perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat. Di dalamnya terdapat berbagai macam perusahaan, baik kecil, menengah, maupun besar. Perusahaan-perusahaan bersaing secara ketat untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan serta untuk lebih meningkatkan keunggulan bersaingnya agar tidak tersaingi oleh perusahan-perusahan kecil di bawahnya. Maka diperlukan suatu strategi untuk mencapai hal itu, diantaranya yaitu sumber bahan mentah yang digunakan. Pada suatu perusahaan tidak akan lepas dari sebuah masalah bisnis, yang sering diekspresikan sebagai urusan atau kegiatan dagang. Bisnis secara luas sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur atau terus-menerus yang berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan (Richard Burton Simatupang, 2007: 1). Sebuah perusahaan pada dasarnya didirikan bertujuan untuk memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan keuntungan sebesar mungkin untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan, serta menjadikan perusahaan tetap exis. Dari tujuan tersebut, maka pada manajemen produksi perusahaan harus dapat menghasilkan keuntungan yang optimal. Kegiatan produksi secara garis besar dikelompokan menjadi 5 kegiatan usaha yaitu: Pertama bidang industri, misalnya pabrik radio, TV, motor, mobil, tekstil. Kedua bidang perdagangan, misalnya agen, makelar, toko besar, toko kecil. Ketiga bidang jasa, misalnya konsultan, penilai, akuntan, biro perjalanan, perhotelan. Keempat bidang agraris, misalnya pertanian, peternakan, perkebunan. Kelima bidang ekstraktif, misalnya pertambangan dan penggalian (Richard Burton Simatupang, 2007: 1-2). Dalam manajemen produksi kegiatan yang paling utama yaitu berhubungan dengan proses produksi. Proses produksi merupakan metode
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber antara lain tenaga kerja, bahan-bahan, dana dan sumber daya lain yang dibutuhkan. Proses produksi merupakan suatu sistem yang di dalamnya terkandung tiga unsur, yaitu input, proses, dan output. Input dalam proses produksi terdiri atas bahan baku (bahan mentah), energi yang digunakan dan informasi yang diperlukan. Proses merupakan kegiatan yang mengolah bahan, energi dan informasi perubahan sehingga menjadi barang jadi. Output merupakan barang jadi sebagai hasil yang dikehendaki. Bahan baku (bahan mentah) merupakan komponen primer suatu input dalam proses produksi, bahan mentah itu nantinya akan diolah menggunakan mesin dan di masukan dalam cetakan yang kemudian disebut dengan barang jadi (setengah jadi) yang kemudian akan disempurnakan lagi menjadi barang jadi (Bernardo Nugroho Yahya, 2001: 81). Untuk memperoleh suatu keuntungan yang diinginkan, perolehan bahan baku (bahan mentah) menjadi hal yang harus diperhatikan, karena apabila bahan baku (bahan mentah) ini diperoleh dengan harga yang relatif lebih murah maka keuntungan yang dihasilkan akan lebih banyak lagi. Dalam memperoleh suatu bahan mentah (bahan baku), suatu perusahaan melakukan transaksi jual beli dengan pemasok penyedia barang mentah untuk memperoleh bahan mentah (bahan baku) yang diinginkan. Jual beli secara harafiah artinya mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan kenikmatan. Oleh karena itu jual beli merupakan bentuk transaksi umum yang sering dilakukan oleh masyarakat. Biasanya, perjanjian jual beli dilakukan secara lisan atau tertulis atas dasar kesepakatan para pihak (penjual dan pembeli). Berdasarkan teori lahirnya perjanjian, maka jual beli termasuk perjanjian yang bersifat konsensuil, dimana perjanjian lahir saat kedua belah pihak sepakat mengenai barang dan harga, walaupun pada saat itu barang belum diserahkan dan harga belum dibayarkan (Pasal 1458 KUHPerdata). Unsur esensial dari perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Harga haruslah diartikan sebagai sejumlah uang
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah sebab apabila tidak demikian, maka tidak ada perjanjian jual beli melainkan yang ada adalah perjanjian tukar menukar (M. Yahya Harahap, 1986:181). Barang yang menjadi objek perjanjian jual beli adalah harus sebagai barang yang berada dalam lalu lintas perdagangan sebagaimana diatur dalam Pasal 1332 KUHPerdata. Berdasarkan KUHPerdata, barang yang menjadi objek perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi barang yang sudah ada dan barang yang akan ada (relative dan absolut). Secara
yuridis
formal
pengaturan
mengenai
perbuatan
hukum
mengadakan jual beli diatur dalam Buku Ketiga Bab Kelima KUHPerdata tentang Jual Beli, yaitu dari Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 KUHPerdata. Pengertian jual beli secara yuridis diatur dalam Pasal 1457 KUHPerdata, sebagaimana dikutip sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 2010 : 317) : Pasal 1457 KUHPerdata:
mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang . Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1457 KUHPerdata di atas, maka ada tiga makna pokok dari jual beli yaitu: kesepakatan mengenai jenis dan bentuk benda yang dijual; kesepakatan mengenai harga benda yang dijual; dan penyerahan benda, yaitu mengalihkan hak kepemilikan atas kebendaan yang telah dijual. Pada hakikatnya di samping perbuatan atau tindakan hukum menyangkut perpindahan hak atas suatu kebendaan, jual beli juga merupakan suatu perjanjian, oleh karenanya secara yuridis pelaksanaan jual beli harus merujuk pada ketentuan umum mengenai perjanjian, sebagaimana diatur dalam Buku Ketiga Bab Kedua KUHPerdata mengenai perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian. Jual beli dilakukan dengan cara perjanjian antara kedua belah pihak, biasanya sebelum terjadi kesepakatan didahului dengan tawar menawar yang bertujuan sebagai penentu sejak kapan terjadi persetujuan tetap. Sejak terjadinya kesepakatan secara otomatis perjanjian jual beli baru dinyatakan sah dan mengikat serta wajib dilaksanakan oleh penjual dan pembeli (Abdulkadir Muhammad, 2010 : 230). Maka perjanjian dapat berfungsi untuk mengikatkan kedua belah pihak
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang saling terikat satu sama lain untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu atau pemenuhan sesuatu dalam suatu prestasi. Di daerah Batur Ceper Klaten sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pengusaha cor logam baja, seperti perusahaan CV Okabawes Karya Logam. Produksi yang dihasilkan seperti pipa-pipa PDAM, tiang lampu jalan, rem kereta api, pagar rumah, kursi dan meja antik, gilingan bakso, pully, dan lain sebagainya. Dalam proses pembuatan suatu produksi tersebut dibutuhkan bahan-bahan mentah seperti scrup, gram, pelik, dan lain sebagainya yang dibeli dari pemasok barang mentah. Dalam hal ini akan timbul suatu perjanjian antara pihak penjual (pemasok) dan pembeli (pengusaha) yang melakukan jual beli. Dalam era globalisasi ini pelaku usaha pada umumnya tidak lagi membuat perjanjian sebagaimana ditetapkan dalam KUHPerdata akan tetapi cenderung mempergunakan kontrak baku dalam mengikat para konsumennya. Tehnik pembuatan kontrak baku seharusnya didasarkan pada asas kebebasan berkontrak bagi kedua belah pihak. Namun dalam kenyataannya, karena pihak yang merumuskan kontrak baku itu kreditor/pelaku usaha, dia memanfaatkan asas kebebasan tersebut dalam menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab, syarat-syarat dan prosedur pemenuhannya, yang dituangkan dalam rumusan kontrak yang cenderung menguntungkan kreditor, seperti menggunakan kata kecuali, eksonerasi, membebaskan dari tanggung jawab (http://stihpada.ac.id/ implementasi-
kontrak-
baku-
dalam-
perwujudan-
prinsip-
kebebasan-
berkontrak/, diakses pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 12.35 WIB). Pada umumnya terdapat asas-asas dalam suatu perjanjian jual beli, dalam hukum perjanjian ada beberapa asas, yaitu secara umum asas perjanjian diantaranya asas kebebasan berkontrak, asas konsesualisme, asas mengikatnya perjanjian, asas itikad baik, asas kepribadian (Salim H.S, 2003 : 49).
Pada
penulisan hukum ini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai permasalahan penerapan asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan jual beli di banding dengan asas dalam perjanjian yang lain, Asser-Rutten menjelaskan bahwa
ulis dengan kata-kata yang banyak di
dalam undang-undang tetapi seluruh hukum perdata
commit to user 4
arena asas kebebasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkontrak merupakan asas paling dasar untuk melakukan perjanjian, sehingga bila dalam perjanjian klausul klausul dalam kesepakatan tidak termuat dalam perjanjian maka asas ini tentunya tidak terlaksana yang menyebabkan tidak sempurnanya perjanjian (https://legalbanking. wordpress.com /2012/ 05/03/ asaskebebasan- berkontrak-dalam -standard-kontrak-perjanjian-baku-dalam-bidangbisnis-dan-perdagangan/, diakses pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 12.45 WIB). Gagasan utama dari kebebasan berkontrak berkaitan dengan penekanan akan persetujuan dan maksud atau kehendak para pihak serta berkaitan dengan pandangan bahwa kontrak adalah hasil dari pilihan bebas (free choice). Dengan mendasarkan pada hal tersebut, muncul paham bahwa tidak seorangpun terikat pada kontrak sepanjang tidak dilakukan atas dasar adanya pilihan bebas untuk melakukan sesuatu (Ridwan Khairandy, 2003: 84). Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang paling penting di dalam perjanjian karena di dalam asas ini tampak adanya ungkapan hak asasi manusia dalam membuat suatu perjanjian serta memberi peluang bagi perkembangan hukum perjanjian. Asas kebebasan berkontrak dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH sebagai undang-undang bagi
ebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapa pun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan (Salim H.S, 2003: 9). Pada kebebasan berkontrak, doktrin mendasar dan melekat adalah kontrak sebagai perwujudan kebebasan kehendak (free will) para pihak yang membuat kontrak. Dengan kontrak akan tercipta kewajiban-kewajiban baru yang ditentukan oleh kehendak para pihak, dengan demikian kebebasan berkontrak telah memutuskan hubungan antara kebiasaan dan kewajiban kontraktual. Kebebasan
berkontrak
membolehkan
kesepakatan
(perdata)
untuk
mengesampingkan kewajiban-kewajiban berdasarkan kebiasaan yang telah ada sebelumnya (Ridwan Khairandy, 2003: 86).
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaku usaha melalui beragam keunggulan ekonomis yang dimilikinya sering menafsirkan kebebasan menentukan isi kontrak pada asas kebebasan berkontrak sebagai alibi untuk menentukan substansi kontrak secara sepihak sekalipun cenderung bertentangan dengan aturan yang berlaku, padahal secara normatif pembatasan pemberlakuan asas kebebasan berkontrak sudah jelas diatur dalam Pasal 1337 dan 1339 KUH Perdata. Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan -
-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian itu diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang(I Putu Pasek Bagiartha W, 2013: 4), dalam arti perjanjian tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi antara CV Okabawes Karya Logam dengan pemasok barang mentah yaitu perjanjian yang terjadi antara kedua belah pihak dilakukan secara lisan karena adanya kebiasaan yang terjadi sebelumnya, sehingga yang awalnya sepakat dengan apa yang telah disepakati kedua belah pihak namun setelah beberapa kali melakukan jual beli kesepakatan yang telah disepakati kedua belah pihak dilanggar oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian, hal ini disebabkan tanpa adanya perjanjian tertulis sehingga permasalahan seperti ini sulit diselesaikan bila terjadi sengketa. Sebelumnya juga pernah terjadi kasus sengketa yaitu diantaranya, perusahaan CV Okabawes Karya Logam melakukan jual beli dengan pemasok yaitu barang yang diperjualbelikan pemasok terdapat batu dan tanah yang mengakibatkan barang saat ditimbang lebih berat, kemudian kasus yang kedua yaitu perusahaan CV Okabawes Karya Logam membeli alat bubut dari perorangan yang dalam hal ini mesin bubut tersebut saat dicek barang masih terlihat bagus, tetapi setelah sampai ditempat barang rusak, kasus yang terakhir yaitu CV Okabawes Karya Logam dalam menjual produknya pernah mengalami kerugian yaitu saat konsumen memesan tiang lampu yang saat itu salah
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperkirakan untung rugi karena saat itu hasil produksi banyak yang mati dan cacat mungkin karena tingkat kesulitannya, sehingga menghabiskan banyak bahan mentah dan hal tersebut mengakibatkan sengketa. Pada tahun 2013 perusahaan CV Okabawes Karya Logam melakukan transaksi jual beli dengan salah satu pemasok penyedia bahan mentah. Pada saat itu kebetulan perjanjian hanya dilakukan secara lisan karena sudah sering melakukan transaksi jual beli. Setelah terjadi kesepakatan mengenai harga bahan yang ditawarkan, penjual (pemasok) mengirimkan barang yang telah disepakati dan harga yang telah disepakati pula. Akan tetapi setelah barangnya tiba, kondisi barang tidak sesuai dengan yang bicarakan dalam kesepakatan. Penjual (pemasok) telah dihubungi berkali-kali untuk mengganti/mengembalikan barang yang telah dijualnya, tetapi penjual (pemasok) hanya mengiyakan saja sampai saat ini tidak diambil juga. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai perjanjian jual beli yaitu oleh Farida Ratna Dewi yang hasilnya berisi pelaksanaan perjanjian jual beli dilingkungan pemerintah kabupaten Klaten, yang terjadi tidak berjalan seperti yang diharapkan karena dari pihak penyedia barang melakukan wanprestasi yaitu keterlambatan pengiriman barang, tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen selaku pengguna barang terhadap keterlambatan pengiriman barang adalah meminta denda keterlambatan terhadap penyedia barang sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selanjutnya oleh Umbu Liya yang hasil penulisannya berisi pelaksanaan Perjanjian antara UD. Kusuma Jati Salatiga dengan pembeli yaitu adanya wanprestasi UD Kusuma Jati Salatiga yaitu mengenai cacat produk dan pembeli melakukan pembayaran tidak sesuai jangka waktu yang ditentukan, dalam hal ini pihak perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tidak melepas dokumen-dokumen eksport sampai pembeli melunasi utangnya. Kemudian oleh Andi Silviana yang yang hasil penulisannya yaitu keterkaitan asas kebebasan berkontrak dengan keberadaan perjanjian baku adalah perjanjian baku tidak mencerminkan adanya azas kebebasan berkontrak karena perjanjian baku dibuat secara sepihak oleh pihak kreditur dengan peraturan yang berupa tidak ada aturan baru, adanya aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dibuat secara sepihak oleh kreditur dalam masa debitur memanfaatkan jasa yang dibelinya atau dipakainya sehingga tidak adanya proses negosiasi dan perundingan dalam pembuatan perjanjian dan pihak debitur dalam keadaan terpaksa akibat desakan kebutuhan ekonomi. Maka berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, diharapkan melalui tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk dapat mengatasi permasalahan yang timbul antara CV Okabawes Karya Logam dengan pemasok barang mentah, sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam suatu penelitian dengan judul Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Jual Beli Barang Mentah Antara Perusahaan CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten dengan Pemasok Bahan Mentah .
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat. Perumusan masalah ini, diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti, serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas dan terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahananya sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian jual beli barang mentah antara CV Okabawes Karya Logam dengan pemasok bahan mentah? 2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa antara CV Okabawes Karya Logam dengan pemasok bahan mentah tersebut?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tujuan Objektif a. Mengetahui pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian jual beli bahan mentah antara CV Okabawes Karya Logam dengan pemasok barang mentah. b. Mengetahui cara penyelesaian sengketa antara CV Okabawes Karya Logam pemasok barang mentah dalam perjanjian jual beli tersebut. 2) Tujuan Subjektif a. Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Memperluas
dan
mengembangkan
wawasan
berfikir,
menambah
kemampuan menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah di bidang ilmu hokum terutama dalam penulisan hukum perdata mengenai perjanjian, dan tanggapan atas permasalahan yang terjadi. c. Lebih mendorong cara berfikir kritis dan kreatif terhadap perkembangan hukum di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Dengan
dilaksanakannya
penulisan
ini,
diharapkan
dapat
mengembangkan ilmu penulisan hukum khususnya hukum perdata dangan mempraktekkan di lapangan. b.
Memberikan gambaran serta sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang timbul dalam bidang perjanjian jual beli dengan menerapkan asas kebebasan berkontrak.
c. 2.
Memberikan dasar-dasar serta landasan guna penelitian lebih lanjut.
Manfaat Praktis a.
Memperoleh data agar dapat digunakan dalam menjawab rumusan masalah yang penulis kemukakan.
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Memberikan sumbangan dan masukan guna mengembangkan ilmu Hukum Perdata. c.
Mengetahui permasalahan yang timbul, serta berusaha untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara mengatasinya.
E. Metode Penelitian Suatu penelitian pada dasarnya adalah bagian mencari, mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Supaya
proses
tersebut
dapat
berjalan
lancar
serta
hasilnya
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian. Metodologi dirumuskan sebagai suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan merupakan cara tertentu untuk melakukan suatu prosedur. Pada hakikatnya metodologi memberikan pedoman tentang cara-cara seseorang mempelajari, menganalisis lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 1986: 5-6). Secara lebih lanjut, kegiatan penelitian dimulai apabila seorang ilmuan melakukan usaha untuk bergerak dari teori ke pemilihan metode. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 1986: 6). Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan hukum ini adalah jenis penelitian dalam bentuk penulisan hukum yang bersifat empiris deskriptif, yaitu penelitian yang mengungkapkan hukum yang hidup di masyarakat melaui perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986: 52).
2.
Sifat Penelitian Penelitian yang bersifat deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian deskriptif adalah untuk mempertegas hipotesa agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto. 1986: 10). 3.
Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah dengan menggunakan pendekatan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan penulis dengan berdasarkan data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan dan atau juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986 : 25).
4.
Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi penelitian di CV Okabawes Karya
Logam
Ceper
Klaten.
Lokasi
tersebut
dipilih
berdasarkan
pertimbangan bahwa dilokasi tersebut berkaitan dengan apa yang penulis teliti. 5.
Jenis dan Sumber Data Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer sedangkan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan adalah data sekunder (Soerjono Soekanto, 1986: 51) jenis dan sumber data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian hukum ini yaitu antara lain: a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga bisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 1986: 12). b. Data Sekunder
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keterangan atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan (Soerjono Soekanto, 1986: 12). c. Data Tersier Data tersier adalah data yang bertujuan memberikan petunjuk maupun penjelasan yang bersifat menunjang terhadap bahan primer dan sekunder (Soerjono Soekanto, 1986: 25). Diantaranya, kamus besar bahasa Indonesia, ensiklopedia dan bahan-bahan yang memiliki kaitan dengan masalah yang akan diteliti. 6.
Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan sumber data yang berasal dari pihakpihak yang ada hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam terhadap pihak CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten, yaitu: Direktur, Para Staf, Karyawan CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten dan dua pemasok barang mentah. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan sumber data yang mendukung bahan hukum primer, meliputi: jurnal, literature, buku, koran, laporan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis.
7.
Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang diperlukan dari sumber data di atas, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Lapangan Studi lapangan yang dimaksud adalah melakukan penelitian di lapangan
melalui
tehnik
wawancara.
Wawancara
adalah
teknik
pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterangan dari responden dengan tatap muka atau tidak (H.B. Sutopo, 2000: 190). Penelitian yang dilakukan secara terpimpin, yaitu berdasarkan pedoman dan pertanyaan yang telah disiapkan sebelum dilakukan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih jelas kepada kepala perusahaan, para staff, pekerja CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencari, membaca, dan mempelajari dari bahan-bahan kepustakaan yang berupa buku-buku, majalah, surat kabar, makalah, peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Menurut Soerjono Soekanto, studi kepustakaan adalah studi dokumen yang merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan atas data tertulis dengan mempergunakan
atau yang biasa disebut analisis
muatan (Soerjono Soekanto, 1986: 21). Content analys atau analisis muatan merupakan tehnik analisis data yang dalam hal ini, digunakan penulis untuk membaca, mempelajari, dan mengkaji dari buku-buku, dokumen, dan bahan tulisannya seperti yang disebutkan di atas yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan diadakan. 8.
Analisis Data Analisis data dalam suatu penelitian adalah menguraikan atau memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh kemudian diolah pokok permasalahan yang diajukan terhadap penelitian yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif model interaktif. Dalam model interaktif ini komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan setelah data terkumpul. Tiga komponen tersebut akan berinteraksi untuk mendapatkan kesimpulan dan bila kesimpulan yang di dapat dirasa kurang, maka perlu adanya verifikasi dan penelitian kembali dengan mengumpulkan data di lapangan (HB. Sutopo, 2000: 8). Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode analisis kualitatif sesuai dengan sifat data yang ada, yaitu data yang digunakan adalah data
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatu tata cara analisis data yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu berupa apa yang ditanyakan oleh penulis, secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Di dalam analisis penelitian kualitatif ada tiga komponen pokok, yaitu: 1. Data reduction (reduksi data) Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada. 2. Data display (penyajian data) Adalah sesuatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan. 3. Conclusion drawing (penarikan kesimpulan) Dalam hal ini, pengumpulan data, peneliti harus memulai mengerti halhal apa saja yang ditemui dengan menlakukan pencatatan peraturan, pola-pola, penyertaan-penyertaan, dan sebagainya. Penelitian yang kompeten memegang berbagai hal tersebut tidak secara kuat, tetapi tetap bersifat terbuka dan skeptis. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses penyimpulan data terakhir. Metode analisis ini digunakan untuk menghindari kesulitan analisis data pada waktu menghadapi data yang sudah banyak dan menumpuk. Ketiga komponen tersebut di atas dapat dianalisis melalui dua cara: a. Flow Model of Analisys Dalam model analisis ini ketiga komponen analisis yang berlaku saling berhubungan, baik pada sebelum, pada waktu, dan sesudah pengumpulan data secara parallel. b. Interactive Model of Analisys Dalam bentuk ini penulis tetap bergerak di antara ketiga komponen pengumpulan data berlangsung, sesudah pengumpulan data, kemudian bergerak diantara data reduction, data display, dan conclution drawing, dangan menggunakan waktu yang tersisa bagi penelitian (HB. Sutopo, 2000: 31-33).
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model analisis interaktif, karena dari penjelasan di atas diketahui model yang bagus yaitu model analisis interaktif sebab dalam model analisis ini penggunaan data akan diproses melalui tiga komponen seperti di atas dengan aktivitas yang di lakukan melalui siklus berulang, antara komponen-komponen tersebut, sehingga akan diperoleh data yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sehingga apabila dianggap kurang, penulis dapat kembali melakukan pengumpulan data khusus bagi dukungan yang diperlukan.
pengumpulan data
data display
data reduction conclution drawing
Gambar: Bagan Analisis Kualitatif Model Interaktif
Gambar 1
F. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini terbagi dalam empat bab yang setiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
digilib.uns.ac.id
PENDAHULUAN Pada bab ini penulis meuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis memberikan landasan teori atau penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal mengenai persoalan yang yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Landasan teori tersebut meliputi tinjauan tentang perjanjian, tinjauan tentang jual beli, tinjauan tenjang prinsip kebebasan berkontrak dan tinjauan tentang sengketa.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dalam bab ini disajikan gambaran lokasi penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten, struktur organisasi, proses pelaksanaan perjanjian antara CV Okabawes Karya Logam Ceper Klaten dengan pemasok bahan mentah dan cara penyelesaian sengketanya.
BAB IV
PENUTUP Pada bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user 16