perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dan memiliki budi pekerti yang luhur. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar, dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehuingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Begitu pula dalam pendidikan seni. Pendidikan seni mempunyai peranan yang besar dalam membentuk manusia yang utuh yaitu manusia yang memiliki kematangan intelektual dan kematangan emosional. Jika pendidikan hanya menekankan pada kecerdasan intelektual tanpa diimbangi dengan kecerdasan emosional maka hanya akan melahirkan manusia-manusia seperti robot yang hanya terampil, namun tidak memiliki rasa etika moral dan spiritual. Atas dasar inilah kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional yang salah satunya bisa diajarkan lewat pendidikan seni seperti yang dijelaskan oleh M. Jazuli adalah sebagai berikut : Pendidikan seni bagi anak adalah untuk mengolah alam perasaan dan memberikan landasan psikis baik teoritis maupun praktis guna mengekpresikan perasaan melalui seni. Sebab, kecerdasan logika saja tidak cukup untuk mendidik anak supanya memiliki jiwa yang matang sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial. (2008: 2) Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara (dalam Bastomi, 1993: 20), merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah). Arti lainnya yaitu bahwa kesenian merupakan elemen yang esensial dalam pembentukan watak setiap individu dan faktor yang mendasari setiap penciptaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
karya seni, oleh karena itu pendidikan seni sebagai subsistem dalam pendidikan nasional tidak dapat diabaikan. Pendidikan Seni menjadi penting karena memberikan pengalaman estetik yang tidak bisa didapatkan dalam mata pelajaran ilmu pasti seperti Matematika, Fisika, Kimia dan lain-lain. Pengalaman estetik dalam pendidikan seni diberikan melalui kegiatan apresiasi (penghargaan) dan kreasi (penciptaan). Didalam kedua aspek tersebut terkandung aspek ekspresi (penjiwaan). Menurut John Dewey dalam M. Jazuli (2008: 5), pengalaman estetik merupakan sesuatu yang memberikan kegairahan dan menimbulkan pengalaman khas dalam kehidupan. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logika matematik, naturalis, dan kecerdasan kinestetis. Bidang seni rupa, memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan kesenirupaan. Dalam pendidikan aktivitas berkesenian, harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan ber ekspresi, ber kreasi
98) kelompok mata pelajaran estetika ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan kegiatan bahasa seni budaya, ketrampilan, dan muatan lokal yang relevan. Pendapat tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan Depdiknas (2006: 2) tentang tujuan diberikanya pelajaran seni budaya kepada peserta didik.
Tujuan-tujuan tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
memahami konsep dan pentingnya seni budaya, 2) Siswa menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, 3) Siswa menampilkan kreatifitas melalui seni budaya, 4) Siswa meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat lokal, regional, maupun global. 5)
Siswa mengolah dan mengembangkan rasa
humanistik. Kita hidup di negara yang dikenal memiliki ke anekaragaman adat istiadat, tata krama, bahasa daerah, dan kesenian budaya yang diwariskan secara turuntemurun oleh nenek moyang kita. Hal tersebut tentunya perlu dilestarikan dan dikembangkan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan ciri khas dan jati dirinya. Melalui pemberian pelajaran seni budaya menjadikan anak didik mampu mengembangkan kreatifitas dan sikap apresiasi terhadap hasil karya seni budaya bangsa sendiri, sehingga pengembangan dan pelestarian nilai budaya bangsa dapat terjaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan begitu diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebanggaan Nasional terhadap kebudayaaan bangsa sendiri. Pendidikan seni budaya yang umum terjadi di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas kurang diperhatikan, karena belum memadainya sistem pembelajaran pendidikan seni disekolah, hal itu cenderung disebabkan oleh faktor kurikulum yang berat sebelah dan terlalu padat sehingga membuat pendidikan seni serba tanggung dan tergesa-gesa karena adanya kekhawatiran tidak dipenuhinya target yang sudah ditentukan oleh sekolah. Hadirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harusnya dijadikan angin yang segar oleh para guru. Dan guru diharapkan tidak terbebani lagi dengan target kurikulum nasional yang ditetapkan pusat, karena KTSP ini pada hakikatnya disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, dengan kata lain kurikulum ini dibuat oleh guru sendiri untuk menggerakkan mesin utama pendidikan yaitu pembelajaran. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulyasa sebagai berikut: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat peserta didik, dengan KTSP ini guru bisa leluasa membuat silabus sendiri berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan (Mulyasa, 2009: 20). Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih SMA Negeri 5 Surakarta karena di sekolah ini guru membuat dan merancang silabus sendiri mengacu pada kurikulum KTSP. Selain itu belum ada penelitian tentang pelaksanaan materi pembelajaran pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 5 Surakarta. Sebagai obyek di penelitian ini, penulis memilih mata pelajaran seni budaya (seni rupa) yang didalamnya mencakup banyak materi-materi yang diajarkan, akan tetapi penelitian ini hanya akan membahas tentang pelaksanaan pengajaran seni rupa dengan materi seni grafis cetak tinggi yang diajarkan di SMA Negeri 5 Surakarta. Penulis merasa tertarik dengan seni grafis karena jarang diajarkan oleh guru-guru seni budaya di sekolah-sekolah, selain itu sejauh ini belum banyak penelitian yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran seni rupa dengan materi seni grafis. Dengan mengetahui pelaksanaan pembelajaran materi seni grafis pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 5 Surakarta maka akan diketahui seberapa jauh tingkat keberhasilan proses pembelajaran materi seni grafis pada mata pelajaran seni budaya tersebut. Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka judul penelitian yang N MATERI SENI GRAFIS CETAK TINGGI PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS XC DI
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagi berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran seni grafis cetak tinggi pada mata pelajaran seni budaya kelas XC di SMA Negeri 5 Surakarta ? 2. Bagaimanakah
visualisasi
hasil
karya
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran seni grafis cetak tinggi pada mata pelajaran seni budaya kelas XC di SMA Negeri 5 Surakarta?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang: 1. Pelaksanaan pembelajaran seni grafis pada mata pelajaran seni budaya kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta dilihat dari segi materi, metode, pengembangan media dan evaluasi pengajaran. 2. Visualisai hasil karya siswa selama mengikuti pembelajaran seni grafis pada mata pelajaran seni budaya kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta ?
D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai masukan dalam bidang kependidikan kesenirupaan dan masyarakat luas. 2. Manfaat praktis, diperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 5 Surakarta.
commit to user