ada di rumah sakit adalah : 1. Menarik biaya yang lebih rendah dari biaya satuan atau bahkan gratis terhadap kalangan tidak mampu. 2. Menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk kalangan mampu. 3. Pemakaian alat yang tinggi frekuensinya mensubsidi penggunaan alat yang jarang digunakan.
2.2.6 Badan Layanan Umum (BLU) Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasar PP Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
II - 14
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip eknomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengendalian
dan
pertanggungjawaban. Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya. Asas BLU yang lainnya adalah (Norpatiwi, 2010): 1. Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk. 2. BLU tidak mencari laba. 3. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah. 4. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat. BLU harus memenuhi persyaratan adminsitratif sbb: 1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja layanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat. 2. Pola tata kelola yang baik dan laporan keuangan. 3. Standar pelayanan minimum. 4. Laporan audit atau pernyataan bersedia diaudit secara independen.
2.2.7 Rumah Sakit Sebagai BLU Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan pendukung yang terkait dnegan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP Nomor 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi kepada departemen keuangan. Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan teknis keuangan pun harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran
II - 15
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002). Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam penentuan biaya pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi dan kualitas pelayanan. Adanya audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik adalah hal yang perlu dipertimbangankan lagi. Berubahnya kelembagaan sebagai BLU tentu saja aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis kinerja (Norpatiwi, 2010).
2.2.8 Tahap Penyusunan Tarif Sesuai dengan syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan persyaratan substantif, persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan dengan standar layanan, penentuan tarif layanan, pengelolaan keuangan,tata kelola semuanya harus berbasis kinerja. Hal-hal yang harus dipersiapkan bagi rumah sakit untuk menjadi BLU dalam aspek teknis keuangan adalah (Norpatiwi, 2010).: 1. Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupu subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar, kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada persentase tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD.
II - 16
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan hanya berbasis subsidi dari pemerintah sehingga penyusunan anggaran harus didasari dari indikator input, indikator proses dan indikator output. 3. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang disusun oleh organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh Kantor Akuntan Independen bukan diaudit dari pemerintah. 4. Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance based. Dalam penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu memiliki dasar pemikiran bahwa tingkatan pemberian remunerasi didasari pada tingkatan, yaitu tingkatan satu adalah basic salary yang merupakan alat jaminan safety bagi karyawan. Basic salary tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan dua adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus sebagai alat pemberian reward kepada karyawan. Pemberian bonus ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan rumah sakit. Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan menjadi nilai plus dalam upayanya untuk peningkatan kualitas jasa layanan dan praktik tata kelola yang transparan. Perhitungan dan penelusuran terhadap unit cost memerlukan persyaratan (Norpatiwi, 2010): 1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder. 2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah sakit sebagai alat bargaining position, 3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik kepada rumah sakit, khususnya mengenai pola penentuan tarif, 4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem informasi rumah sakit, akuntansi dan costing. Implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum, dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tahapan dalam penyusunan tarif rumah sakit umum daerah ditunjukkan pada gambar 2.1.
II - 17
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil Jasa Sarana
Jasa Pelayanan
Tarif Usulan
Pemilik/Pemda/ DPRD
Aspek Pasar, Ability to pay, PAD
Gambar 2.1 Tahap Penyusunan Tarif Sumber : Norpatiwi, 2010
2.2.9 Metode Analisis Biaya Rumah Sakit Menurut Mulyadi (1993) analisis biaya pada prinsipnya ada 2 metode yaitu: 1. Metode Konvensional, yaitu suatu metode penentuan harga pokok yang dirancang berdasarkan teknologi masa lalu. Biaya yang digunakan dibagi dalam variabel-variabel produksi. Metode ini biasanya disebut full costing dan variable costing. Titik berat penentuan harga metode ini hanya pada fase produksi saja. Contoh metode analisis biaya rumah sakit yang menggunakan metode ini adalah direct apportionment (simple distribution), simple down method, double distribution method dan multiple distribution. 2. Metode ABC, yaitu suatu metode penentuan harga pokok (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat. Penghitungan ini mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
II - 18
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.10 Metode Activity-Based Costing Sistem kalkulasi biaya yang menggunakan satu atau lebih faktor yang berkaitan dengan non-volume dalam mengalokasikan kelompok biaya disebut dengan sistem kalkulasi biaya kegiatan (activity costing). Pada kalkulasi biaya kegiatan, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut penggerak biaya (cost driver). Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan tidak hanya memberikan data biaya produk yang lebih terpecaya, tetapi juga membantu dalam memahami dan meengurangi biaya, dalam merancang produk, pemprosesan serta dalam memilih strategi. Prinsip kalkulasi biaya kegiatan adalah bahwa sistem kalkulasi biaya konvensional, dimana hanya dasar yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya, mungkin tidak menetapkan biaya untuk produk yang berbeda secara tepat (Prasetyawan, 2005). Kalkulasi biaya kegiatan menunjukkan penerapan konsep penelusuran biaya yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan kalkulasi biaya konvensional. Kalkulasi biaya konvensional menelusuri hanya bahan langsung dan pekerja langsung terhadap keluaran yang diproduksi. Kalkulasi biaya kegiatan mengakui bahwa banyak biaya pada kenyataannya dapat ditelusuri, bila tidak terhadap keluarannya, maka terhadap beberapa tingkat lain yang disebut kegiatan. A. Definisi Activity-Based Costing Pada bagian ini akan dijelaskan definisi menurut para ahli, yaitu: a. Menurut Hongren dan Foster (1991), ABC didefinisikan sebagai sistem yang memusatkan perhatian pada aktivitas sebagai dasar penggunaan biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut dengan maksud menyusun batasan biaya dari obyek biaya yang lainnya. b. Menurut Garison dkk (1991), ABC adalah suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap suatu kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pamacu biaya. Biaya kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau transaksi tersebut yang produk atau jasa hasilkan. c. Menurut Raybun (1993), ABC mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konbsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya. “Kalkulasi
II - 19
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biaya berbasis transaksi adalah nama lain untuk ABC “. Tujuan ABC adalah mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat
ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas tiap
produk. Dapat disimpulkan bahwa metode ABC adalah suatu sistem manajemen biaya yang mengumpulkan biaya-biaya kedalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam suatu perusahaan, kemudian membebankan biaya aktivitas tersebut kepada produk atau jasa dan pada akhirnya informasi biaya aktivitas produk dan jasa tersebut ditransfer kepada manajer untuk perencanaan, pengambilan keputusan, serta pengendalian biaya. B. Konsep-Konsep Dasar Metode ABC dalam Femala (2007) adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam metode ABC, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. Metode ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.
Resources
Cost Driver
Activities
Performance
Cost Object Gambar 2.2 Konsep Dasar Activity Based Costing Sumber :Hansen, Don.R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005
II - 20
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan metode ABC Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variable. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2005) Digambarkan dalam tabel 2.1, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan metode ABC, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan Penetapan Harga Pokok Metode Penentuan Metode Activity Based Harga Pokok Produk Costing Tradisional Tujuan Inventory level Product Costing Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan Fokus Biaya bahan baku, Biaya overhead tenaga kerja langsung Periode Periode akuntansi Daur hidup produk Teknologi yang Metode manual Komputer digunakan telekomunikasi Sumber: Mulyadi, 1993
D. Struktur Metode ABC Desain ABC menurut Cokins, dkk (1996) dalam Femala (2007) difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka metode ABC akan
II - 21
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari metode ABC, yaitu: 1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. 2. Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari metode ABC. Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biayabiaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk dalam hubungannya dengan biaya produk, . E. Syarat Penerapan Metode Activity-Based Costing Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan metode ABC menyaratkan tiga hal (Supriyono, 1994): 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi metode ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen.
II - 22
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Biaya pengukuran yang rendah Bahwa biaya yang digunakan metode ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 1994): 1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan metode ABC kehilangan relevansinya. Artinya akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overhead-nya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja. 2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan metode ABC justru tidak tepat karena hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau metode ABC membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah. F. Pembebanan Biaya Overhead pada Metode Activity-Based Costing Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhead pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (Cooper and Kaplan, 1991). Activity Based Costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. II - 23
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. 2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk. 3. Homogeneous cost pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. G. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Metode ABC Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan metode ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan,
II - 24
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch. c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya. 3. Mengidentifikasi Cost Driver Identifikasi cost driver bertujuan untuk mempermudah penentuan tarif per unit cost driver. 4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif per unit cost driver. dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif/unit cost driver = Jumlah Aktivitas……………… (2.1) Cost Driver b. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = Tarif/unit cost driver x cost driver yang dipilih….(2.2)
II - 25
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Hongren dkk (2005), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC terdiri dari 7 langkah : 1. Identifikasi produk yang menjadi yang menjadi objek biaya 2. Menghitung biaya langsung dari produk 3. Memilih dasar pengalokasian biaya (cost driver) yang akan 4. Mengidentifikasi biaya tidak langsung yang berkaitan dengan setiap dasar alokasi biaya (cost driver). 5. Menghitung tarif per unit dasar alokasi biaya guna mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk 6. Menghitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke produk 7. Menghitung total biaya produk dengan menjumlahkan semua biaya langsung dan tidak langsung H. Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Apabila syarat-syarat penerapan metode ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan metode ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono, 1999) a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam. b. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Metode ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Metode ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk.
II - 26
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan. Karena metode ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.
I. Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan (Femala, 2007). Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a. Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu: 1. Cost driver berdasarkan unit Cost driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2. Cost driver berdasarkan non unit Cost driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
II - 27
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penentuan Cost Driver yang tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. 1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Menurut Cooper dan Kaplan (1991), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. 2. Pemilihan cost driver yang tepat. Pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan Cooper dan Kaplan (1991): a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. c. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih J. Keunggulan Metode ABC Tunggal (1994) mengemukakan tentang keunggulan metode ABC adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian metode ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufaktur, yang pada akhirnya
II - 28
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya 2. Metode ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan 3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufaktur untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. K. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya. Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Tunggal, 1994). Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (1999) bahwa dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: II - 29
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. 1. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung. 3. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan. 4. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas. 5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek. 6. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar. 7. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju. 8. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan.
II - 30
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Biaya-biaya
tersebut
diperlakukan
sebagai
biaya
periode
sehingga
menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk. L. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa. Sistem kerja banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992) dalam Femala (2007), karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu: 1. Output seringkali sulit didefinisi 2. Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi 3. Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode pada bisnisnya. Untuk menjawab permasalahan diatas, benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan jasa adalah: a. Identifying and Costing Activities Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien. b. Spesial Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
II - 31
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Output Diversity Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan 2.2.11 Inflasi Dalam proses penentuan tarif, sebaiknya faktor inflasi dipertimbangkan sebagai langkah antisipasi terhadap kenaikan harga untuk periode selanjutnya. Hal tersebut karena perubahan status rumah sakit menjadi BLUD menyebabkan evaluasi tarif berlangsung lima tahun sekali. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama (Jawanti, 2010). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Secara umum, para ekonom membedakan inflasi dalam tiga kategori yang berbeda (Pujawan, 2003), yaitu: 1. Inflasi Karena Tekanan Permintaan Inflasi ini bisa terjadi karena uang yang tersedia terlalu banyak dan jumlah barang yang ada relatif sedikit. Dengan kata lain, penawaran tidak mampu memenuhi permintaan sehingga harga-harga barang akan terdorong untuk naik. 2. Inflasi Karena Dorongan Ongkos Inflasi ini terjadi karena kenaikan ongkos-ongkos seperti ongkos tenaga kerja. Sering kali pada negara-negara yang federasi buruhnya kuat tenaga kerja mampu menuntut kenaikan gaji walaupun tidak dibarengi dengan oleh peningkatan produktivitas yang profesional. Terjadinya kenaikan upah yang seperti ini ditanggung oleh konsumen dalam wujud kenaikan harga barangbarang yang akan dibeli.
II - 32
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Inflasi Struktural Inflasi ini disebabkan karena adanya pergeseran permintaan dari satu produk industri ke produk industri lainnya Pergeseran produk ini menebabkan suatu produk akan meningkatkan produksinya, dan dalam prosesnya mungkin harus melibatkan bahan-bahan dan tenaga kerja dengan harga yang lebih mahal sehingga akan mendorong naiknya harga produk di pasaran. Naiknya harga produk menyebabkan harga naik secara umum. Inflasi ini dapat dikatakan merupakan kombinasi dari inflasi karena tekanan
permintaan dan inflasi
karena dorongan ongkos. Rumus untuk menghitung nilai uang pada masa yang akan datang dihitung dengan cara (Pujawan, 2003) : F = P (1+ if )N …………………………………....................(2.1) Dimana, F = Nilai mendatang P = Nilai sekarang if = Tingkat inflasi N = Periode tahun 2.2.12 Peraturan-peraturan Tentang Tarif Rawat Inap Rumah Sakit Peraturan-peraturan yang dijadikan dasar dalam penentuan tarif rawat inap RSUD Pandan Arang anatar lain : 1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
560/Menkes/SK/IV/2003 Tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit. 2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.. 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003 Tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 9 Tahun 1985 tentang Pelayanan Kesehatan Pada RSU Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali.
II - 33
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Peraturan Bupati Nomor 24 tahun 2007 tentang Pelayanan lain-lain dan kamar Kelas 1, Teladan, dan Utama pada Rumah Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten Boyolali. 7. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 440/421 Tahun 2003 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Kelas 1, Teladan dan Utama di Rumah Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten Boyolali. 2.2.13 Microsoft Excel Microsoft Excel merupakan perangkat lunak untuk mengolah data secara otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi-fungsi, pembuatan grafik dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu untuk menyelesaikan permasalahan administratif , mulai yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks. Permasalahan sederhana
tersebut misalnya membuat rencana
kebutuhan barang meliputi nama barang, jumlah barang dan perkiraan harga barang. Permasalahan ini sebenarnya dapat juga diselesaikan menggunakan microsoft word karena hanya sedikit memerlukan proses perhitungan, tetapi lebih mudah diselesaikan dengan microsoft excel. Penyelesaian permasalahan yang kompleks juga dapat memanfaatkan pemrograman macro yang disediakan oleh Excel agar proses penggunaan lebih mudah (Madiananto, 2010). Fasilitas macro sangat membantu dalam otomatisasi pekerjaan. Fasilitas macro ini bisa diaktifkan melalui excel option dengan memilih trust center, lalu enable all macro dan trust acces to the VBA project model. Macro bisa dijalankan melalui tiga cara antara lain (Tofik, 2009): a. Melalui tombol run pada kotak macro b. Melalui shortcut key c. Dengan memberi penugasan (assign) kepada objek
2.2.14 Penelitian terdahulu Berbagai
hasil
riset
yang
menjadi
referensi
yang
menyangkut
implementasi System antara lain Adamu (2009) menerapkan metode ABC di industri perhotelan. Penelitian menunjukkan bahwa sistem penentuan harga dengan metode tradisional sudah kurang layak lagi digunakan. Hal ini disebabkan pengalokasikan biaya khususnya overhead dilakukan secara kurang tepat ke II - 34
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produk atau pelayanan. Untuk itu, penelitian ini menggunakan metode ABC sebagai alternatif cara pembebanan biaya overhead yang tepat. Hanifah dan Satria (2008) melakukan analisis perbandingan harga pokok produk antara pendekatan konvensional dan metode ABC. Perusahaan yang menjadi objek perhitungan harga pokok adalah PT. Yasunly Abadi Utama Plastik yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa injection bahan baku bijih plastik sebagai supplier PT LG Electronic Indonesia dengan berbagai jenis barang produk elektroniknya. Harga pokok masing-masing produk dihitung dengan metode tradisional dan dengan metode ABC. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa sistem konvensional mengabaikan konsumsi relatif ke masing-masing produk. Akibatnya produk yang bervolume tinggi harga produknya menjadi overcost dan produk yang bervolume rendah harga produknya menjadi undercost. Metode ABC merinci biaya secara akurat untuk setiap produk Prasetyawan (2005) melakukan analisis biaya logistik berdasarkan pendekatan biaya total menggunakan metode ABC. Pembiayaan dalam logistik dilakukan berdasarkan pendekatan biaya total produk atau jasa pada C.V. Titian Mandiri yang merupakan perusahaan di bidang industri Air Minum Dalam Kemasn (AMDK). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa biaya total produk perusahaan kurang tepat dalam menggambarkan penyerapan sumber daya oleh produk. Metode ABC dinilai lebih tepat dan akurat dalam penentuan biaya total produk. Hal tersebut karena metode ABC berpedoman pada aktivitas-aktivitas yang mendukung aliran produk mulai dari pengadaan material sampai dengan pemasaran produk. Metode ABC memberikan sumber daya kepada aktivitasaktivitas. Selanjutnya, biaya total produk ditentukan dari biaya aktivitas yang dibebankan kepada produk sebagai obyek biaya berdasarkan pemicu biaya yang sesuai.
II - 35
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PE ELITIA Metodologi penelitian digunakan untuk memudahkan pemahaman mengenai permasalahan dan mengupayakan penyelesaian masalah menjadi lebih sistematis dan terarah sehingga dapat memenuhi tujuan yang akan dicapai. 3.1 Diagram Alir Penelitian Urutan langkah-langkah dalam pembahasan penelitian ini ditunjukkan melalui diagram alir pada Gambar 3.1 berikut ini :
III-1
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A
Menghitung tarif per unit cost driver
Menghitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke produk
Menghitung total biaya produk
Menghitung tarif rawat inap
Perancangan alat bantu penghitung tarif rawat inap
Proyeksi tarif menggunakan alat bantu penghitung tarif rawat inap
Tahap Analisis dan Kesimpulan
Analisis dan Interpretasi Hasil
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 3.2 Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data pada tahap ini meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung oleh peneliti. Sedangkan data sekunder adalah adalah data yang diambil tidak dari sumber langsung asli, misalnya data yang diperoleh dari buku, dari suatu dokumen, atau bisa juga dari hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Data primer diperoleh melalui pengamatan/observasi dan wawancara sedangkan
data
sekunder
diperoleh
dari
III-2
commit to users
dokumentasi
perusahaan.
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengamatan/observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati situasi nyata yang terjadi di lapangan terkait dengan aktivitas yang terjadi di unit rawat inap. Wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung/tatap muka dengan pihak-pihak yang terkait dengan rawat inap dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan seluruh aktivitas dalam rawat inap. Dokumen antara lain berupa laporan keuangan, daftar inventaris, denah rumah sakit, dll. Penjelasan mengenai data-data yang diperoleh selama penelitian akan ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Tipe Data Penelitian Yang Dibutuhkan
o
ama Data
Jenis Data
Sumber data
1 Biaya konsumsi
Data Sekunder
Laporan bagian instalasi gizi tahun 2009
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder
Laporan keuangan tahun 2009 Laporan keuangan tahun 2009 Laporan keuangan tahun 2009 Laporan keuangan tahun 2009 Laporan keuangan tahun 2009 Laporan keuangan tahun 2009 Laporan bagian material Laporan bagian material Laporan dari bagian rekam medis Laporan dari bagian rekam medis
12 Luas kamar rawat inap
Data Sekunder
Denah dari bagian penunjang pelayanan
13 Nilai Inflasi
Data Sekunder
14 Fasilitas ruang rawat inap
Data Primer
Badan Pusat Statistik Pengamatan dan wawancara dengan bagian material Pengamatan dan wawancara dengan pekerja bagian laundry Pengamatan dan wawancara dengan bagian penunjang pelayanan
15
Biaya kebersihan Biaya pembayaran listrik Biaya pembayaran air Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya laundry Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitas Jumlah pasien rawat inap Lama hari Pasien rawat inap
Aktivitas laundry
Data Primer
16 Pengukururan KWH Listrik
Data Primer
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2010
3.3 Tahap Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari sepuluh langkah yang akan dijelaskan sebagai berikut:
III-3
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.1 Identifikasi Produk Identifikasi produk meliputi penentuan tipe produk apa saja yang akan dihitung biayanya. Produk yang akan diteliti adalah penggunaan kamar untuk pasien rawat inap berdasarkan tipenya yaitu tipe kamar utama, teladan, kelas I, kelas II, dan kelas III. Masing-masing tipe kamar mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas untuk masing-masing tipe kamar juga akan di jelaskan pada tahap ini. 3.3.2 Menghitung Biaya Langsung Produk Biaya langsung merupakan setiap biaya yang dapat diidentifikasikan secara spesifik ke sasaran biaya tertentu. Biaya langsung dari produk dihitung terlebih dahulu untuk mempermudah penghitungan biaya. Hal tersebut karena biaya langsung lebih mudah ditelusuri langsung ke produk dan pekerjaan daripada biaya tidak langsung. 3.3.3 Pemilihan Cost Driver Penentuan cost driver (dasar alokasi biaya) digunakan untuk menentukan jumlah kelompok biaya tidak langsung berdasarkan aktivitas dalam metode ABC. Dasar alokasi biaya merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead dari kegiatan rawat inap pada setiap tipe kamar tersebut. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam setiap aktivitas. Contoh dari dasar alokasi biaya adalah luas lantai, jumlah pasien, dll. 3.3.4 Mengidentifikasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Cost Driver Pada tahap ini, biaya tidak langsung dihitung dan dialokasikan berdasarkan hubungan sebab akibat antara dasar alokasi biaya dan biaya aktivitasnya. Biaya yang telah diidentifikasi kemudian diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas, yaitu : a. Aktivitas berlevel unit ( unit level activities ) Aktivitas ini berhubungan langsung dengan lamanya pasien tinggal di ruang rawat inap rumah sakit.
III-4
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Aktivitas berlevel batch (batch level activities) Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. c. Aktivitas berlevel produk (product level activities) Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk. d. Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) Aktivitas ini tidak tergantung oleh jumlah pasien, sehingga biaya ini harus ditanggung rumah sakit walaupun tidak ada pasiennya. 3.3.5 Menghitung Tarif Per Unit Cost Driver Pada tahap ini biaya tidak langsung mulai dihitung berdasarkan aktivitas menggunakan dasar alokasi biaya yang telah dipilih. Hal tersebut bertujuan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk. Penghitungan dilakukan dengan cara membagi total biaya dari aktivitas dengan dasar alokasi biaya yang dipilih. 3.3.6 Menghitung Biaya Tidak Langsung yang Dialokasikan ke Produk Pada tahap ini hasil perhitungan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas dibebankan ke tarif kamar berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tipe kamar. Pembebanan biaya tidak langsung dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan cara mengalikan tarif per unit dasar alokasi biaya dengan jumlah dasar alokasi yang ada pada setiap tipe kamar. 3.3.7 Menghitung Total Biaya Produk Pada tahap ini mulai dihitung total biaya kamar per hari. Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya langsung dan biaya tidak langsung yang disesuaikan berdasarkan aktivitas masing-masing tipe kamar. 3.3.8 Menghitung Tarif Rawat Inap Per Hari Pada tahap ini tarif rawat inap per hari dihitung dengan menjumlahkan total biaya kamar per hari dengan jasa rumah sakit sebesar 10 % dari total biaya per hari. Jasa ini merupakan imbalan yang diterima rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas dan bahan. III-5
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.9 Perancangan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap Pada tahap ini dilakukan perancangan alat bantu untuk mempermudah proses penghitungan tarif dengan metode ABC. Perancangan alat bantu ini merupakan perancangan user interface untuk mengaplikasikan penghitungan tarif rawat inap dengan metode ABC. Perancangan user interface dimulai dari perancangan halaman awal dari alat penghitung tarif ini. Pada halaman awal terdapat empat menu pokok yaitu data pasien, input, proses dan output. Alat bantu penghitung tarif ini menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk menjalankan sistem usulan. Alat bantu ini dapat digunakan pihak rumah sakit sebagai alat evaluasi tarif jasa rawat inap. 3.3.10 Proyeksi Tarif Menggunakan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap Pada tahap ini dilakukan proses penghitungan tarif dengan alat bantu penghitung tarif. Tarif yang dihitung adalah tarif rawat inap untuk tahun 2010. Proses penghitungan biaya pada tahap ini mempertimbangkan faktor inflasi yang mempengaruhi perubahan nilai uang pada tahun 2010. 3.4 Analisis dan Interpretasi Hasil Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis yang meliputi analisis perbandingan hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dan tarif yang berlaku di rumah sakit, analisis penghitungan tarif rawat inap dengan metode ABC, analisis pengujian hasil penghitungan dengan metode ABC dan analisis alat bantu penghitung tarif. 3.5 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan berisi bagian-bagian penting dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran berisi hal-hal yang perlu menjadi perhatian berkaitan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini serta kemungkinan kelanjutan penelitian. Saran ini ditujukan bagi perusahaan dan perbaikan untuk penelitian selanjutnya.
III-6
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEGUMPULA DA PEGOLAHA DATA 4.1
Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan meliputi segala
informasi yang terkait yang diperlukan dalam pengolahan data. Informasi data diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan pihak–pihak yang terkait dalam kegiatan rawat inap di rumah sakit. Data selanjutnya adalah data pendukung Activity Based Costing dan biaya-biaya dari seluruh sumber daya yang digunakan dalam kegiatan rawat inap. Data-data yang dikumpulkan dijelaskan sebagai berikut. 4.1.1 Data Pendukung Activity Based Costing Didalam penetuan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC, data-data pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan data yaitu : 1. Jumlah Pasien Rawat Inap Data jumlah pasien rawat inap diperoleh melalui rekap harian pasien selama bulan Januari sampai Desember 2009. Jumlah pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang selama tahun 2009 ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang tahun 2009 o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Utama 115 59 53 51 67 39 61 61 60 47 41 59 713
Teladan 318 306 371 349 320 390 370 412 327 339 327 363 4.192
Tipe Kamar Kelas I Kelas II 135 440 138 212 170 288 176 239 160 261 177 252 215 293 225 279 149 204 208 244 179 248 203 279 2.135 3.239
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
IV-1
commit to users
Kelas III 270 313 382 399 439 412 447 438 383 410 388 405 4.686
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Lama Hari Pasien Rawat Inap Data lama hari pasien rawat inap diperoleh dari melalui rekap harian jumlah hari pasien menjalani rawat inap selama bulan Januari sampai Desember 2009. Lama hari pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang selama tahun 2009 ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Lama hari pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang tahun 2009 o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Utama 626 539 626 698 591 571 715 682 617 658 551 690 7.564
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Kelas Kelas I 377 474 860 826 778 907 1.027 1.128 738 994 823 1.073 10.005
Teladan 1.467 1.128 1.821 1.735 1.649 1.736 1.919 1.984 1.493 1.867 1.626 1.891 20.316
Kelas II 1.082 714 1.274 1.182 1.170 1.255 1.375 1.284 973 1.133 1.095 1.360 13.897
Kelas III 1.207 1.203 1.645 2.075 2.141 1.952 2.107 1.994 1.655 2.037 2.214 1.894 22.124
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
3. Luas Ruangan Rawat Inap Data luas ruangan rawat inap di RSUD Pandan Arang selama tahun 2009 ditunjukkan pada tabel 4.3. Luas ruangan dari setiap tipe kamar ini diperoleh dari jumlah seluruh luas ruangan pada masing-masing tipe kamar rawat inap. Tabel 4.3 Luas ruangan rawat inap di RSUD Pandan Arang o 1 2 3 3 4
Tipe Kamar
Luas Ruangan
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III Total
274,2 348 154 284,2 405,76 1466,16
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
IV-2
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2 Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 4.2.1 Identifikasi Produk Produk yang akan diteliti sebagai objek biaya adalah tipe kamar Utama, Teladan, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Masing-masing tipe kamar mempunyai fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang ditawarkan pada setiap tipe kamar yaitu : 1. Utama Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu yang multi fungsi, meja makan tarik, lemari pasien, TV, kulkas, AC, wastafel, jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 1 orang pasien. Pasien kelas Utama mendapatkan paket VIP yang berisi peralatan mandi. Terdapat tambahan fasilitas yaitu kebebasan untuk memilih dokter. 2. Teladan Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, jemuran handuk, wastafel, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 2 pasien pasien. Terdapat tambahan fasilitas yaitu kebebasan untuk memilih dokter. 3. Kelas 1 Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 2 pasien pasien. 4. Kelas II Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, dan jam dinding. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 4 pasien pasien. 5. Kelas III Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien, dan jam dinding. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 8 pasien pasien.
IV-3
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.2 Menghitung Biaya Langsung Produk Biaya langsung dari kegiatan rawat inap antara lain adalah biaya gaji perawat, biaya laundry, biaya konsumsi dan paket VIP. Penjelasan mengenai biaya-biaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Biaya gaji perawat Perawat merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan rawat inap Gaji perawat selama satu tahun adalah sebesar Rp 69.603.888,96. Gaji yang dibebankan kepada pasien hanyalah gaji untuk perawat PTT. Gaji perawat dibebankan per hari kepada setiap pasien secara merata. Biaya per hari dihitung dengan membagi total gaji perawat setahun dengan total lama hari pasien untuk semua kelas. Biaya perawat yang ditanggung oleh setiap pasien per hari adalah sebesar Rp 941,79. Tabel 4.4 merupakan perincian biaya gaji perawat yang ditanggung oleh pasien perhari. Tabel 4.4 Perincian biaya gaji perawat yang ditanggung pasien per hari Golongan Perawat PTT
Jumlah
Gaji Per Orang
8 Rp Total Gaji Setahun Lama Hari Pasien Gaji Per Hari
725.040,51
Total Gaji Rp Rp
5.800.324,08 69.603.888,96 73906 Rp941,79
2. Biaya Konsumsi Pasien yang menjalani rawat inap membutuhkan makan dan minum untuk mempercepat proses penyembuhan. Biaya konsumsi pasien merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan makanan dan minuman pasien. Jenis makanan dan minuman yang diberikan kepada pasien berbeda jenisnya untuk masing-masing kelas. Tabel 4.5 merupakan contoh penghitungan biaya konsumsi untuk kelas utama. Penghitungan biaya konsumsi untuk tipe kamar lainnya hampir sama, yang membedakan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang digunakan. Perincian biaya konsumsi per hari tiap kelas rawat inap ditunjukkan pada tabel 4.6.
IV-4
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 Perincian biaya konsumsi kelas utama o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ama Bahan
Berat (gram)
Beras Daging Telur Ayam Tahu Tempe Sayuran Minyak Buah Gula pasir Susu segar The Snack Garnis dan packing Bumbu, bahan bakar dan lain-lain Jumlah
300 100 100 75 100 50 500 30 450 60 200 3 200
Harga Jumlah Satuan (Rp) Harga (Rp) 6.500 65.000 20.000 25.000 350 1.100 1.200 14.500 3.795 10.610 4.000 1.320 2.400
1.950 6.500 2.000 1.875 700 275 6.000 435 11.385 637 800 99 4.800 2.300 7.951 47.707
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.6 Biaya konsumsi per hari setiap tipe kamar di RSUD Pandan Arang o 1 2 3 4 5
Tipe Kamar
Biaya Konsumsi
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Rp47.706,72 Rp26.112,72 Rp26.112,72 Rp22.835,22 Rp18.224,22
3. Biaya paket VIP Paket VIP adalah paket yang diberikan hanya kepada pasien kelas utama pada hari pertama mereka menjalani rawat inap. Paket ini berisi sabun, sikat gigi, pasta gigi, waslap, handuk kecil dan tempat peralatan mandi. Harga paket VIP adalah sebesar Rp. 13.000,00 per orang. Biaya paket VIP dibebankan perhari kepada pasien kelas utama dengan membagi total biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan paket VIP selama satu tahun dengan lama hari pasien rawat inap kelas Utama. Perincian biaya paket VIP yang ditanggung pasien kelas Utama per hari ditunjukkan pada tabel 4.7.
IV-5
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Perincian biaya paket VIP per hari pasien kelasUtama Jumlah pasien kelas Utama Rp13.000,00 713 Lama hari pasien kelas Utama Biaya paket VIP per hari
Total paket VIP setahun Rp9.269.000,00 7.564 Rp1.225,41
Harga per paket VIP
4. Biaya laundry Aktivitas laundry adalah aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan linen bersih kepada pasien rawat inap seperti sprei, selimut, sarung bantal, dan lainlain. Biaya ini terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan bahan pencuci, tenaga kerja laundry untuk golongan PTT dan harian lepas, biaya listrik dan kebutuhan air. Biaya laundry dari masing-masing kelas berbeda sesuai dengan jumlah potong pakaian yang dicuci. Berikut merupakan perincian biaya laundry : 1. Biaya Tenaga Kerja Laundry Gaji Tenaga Kerja Laundry Per Bulan = Gaji PTT + Gaji Harian Lepas •
Gaji Tenaga PTT ( 1 orang )
= Rp. 725.040,51
•
Gaji Tenaga Harian Lepas (3 orang ) = Rp. 1.710.000,00 +
Total gaji tenaga laundry per bulan
= Rp. 2.435.040,51
Total gaji tenaga laundry per tahun
= Rp. 29.220.486,12
2. Biaya Air Total rata-rata penggunaan air di bagian laundry adalah sebesar 64,35 m3 per bulan. Biaya yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 2.199.887,31. Tabel 4.8 menunjukkan penghitungan biaya penggunaan air bagian laundry. Tabel 4.8 Penghitungan biaya penggunaan air bagian laundry o 1 2
Jumlah
Komponen Biaya Abonemen Biaya Pemakaian 1-10 m3 3
11-20 m
Rp
23.500,00
Rp
30.000,00
Rp
1.011,44
Rp Rp Rp Rp
182.312,50 183.323,94 2.199.887,31 2.199.887,31
3
21-70 m Rp 128.812,50 Total Biaya Pemakaian Total Biaya Air Per Bulan Total Biaya Air Per Tahun Perkiraan Biaya Air
IV-6
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Biaya Listrik Penggunaan listrik di bagian laundry ditunjukkan pada tabel 4.9 dan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran listrik pada bagian laundry ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.9 Penggunaan listrik bagian laundry o
Fasilitas Listrik
Jumlah
1 2 3 4
Mesin Cuci Besar Mesin Cuci Kecil Mesin Pengering Setrika
1 3 1 1
Kebutuhan Daya (watt)
Pemakaian Pemakaian Tenaga Tenaga Listrik Listrik (KWH/bulan) (KWH/hari)
Lama Pemakaian (jam/hari)
11.000 1.500 36.000 450 Total
2 3 5 5
22 11 180 2
660 338 5.400 68 6.240
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.10 Biaya listrik bagian laundry o
Jumlah
Komponen Biaya
1 Biaya Beban 2 Biaya Pemakaian 60 jam pertama Rp 569.088,00 Kwh Selanjutnya Rp 2.039.232,00 Total Biaya Pemakaian 3 Biaya Beban+Pemakaian 4 Pajak 3% Total Biaya Listrik Per Bulan Total Biaya Listrik Setahun
Rp
1.865.080,05
Rp Rp Rp Rp Rp
2.608.320,00 4.473.400,05 134.202,00 4.607.602,05 55.291.224,59
4. Biaya Bahan Pencuci
Bahan pencuci yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan oleh bagian laundry ditunjukkan pada tabel 4.11.
IV-7
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11 Kebutuhan bahan pencuci bagian laundry Bahan Pencuci Bulan
Brodklin
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah total Harga Satuan Total harga Total
25 26,5 25 20 28 30 28 26 25 25 25 28 311,5 Rp18.000,00 Rp5.607.000,00
Hevyclear
Sikat cuci
Korok WC
40 6 40 6 30 6 40 6 40 6 45 6 40 6 40 6 38 6 38 6 30 6 40 6 461 72 Rp10.200,00 Rp2.267,00 Rp4.702.200,00 Rp163.224,00 Rp13.770.824,00
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 Rp3.300,00 Rp158.400,00
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Perincian biaya laundry selama setahun ditunjukkan pada tabel 4.12 dan tarif laundry per hari tiap kelas ditunjukkan pada tabel 4.13. Tabel 4.12 Perincian biaya laundry selama setahun o Biaya Laundry 1 Bahan Pencuci 2 Tenaga Kerja 3 Listrik 4 Air Total Biaya laundry
Jumlah Biaya Rp Rp Rp Rp Rp
13.770.824,00 29.220.486,12 55.291.224,59 2.199.887,31 100.482.422,02
Tabel 4.13 Tarif laundry per hari tiap kelas Tipe Kamar
Jumlah Potong Pakaian
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
5 5 5 3 2
IV-8
commit to users
Tarif Laundry Per Hari Rp Rp Rp Rp Rp
1.824,54 1.824,54 1.824,54 1.094,72 729,82
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perincian tentang biaya langsung per hari yang ditanggung oleh masing-masing tipe kamar ditunjukkan pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Biaya langsung per hari berdasarkan tipe kamar Tipe Kamar Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Biaya Laundry
Gaji Perawat Rp Rp Rp Rp Rp
941,79 941,79 941,79 941,79 941,79
Rp Rp Rp Rp Rp
1.824,54 1.824,54 1.824,54 1.094,72 729,82
Biaya Konsumsi
Paket VIP
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp1.225,41 -
47.706,72 26.112,72 26.112,72 22.835,22 18.224,22
-
4.2.3 Pemilihan Cost Driver Pada
RSUD
Pandan
Arang
terdapat
sepuluh
aktivitas
untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung, aktivitas-aktivitas tersebut adalah: a. Aktivitas pelayanan administrasi b. Aktivitas penyediaan bahan habis pakai c. Aktivitas penyediaan listrik d. Aktivitas penyediaan air e. Aktivitas pemeliharaan kebersihan
f. Aktivitas maintenance web g. Aktivitas pemeliharaan fasilitas h. Aktivitas pemeliharaan gedung i. Aktivitas pemakaian bangunan j. Aktivitas penggunaan inventaris Untuk menentukan jumlah biaya tidak langsung berdasarkan aktivitasaktivitas tersebut diperlukan dasar alokasi (cost driver) yang tepat. Hal itu karena setiap aktivitas terdiri dari beberapa komponen biaya sehingga diperlukan dasar alokasi untuk menentukan jumlah biaya berdasarkan aktivitas tersebut. Faktorfaktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan cost driver untuk masingmasing aktivitas adalah (Prasetyawan, 2005):
Cost Driver yang dipilih dapat menggambarkan konsumsi yang sebenarnya dari produk terhadap aktivitas yang bersangkutan
Data dari cost driver yang dipilih harus dapat diperoleh secara mudah sehingga tidak perlu biaya tambahan untuk mencari informasi baru (dalam hal ini hanya digunakan data yang tersedia di rumah sakit). IV-9
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mengalokasikan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas ke produk, cost driver yang akan digunakan antara lain jumlah hari rawat inap, jumlah pasien, luas ruangan, jumlah pemakaian air dan jumlah pemakaian listrik. Setiap cost driver memiliki nilai unit yang dihitung sebagai berikut : 1. Jumlah hari rawat inap Utama
: 7.564
hari
Teladan
: 20.316 hari
Kelas I
: 10.005 hari
Kelas II
: 13.897 hari
Kelas III
: 22.124 hari
Total
: 73.906 hari
2. Jumlah pasien Utama
: 713
pasien
Teladan
: 4.192
pasien
Kelas I
: 2.135
pasien
Kelas II
: 3.239
pasien
Kelas III
: 4.686
pasien
Total
: 14.965 pasien
3. Luas ruangan Utama
: 274,2 m2
Teladan
: 348
m2
Kelas I
: 154
m2
Kelas II
: 284,2 m2
Kelas III
: 405,76 m2
Total
: 1.466,16 m2
4. Jumlah pemakaian air (m3) Utama
: 2.288,53
m3
Teladan
: 7.479,20
m3
Kelas I
: 3.237,60
m3
Kelas II
: 5.003,73
m3
Kelas III
: 7.537
m3
Total
: 25.546,27 m3
IV-10
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Jumlah pemakaian listrik (KWH) Utama
: 77.332,68
KWH
Teladan
: 6.301,44
KWH
Kelas I
: 5.446,08
KWH
Kelas II
: 4.357,44
KWH
Kelas III
: 7.585,92
KWH
Total
: 101.023,56 KWH
Unit Cost Driver yang telah dihitung dan ditentukan diatas, diringkas dalam Tabel 4.15 berikut ini : Tabel 4.15 Unit cost driver Cost Driver
o 1 2
Jumlah hari rawat inap Jumlah Pasien
3
Luas Ruangan
4 5
Pemakaian Air Pemakaian Listrik
Unit Cost Driver 73.906 Hari 14.965 Pasien 2
1.466,16 m
3
25.546,27 m 101.023,56 KWH
4.2.4 Mengidentifikasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Cost Driver Perincian biaya dan dasar alokasi yang diperlukan setiap aktivitas dalam kegiatan rawat inap adalah sebagai berikut : a. Aktivitas pelayanan administrasi Aktivitas pelayanan administrasi merupakan aktivitas yang diperlukan untuk menunjang kelancaran dalam penyediaan sarana dan prasarana. Biaya administrasi terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan form yang berhubungan dengan pasien rawat inap, belanja alat tulis kantor, biaya listrik ruang administrasi, dan gaji pegawai administrasi golongan PTT. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pelayanan administrasi adalah lama hari pasien. Biaya administrasi dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap. Berikut merupakan contoh penghitungan komponen biaya administrasi: 1. Belanja alat tulis kantor Total biaya untuk belanja alat tulis kantor adalah sebesar Rp 32.342.465,00. IV-11
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tenaga Administrasi Tenaga administrasi yang dihitung adalah tenaga administrasi PTT sebanyak 1 orang dengan gaji per bulan sebesar Rp. 725.040,51. Total biaya yang dikeluarkan untuk satu tahun adalah sebesar Rp. 8.700.486,12. 3. Form Pasien Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan form pasien adalah sebesar Rp. 73.157.025,00. 4. Biaya Listrik Konsumsi penggunaan listrik di bagian administrasi ditunjukkan pada tabel 4.16 dan biaya listrik yang dikeluarkan untuk bagian administrasi ditunjukkan pada tabel 4.17. Tabel 4.16 Penggunaan listrik bagian administrasi Lama Kebutuhan o Fasilitas Listrik Jumlah Pemakaian Daya (watt) (jam/hari) 1 Komputer 2 Lampu
9 9
150 18
Pemakaian Pemakaian Tenaga Tenaga Listrik Listrik (KWH/bulan) (KWH/hari)
7 12
9,45 1,944
Total
283,5 58,32 341,82
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.17 Biaya listrik bagian administrasi o
Jumlah
Komponen Biaya
1 Biaya Beban 2 Biaya Pemakaian 60 jam pertama Rp 31.173,98 Kwh Selanjutnya Rp 111.706,78 Total Biaya Pemakaian 3 Biaya Beban+Pemakaian 4 Pajak 3% Total Biaya Listrik Per Bulan Total Biaya Listrik Setahun
Rp
102.166,93
Rp 142.880,76 Rp 245.047,69 Rp 7.351,43 Rp 252.399,12 Rp 3.028.789,49
Perincian biaya administrasi selama satu tahun ditunjukkan pada tabel 4.18.
IV-12
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Perincian biaya administrasi Kegiatan Administrasi
Jumlah Biaya
Belanja Alat Tulis Kantor Tenaga Administrasi Form Pasien Biaya Listrik Total Biaya Administrasi
Rp Rp Rp Rp Rp
32.342.465,00 8.700.486,12 73.157.025,00 3.028.789,49 117.228.765,61
b. Aktivitas penyediaan bahan habis pakai Bahan habis pakai adalah bahan yang digunakan oleh perawat untuk pasien. Biaya bahan habis pakai terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan sabun cair, sabun mandi, tisu gulung, handuk, waslap, dll. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan bahan habis pakai adalah lama hari pasien. Biaya bahan habis pakai dibebankan secara merata kepada pasien rawat inap. Perincian biaya bahan habis pakai ditunjukkan pada tabel 4.19. Tabel 4.19 Perincian biaya bahan habis pakai o 1 2 4 5 6
Jenis Bahan Habis Pakai Sabun mandi Sabun cair Handuk Waslap Tisu gulung Total Biaya
Jumlah Biaya Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.434.800,00 233.500,00 1.341.000,00 80.000,00 1.809.500,00 4.898.800,00
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
c. Aktivitas penyediaan listrik Aktivitas penyediaan listrik adalah aktivitas untuk memenuhi kebutuhan listrik pada setiap kamar. Hal tersebut karena seluruh tipe kamar rawat inap memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik, untuk penerangan kamar atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan listrik adalah besarnya KWH dari setiap tipe kamar. Besarnya KWH setiap tipe kamar terdiri dari penggunaan listrik dalam kamar, penerangan lampu selasar, dan penggunaan sterilisator alat-alat medis. Penggunaan tenaga listrik yang dikonsumsi masing-masing tipe kamar di ditunjukkan pada tabel 4.20,
IV-13
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerangan selasar pada tabel 4.21, sterilisator pada tabel 4.22, total penggunaan listrik dari setiap tipe kamar pada tabel 4.23, dan untuk tabel penghitungan biaya pembayaran listrik ditunjukkan pada tabel 4.24. Tabel 4.20 Penggunaan tenaga listrik dalam kamar o
Tipe Kamar Fasilitas Listrik
1 Utama
2 3 4 5
Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Kebutuhan Daya (watt)
Lampu 18 TV 17 1nch 75 Kulkas 80 Water Heater 900 AC 750 Total Kebutuhan Listrik Kelas Utama Lampu 18 Lampu 18 Lampu 18 Lampu 18
Lama Pemakaian (jam/hari)
Pemakaian Tenaga Listrik (KWH/hari)
12 3 24 6 6
0,216 0,225 1,92 5,4 4,5 12,261 0,216 0,216 0,216 0,864
12 12 12 12
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.21 Penggunaan tenaga listrik untuk penerangan selasar
o Tipe Kamar Fasilitas Listrik Jumlah 1 2 3 4 5
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Lampu Lampu Lampu Lampu Lampu
Lama Kebutuhan Daya Pemakaian (watt) (jam/hari)
11 15 13 6 10
18 18 18 18 18
Pemakaian Tenaga Listrik (KWH/hari)
12 12 12 12 12
2,376 3,24 2,808 1,296 2,16
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.22 Penggunaan tenaga listrik untuk sterilisator o 1 2 3 3 4
Kebutuhan Jenis Kamar Jumlah Daya (watt) Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
1 2 2 2 3
2000 2000 2000 2000 2000
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
IV-14
commit to users
Lama Pemakaian (jam/hari) 2 2 2 2 2
Pemakaian Tenaga Listrik (KWH/hari) 4 8 8 8 12
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.23 Total penggunaan listrik setiap tipe kamar o 1 2 3 3 4
Tipe Kamar
Pemakaian Tenaga Listrik (KWH/hari)
Utama 214,813 Teladan 17,504 Kelas I 15,128 Kelas II 12,104 Kelas III 21,072 Total Pemakaian Listrik
Pemakaian Tenaga Listrik (KWH/tahun) 77332,68 6301,44 5446,08 4357,44 7585,92 101023,56
Tabel 4.24 Total biaya penggunaan listrik rawat inap o
Jumlah
Komponen Biaya
1 Biaya Beban 2 Biaya Pemakaian 60 jam pertama Rp 767.779,06 Kwh Selanjutnya Rp 2.751.208,28 Total Biaya Pemakaian 3 Biaya Beban+Pemakaian 4 Pajak 3% Total Biaya Listrik Per Bulan Total Biaya Listrik Setahun
Rp 2.516.253,02
Rp Rp Rp Rp Rp
3.518.987,34 6.035.240,36 181.057,21 6.216.297,57 74.595.570,84
d. Aktivitas penyediaan air Aktivitas ini diperlukan untuk membiayai penyediaan kebutuhan air yang diperlukan dalam kegiatan rawat inap. Kebutuhan air berkaitan dengan penggunaan air untuk mandi pasien maupun keluarga pasien, dan kegiatan lain yang mendukung kelancaran dalam perawatan pasien. Kebutuhan air untuk kebutuhan rawat inap selama satu tahun adalah sebesar 985 m3. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan air adalah besarnya meter kubik air yang digunakan dari masing-masing tipe kamar. Tabel 4.25 menunjukkan total biaya penggunaan air untuk rawat inap.
IV-15
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.25 Total biaya penggunaan air rawat inap o
Jumlah
Komponen Biaya
1 Abonemen 2 Biaya Pemakaian 1-10 m3
Rp
23.500,00
3
Rp
30.000,00
3
Rp
187.500,00
11-20 m 21-70 m
Rp
15.488,56
Rp Rp Rp
4.406.130,67 4.421.619,22 53.059.430,69
3
>70 m Rp 4.165.130,67 Total Biaya Pemakaian Total Biaya Air Per Bulan Total Biaya Air Per Tahun
e. Aktivitas pemeliharaan kebersihan Aktivitas pemeliharaan kebersihan merupakan aktivitas untuk menunjang kebersihan lingkungan rawat inap agar pasien merasa nyaman. Komponen biaya aktivitas kebersihan terdiri dari biaya tenaga kebersihan (cleaning service) untuk golongan PTT dan harian lepas, biaya pembelian alat kebersihan dan biaya untuk penyediaan sabun dan alat pembersih. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pemeliharaan kebersihan adalah lama hari pasien. Berikut merupakan penghitungan komponen biaya administrasi yang dipengaruhi inflasi untuk lima tahun berikutnya : 1. Biaya penyediaan sabun dan pembersih Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan sabun dan pembersih adalah sebesar Rp. 13.414.584,00. 2. Biaya penyediaan alat kebersihan Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan alat kebersihan adalah sebesar Rp. 5.157.490,00. 3. Biaya penyediaan plastik dan ember Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan plastik dan ember adalah sebesar Rp 37.480.600,00. 4. Biaya tenaga kebersihan Gaji Tenaga PTT ( 10 orang )
Per Bulan
10 x Rp. 725.040,51
= Rp. 7.250.405,10
Total Gaji Tenaga Kebersihan Per Tahun
= Rp. 87.004.861,20
IV-16
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Biaya lain-lain Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan biaya kebersihan lainnya adalah sebesar Rp. 8.132.750,00. Perincian mengenai komponen biaya kebersihan ditunjukkan pada tabel 4.28 di bawah ini: Tabel 4.26 Perincian biaya kebersihan o
Kegiatan Kebersihan
1 Sabun dan pembersih 2 Alat Kebersihan 3 Plastik dan ember 4 Tenaga Kebersihan 5 Lain-lain Total Biaya Kebersihan
Jumlah Biaya Rp 13.414.584,00 Rp 5.157.490,00 Rp 37.480.600,00 Rp 87.004.861,20 Rp 8.132.750,00 Rp 151.190.285,20
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
f. Aktivitas maintenance website Aktivitas
maintenance
website
digunakan
untuk
kegiatan
pengoperasian website agar terus dapat diakses oleh masyarakat umum.
Website berisi tentang informasi dan profil dari RSUD Pandan Arang. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp 700.000,- setiap bulan sehingga total biaya maintenance website selama satu tahun sebesar Rp 8.400.000,00. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas
maintenance website adalah lama hari pasien rawat inap. Biaya ini dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap. g. Aktivitas Pemeliharaan Fasilitas Aktivitas pemeliharaan fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk menjaga fasilitas yang ada agar kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan dengan baik. Biaya yang ditimbulkan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp 9.044.952,00. Komponen biayanya terdiri dari belanja jasa pihak ketiga dan perbaikan peralatan. Terdapat biaya tambahan untuk pemeliharaan fasilitas kamar kelas Utama. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas ini adalah lama hari pasien. Biaya pemeliharaan fasilitas secara umum dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap. Besarnya perincian biaya pemeliharaan fasilitas ditunjukkan pada tabel 4.27.
IV-17
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.27 Perincian biaya pemeliharaan fasilitas Kegiatan Pemeliharaan Fasilitas
Rincian Biaya
Perbaikan Fasilitas Umum Belanja Jasa Pihak Ketiga Rp 2.024.243,00 Perbaikan Komputer Rp 5.451.760,00 Perbaikan Telepon Rp 399.820,00 Perbaikan Roda Kereta Rp 279.189,00 Perbaikan mesin ketik Rp 234.000,00 Total Perbaikan Fasilitas Ruang Utama Perbaikan TV Rp 534.940,00 Perbaikan Kulkas Rp 121.000,00 Total Total Biaya Pemeliharaan Fasilitas
Jumlah Biaya
Rp 8.389.012,00
Rp 655.940,00 Rp 9.044.952,00
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
h. Aktivitas Pemeliharaan Bangunan Aktivitas pemeliharaan bangunan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menjaga bangunan yang ada agar kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan dengan baik. Biaya yang ditimbulkan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp5.591.159,00. Komponen biayanya terdiri dari belanja jasa pihak ketiga dan belanja bahan bangunan. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas ini adalah jumlah pasien. Biaya pemeliharaan bangunan dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap Besarnya perincian biaya pemeliharaan fasilitas ditunjukkan pada tabel 4.28. Tabel 4.28 Perincian biaya pemeliharaan bangunan Ke giatan Pemeliharaan Bangunan Be lanja Jasa Pihak Ketiga Be lanja Bahan Bangunan Penggantian kusen, daun pintu Slot pintu, gembok Instalasi listrik Cat Tembok Lain-lain Total Biaya Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009 ,
IV-18
commit to users
Jumlah Biaya Rp
767.010,00
Rp 2.308.230,00 Rp 673.644,00 Rp 1.009.799,00 Rp 399.193,00 Rp 433.283,00 Rp 5.591.159,00
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Aktivitas pemakaian bangunan Aktivitas pemakaian bangunan menimbulkan biaya depresiasi. Biaya depresiasi bangunan adalah biaya yang ditanggung oleh rumah sakit akibat penyusutan nilai bangunan. Biaya depresiasi bangunan rumah sakit selama satu tahun adalah sebesar Rp 150.718.285,50. Besarnya biaya depresiasi diperoleh dari besarnya ongkos awal aset dibagi dengan masa manfaat. Bangunan rumah sakit termasuk kategori bangunan permanen yang memiliki masa manfaat 20 tahun (Soewito, 2010). Metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus yang besarnya sama selama masa manfaat. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pemakaian bangunan adalah luas ruangan dari masing-masing rawat. Besarnya perincian biaya depresiasi ditunjukkan pada tabel 4.29. Tabel 4.29 Perincian biaya depresiasi bangunan Tahun dibangun
o ama Bangunan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya
Biaya Depresiasi
Paviliun Selatan 1999 Rp 895.860.000,00 Rp Paviliun Barat (Merapi) 2002 Rp 497.430.450,00 Rp Bangsal Kelas 3 2006 Rp 293.410.260,00 Rp Bangsal A 1959 Rp 103.488.000,00 Bangsal B 1959 Rp 103.488.000,00 Bangsal C 1959 Rp 103.488.000,00 Gedung Zal E (1) 1983 Rp 118.125.000,00 Gedung Zal E (2) 1983 Rp 118.125.000,00 Bangsal Kelas 3 2006 Rp 704.501.000,00 Rp Gedung rawat inap kelas 3 2008 Rp 623.164.000,00 Rp Total Biaya Depresiasi Bangunan Rp Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
44.793.000,00 24.871.522,50 14.670.513,00 35.225.050,00 31.158.200,00 150.718.285,50
j. Aktivitas penggunaan fasilitas Biaya depresiasi fasilitas adalah biaya yang ditanggung rumah sakit karena penyusutan nilai barang yang digunakan akibat penggunaan fasilitas. Penyusutan fasilitas terdiri dari penyusutan TV, AC, kulkas, bed, kipas angin, alat pemanas, almari, dll. Total biaya depresiasi fasilitas selama satu tahun adalah sebesar Rp 132.623.491,50. Untuk furniture seperti bed, almari, kursi, meja metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus dengan masa manfaat 8 tahun karena termasuk kategori kelompok harta golongan 2. Untuk peralatan elektronik seperti TV, AC, kulkas termasuk
IV-19
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
golongan 1 dengan umur manfaat 4 tahun, metode penyusutan yang digunakan juga garis lurus (Soewito, 2010). Untuk metode garis lurus besarnya biaya depresiasi diperoleh dari besarnya ongkos awal fasilitas dibagi dengan masa manfaat. Fasilitas yang ada berbeda antara masing-masing tipe kamar. Perincian biaya depresiasi fasilitas masing-masing tipe kamar ditunjukkan pada tabel 4.30. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penggunaan fasilitas adalah jumlah pasien dari setiap tipe kamar rawat inap.
IV-20
commit to users
IV-21
commit to users
Kelas 1
Kelas II
Kelas III
3
4
5
Almari Pasien Tempat tidur Kursi tunggu TV 17 inchi Kulkas AC meja makan tarik wastafel water heater kursi teras Sofa tunggu Almari Pasien Tempat tidur Kursi tunggu wastafel kursi teras Almari Pasien Tempat tidur Kursi tunggu kursi teras Almari Pasien Tempat tidur Kursi tunggu Almari Pasien Tempat tidur Kursi tunggu
Fasilitas Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2.400.000,00 11.572.894,00 156.868,00 1.451.777,00 970.000,00 3.015.229,00 900.000,00 2.000.000,00 1.998.985,00 1.125.685,00 3.500.000,00 2.400.000,00 6.084.500,00 156.868,00 2.000.000,00 1.920.000,00 446.701,00 3.550.000,00 156.868,00 1.920.000,00 446.701,00 1.558.985,00 156.868,00 446.701,00 1.558.985,00 156.868,00
Harga Satuan
Sumber: Bagian pemeliharaan Sarana dan Prasarana 2009
Teladan
Utama
1
2
Kelas
o
Harga Total
17 Rp 40.800.000,00 17 Rp 196.739.198,00 17 Rp 2.666.756,00 17 Rp 24.680.209,00 17 Rp 16.490.000,00 17 Rp 51.258.893,00 17 Rp 15.300.000,00 17 Rp 34.000.000,00 16 Rp 31.983.760,00 17 Rp 19.136.645,00 17 Rp 59.500.000,00 58 Rp 139.200.000,00 58 Rp 352.901.000,00 58 Rp 9.098.344,00 29 Rp 58.000.000,00 29 Rp 55.680.000,00 40 Rp 17.868.040,00 40 Rp 142.000.000,00 40 Rp 6.274.720,00 8 Rp 15.360.000,00 50 Rp 22.335.050,00 50 Rp 77.949.250,00 50 Rp 7.843.400,00 50 Rp 22.335.050,00 50 Rp 77.949.250,00 50 Rp 7.843.400,00 Total Biaya Depresiasi
Jumlah
Tahun pembelian 2008 2005 2008 2005 2005 2006 2007 2008 2008 2008 2008 2008 2005 2008 2008 2008 2008 2005 2008 2008 2008 2005 2008 2008 2005 2008 Umur Ekonomis 8 8 8 4 4 4 8 8 4 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Tabel 4.30 Perincian biaya depresiasi fasilitas dari setiap tipe kamar rawat inap
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5.100.000,00 24.592.399,75 333.344,50 6.170.052,25 4.122.500,00 12.814.723,25 1.912.500,00 4.250.000,00 7.995.940,00 2.392.080,63 7.437.500,00 17.400.000,00 44.112.625,00 1.137.293,00 7.250.000,00 6.960.000,00 2.233.505,00 17.750.000,00 784.340,00 1.920.000,00 2.791.881,25 9.743.656,25 980.425,00 2.791.881,25 9.743.656,25 980.425,00
Biaya Depresiasi
13.515.962,50
13.515.962,50
22.687.845,00
76.859.918,00
77.121.040,38
Rp 203.700.728,38
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Total
pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya biaya tidak langsung dikelompokkan menjadi kelompokkelompok biaya-biaya yang berbeda berdasarkan jenis cost driver. Sistem ABC biasanya menggunakan 4 kelompok biaya berdasarkan jenis aktivitasnya. Keempat tingkatan berdasarkan aktivitas tersebut adalah : a. Unit level Activity Cost Merupakan aktivitas yang terjadi setiap unit diproduksi. Aktivitas ini berhubungan langsung dengan lamanya pasien tinggal di ruang rawat inap di rumah sakit. Unit level activity cost meliputi biaya listrik dan air. b. Batch Related Activity Cost Merupakan aktivitas yang besarnya biaya ditentukan frekuensi produk yang diolah oleh fungsi produksi. Batch related activity cost meliputi biaya bahan habis pakai dan biaya administrasi. c. Product sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini pada RSUD Pandan Arang adalah biaya
maintenance website. Maintenance website merupakan sarana untuk menyediakan informasi kepada masyarakat tentang RSUD Pandan Arang. d. Facility Sustaining Activity Cost Merupakan aktivitas untuk mempertahankan fasilitas untuk menghasilkan jasa. Biaya-biaya ini tidak tergantung oleh jumlah pasien, sehingga biaya ini harus ditanggung rumah sakit walaupun tidak ada pasiennya. Aktivitas ini meliputi biaya kebersihan, biaya pemeliharaan fasilitas, biaya pemeliharaan gedung, biaya penyusutan gedung, dan biaya penyusutan fasilitas pada masing-masing ruang rawat inap. Pengelompokan biaya tidak langsung dan cost driver ditunjukkan pada tabel 4.31.
IV-22
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.31 Pengelompokan biaya tidak langsung dan cost driver o 1
2 3
4
Biaya Tidak Langsung Unit level activity cost Biaya listrik Biaya Air Batch related activity cost Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Product level activity cost Biaya maintenance web Facility sustaining activity cost Biaya Kebersihan Biaya Pemeliharaan Fasilitas Biaya Pemeliharaan Gedung Biaya Depresiasi Gedung Biaya Depresiasi Fasilitas
Cost Driver
Jumlah Rp
74.595.570,84 KWH Pemakaian Listrik
Rp
3 53.059.430,69 m pemakaian Air
Rp Rp
117.228.765,61 Lama Hari Pasien 4.898.800,00 Lama Hari Pasien
Rp
8.400.000,00 Lama Hari Pasien
Rp Rp Rp Rp Rp
151.190.285,20 9.044.952,00 5.591.159,00 150.718.285,50 203.700.728,38
Luas Ruangan Lama Hari Pasien Lama Hari Pasien Luas Ruangan Jumlah Pasien
4.2.5 Menghitung Tarif Per Unit Cost Driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit
cost driver. Tarif per unit cost driver diperlukan karena setiap tipe kamar memiliki cost driver yang berbeda-beda. Perhitungan dilakukan dengan cara membagi jumlah biaya tidak langsung dengan cost driver masing-masing. Tabel 4.32 merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode
Activity-Based Costing. Tabel 4.32 Tarif per unit cost driver o
Biaya Tidak Langsung
1 Unit level activity cost Biaya listrik Biaya Air 2 Batch related activity cost Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai 3 Product level activity cost Biaya maintenance web
Jumlah Rp Rp
74.595.570,84 53.059.430,69
Cost Driver
Tarif Per Unit Cost Driver
101023,56 29562,4
Rp Rp
738,40 1.794,83
Rp 117.228.765,61 Rp 4.898.800,00
73906 73906
Rp Rp
1.586,19 66,28
Rp
73906
Rp
113,66
8.400.000,00
IV-23
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.32 Lanjutan o
Biaya Tidak Langsung
4 Facility sustaining activity cost Biaya Kebersihan Rp Biaya Pemeliharaan Rp Fasilitas Umum Biaya Pemeliharaan Rp Fasilitas Ruang Utama Biaya Pemeliharaan Rp Gedung Biaya Depresiasi Gedung Rp Biaya Depresiasi Fasilitas 1. Utama Rp 2. Teladan Rp 3. Kelas I Rp 4. Kelas II Rp 5. Kelas III Rp
Tarif Per Unit Cost Driver
Cost Driver
Jumlah 151.190.285,20
1466,16
Rp
103.119,91
8.389.012,00
73906
Rp
113,51
655.940,00
7564
Rp
86,72
5.591.159,00
73906
Rp
75,65
150.718.285,50
1466,16
Rp
102.797,98
77.121.040,38 76.859.918,00 22.687.845,00 13.515.962,50 13.515.962,50
713 4192 2135 3239 4686
Rp Rp Rp Rp Rp
108.164,15 18.334,90 10.626,63 4.172,88 2.884,33
4.2.6 Menghitung Biaya Tidak Langsung yang Dialokasikan ke Produk Pada tahap ini akan ditentukan besarnya biaya tidak langsung rawat inap pada masing-masing tipe kamar. Pembebanan biaya tidak langsung dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan cara mengalikan tarif per unit dasar alokasi biaya dengan jumlah dasar alokasi yang ada pada setiap tipe kamar. Pembebanan biaya tidak langsung pada setiap tipe kamar ditunjukkan pada tabel 4.33. Tabel 4.33 Pembebanan biaya tidak langsung setiap tipe kamar o
Biaya Tidak Langsung
1 Unit level activity cost Biaya listrik 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya Air 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III
Biaya Per Unit
Rp
Rp
Unit Cost Driver
Biaya Total
Biaya Per hari (Biaya Total:Lama Hari)
738,40 77332,68 6301,44 5446,08 4357,44 7585,92
Rp Rp Rp Rp Rp
57.102.278,02 4.652.969,21 4.021.373,30 3.217.523,95 5.601.426,37
Rp 7.549,22 Rp 229,03 Rp 401,94 Rp 231,53 Rp 253,18
3025,6 8126,4 4002 5558,8 8849,6
Rp Rp Rp Rp Rp
5.430.432,36 14.585.492,30 7.182.902,66 9.977.091,28 15.883.512,09
Rp Rp Rp Rp Rp
1.794,83
IV-24
commit to users
717,93 717,93 717,93 717,93 717,93
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.33 Lanjutan o
Biaya Tidak Langsung
2
Batch related activity cost Biaya administrasi 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya bahan habis pakai 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Product level activity cost Biaya maintenance web 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Facility sustaining activity cost Biaya Kebersihan 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya Pemeliharaan Fasilitas Ruang Utama Biaya Pemeliharaan Fasilitas 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya Pemeliharaan Gedung 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya Depresiasi Gedung 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III Biaya Depresiasi Fasilitas 1. Utama 2. Teladan 3. Kelas I 4. Kelas II 5. Kelas III
3
4
Biaya Per Unit
Rp
Rp
Rp
Unit Cost Driver
Biaya Total
Biaya Per hari (Biaya Total:Lama Hari)
1.586,19 73906 73906 73906 73906 73906
Rp Rp Rp Rp Rp
117.228.765,61 117.228.765,61 117.228.765,61 117.228.765,61 117.228.765,61
Rp Rp Rp Rp Rp
1.586,19 1.586,19 1.586,19 1.586,19 1.586,19
73906 73906 73906 73906 73906
Rp Rp Rp Rp Rp
4.898.800,00 4.898.800,00 4.898.800,00 4.898.800,00 4.898.800,00
Rp Rp Rp Rp Rp
66,28 66,28 66,28 66,28 66,28
73906 73906 73906 73906 73906
Rp Rp Rp Rp Rp
8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00 8.400.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp
113,66 113,66 113,66 113,66 113,66
274,2 348 154 284,2 405,76
Rp Rp Rp Rp Rp
28.275.478,94 35.885.728,19 15.880.465,93 29.306.678,03 41.841.934,12
Rp Rp Rp Rp Rp
3.738,16 1.766,38 1.587,25 2.108,85 1.891,25
7564
Rp
655.940,00
Rp
86,72
73906 73906 73906 73906 73906
Rp Rp Rp Rp Rp
8.389.012,00 8.389.012,00 8.389.012,00 8.389.012,00 8.389.012,00
Rp Rp Rp Rp Rp
113,51 113,51 113,51 113,51 113,51
73906 73906 73906 73906 73906
Rp Rp Rp Rp Rp
5.591.159,00 5.591.159,00 5.591.159,00 5.591.159,00 5.591.159,00
Rp Rp Rp Rp Rp
75,65 75,65 75,65 75,65 75,65
274,2 348 154 284,2 405,76
Rp Rp Rp Rp Rp
28.187.205,96 35.773.696,84 15.830.888,83 29.215.185,75 41.711.308,13
Rp Rp Rp Rp Rp
3.726,49 1.760,86 1.582,30 2.102,27 1.885,34
713 4192 2135 3239 4686
Rp Rp Rp Rp Rp
77.121.040,38 76.859.918,00 22.687.845,00 13.515.962,50 13.515.962,50
Rp 10.195,80 Rp 3.783,22 Rp 2.267,65 Rp 972,58 Rp 610,92
66,28
113,66
Rp 103.119,91
Rp
86,72
Rp
113,51
Rp
75,65
Rp 102.797,98
Rp 108.164,15 Rp 18.334,90 Rp 10.626,63 Rp 4.172,88 Rp 2.884,33
IV-25
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.7 Menghitung Total Biaya Produk Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya tersebut sudah menunjukkan penggunaan masingmasing tipe kamar untuk setiap aktivitas. Tabel 4.34 menunjukkan biaya per hari dari masing-masing tipe kamar rawat inap. Tabel 4.34 Biaya rawat inap per hari setiap tipe kamar Komponen Biaya
Tipe Kamar
Utama
Teladan
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Biaya Langsung Gaji Perawat Biaya Laundry Biaya Konsumsi Paket VIP
Rp 941,79 Rp 941,79 Rp 941,79 Rp 941,79 Rp 941,79 Rp 1.824,54 Rp 1.824,54 Rp 1.824,54 Rp 1.094,72 Rp 729,82 Rp 47.706,72 Rp 26.112,72 Rp 26.112,72 Rp 22.835,22 Rp 18.224,22 Rp 1.225,41 -
Biaya Tidak Langsung Biaya listrik Biaya air Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya maintenance we b Biaya kebersihan Biaya pemeliharaan fasilitas Biaya pemeliharaan gedung Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitas
Rp 7.549,22 Rp 717,93 Rp 1.586,19 Rp 66,28 Rp 113,66 Rp 3.738,16 Rp 200,23 Rp 75,65 Rp 3.726,49 Rp 10.195,80
Biaya Per Hari
Rp 79.668,08 Rp 39.091,76 Rp 37.391,41 Rp 32.960,18 Rp 27.209,74
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
229,03 717,93 1.586,19 66,28 113,66 1.766,38 113,51 75,65 1.760,86 3.783,22
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
401,94 717,93 1.586,19 66,28 113,66 1.587,25 113,51 75,65 1.582,30 2.267,65
Rp 231,53 Rp 253,18 Rp 717,93 Rp 717,93 Rp 1.586,19 Rp 1.586,19 Rp 66,28 Rp 66,28 Rp 113,66 Rp 113,66 Rp 2.108,85 Rp 1.891,25 Rp 113,51 Rp 113,51 Rp 75,65 Rp 75,65 Rp 2.102,27 Rp 1.885,34 Rp 972,58 Rp 610,92
4.2.8 Menghitung Tarif Rawat Inap Per Hari Tarif rawat inap per hari diperoleh dengan menjumlahkan total biaya perhari ditambah dengan jasa RS sebesar 10% dari biaya tersebut. Besarnya jasa rumah sakit sebesar 10% telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 9 Tahun 1985 tentang Pelayanan Kesehatan Pada RSUD Tingkat II Kabupaten Boyolali. Tabel 4.35 menunjukkan tarif rawat inap per hari dari masing-masing tipe kamar rawat inap.
IV-26
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.35 Tarif rawat inap per hari dari setiap tipe kamar Tipe Kamar
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Biaya Per Hari Rp Rp Rp Rp Rp
79.668,08 39.091,76 37.391,41 32.960,18 27.209,74
Jasa 10 % Rp Rp Rp Rp Rp
7.966,81 3.909,18 3.739,14 3.296,02 2.720,97
Tarif Rawat Inap Per Hari Rp 87.634,88 Rp 43.000,94 Rp 41.130,55 Rp 36.256,20 Rp 29.930,71
4.2.9 Perancangan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap Perancangan alat bantu penghitung tarif dalam penelitian ini adalah perancangan user interface untuk mempermudah pihak rumah sakit dalam proses penghitungan tarif. User interface digunakan untuk menghubungkan user yang dalam hal ini pihak rumah sakit dengan program aplikasi yang dirancang. Perancangan alat bantu menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk menjalankan sistem usulan. Berikut merupakan penjelasan tentang alat bantu penghitung tarif rawat inap ini. 1. Halaman Awal Perancangan user interface dimulai dari perancangan halaman awal dari alat penghitung tarif ini. Pada halaman awal terdapat empat menu pokok yaitu data pasien, input, proses dan output. Pada setiap halaman komponen alat hitung terdapat tanda ‘home’ yang digunakan untuk kembali ke menu awal. Berikut merupakan penjelasan mengenai menu pada halaman awal: a. Menu data pasien Menu data pasien terdiri dari jumlah pasien dan lama hari pasien rawat inap. Data tersebut merupakan akumulasi jumlah pasien selama satu tahun. b. Menu Input Menu input terdiri dari macam-macam data yang dibutuhkan untuk memperoleh tarif rawat inap. Data-data tersebut adalah data biaya langsung, biaya tidak langsung, tingkat inflasi, gaji pegawai dan cost driver. c. Menu Proses Menu proses digunakan untuk melihat setiap langkah penghitungan tarif dengan metode ABC. Proses ini terdiri dari alokasi biaya tidak langsung, alokasi biaya tidak langsung ke produk, penghitungan tarif per unit cost
driver dan pembebanan biaya. IV-27
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Menu Output
Output berisi hasil dari proses penghitungan tarif. Menu output terdiri dari biaya langsung, biaya tidak langsung dan hasil tarifnya. 2. Proses penghitungan tarif dengan alat bantu penghitung tarif Langkah-langkah untuk memperoleh tarif dengan alat bantu penghitung tarif dimulai dari memasukkan data-data yang dibutuhkan. Data-data yang dibutuhkan tersedia pada menu data pasien dan input. Selanjutnya data tersebut akan diproses secara otomatis sesuai dengan metode ABC yang dapat dilihat pada menu proses. Selanjutnya tarif pasien per hari akan diperoleh dan dapat dilihat menu output. Penjelasan mengenai langkah-langkah penggunaan alat bantu dapat dilihat pada lampiran 1. Alat bantu penghitung tarif ini dapat digunakan pihak rumah sakit untuk proses evaluasi tarif secara berkala. Hal tersebut karena dalam alat bantu penghitung tarif ini terdapat faktor inflasi sebagai komponen yang mempengaruhi tarif untuk periode selanjutnya. Pihak rumah sakit tinggal meng-input komponen biaya satu tahun terakhir dan nilai inflasi maka nilai tarif secara otomatis akan berubah untuk tarif tahun selanjutnya.
4.2.10 Proyeksi Tarif Menggunakan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap Tahap proyeksi tarif digunakan untuk mengaplikasikan alat bantu penghitung tarif jasa rawat inap dalam mengevaluasi tarif rawat inap pada tahun selanjutnya. Proyeksi tarif pada tahap ini digunakan untuk menghitung tarif jasa rawat inap pada tahun 2010. Proses penghitungan tarif pada tahun 2010 angkahnya sama dengan tahun 2009, yang berbeda hanyalah penambahan nilai inflasi pada komponen biaya tertentu. Nilai inflasi digunakan dalam proses penghitungan komponen biaya yang terpengaruh faktor inflasi untuk tahun selanjutnya. Nilai inflasi digunakan untuk memperkirakan harga kebutuhan tertentu yang dipengaruhi faktor inflasi untuk tahun selanjutnya. Nilai inflasi yang digunakan dalam penghitungan adalah inflasi yang disesuaikan dengan jenis komoditi masing-masing biaya. Nilai inflasi untuk beberapa nilai komoditi
IV-28
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertentu diperoleh dengan melihat data historis nilai inflasi selama empat tahun sebelumnya. Nilai inflasi berdasarkan kelompok komoditi diperoleh dari data Badan Pusat Statistik selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Nilai inflasi Indonesia menurut kelompok komoditi ditunjukkan pada tabel 4.36.
Tabel 4.36 Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Komoditi Tahun
Bulan
2006 Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari 2007 Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari 2008 Desember November Oktober September Agustus Juli
Transpor, Makanan Perumahan, Pendidikan, Bahan Komunikasi, Indeks Air, Listrik, Jadi, Sandang Kesehatan Rekreasi dan Makanan Minuman, Gas, dan dan Jasa Umum Olahraga Rokok, dan Bahan Bakar Keuangan 12,94 6,36 4,83 6,84 5,87 8,13 1,02 6,60 1,21 3,12 1,11 0,74 0,13 1,05 0,07 0,10 0,34 0,65 0,47 0,29 0,70 0,42 0,03 -0,21 2,17 0,64 0,26 1,00 0,29 0,10 0,46 0,86 0,62 0,13 0,28 -0,13 0,31 1,84 -0,01 0,38 -0,34 0,35 0,30 0,35 0,33 4,77 0,01 0,33 0,99 0,31 0,21 0,36 0,06 0,69 0,08 0,45 1,12 0,26 0,32 -0,08 0,27 0,25 0,10 0,45 0,28 0,30 0,30 2,03 0,57 0,07 0,17 0,37 -0,85 0,43 0,42 0,70 0,58 0,09 0,07 0,05 -0,88 0,58 0,36 0,15 0,39 0,12 0,13 0,03 1,18 0,65 0,55 0,72 0,40 -0,28 0,16 0,58 4,29 0,94 0,70 0,73 1,06 0,20 -0,05 1,36 11,26 6,41 4,88 8,42 4,31 8,83 1,25 6,59 2,47 0,91 0,63 0,99 0,41 0,12 0,22 1,10 0,04 0,43 0,12 1,66 0,26 0,11 -0,27 0,18 1,87 0,51 0,21 2,05 0,45 0,21 0,47 0,79 1,81 0,45 0,18 1,22 0,44 1,70 0,07 0,80 0,79 0,48 0,77 0,49 0,24 3,18 0,04 0,75 1,35 0,40 0,32 0,61 0,35 2,89 0,05 0,72 0,47 0,33 0,13 -0,43 0,22 0,03 0,11 0,23 -0,39 0,47 0,35 0,21 0,18 0,01 0,13 0,10 -1,30 0,38 0,26 0,61 0,32 -0,03 0,22 -0,16 0,16 0,36 0,29 0,41 0,20 0,03 0,09 0,24 0,84 0,65 0,80 0,56 0,64 0,23 0,03 0,62 2,68 0,87 0,71 -0,25 0,54 0,10 0,10 1,04 16,35 12,53 10,92 7,33 7,96 6,66 7,49 11,06 0,57 0,52 0,52 1,13 0,21 0,16 -2,74 -0,04 -0,67 1,13 0,23 0,72 0,37 0,26 -0,31 0,12 0,71 0,77 0,24 0,71 0,52 0,39 0,10 0,45 1,90 0,94 1,22 0,50 0,36 0,63 0,22 0,97 0,94 0,59 0,53 -0,53 0,56 1,36 -0,01 0,51 1,85 1,07 1,80 0,81 0,71 1,74 0,71 1,37
IV-29
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.36 Lanjutan Tahun
Bulan Juni *) Mei April Maret Februari Januari
2009 Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari Perkiraan ilai Inflasi
Bahan Makanan 1,28 1,72 0,55 1,44 1,59 2,77 3,88 -0,13 -0,82 0,28 2,43 1,29 1,14 -0,18 -0,25 -1,33 -0,26 0,95 0,76 11,1075
Transpor, Makanan Perumahan, Pendidikan, Komunikasi, Indeks Jadi, Air, Listrik, Sandang Kesehatan Rekreasi dan dan Jasa Umum Minuman, Gas, dan Olahraga Rokok, dan Bahan Bakar Keuangan 1,33 1,14 0,49 0,83 0,44 8,72 2,46 0,86 1,58 -0,16 0,69 0,37 2,23 1,41 0,86 1,62 -0,27 1,88 0,13 -1,18 0,57 1,08 0,99 1,17 0,69 0,09 0,11 0,95 0,88 -0,01 0,76 1,56 0,04 0,02 0,65 2,02 1,80 2,31 0,72 0,01 0,24 1,77 7,81 1,83 6,00 3,89 3,89 -3,67 2,78 0,93 0,28 0,95 0,20 0,01 0,35 0,33 0,26 0,15 0,98 0,19 0,13 -0,08 -0,03 0,70 0,24 0,37 0,20 0,34 -0,71 0,19 1,08 0,18 1,28 0,29 0,43 0,89 1,05 0,73 0,21 0,01 0,35 1,26 -0,02 0,56 0,29 0,08 -0,23 0,13 1,21 0,28 0,45 0,29 0,04 0,30 0,23 0,09 0,25 0,11 0,48 0,09 -0,48 0,62 0,07 0,00 0,04 0,40 0,12 -1,70 0,34 0,05 0,07 -0,31 0,52 0,20 1,02 0,73 0,06 0,25 0,22 0,91 0,28 2,85 0,17 0,04 -2,43 0,21 0,95 -0,06 0,55 0,37 0,12 -2,53 -0,07 8,2775 5,615 7,1475 5,5075 6,8775 1,5225 6,7575
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010
Selanjutnya nilai inflasi menurut kelompok komoditi tersebut disesuaikan dengan masing-masing komponen biaya yang ada dalam kegiatan rawat inap. Pengelompokan nilai inflasi menurut kelompok komoditi yang disesuaikan dengan biaya dalam unit rawat inap pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.37.
IV-30
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.37 Pengelompokan biaya berdasarkan inflasi menurut komoditi pada tahun 2010 Jenis Inflasi Menurut Kelompok Komoditi
Komponen Biaya
Bahan makanan Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
Indeks Umum
ilai Inflasi
Biaya konsumsi Biaya listrik Biaya air Biaya gaji pegawai Biaya paket VIP Biaya bahan pencuci Biaya belanja alat tulis kantor Biaya penyediaan form pasien Biaya bahan habis pakai Biaya kebersihan
11,10% 5,61%
6,75%
Tarif rawat inap pada tahun 2010 dapat diperoleh dengan memasukkan nilai inflasi menurut komoditi tersebut pada menu input alat bantu yang disesuaikan dengan masing-masing komponen biaya pada tahun 2009. Selanjutnya tarif rawat inap secara otomatis berubah dan dapat dilihat pada menu output. Tarif rawat inap per hari pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.38.
Tabel 4.38 Tarif rawat inap per hari setiap tipe kamar tahun 2010 Tipe Kamar
Komponen Biaya
Utama
Teladan
Kelas I
Biaya Langsung Gaji Perawat Biaya Laundry Biaya Konsumsi Paket VIP
Rp Rp Rp Rp
1.005,43 Rp 1.005,43 Rp 1.935,90 Rp 1.935,90 Rp 53.005,74 Rp 29.013,19 Rp 1.308,22 -
Biaya Tidak Langsung Biaya listrik Biaya air Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya maintenance we b Biaya kebersihan Biaya pemeliharaan fasilitas Biaya pemeliharaan gedung Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitas
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
7.973,11 758,24 1.692,91 70,76 113,66 3.990,77 200,23 75,65 3.726,49 10.195,80
Biaya Per Hari Jasa RS 10 % Tarif Rawat Inap Per Hari
Rp Rp Rp
86.052,92 Rp 42.450,97 Rp 8.605,29 Rp 4.245,10 Rp 94.658,21 Rp 46.696,07 Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
241,89 758,24 1.692,91 70,76 113,66 1.885,74 113,51 75,65 1.760,86 3.783,22
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
IV-31
commit to users
Kelas II
Kelas III
1.005,43 Rp 1.005,43 Rp 1.005,43 1.935,90 Rp 1.161,54 Rp 774,36 29.013,19 Rp 25.371,64 Rp 20.248,48 -
424,51 758,24 1.692,91 70,76 113,66 1.694,51 113,51 75,65 1.582,30 2.267,65
Rp 244,53 Rp 267,40 Rp 758,24 Rp 758,24 Rp 1.692,91 Rp 1.692,91 Rp 70,76 Rp 70,76 Rp 113,66 Rp 113,66 Rp 2.251,35 Rp 2.019,05 Rp 113,51 Rp 113,51 Rp 75,65 Rp 75,65 Rp 2.102,27 Rp 1.885,34 Rp 972,58 Rp 610,92
40.748,22 Rp 35.934,08 Rp 29.635,71 4.074,82 Rp 3.593,41 Rp 2.963,57 44.823,04 Rp 39.527,48 Rp 32.599,28
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV-32
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V AALISIS DA ITERPRETASI HASIL 5.1
Interpretasi Tarif Jasa Rawat Inap Metode ABC menentukan tarif jasa rawat inap untuk masing-masing kelas
berdasarkan aktivitas yang terjadi. Hasil penghitungan dengan metode ABC dapat diketahui tarif jasa rawat inap untuk kelas Utama adalah sebesar Rp 87.634,88, kelas Teladan sebesar Rp 43.000,94, kelas I sebesar Rp 41.130,55, kelas II sebesar Rp 36.256,20, dan kelas III sebesar Rp 29.930,71. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan tarif jasa rawat inap yang berlaku di RS sekarang, maka hasil penghitungan dengan metode ABC memberikan hasil yang lebih kecil kecuali pada kelas II dan kelas III. Hasil yang lebih besar pada kelas II dan III disebabkan karena rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi silang dalam penentuan tarifnya. Kebijakan ini menyebabkan rumah sakit harus menarik biaya yang lebih rendah dari biaya satuan untuk kalangan kurang mampu (pasien kelas II dan III) dan menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk kalangan mampu (pasien kelas VIP, Teladan dan kelas I). Perbandingan mengenai hasil tarif rumah sakit dengan hasil metode ABC dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Tarif Rawat Inap o 1 2 3 4 5
Tipe Kamar Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Perbandingan Tarif Rumah Sakit Metode ABC Rp 155.000,00 Rp 87.634,88 Rp 75.000,00 Rp 43.000,94 Rp 60.000,00 Rp 41.130,55 Rp 30.500,00 Rp 36.256,20 Rp 21.000,00 Rp 29.930,71
Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC dapat digunakan manajemen rumah sakit sebagai informasi untuk mengelola biaya. Biaya dikelola dengan mengendalikannya secara baik. Pada proses pengendalian biaya, diperlukan data yang lengkap tentang penyebab terjadinya biaya. Data tersebut merupakan fakta tentang penyebab terjadinya biaya. Fakta dalam metode ABC adalah bahwa aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya sehingga dengan pengelolaan aktivitas yang baik biaya dapat dikendalikan. BiayaV-1
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biaya yang merupakan rangkuman dari seluruh aktivitas yang ada pada unit rawat inap ditunjukkan pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Penghitungan Total Biaya dengan metode ABC Komponen Biaya
Jumlah
Persentase Biaya
Biaya Langsung Gaji Perawat Biaya Laundry Biaya Konsumsi Paket VIP
Rp 69.603.888,96 Rp 100.482.422,02 Rp 1.873.151.108,82 Rp 9.269.000,00
2,46% 3,55% 66,17% 0,33%
Biaya Tidak Langsung Biaya listrik Biaya air Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya maintenance we b Biaya kebersihan Biaya pemeliharaan fasilitas Biaya pemeliharaan gedung Biaya depresiasi gedung
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
74.595.570,84 53.059.430,69 117.228.765,61 4.898.800,00 8.400.000,00 151.190.285,20 9.044.952,00 5.591.159,00 150.718.285,50
2,64% 1,87% 4,14% 0,17% 0,30% 5,34% 0,32% 0,20% 5,32%
Biaya depresiasi fasilitas
Rp
203.700.728,38
7,20%
Total
Rp 2.830.934.397,01
100,00%
Pada tabel 5.2 dapat diketahui masing-masing kontribusi dari biaya setiap aktivitas terhadap biaya total. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa biaya konsumsi adalah komponen biaya terbesar dalam biaya penyusun tarif rawat inap dengan metode ABC yaitu sebesar 67,76% . Hal tersebut dapat digunakan rumah sakit untuk mengevaluasi apakah dengan kontribusi biaya yang besar, konsumsi yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit dapat mengevaluasi apakah biaya yang dikeluarkan pasien untuk konsumsi sudah sesuai atau tidak dengan melakukan survey langsung kepada pasien tentang pendapat mengenai konsumsi yang mereka terima.. Rumah sakit dapat mempertimbangkan sedikit mengurangi biaya konsumsi dengan tetap mempertahankan kualitas makanan dan minuman yang diberikan kepada pasien apabila menurut mereka konsumsi yang diterima kurang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
V-2
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Manfaat lain dari penggunaan metode ABC dalam penghitungan tarif jasa rawat inap adalah dalam hal pembebanan biaya tidak langsung (overhead). metode ABC menghitung biaya overhead secara lebih rinci dan membebankannya sesuai penggunaan nyata dari setiap aktivitas tipe kamar. Tabel 5.3 menunjukkan hasil biaya overhead yang dihitung dengan metode ABC dan gambar 5.1 adalah grafik yang menunjukkan proporsi masing-masing biaya overhead tersebut.
Tabel 5.3 Penghitungan Total Biaya Overhead dengan metode ABC o
Biaya Tidak Langsung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya listrik Biaya air Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Biaya maintenance website Biaya kebersihan Biaya pemeliharaan fasilitas Biaya pemeliharaan gedung Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi fasilitas Total
Persentase 9,58% 6,82% 15,06% 0,63% 1,08% 19,42% 1,16% 0,72% 19,36% 26,17% 100,00%
30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 10
6
9
3
1
2
7
5
8
4
Gambar 5.1 Grafik Proporsi Biaya Tidak Langsung dari Aktivitas Rawat Inap di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan metode ABC Dari grafik dapat dilihat bahwa urutan biaya overhead yang proporsinya paling besar berturut-turut adalah biaya depresiasi fasilitas sebesar 26,17%, biaya V-3
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebersihan sebesar 19,42 %, biaya depresiasi gedung sebesar 19,36 %, biaya administrasi sebesar 15,06 %, biaya listrik sebesar 9,58 % dan biaya air sebesar 6,82 %. Proporsi biaya yang tergolong besar menyebabkan biaya-biaya tersebut harus dibebankan secara tepat kepada pasien sesuai penggunaan aktivitas nyata dari setiap tipe kamar. Untuk biaya lain seperti biaya habis pakai, biaya maintenance web, biaya pemeliharaan fasilitas dan gedung dapat dibebankan secara merata kepada setiap kelas karena persentasenya yang sangat kecil dan tidak terjadi perbedaan proporsi penggunaan yang berarti antar tipe kamar rawat inap. Hal tersebut berarti bahwa dengan metode ABC pihak rumah sakit dapat mengelola aktivitasnya dengan baik berdasarkan kontribusi biaya yang diberikan dari masing-masing aktivitas tersebut. 5.2
Analisis Perbandingan Hasil Penghitungan Tarif Jasa Rawat Inap Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dapat
dianalisis dengan membandingkan hasil tarif jasa rawat inap yang berlaku di rumah sakit. Kedua tarif dibandingkan berdasarkan data yang ada pada tahun 2009. Data tersebut merupakan data jumlah pasien, lama hari pasien dan biayabiaya yang dikeluarkan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk aktivitas rawat inap adalah sebesar Rp 2.830.934.397,01. Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji perawat, konsumsi pasien, pengadaan paket VIP, pembayaran listrik dan air, administrasi, kebersihan, bahan habis pakai, maintenance web, pemeliharaan, dan biaya depresiasi. Jumlah pendapatan yang diperoleh dari jasa rawat inap dengan tarif yang berlaku di rumah sakit adalah sebesar Rp 4.184.882.500,00 dan hasil penghitungan dengan metode ABC adalah sebesar Rp 3.114.027.836,71. Pendapatan diperoleh dari perkalian antara tarif rawat inap perhari baik tarif rumah sakit maupun metode ABC dengan lama hari pasien dirawat pada tahun 2009. Sisa pendapatan yang diperoleh rumah sakit pada tahun
2009
dengan
tarif
yang
berlaku
sekarang
adalah
sebesar
Rp
1.353.948.102,99 dan apabila dengan metode ABC adalah sebesar Rp 283.093.439,70. Nilai sisa pendapatan metode ABC yang lebih kecil disebabkan karena dalam proses penghitungannya, metode ABC menggambarkan penggunaan
V-4
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyata dari aktivitas rawat inap. Sisa pendapatan yang dihasilkan merupakan tambahan jasa 10% yang diperoleh rumah sakit. Sedangkan sisa pendapatan yang lebih besar dari tarif rumah sakit karena harus mempertimbangkan kelayakan tarif untuk tahun selanjutnya dan sistem subsidi silang. Rumah sakit harus menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan secara tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh dalam menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa. Tarif yang terbentuk sebaiknya sudah mempertimbangkan tentang pola subsidi yaitu berapa persen yang harus dialokasikan untuk kelas II dan III dari kelas atasnya. Pola subsidi dapat dipertimbangkan dari hasil penghitungan tarif nyata dengan metode ABC. Hal tersebut bertujuan agar kelas golongan bawah yang dalam hal ini kelas II dan III tidak mahal tarifnya dan kelas golongan atas juga tidak terlalu berat dalam menanggung pembayaran kelas di bawahnya. Selain itu pihak rumah sakit harus tetap mempertimbangkan apakah tambahan jasa yang diperoleh dari tarif sudah mampu mencukupi segala bentuk pengeluaran tak terduga sehingga rumah sakit dapat memutuskan apakah perlu penambahan persentase pendapatan jasa dari rumah sakit ataupun tidak. Perbandingan hasil penghitungan tarif jasa rawat inap ditunjukkan pada tabel 5.4.
V-5
commit to users
V-6
commit to users
Sumber: Pengolahan Data, 2010
Gaji Perawat Konsumsi Pasien Paket VIP Biaya Laundry Pembayaran Listrik Pembayaran Air Biaya Administrasi Biaya kebersihan Biaya Bahan Habis Pakai Biaya Maintenace web Biaya Pemeliharaan Gedung Biaya Pemeliharaan Fasilitas Biaya Depresiasi Gedung Biaya Depresiasi Fasilitas Total Pengeluaran
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III Pengeluaran Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sisa pendapatan
Pendapatan Lama Hari 7564 Rp 20316 Rp 10005 Rp 13897 Rp 22124 Rp
69.603.888,96 1.873.151.108,82 9.269.000,00 100.482.422,02 74.595.570,84 53.059.430,69 117.228.765,61 151.190.285,20 4.898.800,00 8.400.000,00 5.591.159,00 9.044.952,00 150.718.285,50 203.700.728,38 2.830.934.397,01
Rumah Sakit 155.000,00 75.000,00 60.000,00 30.500,00 21.000,00 Rp Rp Rp Rp Rp
ABC System 87.634,88 43.000,94 41.130,55 36.256,20 29.930,71
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.353.948.102,99
1.172.420.000,00 1.523.700.000,00 600.300.000,00 423.858.500,00 464.604.000,00 4.184.882.500,00
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
283.093.439,70
662.870.261,06 873.607.048,57 411.511.135,90 503.852.342,47 662.187.048,71 3.114.027.836,71
Tarif Jasa Rawat Inap ABC System Rumah Sakit
Tabel 5.4 Perbandingan hasil penghitungan tarif rawat inap tahun 2009
pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.3
Rencana Implementasi Metode ABC di RSUD Pandan Arang Boyolali Langkah awal untuk dapat menerapkan metode ABC sebagai suatu metode
penghitung tarif jasa rawat inap di RSUD Pandan Arang adalah dengan merancang alat bantu penghitung tarif. Alat bantu penghitung tarif dapat digunakan pihak rumah sakit untuk proses mempermudah dalam proses penghitungan tarif rawat inap yang prosesnya telah disesuaikan dengan langkah dalam metode ABC. Perancangan alat bantu penghitung tarif dalam penelitian ini adalah perancangan user interface untuk mempermudah pihak rumah sakit dalam proses penghitungan tarif. User interface digunakan untuk menghubungkan user yang dalam hal ini pihak rumah sakit dengan program aplikasi yang dirancang. Perancangan alat bantu menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk menjalankan sistem usulan. Untuk dapat mengoperasikan alat ini, rumah sakit cukup menyediakan perangkat komputer dengan fasilitas yang mendukung program Microsoft Excel 2007 serta tenaga kerja yang dilatih untuk mampu mengoperasikannya. Alat bantu penghitung tarif dengan metode ABC ini dapat menjadi bahan pertimbangan manajemen rumah sakit untuk dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi tarif di RSUD Pandan Arang Boyolali. Untuk dapat menerapkan alat bantu ini pihak rumah sakit harus mulai menerapkan penghitungan tarif dengan menggunakan metode ABC. Rumah sakit harus dapat mengidentifikasi semua aktivitas yang terlibat dari rawat inap dan proporsi penggunaan sumber daya dari masing-masing aktivitas secara tepat. Konsumsi sumber daya dari aktivitas harus diukur secara teliti untuk masing-masing aktivitas dengan alat bantu seperti alat ukur KWH listrik dan pemakaian air. Selain itu, rumah sakit harus melakukan evaluasi tarif secara berkala agar perencanaan tarif untuk periode selanjutnya benar-benar akurat sesuai kondisi nyata.
5.4
Analisis Proyeksi Tarif Jasa Inap Tahun 2010 Untuk mengevaluasi kelayakan tarif rumah sakit, dilakukan proses
penghitungan tarif jasa rawat inap untuk tahun 2010 dengan alat bantu penghitung tarif. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tarif yang berlaku masih mampu mencukupi pengeluaran nyata rumah sakit atau tidak. Tarif yang dihitung V-7
commit to users
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempertimbangkan faktor inflasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perubahan nilai uang pada tahun selanjutnya. Dari hasil penghitungan, dapat dilihat bahwa perkiraan pengeluaran biaya rumah sakit berdasarkan metode ABC adalah sebesar
Rp 3.076.060.433,79
sedangkan pendapatan yang diperoleh dari tarif rumah sakit sekarang adalah sebesar Rp 4.184.882.500,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa tarif rumah sakit layak untuk diberlakukan pada tahun 2010 karena masih mampu mengakomodir kebutuhan rumah sakit. Perkiraan perbandingan tarif rawat inap rumah sakit tahun 2010 ditunjukkan pada tabel 5.5.
V-8
commit to users
V-9
commit to users
Sumber: Pengolahan Data, 2010
Gaji Perawat Konsumsi Pasien Paket VIP Biaya Laundry Pembayaran Listrik Pembayaran Air Biaya Administrasi Biaya kebersihan Biaya Bahan Habis Pakai Biaya Maintenace web Biaya Pemeliharaan Gedung Biaya Pemeliharaan Fasilitas Biaya Depresiasi Gedung Biaya Depresiasi Fasilitas Total Pengeluaran
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III Pengeluaran Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sisa pendapatan
Pendapatan Lama Hari 7564 Rp 20316 Rp 10005 Rp 13897 Rp 22124 Rp
74.307.371,76 2.081.211.368,23 9.895.352,68 106.615.685,73 78.784.112,15 56.038.717,73 125.115.895,52 161.406.968,72 5.229.836,41 8.400.000,00 5.591.159,00 9.044.952,00 150.718.285,50 203.700.728,38 3.076.060.433,79
Rumah Sakit 155.000,00 75.000,00 60.000,00 30.500,00 21.000,00 Rp Rp Rp Rp Rp
ABC System 94.658,21 46.696,07 44.823,04 39.527,48 32.599,28
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.108.822.066,21 Rp
1.172.420.000,00 1.523.700.000,00 600.300.000,00 423.858.500,00 464.604.000,00 4.184.882.500,00
307.606.043,38
715.994.711,37 948.677.344,68 448.454.563,52 549.313.436,13 721.226.421,47 3.383.666.477,17
Metode ABC (tahun 2010)
Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (tahun 2009)
Tabel 5.5 Proyeksi tarif rawat inap tahun 2010
pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pustaka.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULA DA SARA 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tarif jasa rawat inap per hari hasil penghitungan dengan menggunakan metode ABC pada tahun 2009 untuk kelas Utama adalah sebesar Rp 87.634,88, kelas Teladan sebesar Rp 43.000,94, kelas I sebesar Rp 41.130,55, kelas II sebesar Rp 36.256,20, dan kelas III sebesar Rp 29.930,71. 2. Alat bantu penghitung tarif digunakan untuk mempermudah pihak rumah sakit dalam menjalankan proses penghitungan dan evaluasi tarif jasa rawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan menggunakan metode ABC. Alat ini menggunakan Software Macro Excel 2007.
6.2 Saran Saran-saran yang diberikan, yaitu: 1. Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam hal menentukan tarif jasa rawat inap untuk tahun berikutnya. 2. Untuk penelitian selanjutnya, penentuan proporsi biaya aktivitas-biaya aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya yang sama sebaiknya menggunakan alat ukur yang lebih akurat. 3. Pihak rumah sakit harus sering melakukan evaluasi terhadap tarif terkait dengan perubahan harga yang dipengaruhi oleh faktor inflasi.
VI-1
commit to users